Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENGGUNA

KERETA COMMUTER LINE SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN


KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
(STUDI KASUS : STASIUN BATU CEPER, KOTA TANGERANG)
Dwi Esti Intari1, Dicki Dian Purnama2, Fikri Arrasyta3
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jendral Sudirman Km 3 Cilegon, Banten
fikriarrasyta@gmail.com

INTISARI
Kota Tangerang terus berbenah soal transportasi massal dengan menerapkan transportasi yang
terintegrasi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Lokasi integrasi antarmoda transportasi di
Kota Tangerang adalah Stasiun Batu Ceper karena letaknya yang dekat dengan Terminal Poris Plawad
sehingga memungkinkan adanya integrasi antarmoda yang mendukung konsep Transit Oriented
Development (TOD). Konsep TOD adalah solusi sebagai salah satu konsep pembangunan berkelanjutan
khususnya untuk memecahkan masalah transportasi dengan menjadikan Stasiun sebagai titik transit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pergerakan pengguna kereta commuter
line di Stasiun Batu Ceper dan menganalisis variabel pembentuk TOD yang sudah diterapkan di kawasan
sebagai dasar untuk pengembangan kawasan TOD yang baik. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah mix method, penggabungan antara analisis kuantitatif untuk mengetahui pergerakan pengguna
kereta commuter line di Stasiun Batu Ceper dan analisis kualitatif yaitu observasi mengenai variabel yang
sudah diterapkan di kawasan penelitian untuk menerapkan kawasan TOD.
Hasil penelitian yang didapatkan berupa kawasan Stasiun Batu Ceper memiliki potensi untuk menjadi
kawasan TOD dengan pergerakan pengguna kereta di Stasiun Batu Ceper didominasi oleh masyarakat
sekitar stasiun dalam radius 500 m – 1 km. Akan tetapi, variabel pembentuk TOD masih kurang lengkap
dan setiap variabel masih belum terhubung dengan variabel lainnya. Dari beberapa faktor karakteristik
pergerakan pengguna kereta, hanya faktor lokasi stasiun yang mempengaruhi pembangunan kawasan
TOD karena dapat dilihat dari hasil kuesioner yang didapat bahwa keseluruhan pengguna kereta di
Stasiun Batu Ceper merupakan masyarakat yang tinggal tidak jauh dari lokasi stasiun

Kata Kunci: Pengembangan kawasan transit, pergerakan penumpang, Stasiun Batu Ceper

ABSTRACT
Tangerang city keeps improvement about public transportation by adjusting an integrated
transportation to reduce the use of private vehicle. Batu Ceper Railway Station is a place for integrated
multi – modal transportation in Tangerang because the location of Batu Ceper Railway Station is near
from Poris Plawad Bus Station so there will be allowing integration multi – modal transportation with
supporting Transit Oriented Development (TOD). TOD concept is present as a solution as one of the
concept of sustainable development in particular to solve the problem of transportation by making the
Railway Station as transit point.
This research is aimed to identifiying character of commuter line’s passenger in Batu Ceper Railway
Station and analysis of forming variable TOD which already implemented in area as a base for good
developing a TOD. This type of research used is mixed method, a combine between quantitative analysis
to know commuter line’s passenger movement in Batu Ceper Railway Station and qualitative analysis is
observation about a forming variable which already implemented in research area as a base of TOD.
The study shows as a region of Batu Ceper Railway Station has potential to develop a TOD which
commuter line’s passenger movement in the railway station is a people who lived near railway station in
area between 500 m – 1 km. However,forming variable of TOD still not completed and many variable still
stands alone or is not integrated between the one and the other. From many factor passenger movement
characteristic, only station location has affected in developing a TOD because from the result of
questionnaire that entire of passenger in Batu Ceper Railway Station are people who lived near station.

Keywords: Transit Oriented Development, Passenger Movement, Batu Ceper Railway Station

