Anda di halaman 1dari 14

BAB 4.

KINETIKA REAKSI KIMIA

Tujuan Instruksional Umum (TIU):

Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.

(Gambar 4.1 adalah struktur 3-dimensi molekul vitamin C, mudah mengalami perubahan
dalam suhu kamar, atau kecepatan reaksi oksidasi besar).

Tujuan Instruksional Khusus (TIK):

Bila diberikan satu sistem reaksi maka mahasiswa akan dapat mengerti orde, hukum laju,
dan mekanisme reaksi.

4.1. Pendahuluan

Pada bab-bab sebelumya telah dibahas konsep atau mengenai sifat fisik larutan dan koloid,
reaksi redoks, dan elektrokimia. (Kesetimbangan kimia: dalam sistem gas, kesetimbangan
asam-basa: dalam larutan pelarut air, dan kesetimbangan kelarutan dan ion kompleks akan
dibahas tersendiri). Pada ketiga bagian yang belum dibahas, dipelajari bagaimana keadaan
akhir reaksi kimia atau keadaan sistem kimia setelah mencapai kesetimbangan. Informasi
tentang kesetimbangan ini, dapat dijelaskan secara termodinamika. Dengan konsep
termodinamika juga dapat menceritakan apakah reaksi kimia berlangsung spontan atau
tidak.

Selain faktor termodinamika, yaitu yang menjelaskan kesetimbangan dan kespontanan


reaksi, masih ada factor lain yang sangat penting di dalam menentukan proses kimia yang
terjadi di alam ini. Faktor tersebut adalan kecepatan terjadinya proses kimia.

Jika di alam ini semua reaksi kimia berlangsung spontan dan terjadi bersamaan, maka
kehidupan kita telah lama berlalu dan alam ini telah mencapai kesetimbangan pada waktu
yang lalu. Tetapi untunglah beberapa reaksi kimia yang terjadi, ada yang berlangsung
dengan lambat dan ada yang cepat. Pengetahuan tentang kecepatan reaksi ini akan
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, seorang
arsitek akan memutuskan penggunaan bahan bangunan dengan pertimbangan faktor
kecepatan reaksi relatif dengan oksigen atau uap air yang ada di udara. Jadi, jika diperlukan
logam yang kuat karena harus ditempatkan di lingkungan yang sangat korosif, yaitu tempat
dengan keasaman tinggi, maka akan lebih baik memilih baja tahan karat (stainless steel) dari
pada baja biasa karena oksidasi baja tahan karat berlangsung sangat lambat.

Kinetika kimia adalah studi tentang kecepatan (speed) atau laju (rate) reaksi kimia. Salah
satu tujuan utama mempelajari kinetika kimia adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi kimia.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi kimia dibagi atas empat
kelompok :

a) Sifat kimia molekul pereaksi dan hasil reaksi (produk). Bila semua faktor lain sama
maka susunan kimia molekul atau ion akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia.
b) Konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Bila dua buah molekul beraksi satu dengan yang
lain, maka kedua molekul tersebut harus bertemu atau bertumbukan. Kebolehjadian antar
molekul untuk bertumbukan di dalam sistem homogen (satu jenis fasa, biasanya gas atau
larutan) makin besar jika konsentrasi makin besar. Di dalam sistem reaksi heterogen,
dimana pereaksi berada pada fasa terpisah, kecepatan reaksi tergantung pada luas kontak
antar fasa. Karena luas permukaan makin besar bila ukuran partikel makin kecil, maka
penurunan ukuran partikel akan menaikkan kecepatan reaksi.

c) Pengaruh temperatur. Hampir semua jenis reaksi kimia berlangsung lebih cepat
bila temperaturnya dinaikkan.

d) Pengaruh zat lain yang disebut katalis. Kecepatan beberapa reaksi kimia, termasuk
hampir semua reaksi biokimia, dipengaruhi oleh zat yang disebut katalis. Secara
keseluruhan selama reaksi, katalis tidak mengalami perubahan atau pengurangan.

