Pemanasan Global
Pemanasan Global
Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu
rata-rata dari 1940 sampai 1980.
Daftar isi
[sembunyikan]
Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini
dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global
yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunungMauna
Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah
kaca diatmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka
tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan
dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan
pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data
statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran
suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga
panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari
stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini
memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang
tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan
menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20,
tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun
1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling
panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1
derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan
oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama
seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[15]
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila
dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara
dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali
sepanjangsejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang
sangat besar.
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan
scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume
air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 -
35 inci) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerahpantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerahBelanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapaimuara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat
di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi
dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang
sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Everglades,Florida.
Suhu global cenderung meningkat[sunting | sunting sumber]
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya
curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi darigunung-gunung yang jauh dapat menderita
jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoiralami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan ekologis[sunting | sunting sumber]
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan
cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi keutara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah
menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Dampak sosial dan politik[sunting | sunting sumber]
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan danmalagizi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana
alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematianakibat trauma. Timbulnya bencana
alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat
pengungsiandimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malagizi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq aedes aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate
change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu
sepertiISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak
menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi
pada waterborne diseasesdan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil
emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-
penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidioidomycosis, penyakit
jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
16OKT
Global Warming
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32
°F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia”[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi
sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang
tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1]
Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan
besarnya kapasitas panas dari lautan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan
yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain.
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol
Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap
di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah
kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer,
pemanasan global menjadi akibatnya.
Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan,
sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan
tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat
kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC
ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila
dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan)
dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo)
oleh es.[4] Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan
atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan
menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu,
es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang
rendah.[5]
Variasi Matahari
Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat
ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca
akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.)
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah
memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek
pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan
bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur
rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan
2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman
saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan
dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu
vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh
Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan
bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan” dari Matahari
pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar
0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk
berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan
Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi
Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam
sinar kosmis.[14]
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan
mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global.
Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program
penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari
puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi
peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer
terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang
terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi
mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun
pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan
(trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan
penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran
temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan
dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data
diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit.
Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen
permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan
bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat
pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun
terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990,
dengan 1998 menjadi yang paling panas.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu
akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di
atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika
emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda
di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan
masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis.
Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang
sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat
besar.
Model iklim
Prakiraan peningkatan temperature terhadap beberapa skenario kestabilan (pita berwarna)
berdasarkan Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Garis hitam menunjukkan prakiraan
terbaik; garis merah dan biru menunjukkan batas-batas kemungkinan yang dapat terjadi.
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan
scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi emisi.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model iklim global
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F
hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk
menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan
membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai
penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan
temperature global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak
mensimulasi semua aspek dari iklim.[16] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan
bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami
atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun
1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan
berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap
Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang
dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang
biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti
(untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2).
Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[17][18][19]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian
terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan
dalam menyelesaikan masalah ini. [20] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih
berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik
dan tak langsung dari variasi Matahari.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena
uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek
insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan
yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di
mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi
akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat
Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen
dalam seratus tahun terakhir ini)[21]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan
lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda.
Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi
lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Teks pemanasan global ke 3
Pengertian Pemanasan Global, Penyebab dan Dampaknya
Advertisement
Pengertian pemanasan global (global warming) banyak didefinisikan para ahli dimana proses,
penyebab, dampak/akibat dan cara mengatasi merupakan hal yang paling penting dalam kajian
seputar pemanasan global. Kita semua tahu dampaknya sangat membahayakan bagi kesehatan
bumi kita dan tentu berdampak bagi seluruh penghuni bumi. Pertama-tama mari kita
Warming) adalah peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan atmosfer dan permukaan
bumi.
Menurut berbagai penelitian, pada saat ini suhu di permukaan bumi sudah menunjukkan
peningkatan yang sangat drastis yaitu sekitar 0,6°C yang terjadi dalam satu abad terakhir.
