Long Case Satya
Long Case Satya
SOL Cerebellum
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik
Bagian Neurologi Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Diajukan Kepada
Diajukan Oleh :
Astrocytoma
Disusun oleh:
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
A. IDENTITAS
Nama : Ny. B
Umur : 55 tahun
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Puing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat DM (-) HT (-) asma (-) jantung (-) alergi (-) Stroke (-)
Riwayat DM (-) HT (-) asma (-) jantung (-) alergi (-) stroke (-)
5. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar baik.
6. Anamnesis Sistem
- Sistem serebrospinal : Demam (-), pusing (+) kaku kuduk (-)
- Sistem respiratorius : Sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)
- Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar (-)
- Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
- Sistem genitalia : tidak ada keluhan
- Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
- Sistem Integumentum : tidak ada keluhan
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
2. Kepala
- Bentuk : Mesocephal
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Warna tampak hitam, tidak rontok
distribusi merata.
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+) reflek cahaya (+/+)
- Telinga : Malformasi (-) serumen (-/-)
- Hidung : Malformasi (-) lendir (-/-)
napas cuping hidung(-/-) epiptaksis (-/-)
- Mulut : Pucat (-) bibir pecah-pecah (-)
mucosa bucal basah (+)sianosis (-)
candidiasis oral (-) malformasi (-)
3. THORAX
a. Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis teraba pada sela iga ke-4 linea
midclavicula kiri
- Perkusi : batas jantung normal
tidak terdapat pembesaran
- Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 regular,
murmur (-), gallop (-)
b. Paru-paru
- Inspeksi : simetris saat inspirasi dan ekspirasi, retraksi
substernal intracostal dan substernal (-)
- Palpasi : vocal vremitus (+/+)
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
4. ABDOMEN
- Inspeksi : supel
- Auskultasi : peristaltik (+)
- Perkusi : tympani (+)
- Palpasi : nyeri tekan (-) turgor kulit baik
hepar tidak teraba,lien tidak teraba
5. EKSTREMITAS : akral hangat, edema(-)
nadi kuat, capillary refill < 2 detik.
D. Status neurologis:
1. Kepala
Ukuran : normocephal
Wajah : simetris
Nyeri tekan : (-)
2. Leher dan vertebra
1. Range of motion : terbatas (-)
2. Manuver
1. Lasegue : (-/-)
2. Patrick’s : (-/-)
3. Contrapatrick’s : (-/-)
4. Lhermitte’s : (-/-)
5. Valsava : (-/-)
3. Rangsang meningeal
1. Kaku kuduk : (-)
2. Test kernig : (-)
3. Brudzinski I : (-)
4. Brudzinski II : (-)
5. Brudzinski III : (-)
6. Brudzinski IV : (-)
4. Tes Koordinasi
1. Tes Romberg : (+)
2. Tes Heel to toe walking : (+)
3. Tes Jari Hidung : (-)
4. Tes pronasi supinasi : tidak dapat dilakukan
5. Tes Tumit : (+)
6. Rebound Phenomenon : (-)
7. Arm Bounce : (-)
8. Tes Telunjuk ke Telunjuk : (-)
Saraf otak
1. Nervus I (Olfaktorius)
9. Anosmia : (-)
10. Hiposmia : (-)
11. Hiperosmia : (-)
12. Parosmia : (-)
13. Kakosmia : (-)
14. Halusinasi penciuman : (-)
2. Nervus II (Optikus)
Kanan Kiri
Daya penglihatan Normal Normal
Medan penglihatan Normal Normal
5. Nervus V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Menggigit + +
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka atas, tengah, dbn dbn
bawah
Refleks kornea + +
Refleks masseter dbn dbn
Refleks zygomaticus dbn dbn
Eksoftalmus - -
6. Nervus VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerak mulut ke lateral dbn dbn
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
9. Nervus IX (Glossifaringeus)
Arkus faring Simetris
Sengau -
5. Sistem motorik
1. Gerakan volunter : dbn
2. Palpasi otot : dbn
3. Tonus otot : normotonus
4. Kekuatan otot : dbn
6. Sistem sensorik
Tangan Kaki
Sensibilitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Nyeri + + + +
Termis + + + +
Taktil + + + +
Posisi dbn Dbn dbn dbn
7. Refleks fisiologis
Refleks Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Achilles + +
Knee patella + +
8. Refleks patologis
Refleks Kanan Kiri
Tromner - -
Hoffman - -
Babinski - -
Chaddock - -
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. TATALAKSANA
Infus Frutolit
Inj Dexamethason 4A tapering off
Inj Ranitidin 1A/12 jam
Phenitoin 2x150 mg
Asam Folat 1x1
- - -
- - -
- - -
Status Neurologis
Gerak
5 4
5 4
RF RP
+ + - -
+ + - -
- - -
- - -
- - -
RF RP
+ + - -
+ + - -
Tes jari hidung (-) tes telunjuk ke
telunjuk (-)tes tumit (+)
A: Secondary Headache ec SOL
intracranial
2/10/2017 S : Pasien mengatakan tidak ada Infus Frutolit
tidak
keluhan. Sudah tidak pusing dan Inj Dexamethason 1A
demam. Mual (-) muntah (-) makan (+) Inj Ranitidin 1A/12 jam
Phenitoin 2x150 mg
minum (+) tidur (+). BAB BAK tidak
Asam Folat 1x1
ada keluhan.
