Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JURNAL

Jurnal 1. PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN


SEJARAH SMA MENGGUNAKAN ASSURE

Pada junal ini membahas tentang pengembagan model pembelajaran sejarah melalui model
Blended Learning dengan menggunakan Assure. Perkembangan teknologi di Era sekarang ini
sangat pesat. Berbagai kemajuan teknologi dapat diperoleh dengan mudahnya di mana dan kapan
saja. Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya perkembangan teknologi itu, dapat
dilakukan juga pengembangan model pembelajaran, khususnya untuk bidang studi sejarah.
Pengembangan model Blended Learning dengan menggunakan Assure dianggap sangat efektif,
dan praktis untuk dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pada bidang studi sejarah.
Pengembangan model pembelajaran ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki keterampilan
dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru melalui media online dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Seringnya penggunaan media online itu sendiri dapat
dibuktikan bahwa saat ini peserta didik telah terbiasa menggunakan media tersebut. Model
Blended Learning sendiri merupakan model pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik tidak
hanya dilakukan melalui face to face, tetapi juga dapat dilakukan dengan online. Beberapa alasan
peneliti mengembangkan model pembelajaran ini adalah untuk melatih peserta didik dalam
menggunakan mediaonline agar dapat sesuai dengan kebutuhan peserta didik tersebut. Selain itu,
pihak sekolah saat inipun dapat memberikan fasilitas kemudahan bagi kebutuhan peserta didiknya,
seperti pengadaan wifi dan fasilitas laboratorium komputer.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran sejarah yang layak,
praktis, dan efektif melalui model Blended Learning dengan menggunakan ASSURE. Penelitian
ini memerlukan alat pembelajaran yang sesuai dengan model Blended Learning dengan
menggunakan ASSURE, yaitu sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak
instruksional dan pengiring yang dikembangkan secara bersamaan dengan model Blended
Learningdengan menggunakan ASSURE melalui uji coba tim validasi, uji coba perorangan, uji
coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan.

Hasil penelitian pengembangan ini dapat diketahui melalui tim validasi (terdiri dari ahli materi
pembelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, dan ahli bahasa) dan uji coba
produk yang meliputi uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Hasil
validasi untuk ahli materi pembelajaran yang diperoleh sebesar 90,43%, hasil validasi untuk ahli
mediaa pembeajaran memiliki nilai 91,11%, dan hasil validasi untuk ahli bahasa memiliki skor
90% Setelah dilakukan penelitian, hasil yang diperoleh untuk pengembangan model
pembelajaran Blended Learning dengan menggunakanASSURE dapat dikatakan sangat baik
digunakan untuk peserta didik, sehingga model pembelajaran tersebut tidak perlu dilakukan revisi.

Jadi, berdasarkan data yang telah dijelaskan di atas, dapat dianalisis bahwa model
pembelajaran Blended Learning menggunakan ASSURE sangat sesuai diterapkan untuk mata
pelajaran sejarah. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil yang menyebutkan bahwa model
pembelajaran Blended Learning menggunakanASSURE tidak perlu dilakukan revisi lagi dan
dikatakan layak untuk diteraapkan pada peserta didik yang menempuh mata pelajaran sejarah. Hal
ini dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan penggunaan model dalam pembelajaran
selanjutnya. Dengan menggunakan model ini, peserta didik dapat menghindari kebosanan peserta
didik terhadap mata pembelajaran sejarah yang begitu kompleks dan diakronik. Model
pembelajaran ini, dapat digunakan secara layak pada pembelajaran sejarah setelah dilakukan
penelitian pengembangan mengenai model pembelajaran ini. Penilaian skor persentase untuk
model pembelajaranBlended Learning menggunakan ASSURE memiliki keunggulan
dibandingkan dengan penggunaan metode ceramah (konvensional), penggunaan ilustrasi gambar
yang menarik, dan penggunaan intonasi suara yang jelas .