1
1. PENDAHULUAN Setahun sudah konsep pengembangan
A. Latar Belakang kawasan TOD di Stasiun Batu Ceper
Jumlah dan Kepadatan penduduk diusulkan oleh Wali kota Tangerang
yang tinggi di Kota Tangerang tidak kepada Kemenhub. Akan tetapi hingga
terlepas dari letak geografis wilayah saat ini kawasan Stasiun Batu Ceper
tersebut yang berbatasan langsung belum terlihat berbenah untuk
dengan Ibukota DKI Jakarta. Kedekatan menciptakan sebuah kawasan TOD.
dengan Ibukota berdampak pada jumlah Salah satu permasalahan utama dalam
penduduk yang besar dan tingkat menerapkan konsep TOD pada suatu
kepadatan yang tinggi. Pengaruh kawasan adalah pola pergerakan
pertumbuhan penduduk yang semakin penggunanya. Karena penerapan
meningkat terhadap perkembangan kota kawasan TOD pada suatu kawasan
adalah terjadinya fenomena urban sprawl dengan kawasan lain akan berbeda
yang merupakan kondisi dimana suatu tergantung pola pergerakan pengguna
kawasan perumahan, industri, dan daerah kawasan TOD tersebut.
komersial saling berjauhan, sehingga B. Rumusan Masalah
kondisi ini akan saling mendorong Permasalahan yang akan ditinjau
penduduk untuk menggunakan kendaraan dalam penelitian tugas akhir ini antara
pribadi sebagai alat transportasi. Dengan lain:
banyaknya penduduk menggunakan 1. Bagaimana karakteristik pergerakan
kendaraan pribadi maka jumlah pengguna kereta commuter line di
kendaraan akan semakin bertambah Stasiun Batu Ceper untuk
sedangkan kapasitas jalan masih tetap. pengembangan di kawasan TOD?
Salah satu upaya dalam mengatasi 2. Variabel pembentuk TOD apa saja
permasalahan tersebut adalah dengan yang sudah diterapkan pada kawasan
menerapkan konsep TOD sebagai Stasiun Batu Ceper sebagai dasar
pengembangan kawasan transit. Transit pembentuk kawasan transit berbasis
Oriented Development (TOD) merupakan TOD?
pola pembangunan tata kota yang C. Tujuan Penelitian
terintegrasi dengan sistem transportasi Tujuan penelitian dari tugas akhir ini
sehingga menciptakan suatu kota yang adalah:
efisien. Menurut Calthorpe (1993) 1. Mengidentifikasi karakteristik
konsep TOD merupakan konsep yang pergerakan pengguna kereta
memberikan arahan sebuah kawasan commuter line di Stasiun Batu Ceper
yang memiliki komunitas campuran sebagai dasar pengembangan kawasan
(mixed – use) di sekitar lokasi sebuah TOD.
transit, seperti stasiun dikaitkan dengan 2. Menganalisis variabel pembentuk
manusia sebagai penggunanya sehingga TOD apa saja yang sudah diterapkan
tercipta lingkungan yang walkable, aman, pada kawasan Stasiun Batu Ceper
dan nyaman dengan menjadikan Stasiun sebagai dasar pembentuk kawasan
sebagai titik transit. transit berbasis TOD.
Salah satu lokasi transportasi massal D. Manfaat Penelitian
di Kota Tangerang adalah Stasiun Batu Manfaat yang bisa diambil dari
Ceper. Pada lokasi ini direncanakan akan penelitian ini adalah:
mengusung konsep TOD (Transit 1. Untuk mengembangkan
Oriented Development). Konsep Transit kawasan Stasiun Batu Ceper menjadi
Oriented Development (TOD) merupakan kawasan TOD, sebagai langkah awal
konsep yang memberikan arahan sebuah dalam memperbaiki penataan tata
kawasan yang memiliki komunitas lingkungan Kota Tangerang.
campuran (mixed – use) di sekitar lokasi 2. TOD menjadi konsep alternatif dalam
sebuah transit, seperti stasiun dikaitkan mengurangi kemacetan di Kota
dengan manusia sebagai penggunanya Tangerang.
sehingga tercipta lingkungan yang
walkable, aman, dan nyaman.

2
3. Mengimplementasikan TOD dalam 2. TINJAUAN PUSTAKA
pengembangan sistem jaringan
transportasi.
4. Menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai konsep TOD dan dapat
mengetahui bagaimana karakteristik
kawasan TOD.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di sekitar
Stasiun Batu Ceper yang terletak di Jl.
Benteng Betawi, Kecamatan Cipondoh,
Kota Tangerang.
Gambar 2. Literatur
(Sumber : Hasil Analisis, 2017)

