Anda di halaman 1dari 41

Pemanasan global

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu
rata-rata dari 1940 sampai 1980.

Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses


meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F)
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-
gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains
nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak
setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F)antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan
dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun
walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas
kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain
seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang
lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenishewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga
saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan
yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk
beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto,
yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Penyebab pemanasan global


o 1.1Efek rumah kaca
o 1.2Efek umpan balik
o 1.3Variasi Matahari
 2Mengukur pemanasan global
 3Model iklim
 4Dampak pemanasan global
o 4.1Iklim mulai tidak stabil
o 4.2Peningkatan permukaan laut
o 4.3Suhu global cenderung meningkat
o 4.4Gangguan ekologis
o 4.5Dampak sosial dan politik
 5Perdebatan tentang pemanasan global
 6Pengendalian pemanasan global
o 6.1Menghilangkan karbon
o 6.2Persetujuan internasional
 7Lihat pula
 8Referensi
 9Pranala luar

Penyebab pemanasan global[sunting | sunting sumber]


Efek rumah kaca[sunting | sunting sumber]
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer Bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur
dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembaliradiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena
tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F),
bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah
kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan
pemanasan global.
Efek umpan balik[sunting | sunting sumber]
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih
besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan
kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak
menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat
dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung
pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini
sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125
hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan
yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya
akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit
bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasimatahari. Hal
ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi
suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain
itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkanumpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]
Variasi Matahari[sunting | sunting sumber]

Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Variasi Matahari


Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat
ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitasmatahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak
tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitasmatahari menjadi kontributor utama
pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut
tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi
Mataharidikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun
1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan
bahwa matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global
selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan
rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
perkiraan berlebihan terhadapefek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan
pengaruh matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu
vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap
pengaruh matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-
dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan
bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari matahari pada
seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam
tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi
terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan
bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985,
baik melalui variasi dari outputmatahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]

Mengukur pemanasan global[sunting | sunting sumber]

Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global
yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunungMauna
Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah
kaca diatmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka
tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan
dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan
pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data
statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran
suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga
panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari
stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini
memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang
tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan
menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20,
tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun
1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling
panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1
derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan
oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama
seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[15]
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila
dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara
dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali
sepanjangsejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang
sangat besar.

Model iklim[sunting | sunting sumber]

Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan
scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model iklim global


Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer
berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamika fluida,transfer radiasi, dan proses-proses lainya,
dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-
model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kacaberefek pada iklim yang
lebih hangat.[16] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas
rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang
tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki
penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan
yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun
aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global
hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek
dari iklim.[17] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi
antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan
tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas
yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan
berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari laporan Khusus terhadap
skenario emisi (Special Report on Emissions Scenarios/SRES)IPCC. Yang jarang dilakukan,
model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya
menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario
A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi
juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[18][19][20]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap
model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam
menyelesaikan masalah ini.[21] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut
mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung
dari variasi Matahari.

Dampak pemanasan global[sunting | sunting sumber]


Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut,
para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatanmanusia.
Iklim mulai tidak stabil[sunting | sunting sumber]
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain
di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim
tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan
cenderung untuk meningkat.
Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap
air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan
efek insulasi padaatmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan
yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di
mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi
akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat
Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam
seratus tahun terakhir ini[22]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat
menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya.
Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang
berbeda.Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan
menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang
sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
Peningkatan permukaan laut[sunting | sunting sumber]

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume
air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 -
35 inci) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerahpantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerahBelanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapaimuara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat
di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi
dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang
sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Everglades,Florida.
Suhu global cenderung meningkat[sunting | sunting sumber]
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya
curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi darigunung-gunung yang jauh dapat menderita
jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoiralami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan ekologis[sunting | sunting sumber]
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan
cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi keutara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah
menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Dampak sosial dan politik[sunting | sunting sumber]
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan danmalagizi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana
alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematianakibat trauma. Timbulnya bencana
alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat
pengungsiandimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malagizi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq aedes aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate
change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu
sepertiISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak
menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi
pada waterborne diseasesdan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil
emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-
penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidioidomycosis, penyakit
jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

Perdebatan tentang pemanasan global[sunting | sunting sumber]


Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa
pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui
perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat
prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-
bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen
bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa
pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga
perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku
sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga
dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali
pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari
yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat
prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua
dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang
menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal
sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar mataharikembali ke angkasa luar. Pemanasan
berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi
yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan
penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi
tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur
oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut
memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih
tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada
sedikit perubahan tetapi cukup berarti.[22]
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan
di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus,
pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan
Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National
Academy of Sciencesuntuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan
Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari
prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.

Pengendalian pemanasan global[sunting | sunting sumber]


Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-
langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah
pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang
timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada
masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah
dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga
koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara.
Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke
habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebutcarbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Menghilangkan karbon[sunting | sunting sumber]
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda
dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksidayang sangat banyak, memecahnya
melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang
tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk
kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah
untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi
semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi
keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atauaquifer.
Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di
mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.
Penggunaan bahan bakar fosilmulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18.
Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak
bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di
dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya
secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena
gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila
dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaanenergi terbaharui dan energi
nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak
melepas karbon dioksida sama sekali.
Persetujuan internasional[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Protokol Kyoto
Kerja sama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brasil, 150 negara berikrar untuk
menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam
suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan
persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri
yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk
memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus
dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk
melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di
bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8
persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang,
tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W.
Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan
biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara
berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini.Protokol
Kyoto tidak berpengaruh apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang
55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu
berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, PresidenRusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini,
memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan
segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-
negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi
gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan
terhadap perjanjian ini diAmerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri
batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar
fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk
melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 miliar dollar AS, terutama disebabkan oleh
biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya
sebesar 88 miliar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk
penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih
effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh
walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon
dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga
pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk
memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler
untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan penalti
yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para
negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang
sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke
negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit
meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat
diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh
keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi
gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih
dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke
negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada diUni Eropa.