Mempelajari bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi kecepatan reaksi juga tergantung


pada tujuan yang ingin dicapai. Contohnya :

a) Kondisi reaksi dapat diatur sedemikian untuk memperoleh produk yang secepat
mungkin. Hal ini sangat penting dalam industri.

b) Kondisi reaksi dapat diatur agar berlangsung selambat mungkin. Hal ini sangat
membantu pengendalian pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya dalam merusak
bahan makanan.

Bagi ahli kimia salah satu manfaat paling penting yang dapat diperoleh dalam mempelajari
kecepatan reaksi kimia adalah pengetahuan tentang bagaimana proses lengkap perubahan
kimia itu dapat terjadi. Ternyata, umumnya reaksi kimia tidak berlangsung hanya satu
tahap tetapi merupakan kumpulan dari serangkaian tahap-tahap reaksi sederhana.
Rangkaian reaksi ini disebut mekanisme reaksi. Jadi, mempelajari kecepatan reaksi dapat
memberi petunjuk tentang mekanisme reaksi yang terjadi. Dengan demikian kita
memperoleh wawasan alasan-alasan sangat mendasar (fundamental) kenapa zat-zat kimia
bereaksi.

4.2. Kecepatan Reaksi dan Pengukuran

Kecepatan reaksi kimia dapat diungkapkan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi


pereaksi atau produk terhadap waktu. Hal ini analog dengan kecepatan mobil, yaitu
perubahan posisi (jarak yang ditempuh) dibagi dengan waktu. Pada reaksi kimia, kecepatan
dinyatakan dalam mol per liter per detik,

Untuk penyederhanaan maka kecepatan reaksi kimia diberi simbol v, sehingga,

Kecepetan reaksi kimia ditentukan dengan mengukur kecepatan perubahan konsentrasi


pereaksi atau produk. Hal ini paling mudah dilakukan dengan menentukan konsentrasi
setiap interval waktu tertentu. Contoh reaksi paling sederhana adalah reaksi yang
melibatkan hanya satu jenis pereaksi dan membentuk produk tunggal. Contohnya adalah
reaksi konversi siklopropena menjadi propilen,
Secara umum, untuk reaksi dengan stoikiometri,

bila reaksi terjadi, mula-mula produk (B) belum ada. Bersamaan dengan berjalannya waktu
maka konsentrasi B akan naik dan A akan turun, gambar 5.l.

Gambar 4.2. Perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi terhadap waktu

Perhatikan gambar 4.2, kecepatan reaksi berubah dengan waktu. Pada titik dekat awal
reaksi, konsentrasi A berkurang dan B bertambah dengan cepat. Setelah reaksi berlangsung
lama, perubahan konsentrasi adalah kecil yang berarti kecepatannya kecil. Perilaku ini
terjadi untuk semua jenis reaksi kimia. Jika pereaksi berkurang maka kecepatan reaksi
berangsur-angsur turun.

Pada reaksi kompleks, tidak sesederhana A→B, maka kecepatan pembentukan produk dan
pengurangan pereaksi tidak selalu sama tetapi tergantung pada koefisian reaksi. Contohnya,
reaksi

N2 + 3H2 → 2NH3

maka koefisien reaksi menjelaskan bahwa untuk setiap molekul N2 bereaksi dengan 3
molekul H2. Ini berarti bahwa hidrogen berkurang tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan
nitrogen. Koefisien NH3 adalah 2, maka kecepatan pembentukan NH3adalah 2 kali lebih
besar dari kecepatan pengurangan N2.

4.3.1 Penentuan kecepatan reaksi

Estimasi kecepatan reaksi yang akurat pada setiap saat dapat diperoleh dari kemiringan
grafik konsentrasi terhadap waktu, gambar 4.3.