3. LANDASAN TEORI
TOD pertama kali diperkenalkan oleh
Peter Calhorpe pada tahun 1993, beliau
mengatakan bahwa TOD merupakan suatu
Gambar 1. Peta Lingkup Penelitian konsep pengembangan titik transit yang
(Sumber : Google Maps, 2017) terintegrasi dengan tata guna lahan yang
F. Batasan Masalah dapat memaksimalkan pedestrian sehingga
Untuk membatasi cakupan dapat mengurangi pemakaian kendaraan
pembahasan dalam tugas akhir ini, maka bermotor. Adapun tipologi dari TOD
penulis membuat batasan sebagai berikut: menurut Calthorpe (1993) yaitu Urban TOD
1. Daerah yang ditinjau adalah radius dan Neihgborhood TOD. Selain itu, untuk
600 meter kawasan sekitar Stasiun tipe pengembangannya TOD terdiri atas 3
Batu Ceper, meliputi area komersial, yaitu redevelopment site, infill site dan new
area residensial, pedestrian, dan lahan growth area. Sedangkan untuk pembentukan
parkir. TOD menurut Calthorpe (1993) terdiri atas
2. Data diperoleh dengan observasi di beberapa variabel, diantaranya:
lapangan yang berupa variabel  Area Komersial
pembentuk TOD yang berada pada Area dengan fungsi campuran ini
kawasan rencana TOD Stasiun Batu berfungsi memberi pelayanan pada
Ceper dan membuat sebuah kuesioner kegiatan transit seperti fungsi retail,
untuk pengguna jasa kereta commuter perkantoran skala regional, supermarket,
line yang berada di Stasiun Batu komersial dan hiburan serta hunian pada
Ceper. level lantai atas. Dapat menjadi daya
G. Keaslian Penelitian tarik keragaman tujuan pada lokasi.
Penelitian dengan judul “Analisis  Area Hunian Campuran
Karakteristik Pergerakan Pengguna Hunian dalam jarak jangkau daerah
Kereta Commuter Line Sebagai Dasar komersial pusat dan perhentian dengan
Pengembangan Kawasan Transit berjalan kaki, dengan hunian dengan
Oriented Development (Studi Kasus: beragam tipe (tunggal, apartemen atau
Stasiun Batu Ceper)” yang akan town house).
dilakukan ini belum pernah dilakukan  Fungsi Ruang Publik
sebelumnya, sehingga penelitian ini asli Bentuknya dapat berupa taman, plaza,
tanpa ada unsur plagiat. tata hijau, yang melayani sekitar
lingkungan. Ruang publik yang didesain
dalam bangunan umum atau fasilitas
publik disesuaikan dengan kebutuhan.
 Area Sekunder

3
Berjarak tidak lebih dari 1 mil (1,6  Usia, faktor usia juga mempengaruhi
km) dari daerah pusat (titik transit) dan karakteristik pengguna kereta komuter,
memiliki jaringan jalan sebagai karena biasanya dengan bertambahnya
penghubung ke daerah belakang. Area usia seseorang maka semakin malas
sekunder ini terdiri dari perumahan menggunakan angkutan umum; terutama
berkepadatan rendah, fasilitas umum angkutan umum yang mengangkut dalam
serta ruang parkir yang bersifat park and- jumlah besar seperti KA Komuter karena
ride pertimbangan beberapa hal, antara lain
 Fungsi Campuran rasa tidak nyaman jika harus berdesakan
Fungsi dalam TOD bersifat beragam dengan penumpang yang lain.
dan campuran, yaitu fungsi publik, pusat  Jenis Kelamin, menurut Nationwide
komersial dan hunian. Dimana bangunan Personal Transportation Survey (NPTS)
dengan fungsi ragam secara vertikal 46.5% dari pengguna kereta komuter
merupakan tipe yang disarankan. adalah wanita. Hal ini bisa disebabkan
Sedangkan untuk karakteristik karena peran sosial seorang wanita;
penggunanya, menurut Black dalam wanita lebih suka bekerja di rumah
Setiawan (2005) yaitu : sebagai ibu rumah tangga, wanita
 Tujuan Perjalanan, untuk daerah cenderung mendapatkan gaji yang lebih
perkotaan kota sebagian besar tujuan rendah daripada pria dan juga
perjalanan adalah untuk bekerja. Tujuan kebanyakan dari mereka tidak bisa
perjalanan yang lain adalah: sekolah, mengemudi. Namun semua itu bisa
rekreasi, belanja dan lain-lain. berubah seiring dengan perkembangan
 Waktu Perjalanan, jumlah perjalanan jaman.
terbesar biasanya terjadi pada saat jam  Jenis Pekerjaan, dengan mengetahui jenis
puncak (peak hour), yaitu pada saat jam pekerjaan pengguna KA Komuter maka
kerja. Oleh karena itu penggunaan bisa diketahui apakah mayoritas
kendaraan pribadi maupun angkutan pengguna berasal dari golongan pelajar,
umum menjadi lebih bersaing selama jam mahasiswa, pegawai negeri sipil, ibu
puncak. Sehingga hal ini mengakibatkan rumah tangga dan lain-lain. Umumnya
jalanan menjadi padat dan pelaku seseorang dengan jenis pekerjaan/jabatan
perjalanan berupaya mencari moda yang sudah mapan cenderung untuk lebih
transportasi alternatif yang bisa memilih menggunakan mobil pribadi
menghemat waktu tempuh. daripada angkutan umum.
 Lokasi Stasiun/shelter dan Arah
Perjalanan, lokasi stasiun/shelter 4. METODOLOGI PENELITIAN
berpengaruh terhadap operasional KA Metode yang akan digunakan dalam
Komuter; sebab penempatan yang sesuai menganalisis data adalah mix method yang
dengan kebutuhan masyarakat umum merupakan penggabungan antara penelitian
berarti pelayanan KA Komuter menjadi kuantitatif dan kualitatif. Masing – masing
optimal. Sedangkan arah perjalanan metode digunakan pada variabel yang
berpengaruh terhadap tujuan perjalanan berbeda.
pengguna karena biasanya tujuan Variabel penelitian dibedakan atas dua
perjalanan adalah menuju ke daerah pusat yaitu karakteristik pergerakan pengguna
bisnis (CBD). kereta dan variabel pembentuk TOD.
 Jadwal Keberangkatan dan Kedatangan, a. Karakteristik Pergerakan Pengguna
pengaturan jadwal adalah salah satu hal Kereta
penting dalam pengoperasian KA Berdasarkan tinjauan pustaka maka
Komuter sehingga harus mampu ditentukan variabel karakteristik
mengakomodasi kebutuhan pergerakan menurut Black dalam
penggunanya. Pengaturan jadwal yang Setiawan (2005) yaitu : Tujuan
tepat bisa memberikan dampak yang perjalanan, waktu perjalanan, lokasi
positif bagi para pengguna untuk lebih stasiun/shelter, jadwal keberangkatan,
memilih menggunakan kereta komuter. jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia.