Jurnal 2. PENERAPAN STRATEGI SQ3R DENGAN METODE BUZZ GROUP UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK
KELAS X-IIS 2 SMAN KUNIR-LUMAJANG TAHUN AJARAN 2013/2014

Pembelajaran sejarah memliki sifat yang komplek mengenai peristiwa atau kejadian-kejadian di
masa lampau. Peristiwa tersebut saling berkaitan antara yang satu denganyang lain, maka dari itu
pembeajaran sejarah membutuhkan suatu metode pembelajaran yag dapat menunjang keefektifan
dari bidang studi sejarah tersebut. Permasalahan penggunaan strategi pembelajaran sejarah oleh
pendidik masih saja sering terjadi. Pada saat ini, pendidik masih saja masih menggunakan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru (pembelajaran langsung). Oleh karena itu, sekolah yang
masih menerapkan pembelajaran langsung mengakibatkan motivasi belajar peserta didik masih
rendah sehingga hasil belajar yang diperoleh masih belum mencapai kriteria ketuntasan.

Pada jurnal ini membahas tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar sejarah dengan
menerapkan strategi SQ3R menggunakan metode Buzz Group. SQ3Rmerupakan strategi yang
terdiri atas lima kegiatan, yaitu survey, question, read, recite, dan review. Sedangkan metode Buzz
Group merupakan metode diskusi yang terdiri dari 3-6 kelompok aktif dengan tujuan memecahkan
permasalahan dan menyampaikan ide mengenai materi pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar sejarah menggunakan strategi SQ3R dengan
menggunakan metode Buzz Group pada peserta didik kelas X-IIS 2 SMAN Kunir-Lumajang. Jenis
penelitan yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Sedangka subjek penelitiannya yaitu
peserta didik kelas X-IIS 2 SMAN Kunir-Lumajang dengan jumlah 33 peserta didik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan
untuk mengamati proses pelaksanaan strategi SQ3R dengan menggunakan metode Buzz
Group agar menigkatkan motivasi peserta didik. Sedangkan pendekatan kuatitatif digunakan
untuk menganalisis peningkatan hasil belajar pesertaa didik berdasarkan hasil tes. Jenis penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah
peserta didik kelas X-IIS 2 sebanyak 33 peserta didik. Metode yang digunakan untuk pelaksanaan
penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi, wawancara , tes, dan dokumentasi. Indikator
yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar peserta didik.

Hasil penelitian yag diperoleh bahwa motivasi belajar peserta didik secara klasikal pada siklus 1
memperoleh skor 2,8 berkrtiteria sedang, pada siklus ke-2 meningkat dari 0,64 menjadi 3,45
dengan kriteria tinggi, dan pada siklus 3 meningkat dari 0,43 menjadi 3,88 berkriteria tinggi. Hasil
belajar peserta didik pada siklus 1 memperoleh 72,73%, pada siklus 2 meningkat 12,12% menjadi
84,85%, dan pada siklus 3 meningkat 10,09% menjadi 94,94%. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan strategi SQ3R dengan metode Buzz
Group dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar sejarah peserta didik kelas X-IIS 2 SMA
Kunir-Lumajang.

Berdasarkan data yang telah dijelaskan di atas, dapat dianalisis bahwa penerapan strategi SQ3R
dengan metode Buzz Group pada pembelajaran sejarah dijadikan sebagai langkah upaya untuk
memperbaiki proses pembelajaran sejarah yang cenderung monoton. Jadi, strategi penggunaan
dengan menggunakan metode ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
Peningkatan motivasi dan hasil belajar peserta didik menggunaka strategi SQ3R dengan
metode Buzz Group pada pembelajaran sejarah sama-sama meningkat. Pserta didik dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya dan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Untuk pembelajaran sejarah, perlunya penggunaan strategi pembelajaran sangat
diperlukan. Mengingat bahwa pembelajaran sejarah mengisahkan mengenai peristiwa sejarah yang
pada saat ini membutuhkan suatu inovasi penyajian pembelajaran yang baik. Penggunaan media
juga sangat mempengaruhi kejelasan terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh pendidik.
Oleh karena itu, penerapan strategi SQ3R dengan metode Buzz Group dilakukan penelitian guna
mengetahui apakah penggunaan strategi dan metode ini bisa memperbaiki dan meningkatkan
motivasi dan hasil belajar sejarah peserta didik atau tidak.