Gambar 4.3. Estimasi kecepatan reaksi pada waktu tertentu sepanjang reaksi

Pada titik-x, perubahan konsentrasi adalah Δ(B) dan perubahan waktu adalah Δt. Dari
tangen kurva maka kecepatan pembentukan B pada titik-x adalah,

Bila kecepatan dinyatakan terhadap A maka,

Tanda minus (-) menyatakan bahwa konsentrasi A berkurang dengan waktu, dan tanda
minus selalu digunakan untuk menyatakan kecepatan terhadap pereaksi. Bila range
perubahan konsentrasi dan waktu sangat kecil maka dapat ditulis,

Untuk reaksi kompleks seperti reaksi pembentukan NH2 dari N2 dan H2 maka dapat ditulis,

Pada penentuan kecepatan reaksi kimia, maka monitoring konsentrasi dan teknik
pengukuran yang digunakan tergantung pada sifat pereaksi atau hasil reaksi. Contohnya:

a) Reaksi gas: penentuan perubahan konsentrasi dilakukan dengan pengukuran


perubahan tekanan.

b) Pereaksi dan produk zat berwarna: penentuan perubahan konsentrasi dilakukan


dengan pengukuran intensitas warna, gambar 4.4.
Gambar 4.4. Perubahan konsentrasi diukur dari intensitas warna

Contoh reaksi perubahan warna:

Br2(aq) + HCOOH(aq) → 2Br- (aq) + 2H+ (aq) + CO2(g)

Molekul brom adalah berwarna coklat. Setelah reaksi berlangsung, warna secara perlahan
hilang. Fenomena ini dapat diamati dengan mata atau dimonitor secara kuantitatif
dengan spektrofotometer sinar tampak. Perubahan warna setiap selang waktu disebut
kecepatan reaksi dan dapat dinyatakan dengan:

Contoh lain reaksi perubahan warna adalah reaksi redoks Zn-Cu2+, gambar 4.5.

Gambar 4.5. Perubahan warna Cu2+ dan pembentukan Cl2 pada reaksi redoks

Kecepatan reaksi melalui perubahan warna larutan Cu2+ dan pembentukan gas Cl2 masing-
masing dapat dinyatakan dengan:

1.1 Hukum Laju

Tidak semua reaksi barjalan dengan kecepatan yang sama. Reaksi ionik biasanya terjadi
seketika. Reaksi lain seperti pencernaan makanan terjadi sangat lambat. Perbedaan
kecepatan ini terutama disebabkan perbedaan sifat kimia zat pereaksi.

Untuk setiap reaksi kimia, selain sifat kimia pereaksi, salah satu faktor penting pengendali
reaksi kimia adalah konsentrasi pereaksi. Umumnya, bila reaksi telah berlangsung lama
maka kecepatannya berangsur-angsur turun. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Kecepatan reaksi kimia
hampir selalu berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi dengan pangkat tertentu.
Untuk reaksi,

A→B

dapat ditulis,

dengan pangkat n disebut orde reaksi. Bila n=l disebut reaksi orde l. Contoh reaksi orde 1
adalah dekomposisi siklopropana. Bila n=0 disebut reaksi orde nol. Pada reaksi orde nol,
kecepatan reaksi adalah konstan dan tidak tergantung pada konsentrasi pereaksi. Salah
satu contoh reaksi orde nol adalah dekomposisi amonia pada permukaan logam Pt atau
tungsten. Kecepatan dekomposisi amonia selalu sama berapapun konsentrasi NH3. Contoh
lain adalah reaksi eliminasi etil alkohol (alkohol) oleh tubuh. Berapapun konsentrasi
alkohol di dalam aliran darah, kecepatan pengeluarannya dari dalam tubuh adalah konstan.
Jadi kecepatannya tidak tergantung pada konsentrasi alkohol.

Satu fakta penting lain yang perlu diketahui adalah bahwa koefisien reaksi tidak ada
hubungannya dengan orde reaksi. Harga n hanya dapat ditentukan dari percobaan. Hal ini
berbeda dengan kesetimbangan kimia, dimana koefisien reaksi ada hubungannya dengan
pangkat konsentrasi pada ungkapan konstanta kesetimbangan.

