Bab Ii
Bab Ii
PEMBAHASAN
2.1 Teoritis
2.1.1 Pengertian
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-
laki.(Witagama,dedi.2009)
Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing
Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis (spesies) nyamuk.
2.1.2 Epidemiologi
Di daerah-daerah endemik, 80% penduduk bias mengalami infeksi tetapi hanya sekitar 10-
20% populasi yang menunjukan gejala klinis. Infeksi parasite ini tersebar didaerah tropis dan
subtropics seperti Afrika, Asia, Pasifik Selatan, dan Amerika Selatan. Telah diketahui lebih dari
200 spesies filaria. Dari 200 spesies tersebut hanya sedikit yang menyerang manusia. Masyarakat
yang beresiko terserang adalah mereka yang bekerja pada daerah yang terkena paparan menahun
oleh nyamuk yang mengandung larva. Di seluruh dunia, angka perkiraan infeksi filarial mencapai
250 juta orang. Di Asia, filarial endemic terjadi di Indonesia, Myanmar, India, dan Sri Lanka.
2.1.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia
Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama
dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit ini
termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
4
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam
tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar
dalam darah terutama malam hari.
a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe.
b. Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d. Berkembang secara ovovivipar
Mikrofilaria :
5
2.1.4 Patofisiologi
Parasit
Parasit dewasa
Pemb. Limfa ↓
↓ ↓ Mengaktifkan sel T
↓ Hipertermi
6
2.1.5 Manifestasi klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik
dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas
dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis
akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari
masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia
yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di daerah
endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak
semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk
kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis
yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria
jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala
kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta
membebani keluarganya.
7
2.1.6 Komplikasi
a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis
klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and
Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
b. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan siang
hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara morfologis dapat
ditentukan species cacing filaria.
8
c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe
inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial
dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik,
sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi
dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia, tidak
membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan deteksi
metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis
parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O. gibsoni menunjukkan korelasi
yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di Papua New Guinea.
2.1.8 Pengobatan
1. Dietilkarbamazin (DEC)
2. Ivermectin (Mectizan)
3. Albendazol 400 mg dosis tunggal
2.1.9 Pencegahan
1. Pengobatan massal
Cara pencegahan penyakit yang paling efektif adalah mencegah gigitan nyamuk pembawa
mikrofilaria. Apabila suatu daerah sebagian besar sudah terkena penyakit ini, maka
9
pengobatan massal dengan DEC, invermectin, atau albendazol dapat diberikan setahun
sekali dan sebaiknya dilakukan paling sedikit selama lima tahun.
2. Pengendalian vector
Kegiatan pengendalian vector adalah pemberantasan tempat perkembangbiyakan nyamuk
melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan
penebaran bibit ikan pemakan jentik. Kegiatan lainnya adalah menghindari gigitan nyamuk
dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada
ventilasi udara, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot.
2.2.1 Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Cacing
filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva
stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini
dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.
b. Aktifitas / Istirahat
Gejala :Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda :Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas (
Perubahan
TD, frekuensi jantung)
c. Sirkulasi
10
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian
kapiler.
e. Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.
f. Makanan / Cairan
Gejala :Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda :Turgor kulit buruk, edema.
g. Hygiene
Gejala :Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda :Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
h. Neurosensoris
Gejala :Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba,
kelemahan otot.
Tanda :Ansietas, refleks tidak normal.
i. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda :Bengkak, penurunan rentang gerak.
j. Keamanan
Gejala :Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam
berulang, berkeringat malam.
Tanda :Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.
k. Seksualitas
Gejala :Menurunnya libido
11
Tanda :Pembengkakan daerah skrotalis
l. Interaksi Sosial
Gejala :Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda :Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.
m. Pemeriksaan diagnostic
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA
dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi
kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk
mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mamae wanita.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.
3. Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
6. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
2.2.3 Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
Intervensi
12
Rasional: Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi.
5) Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi.
Rasional: Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi
penguapan.
6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik).
Rasional: Diharapkan dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi.
Intervensi
Intervensi
13
2) Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi
Rasional : Klien dapat informasi yang benar dari perawat untuk dapat merasakan
manfaat
penanganannya lebih baik
3) Nasehati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan
Rasional : Dengan terjaganya hygiene, tidak memperparah komplikasi yang timbul.
Intervensi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
Intervensi
14
2) Gunakan pelindungan kaki, bantalan busa atau air pada waktu berada di tempat tidur
dan pada waktu duduk dikursi
Rasional : Tingkatkan sirkulasi darah pada permukaan kulit untuk mengurangi panas
atau
Kelembaban
3) Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin
Rasional : Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah yang bereksiko yang
terinfeksi dan nekrotik
4) Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan partisipasi pasien
5) Kolaborasi: Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya
decubitus
Rasional :Mungkin membutuhkan perawatan professional untuk masalah yang dialami.
2.2.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping
itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
di tujuan.
b. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
15
Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai
dengan pernyataan tujuan.
16