- - -
- - -
- - -
RF RP
+ + - -
+ + - -
Tes jari hidung (-) tes telunjuk ke
telunjuk (-)tes tumit (+)
A: Secondary Headache ec SOL
intracranial
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun
pada orang dewasa. Walaupun berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor
jinak karena kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif di dalam ruang tulang
kalvarium (Lote, 1998). Glioma yang menyusun sekitar 50% tumor intrakranial,
merupakan tumor intrinsik otak, asal dari sel neuroglia, tersusun oleh sel-sel yang
relatif jinak (pada astrocytoma) sampai yang paling ganas (pada glioblastoma).
Berbeda pengertiannya dengan pada tumor sistemik lain, istilah maligna disini
diartikan sebagai sifat biologik yang agresif, infiltratif, dan prognosa yang jelek
(Kliuhues, 2004).
B. Epidemiologi
Insidensi glioma di United States adalah 5,4 kasus per 100.000 populasi.
Tidak ada perbedaan insidensi yang signifikan antara United States dengan negara
lain (Grier, 2006). Puncak insidensi LGA sekitar 25% dari seluruh kasus pada orang
dewasa, terjadi pada usia 30-40 tahun. Sepuluh persen dari LGA terjadi pada usia
yang lebih muda yaitu kurang dari 20 tahun, 60 % LGA terjadi di usia 20-45 tahun,
dan 30% terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Usia rata-rata pasien yang dengan
sebagai proses genetik. Delesi dan mutasi dalam gen tertentu mempunyai peranan
terhadap sel prekursor, misalnya mutasi p.53 ditemukan pada beberapa kasus.
pengurangan materi genetik. Satu-satunya faktor resiko yang telah diketahui adalah
Astrocytoma II I, II
D. Patofisiologi
parenkim otak. Hipoksia arteri dan vena, kompetisi mendapatkan nutrisi, pelepasan
metabolik produk akhir (seperti radikal bebas, elektrolit dan neurotransmitter) dan
diperberat dengan efek langsung dari massa, peningkatan volume darah, atau
gejala sisa sekunder. Gejala dan tanda neurologik yang terjadi pada astrocytoma
fokal (seperti kelemahan, paralisis, defisit sensorik dan kelumpuhan saraf kranial)
dan kejang serta karakteristik lain terjadi sesuai dengan lokasi dari lesi (Mak, 2008).
LGA, dimana membutuhkan waktu beberapa tahun dari gejala awal sampai tercapai
dilakukan secara gradual pada sebagian kasus (Mak, 2008). Kejang, kadang berupa
kejang umum, merupakan gejala awal pada sebagian pasien dengan LGA. Pasien
tercapai diagnosis ada diantara waktu yang dibutuhkan LGA dan glioblastoma.
Walaupun sangat bervariasi tetapi interval rata-rata sekitar 1,5 sampai 2 tahun
antara gejala awal dan diagnosis pada kasus-kasus yang sering dilaporkan.
Dibandingkan dengan lesi LGA, gejala awal yang muncul paling sering adalah sakit
E. Gambaran Klinis
mual dan muntah, penurunan kesadaran, papil edema dan ataksia, yang terjadi
akibat adanya desakan massa atau hydrocephalus. Adanya tanda lateralisasi juga
Gejala umum meliputi kejang, sakit kepala, dan hemiparesis, gejala paling khas
pada lesi di lobus temporalis dan frontalis adalah defisit memori, perubahan
kepribadian atau neurologis yang progresif. Jenis gejala yang ditimbulkan sangat
tergantung dari lokasi tumor dan tingkat kerusakannya. Tumor dapat dengan cepat
menimbulkan gejala, tetapi ada kalanya tanpa gejala sampai mencapai ukuran
tumor yang besar. Gejala awal umumnya tidak spesifik, tidak terlokalisir dan
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Ada trias klasik gejala yang
timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah dan
letak tumor, dan gejalanya dapat muncul lebih dari 3 bulan sebelum diagnosis
sekitar 25% (Grier, 2008). Lokasi tumor sangat mempengaruhi gejala klinis.
Defisit motorik fokal terjadi pada lebih dari 40% pasien dengan tumor intrakranial
sindrom diencephali klasik (yaitu emesis, makin kurus, euphoria yang luar biasa).