Untuk reaksi lebih kompleks,


A + B → produk

maka biasanya kecepatan tergantung pada konsentrasi A dan B. Bila konsentrasi A dan B
diperbesar maka kecepatan reaksi meningkat, dan sebanding dengan perkalian konsentrasi
A dan B masing-masing dipangkat dengan bilangan tertentu, misalnya n dan m. Jadi,

Pada reaksi ini, n dan m adalah orde reaksi terhadap A dan B. Jumlah n dan m disebut orde
reaksi total. Harga n dan m boleh semua bilangan pecahan, negatip dan nol. Reaksi,

NO2(g) + CO(g) → CO2(g) + NO(g)

pada temperatur dibawah 225 °C maka,

Jadi kecepatan tidak tergantung pada konsentrasi CO tetapi hanya pada NO 2 pangkat dua.
Jadi reaksi adalah orde 2 terhadap NO2 dan orde nol terhadap CO. Perhatikan bahwa karena
koefisien reaksi dengan pangkat NO2 tidak ada hubungan karena koefisien reaksi adalah 1
sedangkan orde reaksi adalah 2. Seperti dijelaskan sebelumnya, orde reaksi ditentukan dari
percobaan.

Hubungan proporsionalitas (kesebandingan) dapat diubah menjadi kesamaan dengan


menggunakan konstanta proporsional, misalnya k. Pada kinetika kimia, k disebut konstanta
kecepatan reaksi. Dengan demikian diperoleh hubungan,

(4.8)

Contohnya, hukum laju reaksi ICl dan H2,

2ICl(g) + H2(g) → I2(g) + 2HCl(g)

dan pada 230°C persamaan hukum lajunya adalah

Harga k=0,163 Lmol-1det-l, dan ini berlaku hanya pada suhu 230°C. Bila temperaturnya
berbeda maka harga k juga berbeda.

4.3.1 Penentuan hukum laju

Bagaimana cara menentukan hukum laju? Salah satu cara adalah dengan melakukan
serangkaian percobaan dengan konsentrasi awal pereaksi berubah secara teratur.
Contohnya reaksi,

A → B, dan , maka jika reaksi adalah orde 1 dapat ditulis,

Ini berarti bahwa bila konsentrasi diperbesar 2 kali maka kecepatan juga berubah 2 kali. Jika
reaksi adalah orde 2,

maka bila konsentrasi diperbesar dua kali diperoleh bahwa kecepatan reaksi berubah 4 kali.

4.3.2 Konsentrasi dan waktu: waktu paruh


Hukum laju menyatakan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi pereaksi.
Selain hubungan ini, juga dapat diperoleh hubungan lain yaitu antara konsentrasi dengan
waktu. Contohnya, untuk reaksi orde 1,

A → produk, dengan , maka dari hubungan

dapat diturunkan hubungan,

(4.9)

dengan [A]o adalah konsentrasi mula-mula (pada t=0) dan [A]t adalah konsentrasi pada
waktu t setelah reaksi berlangsung. Bila reaksi orde 2, dengan maka dapat diturunkan
hubungan,

(4.10)

Hal yang sama dapat dilakukan untuk reaksi dengan orde lebih tinggi dan reaksi kompleks.

Satu besaran penting lain, khususnya untuk reaksi orde 1, adalah waktu-paruh, tl/2, yang
didefinisikan dengan waktu yang diperlukan agar pereaksi berkurang setengah dari
konsentrasi sebelumnya. Jadi pada t=tl/2,

Untuk reaksi orde 1 diperoleh hubungan,

(4.11)

Ternyata untuk reaksi orde 1, tl/2 hanya tergantung pada k. Jadi harga t1/2 adalah konstan
selama reaksi berlangsung. Untuk reaksi orde 2, dengan diperoleh hubungan,

(4.12)

Waktu paruh reaksi orde 2 tergantung pada konsentrasi awal. Karena setiap satu waktu
paruh konsentrasi [A]t=1/2[A]o, maka pada waktu paruh pada t=t2 adalah dua kali lebih
besar dari waktu paruh pada t=t1, yaitu:

Hubungan waktu paruh dengan k dan [A]o untuk reaksi dengan orde lebih tinggi dapat juga
diturunkan.

