EBCR Bell's Palsy PDF
EBCR Bell's Palsy PDF
Saya yang bertandatangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tugas makalah
ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
Indonesia kepada saya.
…………………………….
PERNYATAAN ORISINALITAS
report
Pendahuluan: Bell’s palsy merupakan kelumpuhan unilateral nervus fasialis yang penyebabnya belum
diketahui pasti. Terapi terbaik untuk pasien dengan Bell’s palsy masih merupakan masalah di dunia
kesehatan. Kortikosteroid merupakan terapi utama untuk Bell’s palsy, dan antivirus digunakan sejak virus
diketahui terlibat sebagai etiologi Bell’s palsy.
Tujuan: Membandingkan tingkat penyembuhan Bell’s pada kelompok pasien Bell’s palsy yang diberikan
kortikosteroid saja terhadap kelompok pasien yang mendapatkan kombinasi kortikosteroid dan antivirus.
Metode: Pencarian dilakukan dengan menggunakan dua database jurnal, yaitu PubMed dan Cochrane, dan
didapatkan dua artikel yang relevan.
Hasil: Dua studi memberikan hasil yang sama. Studi RCT yang dilakukan oleh Yeo et al dan studi
systematic review yang menganalisis 5 artikel RCT oleh Goudakos et al menunjukkan angka kesembuhan
yang lebih baik pada kelompok terapi kombinasi dibandingkan kelompok monoterapi, namun perbedaan
antar kelompok tidak bermakna (p > 0,05).
Kesimpulan: Penambahan antivirus untuk terapi Bell’s palsy tidak memberikan hasil yang lebih efektif
dibandingkan pemberian kortikosteroid saja.
Background: Bell’s palsy is a unilateral paralysis of facial nerve that its etiology is still unknown. The best
therapy for patients with Bell’s palsy is still a problem. Corticosteroid is the main therapy for Bell’s palsy,
and antiviral agents are used since virus is known to be involved in Bell’s palsy.
Methods: Searching was done through two journal databases, PubMed and Cochrane, and two relevant
articles were found.
Results: Two studies give the same result. An RCT study by Yeo et al and a systematic review that analyzed
5 RCTs by Goudakos et al show a better improvement in combination therapy group than monotherapy
group, but the difference between the two groups is not statistically significant (p > 0,05).
Conclusion : The addition of antiviral for Bell’s palsy treatment does not give more effective outcome than
the corticosteroid alone.
ABSTRAK simplex virus (HSV) ditemukan pada ganglia
genikulatum, cairan endoneural dan otot posterior
aurikular. Hal tersebut yang mendasari mekanisme
Pada evidence-based case report ini kami
HSV yang menyebabkan inflamasi dan terjepitnya
mempelajari pertanyaan klinis : Apakah kombinasi
nervus fasialis pada foramen meatal. Berdasarkan
antivirus dan kortikosteroid lebih efektif dalam
penemuan tersebut, pada pasien dengan Bell’s
memperbaiki fungsi nervus fasialis dibandingkan
palsy yang idiopatik, diberikan pengobatan dengan
dengan monoterapi kortikosteroid pada pasien
antiviral.4 Pemberian kortikosteroid masih
Bell’s palsy? Dari hasil pencarian ditemukan 17
dianggap sebagai pengobatan utama pada pasien
artikel, namun hanya 2 artikel yang relevan dengan
Bell’s palsy, hal tersebut didasarkan atas adanya
pertanyaan klinis kami.
laporan bahwa pada saat operasi dekompresi,
didapatkan adanya pembengkakan pada nervus
fasialis.3 Kombinasi antivirus dan kortikosteroid
mungkin bisa memberikan hasil yang lebih baik
In this evidence-based case report, we study a
dalam pengobatan Bell’s palsy.