Peningkatan yang terbilang dan terlihat kecil, namun dampak pemanasan global sangat besar bagi
Bumi dan kehidupan di Bumi. Dalam gejala-gejala atau tanda-tanda terjadinya pemanasan global
dapat kita amati dan rasakan. Gejala-gejala pemanasan global adalah pergantian musim yang
sulit kita prediksi, sering terjadinya angin puting beliung, terumbu karang yang memutih, dan
Advertisement
Penyebab Pemanasan Global (Global Warming) - Banyak para ahli yang mengemukakan
pendapat mengenai penyebab atau faktor-faktor terjadinya pemanasan global. Menurut para ahli
bahwa pemanasan permukaan Bumi terjadi karena meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer
yang merangkap panas, tidak hanya itu, ada banyak lagi penyebab terjadinya pemanasan global
yang perlu teman-teman ketahui dalam memperbaiki dan menanggulangi hal tersebut. Penyebab
efek rumah kaca terjadi akibat panas yang dipantulkan ke permukaan bumi terperangkap
oleh gas-gas di atmosfer, sehingga tidak dapat diteruskan ke luar angkasa, melainkan
dipantulkan kembali ke permukaan Bumi. Efek rumah kaca memiliki manfaat bagi makhluk
hidup di Bumi, namun jika berlebihan berbahaya kehidupan di Bumi karena dapat
Meningkatnya Gas Rumah Kaca : Gas-gas memiliki sifat yang memerangkap panas,
sehingga panas yang terpantul dari permukaan bumi tidak dapat diteruskan ke cahaya
akibat dari gas tersebut, gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca. Gas yang paling
berperan adalah karbon dioksida (CO2). penyebab meningkatnya karbon dioksida adalah
pembakaran bahan bakar batu bara, pembakaran minyak bumi, pembakaran gas alam.
Penggunaan CFC yang Tidak Terkontrol : CFC atau Cloro Flour Carbon adalah bahan
kimia yang digabungkan menjadi sebuah bahan untuk memproduksi peralatan, terkhusus
pada peralatan rumah tangga. CFC terdapat pada kulkas dan AC.
dalam terjadi pemanasan global. Polusi yang dihasilkan kendaraan berbahan bakar bensin
seperti motor, mobil dan kendaraan lainnya dimana dari hasil pembuangannya
menghasilkan gas karbon dioksida yang berlebihan. Gas karbon dioksida merupakan
penyebab utama terjadinya pemanasan global karena karbon dioksida adalah gas yang
menempati urutan kedua sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global. Gas
metana dapat berasal dari bahan-bahan organik yang kekurangan oksigen dari hasil
hewan ternak, meningkatnya produksi hewan ternak maka meningkatnya pula gas metana
mengeluarkan oksigen, jika hutan rusak akibat dari penebangan dan pembakaran, maka
yang terjadi adalah jumlah karbon dioksida yang diserap oleh hutan sedikit, dan semakin
global.
Pemboroson Energi Listrik :Energi listrik sebagian besar kita gunakan adalah hasil
pembakaran dari pembakaran minyak bumi dan batu bara, dimana hasil pembakaran
karbon dioksida pun yang dihasilkan dari kendaraan tersebut akan bertambah banyak dan
dilakukan secara massal akan menyebabkan terjadinya pemanasan global karena dari hasil
pembakaran sampah tersebut adalah gas metana, yang dapat memerangkap panas.
akibat yang sangat luas yang tentunya memberikan pengaruh bagi kehidupan di bumi, terutama
Angin akan bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda-beda yang dapat membentuk
Cuaca menjadi sulit diprediksi dan lebih ekstrem, baik itu hujan ekstrem atau kekeringan
ekstrem
Kenaikan permukaan laut yang sangat banyak akan menyebabkan Tsunami, banjir dan
Dapat mengakibatkan gagal panen akibat dari cuaca yang ekstem dengan terjadi banjir
Meluasnya berbagai penyakit yang dapat menyerang manusia seperti DBD, malaria.
Meningkatnya kasus orang meninggal akibat dari cuaca yang panas seperti jantung,
Penggunaan listrik yang terlalu banyak dirumah bahkan untuk hal – hal yang tidak
terlalu perlu sering dilakukan di rumah. semakin banyak alat elektronik di rumah
maka penggunaan listrik akan semakin banyak. Akibatnya energi yang dibutuhkan
oleh pembangkit listrik juga semakin banyak. Walaupun kita sanggup membayar
listrik tersebut tetapi penggunaan energinya yang semakin banyak dapat
meningkatkan pemanasan global. Oleh karena itu pihak PLN sering menghimbau
untuk menghemat energi listrik.