1.2 Teori Tumbukan

Reaksi kimia terjadi bila molekul yang bereaksi saling bertumbukan. Pandangan ini menjadi
dasar teori tumbukan pada kinetika kimia. Teori tumbukan menyatakan bahwa kecepatan
reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan yang terjadi antara dua molekul yang
bertumbukan per detik, jumlah tumbukan

(4.13)

Bila kecepatan tergantung pada jumlah tumbukan maka hal ini memberi penjelasan bahwa
kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi pereaksi. Namun demikian, bahwa tidak
semua tumbukan yang terjadi efektif menghasilkan perubahan kimia. Jumlah fraksi yang
efektif menghasilkan reaksi kimia tergantung pada (a) sifat pereaksi dan (b) temperatur.

Andaikan reaksi terjadi melalui tumbukan antara dua molekul atau bimolekul, yaitu

A + B → produk

maka kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan antara molekul A dan B. Jika
konsentrasi A dua kali lipat maka jumlah tumbukan juga menjadi dua kali lipat. Atau bila
molekul A dua kali lipat maka terdapat molekul A dua kali lipat yang dapat bertumbukan
dengan molekul B. Hal yang sama akan terjadi bila jumlah molekul B diperbesar. Maka
hukum laju untuk proses tumbukan bimolekul adalah,

Bila molekul sejenis dan reaksinya adalah bimolekul,

2A → produk

maka hukum laju adalah,

Berdasarkan teori tumbukan, jika diketahui bagaimana terjadinya proses tumbukan untuk
menghasilkan produk, maka dapat diperkirakan hukum lajunya. Pada proses tumbukan
sederhana, pangkat pada hukum laju sama dengan koefisien pada persamaan reaksi
proses tumbukan.

1.3 Mekanisme Reaksi

Persamaan reaksi total adalah menyatakan perubahan kimia total yang terjadi jika reaksi
telah selesai. Ini tidak berarti bahwa semua pereaksi langsung mengalami perubahan
menghasilkan produk. Tetapi perubahan kimia total biasanya merupakan jumlah dari
serangkaian reaksi-reaksi sederhana. Reaksi yang sederhana ini disebut proses elementer.
Rangkaian proses elementer yang akhirnya akan menghasilkan produk disebut mekanisme
reaksi. Contohnya reaksi,

2NO + 2H2 → 2H2O + N2

terjadi dengan mekanisme tiga tahap atau tiga proses elementer,

2NO → N2O2 (Tahap 1)

N2O2 + H20 → N 2O + H 2O (Tahap 2)

N2O + H2 → N2 + H2O (Tahap 3)

Bila ketiga tahap reaksi ini dijumlahkan akan menghasilkan persamaan reaksi total,

2NO + 2H2 → 2H2O + N2 (Reaksi total)

Mekanisme reaksi tidak dapat diperkirakan hanya dari hukum laju (percobaan) atau
berdasarkan pemikiran teoritis, tetapi merupakan hasil kombinasi teori dan percobaan.
Contohnya, andaikan akan ditentukan mekanisme reaksi,
2A + B → C + D

Pertama-tama harus ditentukan hukum lajunya. Misalnya, melalui percobaan diperoleh,

Kemudian dengan menggunakan prinsip teori tumbukan dicoba diusulkan mekanisme reaksi
yang akan memberikan hukum laju yang sama dengan basil percobaan:

Bila mekanisme adalah satu tahap dimana 2 molekul A dan 1 molekul B langsung
bertumbukan maka proses tumbukan adalah tiga molekul atau termolekul. Jadi, prosesnya
adalah,

2A + B → C + D

dan hukum lajunya adalah,

Karena hukum laju yang diperoleh dari usulan mekanisme satu tahap ternyata sesuai
dengan basil percobaan, maka dapat dikatakan bahwa mekanisme yang diusulkan atau
diperkirakan adalah benar. Tetapi masih perlu dipertanyakan, apakah mekanisme ini masuk
akal? Setiap orang yang pernah bermain billiard mengetahui bahwa sangat sukar terjadi bila
3 bola billiard bertumbukan bersamaan dan hanya satu suara tumbukan yang terdengar.
Tumbukan termolekul yang demikian adalah mustahil.