Teks Pemanasan global ke 2


Artikel Global Warming

16OKT
Global Warming

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32
°F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia”[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi
sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang
tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1]
Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan
besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain


seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global
yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan
yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain.
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol
Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penyebab pemanasan global


Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi
ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan
Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap
di bawahnya.

Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah
kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer,
pemanasan global menjadi akibatnya.

Efek umpan balik


Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses
umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus
pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya
akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air
di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir
konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini
hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di
atmosfer.

Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan,
sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan
tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat
kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC
ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila
dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan)
dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo)
oleh es.[4] Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan
atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan
menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu,
es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang
rendah.[5]

Variasi Matahari
Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat
ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca
akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.)
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah
memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek
pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan
bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur
rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan
2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman
saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan
dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu
vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh
Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan
bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan” dari Matahari
pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar
0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk
berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan
Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi
Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam
sinar kosmis.[14]

Mengukur pemanasan global


Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global.
Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program
penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari
puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi
peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer
terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang
terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi
mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun
pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan
(trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan
penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran
temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan
dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data
diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit.
Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen
permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan
bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat
pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun
terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990,
dengan 1998 menjadi yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate


Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat
Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama
disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu
akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di
atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika
emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda
di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan
masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis.
Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang
sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat
besar.

Model iklim
Prakiraan peningkatan temperature terhadap beberapa skenario kestabilan (pita berwarna)
berdasarkan Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Garis hitam menunjukkan prakiraan
terbaik; garis merah dan biru menunjukkan batas-batas kemungkinan yang dapat terjadi.
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan
scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi emisi.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model iklim global

Para ilmuan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer


berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses
lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer.
Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada
iklim yang lebih hangat.[15] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap
konsentrasi gas rumah kaca di masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada
suatu rentang tertentu.

Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk
menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan
membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai
penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.

Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan
temperature global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak
mensimulasi semua aspek dari iklim.[16] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan
bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami
atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun
1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.

Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan
berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap
Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang
dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang
biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti
(untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2).
Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[17][18][19]

Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian
terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan
dalam menyelesaikan masalah ini. [20] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih
berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik
dan tak langsung dari variasi Matahari.

Dampak pemanasan global


Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan
telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca,
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di
daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat
mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim
dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena
uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek
insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan
yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di
mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi
akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat
Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen
dalam seratus tahun terakhir ini)[21]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan
lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda.
Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi
lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Teks pemanasan global ke 3
Pengertian Pemanasan Global, Penyebab dan Dampaknya

Advertisement

Pengertian pemanasan global (global warming) banyak didefinisikan para ahli dimana proses,

penyebab, dampak/akibat dan cara mengatasi merupakan hal yang paling penting dalam kajian

seputar pemanasan global. Kita semua tahu dampaknya sangat membahayakan bagi kesehatan

bumi kita dan tentu berdampak bagi seluruh penghuni bumi. Pertama-tama mari kita

membahasPengertian Pemanasan Global. Secara Umum, Pemanasan Global (Global

Warming) adalah peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan atmosfer dan permukaan

bumi.

Menurut berbagai penelitian, pada saat ini suhu di permukaan bumi sudah menunjukkan

peningkatan yang sangat drastis yaitu sekitar 0,6°C yang terjadi dalam satu abad terakhir.

Peningkatan yang terbilang dan terlihat kecil, namun dampak pemanasan global sangat besar bagi

Bumi dan kehidupan di Bumi. Dalam gejala-gejala atau tanda-tanda terjadinya pemanasan global

dapat kita amati dan rasakan. Gejala-gejala pemanasan global adalah pergantian musim yang

sulit kita prediksi, sering terjadinya angin puting beliung, terumbu karang yang memutih, dan

banjir dan kekeringan di wilayah yang tidak biasa mengalaminya.

Advertisement

Penyebab Pemanasan Global (Global Warming) - Banyak para ahli yang mengemukakan

pendapat mengenai penyebab atau faktor-faktor terjadinya pemanasan global. Menurut para ahli

bahwa pemanasan permukaan Bumi terjadi karena meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer

yang merangkap panas, tidak hanya itu, ada banyak lagi penyebab terjadinya pemanasan global

yang perlu teman-teman ketahui dalam memperbaiki dan menanggulangi hal tersebut. Penyebab

Pemanasan Global adalah sebagai berikut...


 Efek Rumah Kaca : efek rumah kaca adalah proses atmosfer menghangatkan planet.

efek rumah kaca terjadi akibat panas yang dipantulkan ke permukaan bumi terperangkap

oleh gas-gas di atmosfer, sehingga tidak dapat diteruskan ke luar angkasa, melainkan

dipantulkan kembali ke permukaan Bumi. Efek rumah kaca memiliki manfaat bagi makhluk

hidup di Bumi, namun jika berlebihan berbahaya kehidupan di Bumi karena dapat

mempengaruhi dan mengganggu iklim.