2. Kurangnya pepohonan
Rumah kaca memang terlihat lebih indah, belakangan ini terlihat banyak sekali
gedung tinggi yang menggunakan konsep rumah kaca pada dindingnya. Dampak
yang ditimbulkannya adalah ia tidak dapat menyerap matahari melainkan
memantulkanya ke udara. Semakin banyak gedung dengan konsep rumah kaca
maka akan semakin panas lingkungan ini.
Jumlah kendaraan yang ada di dunia selalu bertambah sehingga penggunaan bahan
bakar juga akan meningkat. Hasil pembakaran kendaraan bermotor selain dapat
mengganggu kesehatan juga dapat menyebabkan pemanasan global. Selain itu
pasokan energi dunia akan cepat habis. Efek dari peningkatan kendaraan juga
menimbulkan kemacetan yang merupakan masalah di kota – kota besar.
2. Asap pabrik
Pembakaran hutan biasanya dilakukan untuk membuka lahan baru untuk pertanian,
tetapi sering pula ditemukan pembakaran hutan secara ilegal sehingga kita tidak
bisa mendapatkan manfaat dari hutan yaitu untuk mengambil gas CO2, masalah lain
yang muncul adalah serignya terjadi banjir.
Lapisan ozon bermanfaat untuk melindungi penduduk bumi dengan cara memfilter
sinar matahari agar gelombang yang berbahaya tidak sampai ke bumi. tetapi karena
banyaknya gas yang berada di udara menyebabkan kebocoran pada lapisan ozon.
Kebocoran ozon terjadi setiap saat sementara proses pengembaliannya
membutuhkan waktu yang sangat lama. Mungkin suatu saat lapisan ozon akan
benar – benar hilang.
Usia bumi diperkirakan dsudah mencapai 4,6 milyar. dan bumi ini telah di hidupi oleh
beberapa generasi mulai dari nabi adam hingga abad 21 sudah tidak terhitung
jumlahnya. Setiap generasi pasti menyebabkan perubahan pada lingkungan
termasuk menyebabkan pemanasan global sedikit demi sedikit.
Ruang terbuka hijau sebanarnya adalah kebutuna utama bagi masyarakat terutama
perkotaan. ruang terbuka hijau dapat menjadi tempat rekreasi keluarga di akhir
pekan. selain itu dapat berperan pengendalikan banjir dan mengurangi zat penyebab
pemanasan global. Pada kenyataannya hingga saat ini sulit kita temukan ruang
terbuka hijau terutama di kota – kota besar.
Es yang terdapat di daerah kutub utara akan memanas lebih cepat dibandingkan
daerah lainnya di bumi sehingga gunung – gunung es yang terdapat di sana akan
mencair dalam waktu yang cepat, daratan akan menyempit karena tertutup air,
daerah atau negara yang biasanya mengalami hujan salju tidak akan mengalami
salju lagi, pegunungan yang biasanya tertutup salju akan mencair saljunya. Banyak
pantai dan pulau yang akan tenggelam.
2. Dampak pada lautan
Pada daerah lautan akan mengalami peningkatan tinggi air laut karena mencairnya
es. Kenaikan air laut yang mencapai bagian sungai dapat menyebabkan banjir air
pasang, sehingga akan mempengaruhi ekosistem pantai. banyak pulau dan pantai
yang akan tenggelam.
Pada wilayah pertanian. beberapa negara akan diuntungkan dari pemanasan global
karena akan mengalami curah hujan yang lebih tinggi dan masa tanam lebih lama,
tetapi bagi masyarakat daerah gurun yang menggunakan air irigasi dari daerah
gurun akan merugi karena salju akan lebih cepat mencair sebelum masa tanam
sehingga tanaman tidak akan bisa tumbuh.
Hewan dan tumbuhan adalah maklhuk yang tidak berdaya menghadapi pemanasan
global, mereka akan sulit untuk berpindah terutama tanaman. Tanaman akan tetap
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan tetapi pada akhirnya juga tidak akan
mampu menghadapi cuaca ekstrim. demikian pula dengan hewan akan kehabisan
makanan dan melakukan migrasi ke tempat lain untuk mencari sumber makanan.
Pada akhirnya hewan dan tumbuhan akan mengalami kepunahan karena sulit
bertahan hidup.