Contoh 1:

Amonia dapat dibakar sesuai dengan reaksi.

4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO + 6H2O(g)

Andaikan bahwa pada suatu saat selama reaksi, amonia bereaksi dengan kecepatan 0,24
molL-ldet-1. Tentukan: (a) kecepatan reaksi terhadap oksigen, (b) Berapa kecepatan
pembentukan H2O.

Penyelesaian

Dalam menyelesaikan soal ini digunakan koefisien persamaan reaksi untuk mengkonversi
hubungan jumlah mol pereaksi dan produk. Jadi bila diketahui,

Bila kecepatan dituliskan dengan,

maka faktor konversi untuk kecepatan perubahan oksigen dan air terhadap amonia, masing-
masing adalah,

dan

sehingga,

1.3.1.1 Kecepatan pengurangan oksigen adalah,

1.3.1.2 Kecepatan pembentukan air adalah,

Tanda (-) dan (+) masing-masing menyatakan konsentrasi berkurang dan bertambah.
Contoh 2:

Data yang diperoleh dari serangkaian percobaan untuk reaksi oksida nitrit dengan bromina
pada 273°C,

2NO(g) + Br2(g) → 2NOBr(g)

adalah,

Percobaan Konsentrasi awal (mol/L) Kecepatan awal pembentukan


NOBr (mol L-1det-1)
NO Br2

0,10 0,10 12
0,10 0,20 24
0,10 0,30 36
0,20 0,10 48
0,30 0,10 108

Tentukan hukum laju dan konstanta laju reaksi dengan menggunakan data percobaan ini.

Penyelesaian

Bentuk hukum laju untuk reaksi di atas adalah,

Untuk menentukan harga n dan m maka harus mempelajari bagaimana kecepatan reaksi
berubah bila salah satu pereaksi berubah sedangkan pereaksi yang lain tetap. Dengan
strategi demikian maka akan diperoleh,

n = 2 dan m = 1

sehingga hukum laju adalah,

Konstanta laju dapat dihitung dangan menggunakan salah satu data parcobaan, misalnya
percobaan 1, yaitu:

Harga k lain dari data percobaan 2,3,4, dan 5, adalah hampir sama, sehingga disebut
konstanta laju. Jadi, harga k adalah rata-rata dari kelima harga k.

Contoh 3:

Pada 400°C, konversi siklopropana (SP) menjadi propilen merupakan reaksi orde 1 dan
mempunyai harga konstanta kecepatan 1,16.10-6 det-l. Jika konsentrasi awal siklopropana
adalah 1,0.l0-2 mol/L, berapa konsentrasinya setelah reaksi berlangsung 24 jam.

Penyelesaian
Karena reaksi adalah orde 1, maka berlaku hubungan:

atau,

Contoh 4:

Dekomposisi N2O5 yang larut dalam CCl4 pada 45ºC adalah reaksi orde 1 dengan perubahan
kimia

2N2O5 → 4NO2 + O2

Konsentrasi N2O5 mula-mula adalah 1,0.10 mol/L. Setelah reaksi berlangsung 3 jam,
konsentrasi N2O5 menjadi 1,21.10-3mol/L. Berapa waktu paruh N2O5 (dalam menit).

Penyelesaian

Untuk menentukan waktu paruh harus diketahui berapa harga konstanta laju k. Karena
reaksi adalah orde 1 maka dari persamaan,

diperoleh,

atau,

Waktu paruh adalah,

Contoh 5:

Mekanisme dekomposisi NO2Cl diperkirakan berlangsung dalam dua tahap, yaitu:

NO2Cl → NO2 + Cl (Tahap 1-lambat)

NO2Cl + Cl → NO2Cl2 (Tahap 2)

Bagaimana hukum laju yang akan diperoleh dari hasil eksperimen jika reaksi tahap pertama
adalah lambat dan tahap kedua berlangsung cepat.

