Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
unit gawat darurat suatu rumah sakit. Trauma timbul akibat adanya gaya mekanik
yang secara langsung menghantam kepala, trauma kepala merupakan trauma pada
tempurung kepala, selaput otak dengan pembuluh darahnya, dan jaringan otak itu
sendiri. Akibatnya dapat terjadi fraktur tulang tengkorak, kontusio serebri, laserasi
gangguan kognitif, fisik dan psikososial baik sementara atau permanen dan
dari jumlah jenis kecelakaan yang mengakibatkan seseorang tidak bisa bekerja
selama lebih dari satu hari hingga jangka yang panjang. Sekitar 33% kecelakaan
Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu rumah
60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka
kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara
1
klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai
indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya
gangguan neurologis/lateralisasi.4,6
jaringan otak. Intervensi bedah harus dikerjakan dini dan sebelum tekanan serius
pada jaringan otak menimbulkan kerusakan. Jika ditangani dengan cepat, prognosis
dapat dibatasi. Berikut ini akan di bahas laporan kasus mengenai intracranial
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara
indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya
perdarahan subdural.4,6
Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri.
Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala
terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat
2.2 ETIOLOGI
3
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
e. Jatuh
g. Hipertensi
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok
2.3 EPIDEMIOLOGI
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera
kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya
adalah cedera kepala berat (CKB).3 Insiden cedera kepala terutama terjadi pada
kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan
3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi. Data
epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu rumah sakit di
4
dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian
tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak
2.4 PATOMEKANISME
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari
pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya,
sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang
vosospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh
tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah
Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir
ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun
menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas
listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini masih
revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah,
otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung
pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan
terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi
5
Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan
mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya
penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam
PATHWAYS
Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok
Resiko infeksi
Peningkatan Tekanan
Intracranial
Gangguan pemenuhan
Somasensori korteks kebutuhan ADL
otak : nyeri
dipersepsikan
Nyeri
2.5 DIAGNOSIS
A. GAMBARAN KLINIS
setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama
aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan
atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda
atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual,
muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di
dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin manifestasi klinik dari
membesarnya hematom.
7
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG
8
CT Scan
Hematoma subdural
Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara dura mater dan
hematoma epidural yang berkembang lambat. Bisa di sebabkan oleh trauma hebat
9
Hematoma Subarachnoid
dalamnya.
tengah ke kanan.
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Penanganan darurat :
b. Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal
10
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan
mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema
cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang
mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan
ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat,
dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk
terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali
dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB
setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.12,13
Perawatan Pascabedah
Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau
Setelah operasipun kita harus tetap berhati hati, karena pada sebagian pasien
dapat terjadi perdarahan lagi yang berasal dari pembuluh darah yang baru terbentuk,
subdural empiema, irigasi yang kurang baik, pergeseran otak yang tiba-tiba, kejang,
11
terjadinya reakumulasi dari cairan subdural. CT-Scan serial pasca kraniotomi
2.10 PROGNOSIS
• Besarnya
Angka kematian berkisar antara 7-15% dan kecacatan pada 5-10% kasus.
Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma sebelum operasi.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama : WM
No. RM : 52.26.33
Umur : 20 tahun
Alamat : Manembo
Pekerjaan : Swasta
B. Primary survey
Exposure : kepala
C. Secondary survey
13
mobil dalam keadaan mabuk, mekanisme kecelakaan tidak diketahui.
Riwayat pingsan (+) lama tidak diketahui, mual (-), muntah (-), alkohol (-)
Prof Dr. R.D Kandou dengan infus terpasang dan spain terpasang.
Allergy : -
Medication : IVFD RL
Past illness : -
Enviroment : -
D. Pemeriksaan Fisik
2. Kesadaran : E3V5M6
3. Tanda-tanda vital
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 20x/mnt
Suhu : 36,8ᵒ C
4. Kepala :
rata, dasar otot, tidak teraba garis fraktur, perdarahan aktif (-)
14
- Periorbita dextra : hematom (-), oedem (-)
(-)
(-)
normal
normal
6. Thorax
Paru
Jantung
15
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
7. Abdomen
Inspeksi : datar
Perkusi : timpani
8. Extremitas
Feel : NT (-)
16
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
F. Pemeriksaan Radiologis
17
1. Rontgen toraks : Jantung ukuran Normal. Tidak tampak area hiperlusen
lancip. Tidak tampak fraktur kosta kanan dan kiri. Kesan : Tidak ada
2. CT-SCAN Kepala
18
Kesan :
19
ICH regio occipital vl 2 cc
G. Diagnosis
H. Tatalaksana
12gtt/m
- Inj. Tetagam IM
a) Follow Up
O: TD : 120/70 mmHg
N : 88x/m
RR : 20x/m
SB : 36.40c
20
A : ICH traumatik oksipital vl 2 cc
P:
- O2 4 L/m
BAB IV
21
PEMBAHASAN
hematoma Intracranial adalah berusia di atas 35 tahun, dan jarang terjadi pada umur
kurang dari 2 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 4:1.1.3 Pada kasus ini penderita laki-laki berumur 62 tahun
mengalami cedera kepala akibat tertimpa pohon saat sedang mengendarai mobil.11
progresif, gangguan hemodinamik, nyeri kepala hebat. Primary Survey harus segera
mencakup jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan tekanan darah atau nadi
(circulation). Jalan nafas harus dibersihkan apabila terjadi sumbatan atau obstruksi,
bila perlu dipasang pipa orofaring atau pipa endotrakeal lalu diikuti dengan
pemberian oksigen. Diperiksa nadi dan tekanan darah unntuk memantau apakah
terjadi hipotensi, syok atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Jika terjadi
hipotensi atau syok harus segera dilakukan pemberian cairan untuk mengganti
Pada kasus ini, penderita mengalami penurunan kesadaran ± 4 jam SMRS akibat
kecelakaan lalu lintas, riwayat pingsan (+) lama tidak diketahui, mual (-), muntah
(-), alkohol (-). Pada primary survey ditemukan jalan nafas bersih dengan C-spine
control. Breathing didapati nafas spontan 20 kali per menit dengan bantuan O2 4
22
liter/menit, SpO2 99%. Circulation akral hangat, isi cukup, pulsasi: (+), frekuensi:
yang ditandai dengan nyeri kepala, papil edema, dan muntah yang seringkali
bersifat proyektil. Pada tahap lebih lanjut, jika hematom yang terbentuk lebih besar
hematom karena dapat menunjukkan dengan baik perdarahan dan fraktur. Selain
itu, cepat untuk didapatkan hasilnya dan lebih mudah ditemukan pada layanan
merupakan pilihan karena tingkat sensitivitas dan spesifitasnya lebih tinggi. Pada
indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya
Pada foto toraks tidak dijumpai adanya kelainan. Pada foto CT-scan didapat ICH
regio occipital 2 cc, Bone Window : tak tampak garis fraktur. Pasien didiagnosa
23
Pada pasien ini diberikan tatalaksana medikamentosa IVFD Nacl 0,9% +
Neurobion 1 amp = 10gtt/m, IVFD Riger Fundin 8gtt/m, Tetagam amp (iv),
medikamentosa untuk menurunkan TIK adalah dengan elevasi 15-30°. Pada pasien
besarnya, ksadaran saat masuk kamar operasi. Angka kematian berkisar antara 7-
15% dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang
mengalami koma sebelum operasi. Pada pasien ini lokasi ICH berada di regio
oksipital dengan besarnya 2cc, dan pasien sadar. Prognosis pada pasien ini dubia ad
bonam.
24
BAB V
KESIMPULAN
Prof Kandou dengan penurunan kesadaran karena kecelakaan lalu lintas 4 jam
penunjang pasien didiagnosa dengan ICH regio occipital 2 cc. Pasien diberikan
25
DAFTAR PUSTAKA
2. Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong
W.D. EGC, Jakarta, 2004, 818-819
26
10. Sidharta, Priguna. Neurologi klinis dalam praktek Umum. Jakarta: Dian
Rakyat, 2004.
12. Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam :
Neurosurgery 2nd edition. New York: McGraw Hill, 1996
14. Albright AL, Pollack IF, Adelson PD. Hematomas. In: Doppenberg EMR,
Ward JD, editors. Principles and practice of pediatric neurosurgery (Second
Edition). Thieme Medical Publishers, Inc: New York, 2008.
17. Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam
: Neurosurgery 2nd edition. New York: McGraw Hill, 1996.
27
19. Soertidewi L. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio Serebral,
Updates In Neuroemergencies, Tjokronegoro A., Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2002, 80
28