4
b. Variabel Pembentuk TOD
Sedangkan untuk variabel pembentuk
TOD ditinjau dari pembentukan TOD
menurut Calthorpe (1993), yaitu : Area
komersial, area hunian campuran, fungsi
ruang publik, area sekunder dan fungsi Gambar 4. Jarak Stasiun Batu
campuran. Ceper dengan Pusat
Untuk pengambilan sampel diperlukan Pemerintahan Kota Tangerang
jumlah populasi di Stasiun Batu Ceper, (Sumber: Google Maps, 2017)
didapatkan dari jumlah penumpang/hari
yaitu 2050 orang/hari. Dari jumlah tersebut d. Jarak stasiun Batu Ceper ke
dengan menggunakan rumus Slovin didapat Bandara Internasional Soekarno
jumlah sampel adalah sebanyak 96 orang. Hatta relatif dekat yaitu +/- 12,6
Kriteria awal dalam memilih kawasan km apabila ditempuh
pada penelitian ini adalah berdasar rencana menggunakan Kereta Express
Walikota Tangerang yang ingin Bandara Soekarno Hatta dan +/-
mengintegrasikan Stasiun Batu Ceper 15,1 km yang ditempuh melalui
dengan Terminal Poris Plawad, dengan kendaraan bermotor.
memanfaatkan KeretaBandara yang melintas
dan berhenti di Stasiun Batu Ceper sehingga
menciptakan sebuah kawasan TOD. 12,6 km
Teori Calthorpe (1993) mengatakan
bahwa kawasan TOD harus dapat dijangkau
dengan berjalan kaki atau sejauh 2000 ft.
(609,6 meter). Berdasarkan teori tersebut
maka ditetapkan kawasan penelitian adalah
Stasiun Batu Ceper dengan radius 600
meter.
Gambar 5. Panjang Rel dari
Stasiun Batu Ceper menuju
Stasiun Bandara Internasional
Soekarno Hatta
(Sumber: Wikimapia, 2017)

Gambar 3. Kawasan Lingkup Penelitian


(Sumber : Hasil Analisis, 2017)

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Profil Kawasan Stasiun Batu Ceper
1. Letak Geografis dan Administrasi Gambar 6. Jarak Tempuh
a. Stasiun Batu Ceper terletak di Stasiun Batu Ceper dengan
Jalan Benteng Betawi, Kelurahan Bandara Internasional Soekarno
Poris Plawad, Kecamatan Hatta melalui Kendaraan
Cipondoh, Kota Tangerang. Bermotor
b. Lokasi stasiun sendiri berada pada (Sumber: Google Maps, 2017)
6”17’ Lintang Selatan (LS) dan
106”66’ Bujur Timur (BT). 2. Kondisi Fisik Kawasan
c. Lokasi stasiun Batu Ceper berjarak a. Stasiun Batu Ceper terletak pada
+/- 4,0 km dari pusat pemerintahan ketinggian 11 meter diatas
Kota Tangerang. permukaan laut.