Penyelesaian

Jika reaksi tahap pertama adalah lambat berarti merupakan tahap penentu kecepatan.
Hukum laju reaksi total harus sama dengan hukum laju tahap penentu kecepatan. Molekul
NO2Cl yang terlibat dalam reaksi hanya satu, maka hukum laju untuk reaksi tahap pertama
sama seperti reaksi total, yaitu:

Contoh 6:

Pada 300°C, konstanta laju untuk reaksi dekomposisi siklopropana menjadi propilen adalah
2,4l.l0-l0 det-1. eSedangkan epada e400ºC konstanta laju adalah k = 1,16.10 -6 det-1. Tentukan
harga energi aktivasi (dalam kJ/mol), Ea, dan konstanta A pada persamaan Arhenius untuk
reaksi ini.
Penyelesaian

Harga Ea dapat diperoleh dengan mensubstitusi harga-harga konstanta laju k1 dan k2,
masing-masing pada temperatur Tl dan T2 ke dalam persamaan,

sehingga diperoleh,

Atau energi aktivasi,

Ea = 270 kJ/mol

Cara termudah untuk menghitung A adalah dari hubungan,

Dengan menggunakan harga k1 dan T1, maka diperoleh:

A = 9,9.1014 det-1

Catatan, bahwa satuan A harus sama dengan satuan k.

1. Sebut 4 faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi.

2. Jelaskan pengaruh ukuran partikel pada kecepatan reaksi heterogen.

3. Sebutkan 5 jenis reaksi yang terjadi di sekitar anda dan bandingkan kecepatannya.

4. Reaksi dan kondisi reaksi mana yang akan memberikan kecepatan pembentukan
gas H2 yang lebih besar?

(a) Magnesium atau besi dalam 1,0 M HCl.

(b) Zinkum dalam 1,0 M HCl atau dalam 0,1 M HCl.

(c) 1 g bubuk zinkum da1am 1,0 M HCl atau 1,0 g batangan zinkum dalam 1,0 M HCl.

(d) Sepotong paku dalam 1,0 M HCl pada 25°C atau dalam 1,0 M HC1 pada 40°C. `

5. Reaksi pembakaran gas metana adalah,

CH4(g) + CO2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)

Jika kecepatan pembakaran metana adalah 0,16 molL-1det-l, berapa kecepatan


pembentukan CO2 dan H2O.

6. Apa yang dimaksud dengan hukum laju. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
besarnya tetapan laju reaksi.

7. Sebutkan satuan konstanta laju: (a) reaksi orde 1, (b) reaksi orde 2, dan (c) reaksi
oks-3.
8. Kecepatan berkurangnya CO dari atmosfer bumi oleh jamur di dalam tanah adalah
konstan. Berapa orde reaksi proses ini.

9. Untuk setiap reaksi berikut, ungkapkan kecepatan reaksi terhadap pereaksi dan
produk: (a) 4NH3 + O2 → 2H2O, (b) NO + O3 → NO2 + O2, (c) NOCl → 2NO + C12, dan (d)
H2O2 + H2 → 2H2O

10. Kecepatan sesaat pembentukan N2 untuk reaksi,

4NH3(g) + 3O2(g) → 2N2(g) + 6H2O

adalah 0,68 m01L-1dst-l. Tsntukan kecepatan:

(a) pembentukan air (b) pengurangan NH3

11. Bagaimana teori tumbukan menerangkan ketergantungan kecepatan pada konsentrasi


pereaksi.

12. Apa yang dimaksud dengan mekanisme reaksi?

13. Propana, C3H8, adalah bahan bakar yang banyak digunakan untuk memasak dan
dikenal sebagai LPG. Pembakaran propana tidak mungkin terjadi dengan mekanisme satu
tahap. Jelaskan kenapa? Reaksinya adalah:

C3H8 + CO2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g)

14. Salah satu reaksi di tempat udara yang telah terpolusi adalah reaksi nitrogen dioksida,
NO2, dengan ozon, O3, dengan reaksi:

NO2(g) + O3(g) → NO2(g) + O2(g)

Data hasil percobaan pada 25°C adalah:

Kecepatan awal
Konsentrasi Konsentrasi awal
awalNO2 (mol/L) pembentukan O2
O3 (mol/L)

5,0.10-5 1,0.10-5 0,022

5,0.10-5 2,0.10-5 0,044

2,5.10-5 2,0.10-5 0,022

(a) Bagaimana hukum laju reaksi, (b) Tentukan harga konstanta laju.

15. Salah satu reaksi yang terjadi di udara terpolusi di daerah urbanisasi adalah,

2NO2(g) + O3(g) → N2O5(g) + O2(g)


Diperkirakan bahwa dalam mekanisme reaksi terjadi spesies molekul NO3. Hukum laju yang
diperolah untuk reaksi di atas adalah,

v = k.[NO2][O3]

Usulkan mekanisme untuk reaksi ini.

16. Bagaimana orientasi molekul dalam ruang dapat mampengaruhi keefektifan


tumbukan antara molekul untuk menghasilkan perubahan kimia. Jelaskan.

17. Insekta yaitu binatang berdarah dingin dimana temperatur tubuhnya cenderung
mengikuti perubahan temperatur lingkungan sangat lembam atau melempem pada cuaca
dingin. Berdasarkan kinetika kimia, jelaskan fenomena ini.

18. Asam nitrat adalah salah satu bahan kimia terpenting di dunia. Salah satu penggunaan
utama adalah bahan pembuatan pupuk. Produksi HNO3 per tahun adalah kira-kira 14 juta
pom (1,4,1014 lb) dan dihasilkan dari oksidasi amonia. Reaksi ini menghasilkan NO dan
kemudian bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. NO2 akhirnya bereaksi dengan air
membentuk asam nitrat. Oksidasi NO manjadi NO2 adalah menurut reaksi, ·

2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)

dan mempunyai hukum laju,

V = k.[NO]2[O2]

Perkirakan mekanisme yang mungkin untuk reaksi ini.

1. Mengapa radikal bebas membahayakan organisme hidup?

2. Mengapa reaksi rantai sering sangat cepat?

3. Apa perbedaan katalis homogen dan katalis heterogen?

4. Mengapa ide teori tumbukan tidak dapat digunakan untuk memperkirakan hukum
laju reaksi kimia? Apa yang harus diketahui untuk memperkirakan hukum laju?

5. Dalam memasak telor terjadi denaturasi protein albumin, dan waktu yang
diperlukan untuk mencapai tingkat denaturasi tertentu berbanding terbalik dengan
konstanta kecepatan proses. Reaksi ini mempunyai energi aktivasi tinggi, Ea = 418 kJ/mol.
Tentukan berapa lama waktu diperlukan untuk memasak telor di atas pegunungan Mckinley
di Alaska bila tekanan atmosfer adalah 355 torr (atm).

6. “Pengembangan” bayangan fotografik pada film adalah suatu proses pengontrolan


kinetika reduksi perak-halida dengan pengembang (developer). Waktu yang diperlukan
untuk pengembangan pada temperatur tertentu berbanding terbalik dengan konstanta
kecepatan proses. Data di bawah ini adalah waktu pengembangan untuk film Tri-X Kodak
menggunakan pengembang D-76 Kodak. Perkirakan energi aktivasi proses pengembangan
(dalam kJ/mol). Perkirakan waktu pengembangan pada temperatur 15°C.

Suhu/°C Waktu Pengembangan /menit

18 10

20 9

21 8

22 7

24 6

25. Klorofluorokarbon, CFC, adalah senyawa yang mengandung karbon, klor dan fluor
(contohnya, CCl2F2). Di atmosfer atas, molekul ini bereaksi dan akan merusak ozon yaitu zat
pelindung bumi dari radiasi ultraviolet dan panas. Penurunan jumlah ozon yang tajam
terjadi di kutub selatan selama musim dingin Antartika. Ozon yang hilang kira-kira 80%
dengan reaksi:

(a) ClO + ClO → Cl2O2 (c) Cl + O3 → ClO + O2

(b) Cl2O2 + hv → Cl + ClOO (d) ClOO → Cl + O2

Bagaimana reaksi perubahan total. Jelaskan mengapa CFC dalam jumlah kecil
di stratosfer dapat menurunkan konsentrasi ozon cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai