Sejarah KAA
Sejarah KAA
Sebelum perang dunia II, negara-negara dunia ketiga yang berada di kawasan benua
Asia dan Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya perang
dunia II pada Agustus 1945, negara-negara dunia ketiga menjadi bangkit dan semakin
meningkatkan perjuangan mereka untuk memperoleh kemerdekaan. Hal tersebutlah
yang menyebabkan timbulnya konflik dan pergolakan di berbagai tempat seperti konflik
di Semenanjung Korea, Vietnam, Palestina, Yaman, Daratan China, Afrika, dan
Indonesia.
Kondisi keamanan dunia yang masih belum stabil pasca berakhirnya perang dunia kedua
tersebut semakin diperparah dengan munculnya perang dingin antara dua blok yang
saling berseberangan yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan Blok
Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet. Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan
baik secara ideologis maupun kepentingan tersebut terus berlomba-lomba untuk
membangun senjata modern, sehingga situasi dunia pada saat itu selalu diliputi oleh
kecemasan akan terjadinya perang nuklir.
Konferensi Panca Negara sendiri dihadiri oleh lima negara pelopor, yaitu:
1. Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamijoyo.
2. India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru.
3. Pakistan, diwakili oleh Perdana Menteri Muhammad Ali Bogra.
4. Srilanka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawa.
5. Burma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri U Nu.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-25 April
1955. Konferensi ini berlangsung di Gedung Merdeka yang sekarang terletak di Jalan
Asia Afrika, Bandung. Konfrensi yang dibuka secara resmi oleh Presiden Sukarno pada
tanggal 18 April 1955 ini dihadiri oleh 29 negara, dan dan 6 diantaranya adalah negara-
negara Afrika.
Ke-29 negara peserta Konferensi Asia Afrika di Bandung tersebut antara lain Afganistan,
Yordania, Saudi Arabia, Burma, Kamboja, Srilanka, Jepang, Laos, Sudan, Ethiopia,
Libanon, Suriah, Filipina, Liberia, Turki, Ghana, Libya, Vietnam Selatan, India, Thailand,
Vietnam Utara, Indonesia, Mesir, Yaman, Irak, Nepal, Pakistan, Iran, dan RRC.
1. Usaha untuk meningkatkan kerjasama bidang ekonomi, sosial, budaya, dan hak asasi
manusia.
2. Hak menentukan nasib sendiri.
3. Rasialisme (perbedaan warna kulit).
4. Kerjasama internasional.
5. Masalah pelucutan senjata.
6. Masalah rakyat yang masih terjajah di Afrika Utara.
7. Masalah Irian Barat.
Hasil Konferensi Asia Afrika yang paling penting adalah telah terjadinya suatu kerjasama di
antara negara-negara Asia Afrika. Selain itu, pertemuan KAA telah berhasil pula merumuskan
sepuluh asas yang tercantum dalam Dasasila Bandung. Dalam Dasasila Bandung, tercermin
penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.
Dan berikut adalah isi Dasasila Bandung.
Dasasila Bandung
1. Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3. Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara
kolektif.
6. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
8. Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9. Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
10.Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.