 Meningkatnya Gas Rumah Kaca : Gas-gas memiliki sifat yang memerangkap panas,

sehingga panas yang terpantul dari permukaan bumi tidak dapat diteruskan ke cahaya

akibat dari gas tersebut, gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca. Gas yang paling

berperan adalah karbon dioksida (CO2). penyebab meningkatnya karbon dioksida adalah

pembakaran bahan bakar batu bara, pembakaran minyak bumi, pembakaran gas alam.

 Penggunaan CFC yang Tidak Terkontrol : CFC atau Cloro Flour Carbon adalah bahan

kimia yang digabungkan menjadi sebuah bahan untuk memproduksi peralatan, terkhusus

pada peralatan rumah tangga. CFC terdapat pada kulkas dan AC.

 Polusi Kendaraan berbahan bakar bensin : Kendaraan memberikan penyebab terbesar

dalam terjadi pemanasan global. Polusi yang dihasilkan kendaraan berbahan bakar bensin

seperti motor, mobil dan kendaraan lainnya dimana dari hasil pembuangannya

menghasilkan gas karbon dioksida yang berlebihan. Gas karbon dioksida merupakan

penyebab utama terjadinya pemanasan global karena karbon dioksida adalah gas yang

memerangkap panas sehingga tidak dapat keluar ke angkasa.

 Polusi Metana oleh Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan : Gas metana

menempati urutan kedua sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global. Gas

metana dapat berasal dari bahan-bahan organik yang kekurangan oksigen dari hasil

pemecahan bakteri seperti di persawahan, sedangkan pada peternakan, seperti usus

hewan ternak, meningkatnya produksi hewan ternak maka meningkatnya pula gas metana

yang dilepaskan ke permukaan bumi.

 Pengrusakan Hutan : Hutan berfungsi dalam menyerap karbon dioksida dan

mengeluarkan oksigen, jika hutan rusak akibat dari penebangan dan pembakaran, maka

yang terjadi adalah jumlah karbon dioksida yang diserap oleh hutan sedikit, dan semakin

banyak karbon yang berkumpul di atmosfer yang menyebabkan terjadinya pemanasan

global.

 Pemboroson Energi Listrik :Energi listrik sebagian besar kita gunakan adalah hasil

pembakaran dari pembakaran minyak bumi dan batu bara, dimana hasil pembakaran

tersebut menghasilkan karbon dioksida


 Populasi Kendaraan yang Terus Meningkat : Meningkatnya jumlah kendaraan maka

karbon dioksida pun yang dihasilkan dari kendaraan tersebut akan bertambah banyak dan

tentu saja menimbulkan pemanasan global.

 Pembakaran Sampah Secara Berlebihan : Pembakaran sampah berlebihan yang

dilakukan secara massal akan menyebabkan terjadinya pemanasan global karena dari hasil

pembakaran sampah tersebut adalah gas metana, yang dapat memerangkap panas.

Dampak Pemanasan Global (Global Warming) - Pemanasan global mempunyai dampak/

akibat yang sangat luas yang tentunya memberikan pengaruh bagi kehidupan di bumi, terutama

kehidupan manusia. Dampak pemanasan global adalah sebagai berikut...

 Gunung-gunung es akan mencair

 Curah hujan akan meningkat dan badai akan sering terjadi

 Air tanah cepat menguap yang akan menyebabkan kekeringan

 Angin akan bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda-beda yang dapat membentuk

angin puting beliung

 Cuaca menjadi sulit diprediksi dan lebih ekstrem, baik itu hujan ekstrem atau kekeringan

ekstrem

 Kenaikan permukaan laut yang sangat banyak akan menyebabkan Tsunami, banjir dan

pulau-pulau akan tenggelam.

 Menyebabkan kekeringan di wilayah pertanian sehingga tanaman akan rusak

 Dapat mengakibatkan gagal panen akibat dari cuaca yang ekstem dengan terjadi banjir

yang mengakibatkan tanaman pertanian akan terendam

 Meningkatnya hama pangan akibat dari perubahan iklim

 Populasi hewan dan tumbuhan akan menurun

 Meluasnya berbagai penyakit yang dapat menyerang manusia seperti DBD, malaria.

 Meningkatnya kasus orang meninggal akibat dari cuaca yang panas seperti jantung,

stroke, dehidrasi, dan stress.


Panass !!!...

Teks pemanasan global ke 4

Pemanasan Global, penyebab, dampak,


proses terjadinya pemanasan global
Pemanasan global – Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan suhu
rata – rata di seluruh permukaan bumi pada bagian atmosfir, bagian laut maupun di
daratan bumi. Dari hasil penelitian ternyata bumi telah mengalami meningkatan suhu
hingga 0,18 derajat celcius dalam 100 tahun terakhir. Peningkatan suhu bumi mulai
terjadi sejak awal abad ke 20 yang disebabkan karena meningkatnya zat gas rumah
kaca sebagai akibat dari aktivitas manusia. peningkatan suhu permukaan bumi
dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut, perubahan cuaca yang ekstrim,
terjadi perubahan jumlah dan pola presipitasi. Dampak pemanasan global yang
sangat nampak adalah hasil pertanian yang kurang bagus, gletser di kutub
menghilang serta beberapa jenis hewan mengalami kepunahan. Pemanasan global
sudah mulai menjadi masalah serius dunia sehingga negara – negara di dunia mulai
mengatur penggunaan emisi gas – gas rumah kaca. Hal ini dibuktikan dengan
ditandatanganinya protokol kyoto untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Penyebab pemanasan global
Pemanasan global – Penyebab pemanasan global cukup banyak dan kompleks
dan bisa jadi akan bertambah seiring dengan perkembangan aktivitas dan
kebutuhan manusia. beberapa aktivitas yang penting untuk dilakukan sehari – hari
tanpa sadar juga dapat menjadi penyebab pemanasan global mulai dari aktivitas di
rumah, lingkungan, alam dan bahkan kebijakan di pemerintahan dapat menjadi
penyebab pemanasan global. Berikut ini 10 penyebab pemanasan global yang
menjadi masalah serius dunia.

Penyebab pemanasan global di rumah.

1. Penggunaan listrik berlebihan

Penggunaan listrik yang terlalu banyak dirumah bahkan untuk hal – hal yang tidak
terlalu perlu sering dilakukan di rumah. semakin banyak alat elektronik di rumah
maka penggunaan listrik akan semakin banyak. Akibatnya energi yang dibutuhkan
oleh pembangkit listrik juga semakin banyak. Walaupun kita sanggup membayar
listrik tersebut tetapi penggunaan energinya yang semakin banyak dapat
meningkatkan pemanasan global. Oleh karena itu pihak PLN sering menghimbau
untuk menghemat energi listrik.

2. Kurangnya pepohonan

Pepohonan memberikan banyak peran bagi lingkungan, selain dapat membuat


lingkungan menjadi sejuk, ternyata pohon juga dapat menjadi alat untuk mengatasi
suhu panas dan menghirup Co2 yang menjadi salah satu penyebab pemanasan
global. Menanam pohon dirumah memang lebih sulit dilakukan saat ini karena
mahalnya tanah sehingga pekarangan menjadi kecil dan sempit. Sulit sekali kita
melihat warga perkotaan yang menanam pohon di depan rumahnya karena
sempitnya lahan.

3. Banyaknya bangunan menggunakan konsep rumah kaca.

Rumah kaca memang terlihat lebih indah, belakangan ini terlihat banyak sekali
gedung tinggi yang menggunakan konsep rumah kaca pada dindingnya. Dampak
yang ditimbulkannya adalah ia tidak dapat menyerap matahari melainkan
memantulkanya ke udara. Semakin banyak gedung dengan konsep rumah kaca
maka akan semakin panas lingkungan ini.

Penyebab pemanasan global dari lingkungan masyarakat

1. Jumlah kendaraan yang meningkat

Jumlah kendaraan yang ada di dunia selalu bertambah sehingga penggunaan bahan
bakar juga akan meningkat. Hasil pembakaran kendaraan bermotor selain dapat
mengganggu kesehatan juga dapat menyebabkan pemanasan global. Selain itu
pasokan energi dunia akan cepat habis. Efek dari peningkatan kendaraan juga
menimbulkan kemacetan yang merupakan masalah di kota – kota besar.

2. Asap pabrik

Adanya pabrik di seluruh dunia memberikan dampak kesejahteraan karena


melahirkan lapangan pekerjaan baru, tetapi asap yang dikeluarkan setiap harinya
dapat menjadi penyebab pemanasan global.
3. Pembakaran hutan

Pembakaran hutan biasanya dilakukan untuk membuka lahan baru untuk pertanian,
tetapi sering pula ditemukan pembakaran hutan secara ilegal sehingga kita tidak
bisa mendapatkan manfaat dari hutan yaitu untuk mengambil gas CO2, masalah lain
yang muncul adalah serignya terjadi banjir.

Penyebab pemanasan global dari alam.

1. kondisi laposan ozon yang semakin tipis.

Lapisan ozon bermanfaat untuk melindungi penduduk bumi dengan cara memfilter
sinar matahari agar gelombang yang berbahaya tidak sampai ke bumi. tetapi karena
banyaknya gas yang berada di udara menyebabkan kebocoran pada lapisan ozon.
Kebocoran ozon terjadi setiap saat sementara proses pengembaliannya
membutuhkan waktu yang sangat lama. Mungkin suatu saat lapisan ozon akan
benar – benar hilang.

2. Kondisi bumi yang tua

Usia bumi diperkirakan dsudah mencapai 4,6 milyar. dan bumi ini telah di hidupi oleh
beberapa generasi mulai dari nabi adam hingga abad 21 sudah tidak terhitung
jumlahnya. Setiap generasi pasti menyebabkan perubahan pada lingkungan
termasuk menyebabkan pemanasan global sedikit demi sedikit.

Penyebab pemanasan global dari pemerintah.

Pemerintah dalam setiap negara adalah pusat pengambil kebijakan sehingga


kebijakan baik ataupun buruk dapat berdampak pada kondisi lingkungan apakah
menyebabkan pemanasan global semakin parah atau memperbaiki lingkungan.
berikut ini beberapa kebijakan yang dapat menentukan pemanasan global.

1. Kurangnya ruang terbuka hijau di perkotaan

Ruang terbuka hijau sebanarnya adalah kebutuna utama bagi masyarakat terutama
perkotaan. ruang terbuka hijau dapat menjadi tempat rekreasi keluarga di akhir
pekan. selain itu dapat berperan pengendalikan banjir dan mengurangi zat penyebab
pemanasan global. Pada kenyataannya hingga saat ini sulit kita temukan ruang
terbuka hijau terutama di kota – kota besar.

2. Peningatan jumlah kendaraan bermotor

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor tidak bisa dilepaskan dari kebijakan


pemerintah yang memberikan kemudahan masyarakat untuk membeli kendaraan
bermotor. selain itu, minimnya sarana transportasi massal membuat masyarakat
lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Peningkatan kendaraan
pribadi dapat meningkatkan gas co2 ke udara.