5
Tabel 1 Jumlah Penduduk di
Kelurahan Poris Plawad Menurut
Kelompok Umur
Jumlah
Kelompok Penduduk
Umur Laki
Perempu
(Tahun) –
Gambar 7. Stasiun Batu Ceper an
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Laki
2017) 0–4 979 998
b. Letaknya berseberangan dengan
Terminal Poris Plawad yang 5–9 802 695
merupakan Terminal tipe A. 10 – 14 627 562
15 – 19 585 596
20 – 24 703 781
25 – 29 867 865
30 – 34 935 931
35 – 39 889 771
40 – 44 667 639
Gambar 8.Terminal Poris 45 – 49 562 450
Plawad
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 50 – 54 430 346
2017)
55 – 59 272 223
3. Kondisi Sosial Kawasan
Jumlah penduduk Kawasan 60 – 64 123 137
Rencana TOD Stasiun Batu Ceper
65 – 69 80 87
diambil dari data kependudukan di
Kelurahan Poris Plawad. Adapun 70 – 74 55 56
lebih jelasnya dapat dilihat sebagai
berikut : < 75 16 51
JUMLAH 8592 8188
Laki - Laki TOTAL 16780
8.592 Jiwa 49%
(Sumber: Cipondoh Dalam Angka
51%
Perempuan BPS Kota Tangerang, 2016)
8.188 Jiwa 4. Kondisi Ekonomi Kawasan
Pertumbuhan perekonomian di
kawasan Stasiun Batu Ceper
Gambar 9. Diagram Jumlah berkembang pesat, hal tersebut
Penduduk di Kelurahan Poris Plawad dibuktikan dengan banyaknya
(Sumber: Cipondoh Dalam Angka perdagangan dan jasa yang berada
BPS Kota Tangerang, 2016) disekitar kawasan ini, dimana jenis
perdagangan dan jasa tersebut
beragam mulai dari skala kecil hingga
perdagangan dan jasa skala besar.
Kawasan stasiun Batu Ceper ini
merupakan kawasan yang sangat

6
strategis sehingga sangat potensial 1 km - > 2 km 100 m -
dijadikan lokasi usaha. Adapun jenis 2 km 3% 500 m
kegiatan perekonomian perdagangan 9% 40%
dan jasa tersebut seperti perbankan,
restoran, minimarket, pasar, dan
500 m -
kegiatan – kegiatan lainnya.
1 km
48%
B. Analisis Kuesioner Pergerakan
Penumpang di Stasiun Batu Ceper
Gambar 13 Grafik Persentase Jarak
Pria,
40%
Tempat Tinggal Pengguna Kereta dari
Wanita, Stasiun Batu Ceper
60% (Sumber: Hasil Analisis)
Rekre Berbel Lainny
asi anja a Bekerj
3% 9% 3% a
40%
Sekola
Gambar 10 Grafik Persentase Jenis h/Kuli
Kelamin Pengguna Kereta ah
(Sumber: Hasil Analisis) 45%

31 - 40 41 - 50 > 50 < 21 Gambar 14 Grafik Persentase Maksud


Tahun Tahun Tahun Tahun Perjalanan Pengguna Kereta
14% 3% 2% 34% (Sumber: Hasil Analisis)
1-2
21 - 30
jam
Tahun
10% <1
47%
jam
90%

Gambar 11 Grafik Persentase Usia


Pengguna Kereta
(Sumber: Hasil Analisis) Gambar 15 Grafik Persentase Waktu
Tempuh Pengguna Kereta menuju
Lainnya Stasiun Batu Ceper
Guru/Do Pedagan
sen g/Pengu 4% (Sumber: Hasil Analisis)
5% saha Pelajar/
9% 1 kali 2 kali 3 kali
Mahasis
3% 2% 12%
wa
48%
4 kali
Pegawai >4 8%
Swasta PNS kali
30% 4% 75%
Gambar 12 Grafik Persentase Jenis Gambar 16 Grafik Persentase
Pekerjaan Pengguna Kereta Frekuensi Perjalanan Pengguna
(Sumber: Hasil Analisis) Kereta
(Sumber: Hasil Analisis)