Banyak manusia akan mudah terkena penyakit menular dan berbahaya seperti
demam berdarah dan malaria. banyak manusia meninggal karena mengalami
dehidrasi tinggi. Terlalu banyak polutan sehingga penyakit alergi mudah dialami
manusia. Penyakit pada kondisi tropis juga akan sering dialami manunia seperti
demam kuning. Munculnya kanker kulit karena sinar UV, terjadi katarak, dan
pelemahan sistem kekebalan tubuh.
Sebaiknya setiap rumah menama pohon yang dapat hidup bertahun – tahun untuk
membantu mengunakan karbondioksida dalam proses fotosintesis.
4. Rutin melakukan perawatan kendaraan. Kendaraan yang terawat dengan baik
maka pembuangan gasnya akan baik pula sehingga tidak menghasilkan gas yang
berbahaya, bila terdapat kerusakan pada saringan pembuangan segera perbaiki.
Bila anda tidak terburu – buru maka sebaiknya anda berjalan kaki ke tempat lain,
atau anda dapat membeli sepeda untuk bepergian jarak dekat, selain hemat energi
juga dapat menghemat biaya.
Gunung berapi yang masih aktif akan mengeluarkan material dari perut bumi saat meletus. Pada
letusan yang sangat kuat, material berupa batu, pasir dan debu (abu) dan natural aerosol yang akan
terlempar ke atas. Natural aerosol dari letusan gunung berapi merupakan campuran antara cairan
dan padatan yang ada pada debu (abu) vulkanik. Batu dan pasir akan segera jatuh kembali ke bumi,
tetapi natural aeresol dan debu (abu) masih dapat melayang ke atmosfer sebelum jatuh ke bumi.
Berapa lama natural aerosol dan debu vulkanik berada di atmosfer tergantung pada kuat dan tinggi
ledakan gunung berapi.Natural aerosol dan debu vulkanik yang melayang ek bumi akan jatuh (turun)
kembali kebumi. Dalam proses jatuhnya di kenal dengan jatuhan awal dan jatuhan yang tertunda.
Jatuhan awal merupakan jatuhan yang jatuh (turun) tidak lama setelah gunung berapi meletus.
Jatuan awal tergolong jatuhan lokal dengan sebaran jatuh debu vulkanik yang tidak terlalu jauh dari
gunung berapi tersebut. Faktor angin yang bertiup mempengarui letak jatuhan. Jatuhan awal ini
relatih tidak berpengaruh pada kenaikan panas global, kecuali kenaikan panas lokal diseputaran
gunung berapi. Sedangkan jatuhan tertunda dapat menimbulkan pemanasan global karena debu
vulkanik selama masih berada di atmosfer akan membentuk selimut yang dapat menahan panas
yang di pantulkan dari permukaan bumi seningga panas akan terperangkap di atmosfer.
Sampah organik yang di tampung pada tempat pembuangan akhir sampah (TPA) akan mengalami
proses pembusukan secara alamiah. Dalam proses pembusukan secara alamih tersebut sampah akan
mengeluarkan gas methan (CH4). Oleh karena itu pengumpulan dan penampungan sampah di
tempat pembuangan akhir hanya merupakan penyelesaian sementara, terutamap dikaitkan dengan
kebersihan kota. Tempat pembuangan sampah akhir yang membirkan terjadinya pembusukan justru
akan menimbulkan masalah baru, sumber pencemaran gas methan (CH4) yang terjadi secara
alamiah.
Gas mathan (CH4) merupakan salah satu komponen gas rumah kaca yang kekuatanya 21 kali lipat
dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) dan ini jelas sangat berpengaruh terhadap pemantulan
panas dari bumi kembali ke bumi. Pembebesan gas methan secara alami dari proses pembusukan
sampah organik lepas ke atmosfer tak terkendali. Pembusukan sampah organik dapat juga terjadi
pada limbah pertanian, kotoran ternak, dan lain sebagainya.
Gas-gas rumah kaca penyebab efek rumah kaca yang dikhawayirkan manusia sebagai penyebabkan
kenaikan suhu ternyata juga dihasilkan oleh aktifitas manusia. Secara tidak langsung, manusia ikut
andil dalam pemanasan global, melalui gas rumah kaca yang timbul akibat aktivitas manusia itu
sendiri. Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca adalah sebagai berikut :
1. Transportasi
2. Industri
3. Pembuangan sampah
Pergeseran musim
Kembali pada masalah musim di Indonesia yang hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau
yang di akibatkan adanya perubahan arah angin yang melewati khatulistiwa. Perubahan arah angin
tersebut disebabkan oleh pergeseran kedudukan matahari dari lintang utara kelintang selatan dan
sebaliknya. Musim hujan terjadi saat matahari bergerak dari khatulistiwa ke arah lintang selatan dan
kembali lagi ke arah khatulistiwa yaitu pada bulan Oktober sampai bulan Maret. Adapun musim
kemarau terjadi pada saat kedudukan matahari bergerak ke arah lintang utara ke arah khatulistiwa
dan kembali lagi ke arah khatulistiwa yaitu dari bulan April sampai September. Lama musim hujan
dan musim kemarau secara normal yaitu berkisar 6 bulan. Bila terjadi pergeseran (perubahan)
musim akibat adanya pemanasan global maka waktu musim hujan atau musim kemarau bisa lenih
panjang atau lebih pendek dari pada waktu normalnya. Kalau hal itu terjadi, bencana banjir atau
bencana kekeringan yang di ikuti dengan bencana kelaparan akan menimpa umat manusia, seperti
yang dialami penduduk Afrika belum lama ini.
Pada musim hujan angin banyak membawa uap air dari lautan Hindia yang akan dijatuhkan sebagian
ke daratan Indonesia. Adanya perubahan suhu Atmosfer bumi karena pemanasan global jelas akan
mempengaruhi arah angin dan ini berartia akan terjadi perubahan musim. Perubahan musim pada
saat ini dapat dirasakan dengan adanya musim hujan yang berkepanjangan, sehingga sehingga
mengakibatkan banjir dan tanah longsor di berbagai belahan bumi. Banjir dan tanah longsor adalah
bencana yang mengancam umat manusia apabila tidak dilakukan penanggulangan pemanasan
global. Banjir dan tanah longsor merusak lingkungan hidup, banyak tanaman pangan pangan rusak
akibat tergenang air bah. Selain itu, sejumlah besar pemukiman penduduk rusak akibat diterjang
banjir tanah longsor, demikianpun dengan sarana umum seperti sekolah, tempat ibadah dan pasar.
Wilayah kutub Utara dan kutub Selatan terutama terdiri atas lapisan es yang semula adalah air laut
yang membeku dari laut Arktik yang menjadi daratan kutub Utara dan laut Antartika yang menjadi
daratan kutub selatan. Jadi, daratan yang ada pada kedua kutub tersebut adalah lapisan es yang
tampak megapung di atas laut Arktik dan Antartika. Bagian yang mengapung dan tampak menhadi
daratan hanya sebagian kecil dari bongkahan es raksasa. Kibat dari pemanasan global yang
berlangsung makin berkembang maka es-es raksasa pun mulai mencair dengan perlahan dan yang
menjadi korban adalah ekosostem yang ada baik hewan (beruang kutub), dan Manusia (suku
eskimo).
2. Tinggi permukaan air laut, kadar garam, dan suhu air laut berubah
Perubahan fisik air laut berupa tinggi permukaan air laut, kadar garam dan suhu air laut berubah
karena pemanasan global. Perubahan tersebut diakibatkan karena melelehnya es kutub Utara dan
kutub Selatan.Es yang memeleh menjadi air laut sudah barang tentu akan menambah volume air
laut, sehingga permukaan air laut akan naik. Selain itu, kadar garam air laut berubah menjadi lebih
rendah dari kadar semula. Perubahan kadar garam air laut jelas akan berpengaruh terhadap makhluk
hidup yang ada dilaut.
A. Tindakan Teknis
Tindakan teknis adalah suatu usaha penaggulangan dampak pemanasan global yang secara teknis
dapat segera dilakukan untuk penyelamatan lingkungan,terutama berkaitan dengan dampak
pemanasan global.