Jurnal 3. EFEKTIVITAS PEMBELAJARN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM


MATA KULIAH SEJARAH ASIA BARAT DAYA

Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kisah atau peristiwa yang terjadi di masa
lampau. Namun, dalam proses pembelajarannya mata kuliah sejarah, khususnya mata kuliah
Sejarah Asia Barat Daya cenderung membosankan dan kurang menarik. Ditambah lagi dengan
sistem pengajaran yang dilakukan dosen masih bersifat konvensional. Dari masalah yang muncul
tersebut, dicari solusi pemecahan masalahnya, salah satunya dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam proses pembelajaran sejarah. Model pembelajaran
jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diperintahkan untuk
membentuk beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang anggota dengan memiliki kriteria
peserta didik yang berbeda. Model pembelajaran ini bertujuan untuk lebih menekankan pada
kemampuan proses, berpikir dan latihan, bertindak demokratis, pembelajaran aktif, saling
memberi dan menerima, bekerjasama dalam memecahkan masalah, dan menghargai perbedaan
dalam suatu kelompok.

Penelitian ini membahas mengenai efektivitas pembelajaran kooperatif model Jigsaw terhadap
mata kuliah Asia Barat Daya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui efektivitas
pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam pembelajaran mata kuliah Asia Barat Daya. Desain
penelitian yang digunakan adalah classroom action pada 3 siklus. Pada setiap siklus dilaksanakan
dengan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analalisis data yang dilakukan oleh peneliti
adalah kualitatif dan kuntitatif. Hasil data analisis selama proses pembelajaran tersebut, dibentuk
deskriptif dan kuantitatif. Hasilnya dapat ditemukan hasilnya setelah merekapitulasi data
kuantitatif jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat ke dalam angket.

Hasil capaian rata-rata mahasiswa dapat dilihat dari penilaian proses, penilaian hasil, dan
distrubusi capaian hasil belajar. Pada setiap masing-masing hasil capian mahasiswa berbeda-beda.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw
memiliki pengaruh yang positif dalam meningkatan efektivitas pembelajaran mata kuliah Sejarah
Asia Barat Daya, baik dilihat dari penilaian proses maupun pada penilaian hasil. Hal ini dapat
dibuktikan dengan nilai efektivitas 0,85% pada siklus pertama, untuk siklus ke dua sebesar 10,71%
dan pada siklus ketiga sebesar 15,25%. Jadi, kesimpulan yang didapat dari penggunaan
pembelajaran model jigsaw adalah terjadi peningkatan yang signifikan pembelajaran sejarah
menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw yang ditinjau dari proses dan hasil belajar.

Jadi, seorang guru tidak hanya berperan dalam penyampaian materi pembelajaran saja.
Seorang pendidik juga harus ikut andil dalam mengembangkan pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didiknya. Tidak seharusnya seorang guru menggunakan metode
ceramah saja pada pembelajaran sejarah. Guru bisa menggunakan metode yang dianggap memiliki
peran dalam peningkatan kualitas materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik. Penggunaan metode Jigsaw menjadi salah satu contoh dalam jurnal penelitian ini. Tidak
semua guru dapat memainka perannya dengan baik dan banyak ditemukan guru yang masih saja
menggunakan metode pembelajaran yang salah. Oleh karena itu, peran peserta didik juga
diperlukan dalam prose pembelajaran. Jika peserta didiknya kurang atau tidak aktif, mana mungkin
pembelajaran dapat dijalankan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan.

Penggunaan metode pembelajaran menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan
keefektifan dari peserta didik. Sedangkan guru bisa menggunakan dan mengembagkan metode
pembelajaran yang nantinya dapat dievaluasi titik mana yang bermasalah dan dapat ditemukan
pemecahan masalahnya. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
strategi pembelajarannya.