7
Berjalan Lainnya Kendaraa Tabel 2 Hasil Analisis Fungsi Transit
Kaki 8% n Pribadi pada Kawasan Penelitian
7% 27%
Angkutan
Online/O
jek Angkutan
Online… Umum
13%
Gambar 17 Grafik Persentase Moda
Kendaraan Pengguna Kereta menuju
Stasiun Batu Ceper
(Sumber: Hasil Analisis) (Sumber: Hasil Analisis)
Kendara
Berjalan Lainnya C. Analisis Variabel Kawasan Penelitian
an
Kaki 8% sebagai Pembentuk TOD
Pribadi
5% 1. Area Komersial
Angkuta 27%
n Area komersial dalam TOD
Online/ menurut Calthorpe (1993) adalah area
Ojek… dengan fungsi campuran yang
Angkuta berfungsi memberi pelayanan pada
n Umum kegiatan transit seperti fungsi retail,
11%
supermarket, komersial dan hiburan
Gambar 18 Grafik Persentase Moda serta hunian pada level lantai atas
Kendaraan Pengguna Kereta yang dapat menjadi daya tarik
meninggalkan Stasiun Batu Ceper keragaman tujuan pada lokasi.
(Sumber: Hasil Analisis) Adapun area komersial pada kawasan
penelitian yaitu Pasar Royal dan Ruko
Pada variabel ini keseluruhan Perumahan Taman Royal.
responden lebih memiliki moda angkutan a. Ruko Taman Royal
online/ojek online untuk menuju atau Ruko Taman Royal atau Ruko
meninggalkan Stasiun Batu Ceper Royal merupakan deretan ruko
ketimbang berjalan kaki. Sebanyak 45% yang terletak disepanjang Jalan
calon penumpang kereta commuter line Benteng Betawi sejauh 1,6 km dari
menggunakan angkutan online/ojek Terminal Poris hingga Pintu Utara
online untuk menuju titik transit dan Perumahan Taman Royal 1 & 3.
sebanyak 49% menggunakan angkutan Ruko ini dibangun untuk
online/ojek online untuk meninggalkan memenuhi kebutuhan warga
titik transit. Hanya 7% saja yang berjalan sekitar perumahan Taman Royal,
kaki menuju stasiun dan 5% yang khususnya warga Cluster
berjalan kaki meninggalkan stasiun. Hal Edelweiss dan Palm yang letaknya
ini terjadi dikarenakan tidak adanya dibelakang ruko tersebut. Pada
pedestrian untuk akses ke stasiun ruko ini terdapat minimarket,
sehingga masyarakat lebih memilih klinik, rumah makan/restoran,
menggunakan jasa ojek online ketimbang bank, dan lain – lain. Ruko royal
berjalan kaki. Padahal sebanyak 48% dikatakan sebagai komersial
responden memiliki jarak yang dekat dari dikarenakan fungsinya yang
tempat tinggal menuju stasiun, yaitu 500 dominan digunakan sebagai kantor
m – 1 km. dibandingkan rumah.

8
Tabel 3 Hasil Analisis Area
Komersial pada Kawasan Penelitian

Gambar 19 Ruko Taman


Royal
(Sumber: Dokumentasi
Pribadi, 2017)
Berdasarkan hasil analisis,
keberadaan Ruko Taman Royal
tidak terintegrasi dengan Stasiun
Batu Ceper, hal ini terlihat dari
tidak tersedianya penyeberangan
jalan. Untuk area parkir, Ruko
Royal sudah memiliki lahan parkir (Sumber: Hasil Analisis)
yang bersifat off street. Sedangkan 2. Area Hunian
untuk jalur pedestrian hanya ada di Berdasarkan hasil analisis pada
beberapa ruas dengan kondisi yang kawasan 600 meter dari titik transit
buruk dikarenakan kurangnya yang merupakan lokasi penelitian,
masyarakat menggunakan jalur tipe area hunian didominasi oleh
pedestrian pada kawasan ini. rumah tunggal, baik kelas rendah
b. Pasar Royal maupun tinggi. Area hunian campuran
Pasar yang memiliki luas pada kawasan ini sama sekali tidak
bangunan sekitar 16500 m2 terintegrasi dengan titik transit, karena
memiliki kondisi bangunan yang akses antara titik transit dengan area
buruk dan letaknya dibelakang hunian tidak tersedia dengan baik.
Terminal Poris sehingga pasar ini Walaupun jarak antara titik transit
tidak berada pada akses Jalan dengan area hunian dekat, tetapi hal
Benteng Betawi. Selain itu, akses ini belum dapat mengurangi tingginya
jalan menuju Pasar Royal sangat tingkat penggunaan kendaraan pribadi
buruk seperti jalan yang sudah pada kawasan ini. Hal ini dikarenakan
bergelombang. tidak adanya jalur pejalan kaki yang
Berdasarkan hasil analisis, layak digunakan untuk akses menuju
Pasar Royal tidak terintegrasi titik transit.
dengan Stasiun Batu Ceper seperti
Ruko Royal yang tidak adanya
akses penyeberangan jalan yang
baik.

Gambar 21 Area Hunian


Gambar 20 Pasar Royal Campuran
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017) (Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2017)
Pada kawasan penelitian, tidak
adanya akses yang jelas untuk pejalan
kaki membuat pergerakan masyarakat
yang tinggal pada kawasan ini masih
didominasi oleh kendaraan bermotor.

9
Tabel 5 Hasil Analisis Fungsi Ruang
Publik pada Kawasan Penelitian

Gambar 22 Rute Pergerakan


Masyarakat Area Hunian menuju
Titik Transit
(Sumber: Hasil Analisis, 2017) (Sumber: Hasil Analisis)
4. Area Sekunder
Tabel 4 Hasil Analisis Area Hunian Area sekunder merupakan area
Campuran pada Kawasan yang berjarak 1 mil (sekitar 1,6
Penelitian kilometer) dari daerah pusat dan
memiliki jaringan jalan sebagai
penghubung ke daerah belakang.
Penghubung ini dilengkapi dengan
jalur pedestrian dan sepeda. Area
sekunder pada kawasan penelitian
masih didominasi oleh berbagai
hunian, mulai kelas rendah,
menengah, hingga tinggi.