Pada cerebellum gejala bisa berupa kelemahan, dismetri, tremor dan ataxia,
sedangkan tumor pada jalur visual dapat menyebabkan strabismus, proptosis dan
F. Gambaran Radiologis
Pada CT scan, LGA umumnya tampak sebagai lesi hipodens yang homogen
dengan batas tak tegas, tidak atau sangat sedikit memperlihatkan penyangatan pada
pemberian zat kontras. Tidak jarang terjadi kalsifikasi dan pembentukan kista. Zat
bisa menembus sawar darah otak atau Blood Brain Barrier (BBB). Kurangnya
akumulasi zat kontras pada ruang ekstravaskuler pada lesi tersebut akibat kerusakan
BBB yang ringan sekali. Selain itu CT juga menampakkan adanya edema peri
tumoral berupa daerah hipodens yang mengisi daerah distribusi substantia alba.
meskipun kerusakan BBB amat ringan, tetapi disini batas antara lesi dengan edema
peritumoral yang lebih luas sesuai dengan tingkat kerusakan pada BBB. Sedangkan
penyangatan bentuk cincin atau ring enhancement pada lesi yang tak teratur
bentuknya dengan daerah nekrosis intralesi yang memberikan gambaran hipodens
(Kleihus, 2007). Pencitraan MRI T1W akan menampilkan daerah tepi yang
membuktikan bahwa daerah tepi yang menyangat bentuk cincin ini bukan
merupakan daerah batas jaringan tumor, sebab sel-sel glioma masih bisa ditemukan
sejauh 2 cm diluar cincin penyangatan tersebut (Davis, 2007). MRI scan dengan
penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan pada
kasus-kasus yang dicurigai astrocytoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih
akurat dibandingkan CT scan, dan MRI scan yang teratur dapat dilakukan sebagai
G. Histopatologi
Astrocytoma sebagai salah satu jenis tumor glia, terbentuk dari transformasi
dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan zona infiltrasi diffuse (meliputi
bervariasi yang meliputi lokasi di dalam SSP, perilaku biologi dan sifat
ditentukan dengan indeks mitosis sel (growth rate), vaskularisasi (blood supply),
adanya nekrosis sentral, potensial invasi pada jaringan sekitarnya, dan tingkat
endothelial, dan nekrosis. Tumor tanpa gambaran salah satu dari kelainan sel
tersebut ditetapkan sebagai grade satu, sedangkan bila ada salah satu kelainan sel
(biasanya atypia) ditetapkan sebagai grade dua. Tumor dengan dua kriteria kelainan
sel ditetapkan sebagai grade tiga, dan bila dengan tiga atau empat kelainan sel
maligna pada tumor intrakranial dalam hal tingkat invasi dan pertumbuhannya
(Bonardete, 2013).
H. Diagnosa Banding
maupun reseksi, sekaligus untuk menentukan grade tumor. CT scan atau MRI
konsistensi tumor. LGA nampak sebagai gambaran massa dengan densitas rendah,
dan homogen (tanpa kontras). Astrocytoma anaplastik nampak sebagai lesi dengan
densitas inhomogen.
J. T erapi
pada spinal cord. Tergantung pada penampilan tumor pada saat pembedahan,
dimungkinkan adanya reseksi total, reseksi subtotal, atau hanya biopsi. Walaupun
pada LGA, remisi panjang lebih dari 10 tahun dan kadang terobati pada anak-anak
dan dewasa.
dilakukan pembedahan intrakranial untuk LGA. Radiasi awal lebih baik dilakukan
mungkin lebih baik pada pasien yang dilakukan reseksi total. Jika terjadi relaps
dipahami. Hal ini merupakan pilihan pada pasien yang mengalami relaps tumor
K. Prognosis
tergantung apakah neoplasma berkembang menjadi tingkatan lesi yang lebih tinggi
atau tidak. Lesi dengan low grade, memiliki angka rata-rata ketahanan hidup setelah
perbaikan gejala klinis atau stabilisasi adalah penting setelah reseksi dan radiasi.
Ketahanan hidup yang lebih tinggi terjadi sekitar 60-80% pasien. Faktor-faktor
seperti usia muda, status fungsional, reseksi luas dan terapi radiasi yang adekuat
yang tidak direseksi secara komplet meningkatkan 5-year survival rate pasca
operasi dari 0-25% untuk LGA dan dari 2-16% untuk astrocytoma anaplastik.
pasien yang hanya menjalani operasi (5 tahun:2.2 tahun).10 Pada LGA, 5 year
survival rates mencapai 95-100% setelah dilakukan reseksi total tumor. Bila reseksi
subtotal, 5 year survival rates sekitar 60%. Pada high grade astrocytoma, 5 year
survival rate sebesar 15-30% bila letaknya di supratentorial dan <10 % bila letaknya
di ponds.9 Penderita pylocitic astrocytoma (WHO grade I) mempunyai survival rate
kira-kira 10 tahun dari tahun terdiagnosis, pada pasien dengan low-grade diffuse
Astrocytoma (WHO grade II) lebih dari 5 tahun, 2-5 tahun untuk Astrocytoma
anaplastik (WHO grade III), dan kurang dari 1 tahun pada pasien dengan