Jurnal 4. PENGARUH PENDEKATAN WHOLE-TASK VS PART-TASK,


PENGETAHUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR TERHADAP KUALITAS DESAIN
PEMBELAJARAN SEJARAH YANG DICIPTAKAN MAHASISWA.

Salah satu indikator yang penting dalam pendidikan adalah kompetensi. Kompetensi yang harus
dimiliki antara peserta didik atau mahasiswa dan pendidik atau dosen juga harus memenuhi
ketentuan yang telah ditetapkan dalam tingkat satuan pendidikan. Kompetensi untuk menciptakan
suatu desain pembelajaran menjadi salah satu ketentuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa calon
guru. Banyak sekali dijumpai mahasiswa yang memiliki kompetensi dalam menciptakan desain
pembelajaran.
Tujuan dari jurnal penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh dari interaksi dua
pendekatan (whole task vs part-task), dua pengetahuan awal (rendah dan tinggi), dua gaya belajar
(sekuensial dan global) terhada kualitas desain pembelajaran yang diciptakan mahasiswa.
Penelitian ini eksperimen ini menggunakan rancangan the factorialized (2x2x2) version of
nonequivalent control group design. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa S1 Program studi
Pendidikan Sejarah. Jumlah mahasiswa yang diteliti sebanyak 85 siswa yang dibagi menjadi 2
kelas, yaitu kelas A dan kelas B. subjek penelitian yang akan digunakan yaitu mahasiswa yang
sedang menempuh mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Sejarah

Hasil penelitian ini dapat diketahui 1) pendekatan whole-task lebih unggul daripada
pendekatan part –task (p=0,031) terhadap kualitas desain pembelajaran yang diciptakan
mahasiswa; 2) kelompok mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi memiliki
kemampuan lebih tinggi daripada mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah (p=0,000)
dalam kualitas desain pembelajaran yang diciptakan mahasiswa; 3) kualitas desain pembelajaran
yang diciptakan kelompok mahasiswa yang memiliki gaya belajar sekuensial dibandingkan
dengan kelompok mahasiswa yang memiliki gaya belajar global tidak menunjukkan perbedaan
(p=0,893); 4) interaksi antara penerapan pendekatanwhole-task vs parta task dan pengetahuan
awal tentang komponen desain pembelajaran berpengaruh secara signifikan (p=0,31) terhadap
kualitas desain pembelajaran yang diciptakan mahasiswa; 5) tidak ada interaksi antara penerapan
pendekatan whole`-task vs part task dan gaya belajar (p=0,317) terhadap kualitas desain
pembelajaran yang diciptakan mahasiswa; 6) tidak ada interaksi antara pengetahuan awal dan gaya
belajar (p=0,289) terhadap kualitas desain pembelajaran yang diciptakan mahasiswa; 7) tidak ada
interaksi antara peneraan pendekatan wholw-task vs part-task pengetahuan awal dan gaya belajar
(p=0,216) terhadap kualitas desain pembelajaran yang diciptakan mahasiswa.

Analisis yang dapat disimpulkan di sini adalah mengenai suatu pendekatan yang digunakan oleh
pendidik dalam pembelajaran sejarah. Banyak sekali pendekatan pembelajaran sejarah yang dapat
digunakan, namun juga harus mengamati terlebih dahulu pendekatan mana yang dianggap sesuai
dengan mata kuliah atau bidang studi yang ditempuh. Jika tidak, maka pembelajaran tidak akan
mendapatkan pengaruh yang positif, sama halnya dengan gaya belajar. Apabila pendidik mengajar
tanpa mengetahui gaya belajar dari masing-masing anak, maka tujuan pembelajaran yang
direncanakan kemungkinan banyak mendapatkan hambatan. Hal ini dikarenakan guru tidak
mengetahui gaya belajar masing-masing peserta didiknya, sehingga sulit untuk bisa menciptakan
proses pembelajaran yang berkompetensi, profesionalitas, dll.