(Sumber: Hasil Analisis)


3. Fungsi Ruang Publik
Ruang publik sebagai salah satu
komponen tata ruang kota yang vital Gambar 23 Area Sekunder pada
karena ruang publik dapat di artikan Kawasan TOD
sebagai tempat atau ruang yang dapat (Sumber: Hasil Analisis, 2017)
diakses atau dimanfaatkan oleh warga
atau masyarakat secara cuma-cuma Tabel 6 Hasil Analisis Area Sekunder
tanpa mengambil keuntungan dan bisa pada Kawasan Penelitian
digunakan masyarakat secara
bersama-sama baik secara individu
maupun berkelompok tanpa
terkecuali.
Pada penelitian ini, kawasan
Stasiun Batu Ceper tidak terdapat area
ruang publik seperti taman, plaza,
ataupun ruang terbuka hijau. Ruang
terbuka publik sendiri memiliki peran
penting dalam sebuah kawasan TOD
yaitu sebagai pendukung aktivitas (Sumber: Hasil Analisis)
pada titik transit.
5. Area Campuran
Area campuran merupakan
bangunan yang memiliki fungsi

10
beragam seperti ruang publik, 2. Variabel pembentuk kawasan TOD di
komersial, dan hunian dalam kawasan Stasiun Batu Ceper masih kurang,
TOD dimana bangunan tersebut seperti tidak adanya ruang publik dan
disarankan memiliki tipe bangunan bangunan multifungsi yang menjadi
vertikal. Pada kawasan penelitian variabel penting pembentuk kawasan
tidak terdapat area campuran yang TOD. Selain itu, setiap variabel yang
multifungsi. Seiring dengan ada di kawasan penelitian masih
pembangunan Stasiun Batu Ceper belum terhubung dengan variabel
yang akan dijadikan sebagai salah lainnya, padahal faktor penting dalam
satu stasiun pemberhentian Kereta kesuksesan kawasan TOD sendiri
Express Bandara Soetta, akan adalah terhubungnya jalur pejalan
dibangun Poris Superblock yang kaki yang menjadi penghubung utama
merupakan properti multifungsi yang antara kawasan TOD dengan titik
letaknya tidak jauh dari titik transit transit. Berikut merupakan beberapa
(Stasiun Batu Ceper). karakteristik TOD yang telah
diterapkan pada kawasan Stasiun Batu
Ceper.
• Fungsi transit, yang pergerakannya
masih didominasi oleh angkutan
online/ojek online.
• Area komersial, yang belum
terhubung dengan dengan titik
Gambar 24 Tampak Poris transit.
Superblock • Area hunian yang terdiri dari
(Sumber: Ristia Group, 2017) beragam tipe (tunggal, apartemen,
atau town house). Pada poin ini
6. KESIMPULAN DAN SARAN sesuai dengan teori Calthorpe
A. Kesimpulan (1993) mengenai keragaman tipe
1. Dari beberapa faktor karakteristik hunian dalam kawasan TOD.
pergerakan pengguna kereta, hanya • Area sekunder, tidak memiliki
faktor lokasi stasiun yang jalur penghubung pedestrian untuk
mempengaruhi pembangunan menuju titik transit.
kawasan TOD karena dapat dilihat • Bangunan fungsi campuran
dari hasil kuesioner yang didapat (multifungsi), belum tersedia pada
bahwa keseluruhan pengguna kereta kawasan penelitian.
di Stasiun Batu Ceper merupakan • Ruang publik, belum tersedia pada
masyarakat yang tinggal tidak jauh kawasan penelitian.
dari lokasi stasiun. Hasil ini 3. Penelitian ini masih kurang dalam
menandakan bahwa dengan letaknya merencanakan sebuah kawasan TOD
yang dekat dengan tempat tinggal yang baik, karena dalam mewujudkan
masyarakat dapat memudahkan sebuah kawasan TOD perlu dilakukan
masyarakat untuk menjangkau stasiun penelitian dalam aspek penataan
dari tempat tinggalnya. Hal ini terkait lingkungan dan tata guna lahan secara
dengan prinsip TOD dalam hal rinci dengan cakupan wilayah yang
penempatan pemukiman dalam lebih luas. Selain itu, peran
jangkauan berjalan kaki dari fungsi pemerintah dalam kebijakan
transit dan karakteristik utama TOD mewujudkan sebuah kawasan TOD
dalam hal terintegrasinya antara juga diperlukan agar konsep TOD
fungsi lahan dalam suatu kawasan dalam hal penataan lahan dapat
dengan angkutan umum yang terwujud dengan baik.
ditunjukkan dengan terintegrasinya
antara area hunian dengan stasiun B. Saran
walaupun jalan akses untuk pejalan Setelah dilakukannya penelitian,
kaki belum tersedia. analisis data dan didapatkan kesimpulan