Dampak pemanasan global


Dampak pemanasan global – dampak pemanasan global sudah banyak dirasakan
dan sangat merugikan bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Berikut ini adalah
dampak pemanasan global yang mungkin sebagian besar telah terjadi di sekitar kita.

1. Dampak pada daerah kutub

Es yang terdapat di daerah kutub utara akan memanas lebih cepat dibandingkan
daerah lainnya di bumi sehingga gunung – gunung es yang terdapat di sana akan
mencair dalam waktu yang cepat, daratan akan menyempit karena tertutup air,
daerah atau negara yang biasanya mengalami hujan salju tidak akan mengalami
salju lagi, pegunungan yang biasanya tertutup salju akan mencair saljunya. Banyak
pantai dan pulau yang akan tenggelam.
2. Dampak pada lautan

Pada daerah lautan akan mengalami peningkatan tinggi air laut karena mencairnya
es. Kenaikan air laut yang mencapai bagian sungai dapat menyebabkan banjir air
pasang, sehingga akan mempengaruhi ekosistem pantai. banyak pulau dan pantai
yang akan tenggelam.

3. Dampak pada pertanian.

Pada wilayah pertanian. beberapa negara akan diuntungkan dari pemanasan global
karena akan mengalami curah hujan yang lebih tinggi dan masa tanam lebih lama,
tetapi bagi masyarakat daerah gurun yang menggunakan air irigasi dari daerah
gurun akan merugi karena salju akan lebih cepat mencair sebelum masa tanam
sehingga tanaman tidak akan bisa tumbuh.

4. Dampak pada hewan dan tumuhan

Hewan dan tumbuhan adalah maklhuk yang tidak berdaya menghadapi pemanasan
global, mereka akan sulit untuk berpindah terutama tanaman. Tanaman akan tetap
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan tetapi pada akhirnya juga tidak akan
mampu menghadapi cuaca ekstrim. demikian pula dengan hewan akan kehabisan
makanan dan melakukan migrasi ke tempat lain untuk mencari sumber makanan.
Pada akhirnya hewan dan tumbuhan akan mengalami kepunahan karena sulit
bertahan hidup.

5. Dampak terhadap kesehatan manusia

Banyak manusia akan mudah terkena penyakit menular dan berbahaya seperti
demam berdarah dan malaria. banyak manusia meninggal karena mengalami
dehidrasi tinggi. Terlalu banyak polutan sehingga penyakit alergi mudah dialami
manusia. Penyakit pada kondisi tropis juga akan sering dialami manunia seperti
demam kuning. Munculnya kanker kulit karena sinar UV, terjadi katarak, dan
pelemahan sistem kekebalan tubuh.

Proses terjadinya pemanasan global


Proses terjadinya pemanasan global – Pemanasan global diawali dari cahaya
matahari yang menyinari bumi, panas yang dihasilkan cahaya matahari akan diserap
oleh bumi tetapi hanya sebagian saja sedangkan yang tidak di serap akan di
kembalikan lagi ke luang angkasa (atmosfir). namun karena di atmosfir banyak gas
penyebab efek rumah kaca seperti gas sulfur dioksida SO2, gas karbon dioksida
(CO2), dan metana, uap air dan masih banyak lagi menyebabkan panas matahari
tidak dapat keluar dari permukaan bumi dan terperangkap sehingga panas matahari
akan memantul ke bumi lagi. Hal itu terjadi secara terus – menerus setiap hari.
Semakin banyak panas matahari yang masuk ke bumi maka semakin banyak gas
yang tidak dapat dikembalikan k atmosfir menyebabkan bumi semakin panas. inilah
yang disebut dengan pemanasan global atau global warming.
Cara mengatasi pemanasan global
Cara mengatasi pemanasan global – Pemanasan global dapat diatasi bila seluruh
orang didunia melakukan hal yang sama untuk mengurangi penyebab pemanasan
global. namun sebaiknya bila anda sudah mengatahui maka mulailah dari hal yang
paling kecil dan mulailah dari diri anda sendiri baru diikuti oleh orang lain. berikut ini
cara mengatasi pemanasan global.

1. mengurangi penggunaan listrik yang tidak perlu

penggunaan listrik berlebihan dapat memicu peningkatan karbondioksida, maka


sebaiknya anda mematikan lampu disaat tidur malam hari. gunakakan peralatan
listrik yang hemat energi seperti lampu LED.

2. Hindari membuang sampah organik sembarangan karena sampah – sampah


tersebut akan menghasilkan gas metana yang merupakan penyebab pemanasan
global.

3. Tingkatkan jumlah pohon di rumah

Sebaiknya setiap rumah menama pohon yang dapat hidup bertahun – tahun untuk
membantu mengunakan karbondioksida dalam proses fotosintesis.
4. Rutin melakukan perawatan kendaraan. Kendaraan yang terawat dengan baik
maka pembuangan gasnya akan baik pula sehingga tidak menghasilkan gas yang
berbahaya, bila terdapat kerusakan pada saringan pembuangan segera perbaiki.

5. Ubah kebiasaan berkendara.

Bila anda tidak terburu – buru maka sebaiknya anda berjalan kaki ke tempat lain,
atau anda dapat membeli sepeda untuk bepergian jarak dekat, selain hemat energi
juga dapat menghemat biaya.

Demikianlah pembahasan mengenai, Pemanasan global, penyebab pemanasan


global, dampak pemanasan global, proses terjadinya pemanasan global dan
cara mengatasi pemanasan global. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.

Teks pemanasan global ke 5


global warming
Pemanasan Global
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-
rataatmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama
seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan
besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30
badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan
tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas
rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas
rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, [2] serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan
yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih
terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan
untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah
menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca.

I. Penyebab pemanasan global


1.1 Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut
berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan
Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud
radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap
di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena
tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan
global.
1.2 Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih
banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air
absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara
menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena
CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari
bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan
sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.
Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-
detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam
model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas
komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam
Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat
dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan)
dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo)oleh
es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang
terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan
menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus
yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es
yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]
1.3 Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat
oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. [6]Perbedaan antara
mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari
akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan
stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila
aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat
memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.)
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah
memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak
tahun 1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa
Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama
periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan
terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang
remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa
mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun
terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
"keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap
pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]

2. Mengukur pemanasan global


Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa
Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun
1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical
Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loadi Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka
tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari
lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-
data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan
tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu
akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang
disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang
terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran
yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang
lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar
terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus
tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan
1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1
derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh
aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan
suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan
2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah
lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah
dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau
lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[15]
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di
atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa
sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya
peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan
menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
3. Model iklim
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan
scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer
berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya,
dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini
memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih
hangat.[16] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca di
masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki
penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang
teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas
manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil
pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari
iklim.[17] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun
1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka
menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan
manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan berdasarkan
skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special
Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan
menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang
positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara
penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik
positif.[18][19][20]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap
model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan
masalah ini.[21] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-
model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.

4. Dampak pemanasan global


Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer
untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat
beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air
laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
4.1 Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya,
gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan
semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.
Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para
ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karenauap air merupakan gas
rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efekinsulasi pada atmosfer. Akan tetapi,
uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan
memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar,dimana hal ini akan menurunkan proses
pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-
rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini)[22]. Badai akan menjadi lebih sering.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih
kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda.
Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin
akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
4.2 Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara
geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di
laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20,
dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-
21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh,
dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi
lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan
negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-
rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
4.3 Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan
dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada,
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih
lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack(kumpulan salju) musim dingin, yang
berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4.4 Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung
untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah.
4.5 Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang
ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne
diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti
meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk
ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor
penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu
yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa
spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang
ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD
Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi
pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi
gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan
lain-lain.
5. Pengendalian pemanasan global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah
yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan
global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil
melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan
dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat
membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti
Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur)
habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat
secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration(menghilangkan karbon).
Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
5.1 Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan
cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang
tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan
yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi
hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke
permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di
bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atauaquifer. Hal ini telah dilakukan di
salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia,dimana karbon dioksida yang terbawa ke
permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat
kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.
Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada
saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan olehminyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai
sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung
telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon
dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara.
Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharuidan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan
karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan
limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

Teks pemanasan global KE 6


Share tentang pemanasan global atau global warming. Planet bumi masih menunjukan aktifitasnya
dan dari aktifitas internal bumi ternyata menimbulkan dampak terhadap bumi itu sendiri, dampak
tersebut antara lain berupa kenaikan suhu bumi. Aktifitas internal bumi yang berpengaruh pada
pemanasan global di bagi atas 2 golongan yaitu proses Vulkanik gunung berapi dan proses
pembusukan sampah organik.

1. Proses Vulkanik gunung berapi

Gunung berapi yang masih aktif akan mengeluarkan material dari perut bumi saat meletus. Pada
letusan yang sangat kuat, material berupa batu, pasir dan debu (abu) dan natural aerosol yang akan
terlempar ke atas. Natural aerosol dari letusan gunung berapi merupakan campuran antara cairan
dan padatan yang ada pada debu (abu) vulkanik. Batu dan pasir akan segera jatuh kembali ke bumi,
tetapi natural aeresol dan debu (abu) masih dapat melayang ke atmosfer sebelum jatuh ke bumi.
Berapa lama natural aerosol dan debu vulkanik berada di atmosfer tergantung pada kuat dan tinggi
ledakan gunung berapi.Natural aerosol dan debu vulkanik yang melayang ek bumi akan jatuh (turun)
kembali kebumi. Dalam proses jatuhnya di kenal dengan jatuhan awal dan jatuhan yang tertunda.

Jatuhan awal merupakan jatuhan yang jatuh (turun) tidak lama setelah gunung berapi meletus.
Jatuan awal tergolong jatuhan lokal dengan sebaran jatuh debu vulkanik yang tidak terlalu jauh dari
gunung berapi tersebut. Faktor angin yang bertiup mempengarui letak jatuhan. Jatuhan awal ini
relatih tidak berpengaruh pada kenaikan panas global, kecuali kenaikan panas lokal diseputaran
gunung berapi. Sedangkan jatuhan tertunda dapat menimbulkan pemanasan global karena debu
vulkanik selama masih berada di atmosfer akan membentuk selimut yang dapat menahan panas
yang di pantulkan dari permukaan bumi seningga panas akan terperangkap di atmosfer.

2. Proses pembusukan sampah organik

Sampah organik yang di tampung pada tempat pembuangan akhir sampah (TPA) akan mengalami
proses pembusukan secara alamiah. Dalam proses pembusukan secara alamih tersebut sampah akan
mengeluarkan gas methan (CH4). Oleh karena itu pengumpulan dan penampungan sampah di
tempat pembuangan akhir hanya merupakan penyelesaian sementara, terutamap dikaitkan dengan
kebersihan kota. Tempat pembuangan sampah akhir yang membirkan terjadinya pembusukan justru
akan menimbulkan masalah baru, sumber pencemaran gas methan (CH4) yang terjadi secara
alamiah.

Gas mathan (CH4) merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang kekuatanya 21 kali lipat
dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) dan ini jelas sangat berpengaruh terhadap pemantulan
panas dari bumi kembali ke bumi. Pembebesan gas methan secara alami dari proses pembusukan
sampah organik lepas ke atmosfer tak terkendali. Pembusukan sampah organik dapat juga terjadi
pada limbah pertanian, kotoran ternak, dan lain sebagainya.

3. Pengaruh Aktifitas Manusia

Gas-gas rumah kaca penyebab efek rumah kaca yang dikhawayirkan manusia sebagai penyebabkan
kenaikan suhu ternyata juga dihasilkan oleh aktifitas manusia. Secara tidak langsung, manusia ikut
andil dalam pemanasan global, melalui gas rumah kaca yang timbul akibat aktivitas manusia itu
sendiri. Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca adalah sebagai berikut :

1. Transportasi

2. Industri

3. Pembuangan sampah

4. Pembakaran stasioner, dan


5. Lain-lain

A. Akibat Pemanasan Global

1. Dampak terhadap Atmosfer

Pergeseran musim

Kembali pada masalah musim di Indonesia yang hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau
yang di akibatkan adanya perubahan arah angin yang melewati khatulistiwa. Perubahan arah angin
tersebut disebabkan oleh pergeseran kedudukan matahari dari lintang utara kelintang selatan dan
sebaliknya. Musim hujan terjadi saat matahari bergerak dari khatulistiwa ke arah lintang selatan dan
kembali lagi ke arah khatulistiwa yaitu pada bulan Oktober sampai bulan Maret. Adapun musim
kemarau terjadi pada saat kedudukan matahari bergerak ke arah lintang utara ke arah khatulistiwa
dan kembali lagi ke arah khatulistiwa yaitu dari bulan April sampai September. Lama musim hujan
dan musim kemarau secara normal yaitu berkisar 6 bulan. Bila terjadi pergeseran (perubahan)
musim akibat adanya pemanasan global maka waktu musim hujan atau musim kemarau bisa lenih
panjang atau lebih pendek dari pada waktu normalnya. Kalau hal itu terjadi, bencana banjir atau
bencana kekeringan yang di ikuti dengan bencana kelaparan akan menimpa umat manusia, seperti
yang dialami penduduk Afrika belum lama ini.

Banjir dan tanah longsor

Pada musim hujan angin banyak membawa uap air dari lautan Hindia yang akan dijatuhkan sebagian
ke daratan Indonesia. Adanya perubahan suhu Atmosfer bumi karena pemanasan global jelas akan
mempengaruhi arah angin dan ini berartia akan terjadi perubahan musim. Perubahan musim pada
saat ini dapat dirasakan dengan adanya musim hujan yang berkepanjangan, sehingga sehingga
mengakibatkan banjir dan tanah longsor di berbagai belahan bumi. Banjir dan tanah longsor adalah
bencana yang mengancam umat manusia apabila tidak dilakukan penanggulangan pemanasan
global. Banjir dan tanah longsor merusak lingkungan hidup, banyak tanaman pangan pangan rusak
akibat tergenang air bah. Selain itu, sejumlah besar pemukiman penduduk rusak akibat diterjang
banjir tanah longsor, demikianpun dengan sarana umum seperti sekolah, tempat ibadah dan pasar.

Kekeringan dan Bencana Kelaparan


Musim hujan yang berkepanjangan akan menyebabkan musim hujan yang berkepanjangan
dibelahan bumi lainya. Musim kemarau yang berkepanjangan akan menyebabkan kekeringan dan
kekurangan air yang berujung pada kegagalan panen. Sudah barang tentu hal ini berakibat bencana
kelaparan yang diikuti dengan bencana penyakit. Keadaan ini sudah pernah terjadi di afrika dan
menimbulkan banyak korban dan kematian. Bencana kekeringan, kesulitan air, gagal panen, bencana
kelaparan, merebaknya berbagai penyakit yang menggigat banyak korban adalah bencana yang
menimpa umat manusia akibat terjadinya pemanasan global, Kebakaran hutan dan meluasnya tanah
gundul.

B. Dampak terhadap Hidrosfer


1. Luas daratan kutub berkurang

Wilayah kutub Utara dan kutub Selatan terutama terdiri atas lapisan es yang semula adalah air laut
yang membeku dari laut Arktik yang menjadi daratan kutub Utara dan laut Antartika yang menjadi
daratan kutub selatan. Jadi, daratan yang ada pada kedua kutub tersebut adalah lapisan es yang
tampak megapung di atas laut Arktik dan Antartika. Bagian yang mengapung dan tampak menhadi
daratan hanya sebagian kecil dari bongkahan es raksasa. Kibat dari pemanasan global yang
berlangsung makin berkembang maka es-es raksasa pun mulai mencair dengan perlahan dan yang
menjadi korban adalah ekosostem yang ada baik hewan (beruang kutub), dan Manusia (suku
eskimo).

2. Tinggi permukaan air laut, kadar garam, dan suhu air laut berubah

Perubahan fisik air laut berupa tinggi permukaan air laut, kadar garam dan suhu air laut berubah
karena pemanasan global. Perubahan tersebut diakibatkan karena melelehnya es kutub Utara dan
kutub Selatan.Es yang memeleh menjadi air laut sudah barang tentu akan menambah volume air
laut, sehingga permukaan air laut akan naik. Selain itu, kadar garam air laut berubah menjadi lebih
rendah dari kadar semula. Perubahan kadar garam air laut jelas akan berpengaruh terhadap makhluk
hidup yang ada dilaut.