Pendidik juga dapat menggunakan dua pendekatan sekaligus guna membandingkan manakah
pendekatan yang sesuai dengan peserta didik, seperti yang ada pada jurnal penelitian ini.
Terkadang, setiap kelas itu menggunakan pendekatan yang tidak sama. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana cara guru menilai bahwa kelas yang satu lebih aktif daripada kelas yang lainnya.
Apabila pendekatan yang digunakan guru itu salah, maka akan berpengaruh terhadap desain
pembelajaran yang akan dibuat selama pembelajaran berlangsung. Untuk mata pembelajaran
sejarah, diperlukan suatu cara dalam mendesain pembelajaran agar tidak membosankan peserta
didik. Karena kita ketahui sebelumnya bahwa bosan tidaknya suatu mata pelajaran tergantung guru
yang menyampaikannya. Oleh karena itu, pendidik secara tegas harus bisa mendesain keseluruhan
proses pembelajaran agar berjalan dengan baik.
Jurnal 5. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR
SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS X SOS 2 DI SMAN 4 JEMBER TAHUN AJARAN
2014/2015

Penelitian pada jurnal ini membahas tentang meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek untuk kelas X
sosial 2 di SMAN 4 Jember. tujuan dilakukan guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar menggunakanProject Based Learning pada peserta didik kelas X SOS 2 SMAN 4
Jember. penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah peserta
didik kelas X SOS 2 SMAN 4Jember dengan jumlah 36 peserta didik. Indikator yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar s ejarah peserta didik.

Hasil penelitian kemampuan berpikir kritis peserta didik secara klasikal pada siklus 1 memperoleh
sebesar 69,58% dengan kategori kurang baik, pada siklus 2 meningkat 4,73% menjadi 74,31%
dengan kategori cukup baik dan pada siklus 3 meningkat 8,47% menjadi 82,78% dengan kategori
baik. Pada siklus 1 hasil belajar kognitif memperoleh persentase 75%, pada siklus 2
meningkat 5,56% menjadi 80,56%, pada siklus meningkat 5,55% menjadi 86,11%. Hasil belajar
psikomotor pada siklus 1 sebesar 69,05%, pada siklus 2 meningkat 4,81% menjadi 73,86%, dan
pada
siklus 3 meningkat 12,01% menjadi 85,87%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar sejarah pada peserta didik kelas X SOS 2 SMAN 4 Jember.

Perubahan paradigma dalam pembelajaran sejarah dari Teacher Centered(berpusat pada


pendidik) ke Student Centered (berpusat pada peserta didik) memberikan manfaat
yang positif bagi peserta didik. Paradigma pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, membuat peserta didik menjadi terbiasa secara aktif dan
konstruktif mengeksplorasi konsep-konsep, prinsip-prinsip, prosedur-prosedur
dan soalsoal sejarah. Proses pembelajaran yang melibatkan peserta
didik dalam investigasi kegiatan-kegiatan pembelajaran
sejarah memberi kesempatan kepada peserta didik secara otonom mengkonstruk
pengetahuannya. Di antara pendekatan, strategi dan metode sangat berkaitan dalam pembelajaran.
Diamana antara yang satu harus diimbangi dengan adanya metode-metode.

Pembelajaran sejarah sangat tidak cocok jika terus menerus menggunakan metode yang
bersifat teaching learning. Oleh karena itu, di dalam kurikulum 2013 ini, diharapkan mampu
mengatasi permasalah pendidikan yang ada di Indonesia. peserta didik sudah tidak lagi kesulitan
memperoleh buku-buku sekolah, peserta didik bisa mengakses mata pelajaran bidang studi di
internet, dan sebagainya. Peran pemerintah sangat andil di dalam dunia pendidikan. Tidak hanya
itu, di dalam kurikulum 2013 juga diharapkan mampu mencetak generasi yang beriman, bertaqwa
serta dapat berperilaku jujur. Hal ini mengingat bahwa karakter bangsa Indonesia yang masih
tergolong jelek. Oleh sebabnya, pemerintah merevolusi sistemnya melalui pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai