Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam ilmu farmasi kita dapat menentukan berbagai macam penemuan-

penemuan baik tentang obat terutama bentuk-bentuk sediaan obat baik dalam

bentuk padat, semi padat dan cairan. Dengan adanya pengetahuan tentang

kelarutan memudahkan seseorang farmasis dalam meracik sediaan berupa

larutan atau cairan. Dengan adanya beberapa ilmu tentang kelarutan maka

dapat memudahkan seorang farmasis dalam memilih medium yang cocok

untuk pelarutan suatu kombinasi bahan obat sehingga tidak terjadi kerusakan

pada sediaan yang akan dibuat. Selain itu ilmu kelarutan dapat digunakan

sebagai standar uji kemurnian yakni pengetahuan yang mendasar tentang

kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan ini, dengan kelarutan yang

memberikan informasi tantang struktur obat dan gaya molekul antar obat (R.

Voight,1995)

Pada dasarnya zat dikatakan larut apabila terjadi perubahan bentuk

partikel yaitu dari padat menjadi cair. Akibatnya zat yang satu dengan yang lain

dapat dicampurkan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan

adalah temperatur (R. Voight,1995).

Fenomena distribusi merupakan salah satu hal yang penting bagi

seorang farmasis, ditambah berbagai factor yang mempengaruhi cabang ilmu

tersebut. Lebih khusus pengaruhnya terhadap distribusi obat di dalam tubuh

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 1


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

manusia. Hal-hal yang termasuk didalam koefisien partisi adalah kerja obat /

organ target serta distribusi dan absorbsinya keseluruh bagian tubuh sampai

memberikan efek terapeutik.

Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan

kelarutan suatu zat(sampel) didalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling

bercampur, serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.

I.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan percobaan kelarutan

a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh temperatur terhadap

kelarutan asam benzoate

b) Mahasiswa menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap

kelarutan asam benzoate.

c) Mahasiswa dapat menetapkan perbandingan kelarutan asam

benzoat dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.

1.2.2 Tujuan percobaan fenomena distribusi

a) Untuk menetapkan kelarutan suatu zat padat pada dua pelarut yang

tidak saling bercampur.

b) Untuk menetapkan koefisien distribusi dari asam benzoate dalam

pelarut air dan minyak yang tidak saling bercampur.

1.3 Maksud Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan Kelarutan

a) Menentukan kelarutan zat secara kuantitatif.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 2


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

b) Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu

zat.

c) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh penambahan

surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.

1.3.2 Maksud percobaan fenomena distribusi

Untuk mendapatkan perbandingan kelarutan suatu zat dalam

pelarut yang tidak saling bercampur.

1.4 Prinsip Percobaan

1.4.1 Prinsip Percobaan Kelarutan

Berdasarkan kelarutan suatu zat padat pada suatu sampel

digunakan pelarut sebagai pembanding.

1.4.1 Prinsip Percobaan Fenomena Distribusi

Berdasarkan fenomena distribusi yang terjadi dalam

perbandingan kelarutan suatu zat dalam 2 pelarut yang tidak saling

bercampur dengan menggunakan indikator fenoftalein dan terlihat

jelas perubahan warna yang terjadi dari bening menjadi merah muda.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 3


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut tertentu dan pada suhu tetap.

Senyawa mempunyai beberapa bentuk Kristal yang berbeda. Perbedaan ini

dapat diperlihatkan dalam bentuk kelarutannya ini dapat digunakan sebagai

suatu cara untuk menetapkan apakah suatu senyawa membentuk Kristal

berbeda atau tidak (Martin,1998).

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam larutan

jenuhnya pada suhu tertentu. Larutan dalam campuran homogen bahan yang

berlainan dapat dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat

didalam cairan. Disamping itu terdapat larutan didalam kondisi padat

(misalnya gelas, bentuk Kristal campur) (Voight,1995).