11
diatas, maka peneliti menyarankan Transportasi di Kota Surabaya Melalui
beberapa hal sebagai berikut : Pengembangan Kawasan Berbasis TOD
1. Seiring dengan pengembangan (Transit Oriented Development). Semarang:
Stasiun Batu Ceper dalam Jurnal TATALOKA Volume 16 Nomor 2,
membangun fasilitias untuk Mei 2014 Biro Penerbit Planologi Undip.
pemberhentian kereta bandara, Institute for Transportation & Development
diharapkan pengembangan sebuah Policy. Transit-Oriented Development
fasilitas penghubung antara Stasiun (TOD) Standard 2.1. New York: ITDP.
Batu Ceper dengan Terminal Poris Isa, Muhammad Hidayat (2014). Transit
Plawad karena letaknya yang Oriented Develovment (TOD) Sebagai
berdekatan dengan Terminal Poris Solusi Alternatif Dalam Mengatasi
Plawad diharapkan dapat Permasalahan Kemacetan Di Kota
dikembangkan jaringan jalan yang Surabaya. Surabaya: Jurnal Teknik Sipil dan
ramah bagi pejalan kaki sehingga Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
dapat terwujud integrasi antarmoda Nopember (ITS)
karena potensi Stasiun Batu Ceper Noor, Juliansyah. (2011). MeTODologi
dan Terminal Poris Plawad yang Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan
letaknya berseberangan dapat Karya Ilmiah. Jakarta: Kharisma Putra
mewujudkan sebuah kawasan transit Utama
antarmoda sehingga aspek integrasi Setiawan, Rudy. (2005). Karakteristik
moda dapat terwujud dalam kawasan Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya –
penelitian. Sidoarjo. Surabaya: Seminar Nasional
2. Pembenahan pada kawasan wajib Rekayasa Perencanaan Universitas Petra.
dilakukan dalam upaya mewujudkan Siregar, Nova Lestari. (2015). Pola Pergerakan
sebuah kawasan TOD yang baik. Pengguna Kereta Api Sebagai Dasar
Pembenahan ini terutama dalam aspek Pengembangan Kawasan TOD di Stasiun
keberagaman tata guna lahan di Medan. Medan: Perpustakaan Digital
kawasan karena semakin banyak Universitas Sumatera Utara..
variasi fungsi lahan semakin baik Taolin, Tetriana Vivi Oktora. (2008). Kualitas
dalam kawasan TOD dan akses Ruang Publik Kota Pada Kawasan TOD.
pejalan kaki baik akses Depok: Perpustakaan Digital Universitas
penyeberangan jalan maupun akses Indonesia.
pedestrian dengan minimal lebar 1 m Widyahari, Ni Luh Asti. (2014). Potensi
dengan dilengkapi vegetasi pedestrian dan Peluang Pengembangan Transit
(tanaman rindang) di sepanjang Oriented Development di Kawasan
pedestrian sehingga memunculkan Perkotaan Cekungan Bandung.
keinginan masyarakat menuju stasiun
Bandung: Jurnal Perencanaan Wilayah
dengan berjalan kaki.
dan Kota B SAPPK Vol. 3 No.2. Institut
3. Melakukan penelitian lanjut, terutama
dalam aspek penataan lingkungan dan Teknologi Bandung
tata guna lahan. Wijaya, Alfred. (2009). Penataan Ruang
Yang Ramah Lingkungan Melalui
DAFTAR PUSTAKA Perencanaan TOD (Transit Oriented
Altoon, Ronald. A. & Auld, James C. (2011). Development). Surabaya: Seminar
Urban Transformation Transit Oriented Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota
Development and Sustainable City. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Australia: The Images Publishing. Yuniasih, Fahdiana. (2007). Perancangan
Cahyadi, Gundy. Kursten, Barbara., Weiss, kawasan Transit Oriented Development
Marc. & Yang, Guang. (2004). Singapore
Dukuh Atas Berdasarkan Optimalisasi
Metropolitan Economic Strategy Report:
Sirkulasi. Bandung: Jurnal Program
Singapore’s Economic Transformation.
Prague: Global Urban Development. Studi Magister Rancang Kota Institut
Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli. & Ariasita, Teknologi Bandung.
Putu Gde. (2014). Keberlanjutan

12

Anda mungkin juga menyukai