Pada saat ini pembuangan sampah organik ditampung pada tempat pembuangan akhir (TPA) hal itu
dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi (pembusukan) secara alami. Proses pembusukan
sampah tersebut akan mengeluarkan methan (CH4) yang merupakan gas runah kaca sangat
berbahaya. Tempat pembuangan sampah yang membiarkan sampah mengalami pembusujan secara
alami adalah masalah baru. Dengan masalah tersebut harus dilakukanya pemanenan gas rumah kaca
CH4 yang keluar dari pembusukan sampah secara alamiah.Hasil panen gas CH4 tersebut dapat
dimanfaatkan kepentingan rumah tangga atau kepentingan lain sebagai pengganti bahan bakar.
Adapun prinsip pemanenan gas rumah kaca adalah penampungan limbahorganik kedalam converter
atau digester. Setelah proses pembusukan limbah organik berjalan maka gas CH4 akan keluar dari
proses pembusukan sampah. Gas methan yang keluar kmudian disalurkan ke wadah penampungan
(tangki). Khusus. Gas methan yang terkumpul ini bisa menjadi bahan bakar. Cara mengubah limbah
organik ini sudah banyak dilakukan dipedesaan bahkan ada beberapa tempat pembuangan akhir
yang sudah disediakan alat dilgester ini.
2. Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik
Limbah organik yang di hasilkan Manusia atau antropogenic waste cukup banyak dan bila
dimanfaatkan maka akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi yang mengahasilkan gas
CH4. Agar tidak menghasilkan gas CH4 pemanfaatan limbah organik harus dilakukan dengan proses
aerob sehingga gas yang keluar adalah CO2. Walaupun termasuk gas rumah kaca, gas CO2 masih
lebih lunak atau potensi penyebab efek rumah kaca masih lebih rendah dari pada CH4. Daya potensi
gas CH4 menyebabkan efek rumah kaca lebih kuat kira-kira 21 kali gas CO2.
Pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk organik harus dilakukan dengan cara aerob. Pupuk
organik yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemupukan sayur-sayuran, buah-buahan dan
tanaman lainya. Pemakaian pupuk organik jauh lebih baik dari pada pupuk kimia (anorganik). Untuk
mempercepat proses dekomposisi, ke dalam limbah organik diberi biodekomposer.
Biodekomposer banyak digunakan dalam proses pemanfaatan limbah organik menjadi kompos
(pupuk tananaman).
Penghijauan lahan gundul adalah bagian dari usaha konservasi alam atau pelestarian alam yang telah
rusak akibat ulah manusia. Penghijauan lahan gundul dapat diharapkan dapat mengurangi bencana
yang diakibatkan oleh pemanasan global Penghijauan lahan gundul berdampak antara lain :
Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah perbukitan dan mengurangi abrasi laut untuk
daerah lahan pantai, Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah serta menahan industri
air laut Memelihara keanekaragaman hayati
C. Gerakan Nasional
Gerakan nasional untuk mencegah pemanasan global harus dimulai dari sekarang. Agar gerakan
nasional ini dapat secara serempak diikuti oleh segenap lapisan masyarakat, harus dimulai dan diberi
contoh oleh pemerintah. Pemerintah selaku promotor gerakan nasional ini harus dapat memberi
contoh program-program yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat dalam waktu yang tidak
relatif terlalu lama. Misalnya, pemerikasaan, pengawasan dan penertiban pengelolaan sampah dan
pencemaran udara (polusi).
D. Gerakan Internasional
Apabila gerakan nasional dilakukan oleh setiap negara yang peduli terhadap masalah lingkungan
hidup maka gerakan internasional akan lebih mudah untuk digalang secara bersama-sama. Gerakan
internasional dapat diawali oleh negara-negara yang terletak pada suatu kawasan, kemudian di
kembangakan ke kawasan lain. Sebagai contoh, negara-negara yang terletak pada suatu kawasan,
seperti negara-negara anggota ASEAN ataupun negara-negara anggota SAC yang terdiri atas India,
Pakistan, Bangladesh, Nepal, Srilanka, Dan Maladewa.
Seandainya negara yang terletak pada suatu kawasan mempunyai kepedulian yang sama terhadap
masalah lingkungan hidup maka kerjasama bisa di tingkatkan antar kawasan. Contohnya kerjasama
antar kawasan ASEAN dengan SAC dan dengan negara-negara teluk. Setelah kerja sama antar
kawasan dicapai, selanjutnya dapat ditingkatkan lebih jauh menjadi kerjasama antar negara di
seluruh dunia di bawah bendera PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)