Istilah-istilah kelarutan dalam farmakope,yaitu:

1. Sangat mudah larut : 1 bagian larut dalam kurang dari 1 bagian pelarut.

2. Mudah larut : 1 bagian larut dalam 1-10 bagian pelarut.

3. Larut : 1 bagian larut dalam 10-30 bagian pelarutan.

4. Agak sukar larut : 1 bagian larut dalam 30-100 bagian pelarut.

5. Sukar larut : 1 bagian larut dalam 100-1000 bagian pelarut.

6. Sangat sukar larut : 1 bagian larut dalam 1000-10.000 bagian pelarut

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 4


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

7. Praktis tidak larut : 1 bagian larut dalam lebih dari 10.000 bagian

pelarut.

Pelarut ada 3 macam,yaitu:

1. Pelarut polar : Air

2. Pelarut non polar : Minyak tumbuhan, benzene, CCl4, dll.

3. Pelarut semi polar: Alkohol, aseton, dll.

Pada umumnya garam larut dalam pelarut polar. Alkoloid dan asam

lemak larut dalam pelarut non polar. Sejauh ini pelarut semi polar digunakan

untuk menambah kelarutan eter dalam air. Alkohol dapat menambah kelarutan

minyak permen dalam air.

Air sebagai bahan pelarut terpenting dalam pembuatan sediaan obat

menunjukkan efek yang khusus. Air adalah satu-satunya molekul yang dapat

membentuk jembatan hidrogen dari sebuah pusat atom (Voight,1995).

Fenomena batas permukaan sangat sering dijumpai dalam pembuatan

sediaan obat. Batas antar permukaan adalah permukaan yang memisahkan

dua bahan atau dua fase sebuah system satu terhadap yang lain. Batas

permukaan yang memisahkan dua bahan atau dua fase sebuah system satu

terhadap yang lain. Batas permukaan berbentuk antara jenis-jenis fase

berikut : cair / gas, cair / cair, padat / gas, padat / cair, padat / padat. Pada saat

terjadinya perubahan dari satu fase ke fase lainnya. Dapat juga dijumpai

adanya fenomena yang lebih kompleks antara lain : batas permukaan,

adsorbs, kapilaritas, difusi dan lain-lain. Tegangan batas antr permukaan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 5


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

terbentuk akibat adanya interaksi antar molekular pada batas antar permukaan

kedua fase yang berbeda dibandingkan dalam fase murninya (Voigt, 1994).

Tegangan permukaan dan tegangan antar muka dalam keadaan cair,

gaya, kohesif antar molekul-molekul yang berdekatan dikemangkan dengan

baik. Dalam suatu tetes cairan yang tersuspensi dalam udara, molekul-

molekul dalam baik cairan dikelilingi oleh molekul dari segala arah yang

mempunyai gaya tarik yang sama. Sebaliknya molekul pada permukaan

(yakni pada antarmuka cair / udara) hanya dapat mengembangkan gaya tarik-

menarik kohesif dengan molekul cair lain yang terletak dibawh atau

disamping mereka. Molekul itu dapat mengembangkan gaya tarik-menarik

adhesi dengan molekul yang menyusun fase lain yang terlibat dalam

antarmuka tersebut, walaupun dalam hal antarmuka cair / gas gaya adhesi

tarik-menarik adhesi ini kecil (Martin, 1993).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 6


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

II.2 Uraian Bahan

1. ASAM BENZOAT (Farmakope Indonesia Edisi III, hal 49)

Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM

Sinonim : Asam Benzoat

Rumus molekul : C7H6O2

Rumus bangun : COOH

Pemerian : Hablur halus dan ringan ; tidak berwarna; tidak

berbau.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam

lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8

bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : - Antiseptikum ekstern (mencegah keadaan

septis

/ menghambat pertumbuhan mikroorganisme)

- Anti jamur (untuk membunuh atau membasmi

jamur)

2. MINYAK KELAPA (Farmakope Indonesia Edisi III, hal 456)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 7


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Nama resmi : OLEUM COCOS

Sinonim : Minyak Kelapa

Berat Jenis : 0,940-0,950 g / mL

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, atau kuning

Pucat, bau khas tidak tengik

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%)P, pada suhu

60ºC, sangat mudah larut dalam kloroform P dan

eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk

Penggunaan : Zat tambahan

3. NATRIUM HIDROKSIDA (Farmakope Indonesia Edisi III, hal 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Sinonim : Natrium Hidroksida

Pemerian : Bentuk batang, buiran, massa hablur, atau

keping, kering, kasar, rapuh dan menunjukkan

suasana hablur, putih, mudah meleleh, basa

sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap

kabondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%)P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Zat tambahan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 8


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

4. AQUADEST (Farmakope Indonesia Edisi III, hal 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air suling

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. INDIKATOR PENOFTALEIN (Farmakope Indonesia Edisi III, hal.

94)

Nama resmi : PHENOFTALEINUM

Sinonim : Fenoftalein

Pemerian : Serbuk hablur, putih kekuningan, lemak, tidak

berbau, stabil di udara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P, agak sukar larut dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Sebagai indikator.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 9


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 10


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat yang digunakan :

Ukuran/Berat/Volume
No Nama Alat ml/mg/g/ml/N/% Jumlah

1. Batang pengaduk 1
2. Buret 25 mL 1
3. Cawan crus 5
4. Corong pisah 1
5. Corong kaca 5
6. Erlenmeyer 250 mL 5
7. Gelas ukur 50 mL 2
8. Karet penghisap 1
9. Klem dan statif 1
10. Pipet volume 1
11. Pipet ukur 50 mL 1
12. Sendok tanduk 1
13. Timbangan digital 1

B. Bahan yang digunakan :

(Ukuran/Berat/Volume
No Nama bahan (ml/mg/g/ml/N/%) Jumlah

1. Aluminium foil
2. Alkohol 70%
3. Aquadest
4. Asam benzoate 1,84 gram
5. Asam oksalat 31,5 gram
6. Glyserin 50 mL
7. Indikator PP 0,1 %
8. Kertas saring
9. Minyak kelapa 50 mL
10. Natrium Hidroksida 0,1 N 0,1 N

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 11


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

11. Tween 80 0,2 , 0,4, 0,6, 0,8, 1 g

III.2 Prosedur Kerja

III.2.1 Pengaruh Pelarut Campur terhadap kelarutan zat


1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Diukur masing-masing bahan yaitu aquadest 50 mL, Alkohol 50

mL dan Gliserin 50 mL ke dalam erlenmeyer.


3) Dimasukkan asam benzoate 200 mg sedikit demi sedikit dalam

masing-masing pelarut sehingga didapatkan larutan jenuh.


4) Dikocok larutan selama beberapa menit hingga larutan jenuh.
5) Disaring menggunakan corong kaca dengan kertas saring.
6) Dititrasi dengan NaOH jika telah didapatkan hasil filtrasi, tetapi

sebelum dititrasi terlebih dahulu ditambahkan 3 tetes indikator

fenoftalein sampai timbul warna merah muda.


7) Dihitung kadar asam benzoat dalam pelarut yang digunakan.
III.2.2 Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Ditimbang tween 80 dengan berat masing-masing 0,2 gram, 0,4

gram, 0,6 gram, 0,8 gram dan 1 gram kemudian masukkan ke

dalam erlenmeyer.
3) Ditambahkan masing-masing dengan aquadest 50 mL, kemudian

diaduk sampai homogen.


4) Ditambahkan asam benzoate 200 mg sedikit demi sedikit dalam

masing-masing pelarut didapat larutan yang jenuh.


5) Ditambahkan asam benzoate lagi jika ada endapan yang larut

selama pengadukan sampai didapat larutan yang jenuh kembali.


6) Dititrasi dengan NaOH jika telah didapatkan hasil filtrasi, tetapi

sebelum dititrasi terlebih dahulu ditambahkan 3 tetes indikator

fenoftalein sampai timbul warna merah muda.


7) Dihitung kadar asam benzoat dalam pelarut yang digunakan yaitu

air yang berisi tween 80.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 12


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

III.2.3 Fenomena Distribusi

1) Dimasukkan 250 mg asam benzoat ke dalam aquadest 100 mL

(Larutan A).

2) Dibagi menjadi dua bagian larutan A dengan masing-masing

sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL.

3) Untuk Erlenmeyer I diberi kode larutan blangko. Sedangkan untuk

Erlenmeyer II diberi kode larutan ekstrak dengan menambahkan

50 mL minyak kelapa murni.

4) Setelah itu dikocok larutan ekstrak selama 15 menit menggunakan

corong pisa selama 15 menit.

5) Setelah itu biarkan beberapa menit agar kedua larutan tersebut

terpisah dan pipet menjadi 2 bagian ke dalam Erlenmeyer dengan

volume masing-masing 25 mL.

6) Sedangkan untuk larutan blanko dibagi juga dalam 2 bagian ke

dalam Erlenmeyer berbeda masing-masing 25 mL.

7) Ditambahkan 3 tetes indikator PP 0,1% tiap masing-masing

Erlenmeyer.

8) Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga berwarna merah muda.

9) Dilakukan penentuan kadar asam benzoat untuk semua larutan

baik itu larutan blanko maupun larutan ekstrak.

III.3 Perhitungan / Penimbangan Bahan / Pembuatan Reagen

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 13


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

1. NaOH 0,1 N dalam 100 mL

g 1000
N =
Mr
x
v
x2

g 1000
1 = x x1
40 1000

40000
g =
1000

g = 40 gram

Cara Pembuatan
1. Ditimbang 10 gram NaOH dalam gelas kimia, ditutup dengan alfol.
2. Dilarutkan dengan aquadest bebas CO2
3. Dipindahkan ke labu tentu ukur 250 mL, dicukupkan volumenya
dengan aquadest bebas CO2
4. Dikocok homogen, pindahkan ke botol reagen dan diberi etiket.

2. Indikator PP 0,1 % dalam 100 mL

g
%w= x 100 %
mL

g
0,1% = x 100%
100

g = 0,1 gram

Cara Pembuatan

1. Ditimbang Amylum 0,1 gram amylum


2. Dilarutkan dengan aquadest 100 mL kedalam gelas kimia lalu dimasak

hingga bening.
3. Didinginkan, ditutup dengan aluminium foil.
4. Dipindahkan kebotol reagen dan diberi etiket.
3. Asam Oksalat 0,1 N 500 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 14


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

g 1000
N = x x2
Mr v

g 1000
0,1 = x x2
126 5 0 0

g = 3,15 gram

Cara Pembuatan

1. Ditimbang Asam oksalat sebanyak 3,15 g ditimbangan digital


2. Ditimbang kembali asam oksalat sebanyak 3,1580 g ditimbangan
analitik.
3. Dilarutkan dengan aquadest dalam gelas kimia, dipindahkan labu takar
500 mL
4. Dicukupkan volumenya dengan aquadest
5. Dikocok sampai homogen dipindahkan kebotol reagent dan diberi
etiket.

4. Pembakuan NaOH
a. Penimbangan Bahan Asam Oksalat 0,1 N
BK + S = 3,4373 gram
BK = 0,2793 gram
BS = 3,1580 gram

b. Tabel volume titrasi

V. H2C2O4.2H2O V. NaOH
No Kesimpulan
(mL) (mL)
1 10 10,50 Bening- merah muda
2 10 10,65 Bening- merah muda
3 10 10,50 Bening- merah muda
ƹ 10 10,70

c. Normalitas Asam Oksalat 0,1 N

g 1000
N. H2C2O4.2H2O= x xn
Mr v

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

3,1580 1000 ek
= x x 2 = 0,1003
126 50 0 L

d) Normalitas NaOH 0,1 N

Pada TAT ek. H2C2O4.2H2O ~ ek. NaOH

N. As.oxalat x V.As.Okxalat = N.NaOH x V.NaOH

N . H 2C 2 O 4 .2 H 2 O x V . H 2 C 2O 4 .2 H 2 O
N. NaOH =
V . NaOH

0,9986 x 10 ek
=
10,55
= 0,9465 L

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 16


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

IV.1 HASIL PENGAMATAN KELARUTAN

1) Pengaruh Pelarut Campur

Volume Volume
Jenis Berat Asam
No Erlenmeyer Pelarut Titran
Pelarut Benzoate (mg)
(mL) (mL)
1 I Air 50 12,3 mL 140,7215
2 II Alkohol 50 14,25 mL 163,031
3 III Gliserin 50 9,1 mL 104,111 mg

1 mL NaOH ~ 12,21 mg Asam benzoat

V NaOH . N NaOH . Bk
Berat Asam benzoat =
0,1

12,3 .0,0937 .12,21


Berat Asam benzoat I = = 140, 7215 mg
0,1

14,25 .0,0937 .12,21


Berat Asam benzoat II = = 163, 031 mg
0,1

9,1.0,0937 .12,21
Berat Asam benzoat I = = 104, 111 mg
0,1

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 17


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

2) Pengaruh penambahan surfaktan

Volume Volume
Bobot Berat asam
No Erlenmeyer Pelarut Titran
tween 80 benzoate (mg)
(mL) (mL)
1 I 0,2 g 50 mL 12,3 mL 1873, 8997 mg
2 II 0,4 g 50 mL 14,25 mL 161, 3148 mg
3 III 0,6 g 50 mL 15 mL 171, 6115 mg
4 IV 0,8 g 50 mL 16 mL 183, 0523 mg
5 V 1g 50 mL 17,45 mL 199, 6414 mg

1 mL NaOH ~ 12,21 mg Asam benzoat

V NaOH . N NaOH . Bk
Berat Asam benzoat =
0,1

15,2 .0,0937 .12,21


Berat Asam benzoat I = = 173,8997 mg
0,1

14,1 .0,0937 .12,21


Berat Asam benzoat II = = 161, 3148 mg
0,1

15 . 0,0937 .12,21
Berat Asam benzoat III = = 171, 6115 mg
0,1

16 . 0,0937 .12,21
Berat Asam benzoat IV = = 183, 0523 mg
0,1

17, 45 .0,0937 .12,21


Berat Asam benzoat V = = 199, 6414 mg
0,1

V. 2. Hasil Pengamatan Fenomena Distribusi

a. Tabel untuk larutan Blangko

No. As. Benzoat Indikator PP V. NaoH Kesimpulan


1 250 mg 3 tetes 5,05 mL Bening

2 250 3 tetes 4,55 mL Merah muda

mg
Kadar Asam Benzoat dalam larutan Blanko

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 18


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

5,05 mL .0,0937 .12,21


- Blanko I = = 57,7759 mg
0,1

4,55 mL .0,0937 .12,21


- Blanko II = = 52,0555 mg
0,1

b. Tabel untuk larutan Blangko

As. Benzoat Indikator PP V. NaoH Kesimpulan


1 250 3 tetes 5,05 mL Bening

2 mg 3 tetes 4,55 mL Merah muda


250

mg

Kadar Asam Benzoat dalam Larutan Ekstrak

0,8 mL . 0,0937.12,21
- Ekstrak I = = 9,1526 mg
0,1

0,65mL .0,0937.12,21
- Ekstrak II= = 7,4365 mg
0,1

c. Kadar Asam Benzoat dalam minyak

Minyak I = Kadar blanko I – Kadar Ekstrak I

= 57,7759 – 9,1526

= 48,6237 mg

Minyak II = Kadar blanko I – Kadar Ekstrak I

= 52,0555 – 7,4365

= 44,619 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 19


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

d. KOEFISIEN DISTRIBUSI

Kadar asam benzat minyak I


Koefisien Distribusi I =
Kadar asam benzoat ekstrak I

48 , 6237 mg
=
9,1526 mg

= 5,3125 mg

Kadar asam benz o at minyak II


Koefisien Distribusi II =
Kadar asam benzoat ekstrak II

44,619 mg
=
7,4365

= 6 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 20


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB V

PEMBAHASAN

Untuk praktikum selanjutnya adalah fenomena distribusi yang dapat

diartikan sebagai fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase cair

yang tidak saling bercampur tergantung pada interksi fisik dan kimia antara pelarut

dan zat terlarut dalam dua fase. Adapun sampel yang digunakan pada praktikum ini

yaitu asam benzoate sedangkan pelarutnya yaitu air dan minyak kelapa. Kedua

pelarut ini tidk dapat larut sama lain tidak saling bercampur tetapi sampel dapat

larut ke dalam dua pelarut tersebut. Hal ini disebabkan air merupakan pelarut polar

sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut non polar. Dalam minyak kelapa

terdapat karbon sehingga menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga

tidak memiliki momen dipol. Momen dipol menentukan suatu zat bersifat polar atau

kurang polar.

Pada praktikum ini, halyang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat

dan bahan. Setelah itu, ditimbang asam benzoat sebanyak 250 mg, masukkan dalam

erlenmeyer 200 mL dan tambahkan aquadest 100 mL. lalu panaskan di atas hotplate

sampai larut (larutan A). Larutan A ini diukur sebanyak 50 mL kemudian masukkan

dalam erlenmeyer 250 mL (untuk larutan blanko). Selain itu, dipipet pula 50 mL

kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah (untuk larutan ekstrak). Larutan

untuk blanko dipipet kembali sebanyak 25 mL(dibuat duplo). Sementara larutan

yang dibuat untuk ekstrak ditambahkan 50 mL minyak kelapa kemudian dilakukan

pengocokan kuat selama ±15 menit.hal ini bertujuan agar gugus polar dan non

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 21


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

(kurang) polar dari asam benzoat dapat bereaksi dengan fase air dan minyak

sehingga dapat dilihat pelarut mana yang kelarutannya paling besar. Gugus benzena

dari asam benzoate meupakan gugus karbon yang memiliki momen dipole yang

kecil sehingga konsentrasi elektriknya juga kecil dan gugus ini akan bereaksi

dengan minyak. Air memiliki momen dipol dan konstanta dielektriknya yang besar

sehingga bersifat polar jadi mudah menarik gugus polar dari asam benzoat.

Setelah dikocok, campuran dibiarkan beberapa saat (±15 menit). Hal ini

bertujuan agar pemisahan antara kedua pelarut tersebut bisa sempurna. Pada corong

pisah akan terlihat fase minyak berada diatas dan fase air berada dibawah. Hal ini

terjadi karena massa jenis minyak lebih kecil dari pada massa jenis air. Setelah itu,

lapisan air yang berada dibah diambil/ ditampung dalam gelas kimia sedangkan

lapisan minyaknya dibuang. Hal ini dikarenakan lapisan air dari pengocokanlah

yang akan dititrasi. Bila lapisan minyak yang dititrasi maka akan terjadisaponifikasi

(penyabunan).

Lapisan air yang ditampung tadi, dipipet sebanyak 25 mL kemudian

dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL(dibuat duplo) dan diberi label ekstrak I dan

ekstrak II. Keempat erlenmeyer (ekstrak I dan II serta blanko I dan II),

ditambahkan 3 tetes indicator PP 0,1%, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N.

Metode titrasi yang digunakan adalah alkalimetri yang dilakukan

berdasarkan reaksi netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi dengan titran basa

akan bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat diperoleh larutan dari

bening menjadi merah muda.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 22


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi alkalimetri yang

digunakan adalah pada larutan titer bersifat asam yang telah ditambahkan indicator

PP 0,1 % dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan terjadi reaksi antara

sampel asam yaitu asam benzoat dengan titran basa yaitu NaOH 0,1 n membenruk

larutan garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam tepat telah habis

bereaksi dengan NaOH dan disebut titik ekuivalen. Pada titik ekuivalen ini, belum

terjadiperubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja larutan NaOH akan

menyebabkan terjadinya perubahan dari bening menjadi merah muda yang beasal

dari kelebihan titran basa denan indikator PP.

Pada raktikum ini, dilakukan titrasi pada blanko dan ekstrak. Adanya titrasi

blanko bertujuan sebagai pembanding pada larutan yang sudah diberi minyak.

Maksudnya untuk membandingkan distribusi zat dalam satu pelarutdan distribusi

zat yang dipengaruhi pelarut lainnya.

Adapun kadar blanko yang didapatkan yaitu 57,7759 mg untuk blanko I

dan 52,0555 mg untuk blanko II. Sedangkan kadar ekstraknya yaitu 9,1526 mg

untuk ekstrak I dan 7,4365 mg untuk ekstrak II.

Kadar blanko I dan blanko II lebih tinggi dibanding kadar ekstrak I dan

ekstrak II. Hal ini dikarenakan adanya tambahan minyak pada ekstrak I dan ekstrak

II yang mempengaruhi perubahan pada titik akhir titrasi. Sedangkan pada blanko

tidak terdapat penambahan minyak sehingga konsentrasi yang diperlukan tinggi

untuk dapat merubah larutan dari bening menjadi merah muda.