Usaha Penanggulangan Pemanasan Global

A. Tindakan Teknis

Tindakan teknis adalah suatu usaha penaggulangan dampak pemanasan global yang secara teknis
dapat segera dilakukan untuk penyelamatan lingkungan,terutama berkaitan dengan dampak
pemanasan global.

1. Pemanenan GRC CH4

Pada saat ini pembuangan sampah organik ditampung pada tempat pembuangan akhir (TPA) hal itu
dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi (pembusukan) secara alami. Proses pembusukan
sampah tersebut akan mengeluarkan methan (CH4) yang merupakan gas runah kaca sangat
berbahaya. Tempat pembuangan sampah yang membiarkan sampah mengalami pembusujan secara
alami adalah masalah baru. Dengan masalah tersebut harus dilakukanya pemanenan gas rumah kaca
CH4 yang keluar dari pembusukan sampah secara alamiah.Hasil panen gas CH4 tersebut dapat
dimanfaatkan kepentingan rumah tangga atau kepentingan lain sebagai pengganti bahan bakar.
Adapun prinsip pemanenan gas rumah kaca adalah penampungan limbahorganik kedalam converter
atau digester. Setelah proses pembusukan limbah organik berjalan maka gas CH4 akan keluar dari
proses pembusukan sampah. Gas methan yang keluar kmudian disalurkan ke wadah penampungan
(tangki). Khusus. Gas methan yang terkumpul ini bisa menjadi bahan bakar. Cara mengubah limbah
organik ini sudah banyak dilakukan dipedesaan bahkan ada beberapa tempat pembuangan akhir
yang sudah disediakan alat dilgester ini.
2. Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik

Limbah organik yang di hasilkan Manusia atau antropogenic waste cukup banyak dan bila
dimanfaatkan maka akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi yang mengahasilkan gas
CH4. Agar tidak menghasilkan gas CH4 pemanfaatan limbah organik harus dilakukan dengan proses
aerob sehingga gas yang keluar adalah CO2. Walaupun termasuk gas rumah kaca, gas CO2 masih
lebih lunak atau potensi penyebab efek rumah kaca masih lebih rendah dari pada CH4. Daya potensi
gas CH4 menyebabkan efek rumah kaca lebih kuat kira-kira 21 kali gas CO2.

Pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk organik harus dilakukan dengan cara aerob. Pupuk
organik yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemupukan sayur-sayuran, buah-buahan dan
tanaman lainya. Pemakaian pupuk organik jauh lebih baik dari pada pupuk kimia (anorganik). Untuk
mempercepat proses dekomposisi, ke dalam limbah organik diberi biodekomposer.
Biodekomposer banyak digunakan dalam proses pemanfaatan limbah organik menjadi kompos
(pupuk tananaman).

3. Reboisasi lahan gundul

Penghijauan lahan gundul adalah bagian dari usaha konservasi alam atau pelestarian alam yang telah
rusak akibat ulah manusia. Penghijauan lahan gundul dapat diharapkan dapat mengurangi bencana
yang diakibatkan oleh pemanasan global Penghijauan lahan gundul berdampak antara lain :

Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah perbukitan dan mengurangi abrasi laut untuk
daerah lahan pantai, Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah serta menahan industri
air laut Memelihara keanekaragaman hayati

4. Menaikan kadar oksigen dalam udara lingkungan

B. Tindakan non teknis

Adapun tindakan nonteknis yang dimaksud adalah melaksanakan perundang-undangan yang


berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Apabila perundang-undangan yang berkaitan dengan
masalah lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan baik, tentu akan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup yang baik pula.

C. Gerakan Nasional

Gerakan nasional untuk mencegah pemanasan global harus dimulai dari sekarang. Agar gerakan
nasional ini dapat secara serempak diikuti oleh segenap lapisan masyarakat, harus dimulai dan diberi
contoh oleh pemerintah. Pemerintah selaku promotor gerakan nasional ini harus dapat memberi
contoh program-program yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat dalam waktu yang tidak
relatif terlalu lama. Misalnya, pemerikasaan, pengawasan dan penertiban pengelolaan sampah dan
pencemaran udara (polusi).

D. Gerakan Internasional
Apabila gerakan nasional dilakukan oleh setiap negara yang peduli terhadap masalah lingkungan
hidup maka gerakan internasional akan lebih mudah untuk digalang secara bersama-sama. Gerakan
internasional dapat diawali oleh negara-negara yang terletak pada suatu kawasan, kemudian di
kembangakan ke kawasan lain. Sebagai contoh, negara-negara yang terletak pada suatu kawasan,
seperti negara-negara anggota ASEAN ataupun negara-negara anggota SAC yang terdiri atas India,
Pakistan, Bangladesh, Nepal, Srilanka, Dan Maladewa.

Seandainya negara yang terletak pada suatu kawasan mempunyai kepedulian yang sama terhadap
masalah lingkungan hidup maka kerjasama bisa di tingkatkan antar kawasan. Contohnya kerjasama
antar kawasan ASEAN dengan SAC dan dengan negara-negara teluk. Setelah kerja sama antar
kawasan dicapai, selanjutnya dapat ditingkatkan lebih jauh menjadi kerjasama antar negara di
seluruh dunia di bawah bendera PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

Link Sumber : http://www.atobasahona.com/2016/05/artikel-pemanasan-


global.html#ixzz4dd277NOn

Anda mungkin juga menyukai