clinical question : Is the combination of antiviral
agents and corticosteroid more effective in
repairing facial nerve function than corticosteroid Kasus Klinis
alone in Bell’s palsy patient? We found 17 articles Pasien laki-laki usia 35 tahun datang dengan
in searching, but only 2 articles that are relevant keluhan sudut mulutnya tertarik ke sebelah kiri, dan
with our clinical question. mata sebelah kanan tidak dapat menutup rapat,
secara tiba-tiba sejak 2 hari lalu. Pasien seorang
supir angkutan kota Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik diperoleh bahwa diagnosis kerja
Latar Belakang
pada kasus ini adalah Bell’s palsy dextra. Terapi
Bell’s palsy merupakan kelumpuhan unilateral
standar Bell’s palsy adalah kortikosteroid, namun
nervus fasialis yang umumnya terjadi secara tiba-
Anda pernah mendengar bahwa virus berperan
tiba. Kelumpuhan otot wajah dapat sembuh
dalam penyakit ini, sehingga terpikir untuk
sempurna namun juga dapat terjadi secara
memberikan tambahan antivirus.
permanen. 60-75% kasus kelumpuhan sebagian
wajah disebabkan oleh Bell’s palsy. Insidensi Bell’s
palsy terjadi sebanyak 20-30 kasus per 100.000 Pertanyaan Klinis
orang pertahun.1 Umumnya terjadi pada usia sekitar Apakah kombinasi antivirus dan kortikosteroid
2
30-45 tahun, namun dapat terjadi pada semua lebih efektif dalam memperbaiki fungsi nervus
1
usia. Pada 30% pasien dengan Bell’s palsy, fasialis dibandingkan dengan monoterapi
terdapat kelumpuhan otot wajah yang permanen, kortikosteroid pada pasien Bell’s palsy?
2
nyeri, dan kesulitan melakukan aktivitas fisiologis.
Terjadinya Bell’s palsy diduga disebabkan Patient/problem : pasien Bell’s palsy
oleh faktor genetik, iskemia vaskular, inflamasi, Intervention : antivirus dan kortikosteroid
3
virus, maupun autoimun. Hingga saat ini, Comparison : kortikosteroid
meskipun penyebab dari Bell’s palsy belum Outcome : perbaikan fungsi nervus fasialis
diketahui secara jelas, namun gen dari herpes
Metode Penelusuran Literatur Didapatkan 17 artikel yang kami anggap relevan
Penelusuran dimulai dari pertanyaan klinis, dengan pertanyaan klinis kami, namun hanya 3
kemudian melakukan pencarian yang mengacu artikel yang tersedia dalam bentuk utuh (full text).
pada permasalahan, intervensi masalah, Didapatkan 1 artikel systematic review dan 2 artikel
pembanding (tabel 1). Pencarian literatur dilakukan RCT, namun 1 artikel RCT tidak kami gunakan
pada 20 Juni 2012. Artikel diambil dari Pubmed karena sudah termasuk di dalam artikel systematic
dan Cochrane yang masing-masing menyaring 40 review tersebut. Pada kedua artikel ini kami
dan 48 artikel. Judul dan abstrak disaring sesuai lakukan telaah kritis menggunakan kriteria pada
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah tabel 2 dan 3. Kedua artikel ini adalah artikel
Assessing
methods
Random
Finding
validity
1a
+, + + + + 29% 28% 0,5% 0,1% 576 0.74-1.42 1,03
Systematic
Goudakos
et al review Methods clear
(2009) n = 709
Critical appraisal of relevant studies : Validity and Importance
Study Validity Importance Levels
design of
evidence
CER EER RRR ARR NNT 95% CI OR
Similarity
Intention-
Random
Treated
equally
to-treat
Blind
Yeo RCT +, + + + + 14,8% 6,8% 54,4% 8,1% 12 -4,5 – 20,7 2,399 1b
et al n = 91 Methods
(2007) unclear
(2009)
1. Gonald H, Gilden M. Bell’s palsy. New England Journal of Medicine 2004; 351: 1323-31.
2. Sullivan FM, Swan IRC, Donnan PT, Morrison JM, Smith BH, McKinstry B, et al. Early
treatment with prednisolone or acyclovir in Bell’s palsy. New England Journal of Medicine
2007; 357; 16: 1598-07.
3. Goudakos JK, Marcou KD. Corticosteroids vs corticosteroids plus anti viral agent in the
treatment of bell’s palsy. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2009; 135: 558-63.
4. Yeo SG, Lee YC, Park DC, Cha C. Acyclovir plus steroid vs steroid alone in the treatment
of Bell’s palsy. American Journal of Otolaringology-Head and neck medicine and surgery.
2008; 29; 163-66.