Setelah mendapat kadar blanko, ekstrak dan kadar asam benzoate dalam

minyak. Maka selanjutnya menghitung koefisien distribusi. Koefisien distribusi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 23


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

suatu senyawa dalam dua larutan yang tidak bercampur harus sama dengan satu.

Artinya bahwa senyawa tersebut terdistribusi secara merata pada dua fase yaitu fase

minyak dan fase cair. Jika nilai koefisien distribusi <1 maka senyawa tersebut

cenderung untuk terdistribusi dalam fase air dari fase minyak.

Dari percobaan ini, diperoleh hasil koofisien distribusi asam benzoat yaitu

5,3125 mg untuk koefisien disrtibusi I dan 6 mg untuk koefisien distribusi II.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 24


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat jelas perubahan warna yang

terjadi pada saat TAT :

1. Kadar blangko I dan II masing-masing 57,7759 mg dan 52,0555 mg.


2. Kadar ekstrak I dan II masing-masing sebesar 9,1526 mg dan 7,4365 mg.
3. Kadar minyak I dan II masing-masing diperoleh sebesar 5,3136 mg dan

5,9959 mg.

VI.2 Saran

Diharapkan pada saat melakukan titrasi praktikan melakukan dengan

hati – hati agar tidak terjadi kesalahan tang berdampak pada hasil praktikum.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 25


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM ,1979. Farmakope Indonesia Edisi 1V : Departemen Kesehatan RI

Lachman, dkk. 1994 Teori Dan Praktek Farmasi Industri Ii Edisi Iii. Jakarta : UI.
Press

Martin, Alfred. 1990. FARMASI FISIK Edisi II. Jakarta. UI Press

Martin, Alfred. 1990. FARMASI FISIK Edisi I. Jakarta. UI Press

Voight,R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 1V . Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 26


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

LAMPIRAN

100 mL (Asam benzoat + aquadest)

+ minyak kelapa 50 mL.

Dikocok ±15 menit & didiamkan ±15 menit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 27


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

LARUTAN ASAM BENZOAT MENGGUNAKAN PELARUT CAMPUR

Pelarut aquadest pada saat TAT Pelarut alcohol pada saat TAT

Pelarut Gliserin pada saat TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 28


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

LARUTAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN

TWEEN 80 0,2 gram pada saat TAT TWEEN 80 0,4 gram pada saat

TAT

TWEEN 80 0,6 gram pada saat TAT TWEEN 80 0,8 gram pada saat

TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 29


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

TWEEN 80 1 gram pada saat TAT

LARUTAN BLANKO

Blanko I dan Blanko II pada saat TAT

LARUTAN EKSTRAK

Ekstrak I pada saat TAT Ekstrak II pada saat TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 30


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

SKEMA KERJA KELARUTAN ZAT OLEH PELARUT CAMPUR

Air 50 mL + Alkohol 50 mL + Glyserin 50 mL

As. Benzoat sedikit demi sedikit ad jenuh

Masukkan kedalam erlenmeyer

Saring dengan kertas saring

Indikator PP 0,1 %

Titrasi dengan NaOH O,1 N

TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 31


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

SKEMA KERJA KELARUTAN ZAT DENGAN PENAMBAHAN

SURFAKTAN

Tween 80 Tween 80 Tween 80 Tween 80 Tween 80


0,2 g 0,4 g 0,6 g 0,8 g 1g

Asam benzoat sedikit demi sedikit ad jenuh

Disaring dengan kertas saring

+ Indikator PP 0,1 %

Dititrasi dengan NaOH 0,1 N

TAT

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 32


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI DIPLOMA - III

SKEMA KERJA FENOMENA DISTRIBUSI

Asam benzoat 500 mg

+ aquadest 200 mL

100 mL+ minyak kelapa 100 mL 100 mL

Kocok 15 menit, diamkan 15 menit

25 mL 25 mL 25 mL 25 mL

+ Indikator PP 0,1%

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

TAT

(Bening → Merah muda)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 33

Anda mungkin juga menyukai