Anda di halaman 1dari 6

Uang dan Perbankan

Definisi uang
Seorang filosof pernah mengutip bahwa uang adalah budak terbaik dan majikan terjahat.

A. Zaman Barter
Zaman barter dalah zaman yang telah berlangsung puluhan tahun silam, di mana pada
saat itu manusia belum mengenal uang. Sejak zaman inilah manusia menyadari bahwa ia
adalah makhluk sosial yang pada kenyataannya selalu bergantung satu sama lain, saling
membutuhkan pertolongan, dan tenggang rasa. Mereka sadar bahwa tidaklah mungkin
memenuhi semua kebutuhan dan kepuasan tanpa adanya kerja sama.
Sebelum adanya uang pun manusia sudah berproduksi. Mereka bertani, bercocok
tanam, berburu, menangkap ikan, dan lain sebagainya dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada suatu saat didapatinya kenyataan bahwa kebutuhan, keinginan,
dan kepuasan manusia sifatnya tak terbatas, ia mulai menginginkan apa yang dimiliki
orang lain dan tidak dimilikinya. Sehingga untuk mengatasinya terdapat dua opsi:
Opsi pertama, yaitu meminta secara langsung kepada pemiliknya dengan dua
konsekuensi yaitu boleh atau tidak (ini dapat memicu perkelahian atau perang).
Opsi kedua, adalah dengan cara menukar barang itu dengan barang yang lain.
Nah, sistem inilah yang disebut barter. Jadi barter adalah sistem tukar-menukar antara
barang dengan barang atau dengan kata lain sistem tukar menukar barang secara in-natura.

Seiring dengan bertambahnya kebutuhan, pesatnya laju kebudayaan serta peradaban,


manusia semakin sibuk untuk melakukan barter lebih terasa lagi sesudah perhubungan
antara mereka tidak lagi terbatas pada suku sendiri. Namun, akhirnya disadarilah betapa
barter mengandung kesukaran yang bersifat prinsipal, di antaranya:
1. Kesukaran dalam menentukan kesesuaian paham antara orang-orang yang akan saling
bertukar (double coincidence). Misalnya, orang pertama menginginkan kain dan
memiliki beras sedangkan orang kedua menginginkan jagung bukan beras, inilah
mengapa barter sulit dilakukan.
2. Kesukaran dalam menentukan nilai barang yang akan saling dipertukarkan. Misalnya,

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya’ ‘Ulumuddin telah memaparkan kedua kesulitan
barter dan kebutuhan akan uang dan juga menawarkan solusi sesuai dengan syariat islam.
Dalam hubungannya dengan kesulitan menentukan nilai melalui barter, Imam Ghazali
menjadikan dinar dan dirham sebagai dua hakim dan penengah. Kemudian, mengenai
kesulitan menemukan double coincidence ia menggambarkan cermin sebagai benda yang
tidak mempunyai warna, tetapi dapat mencerminkan semua warna sebagai solusinya.

B. Zaman uang
Sekumpulan bangsa-bangsa purba yang mendiami lembah Sungai Furat dan Sungai
Tigris, mendirikan negara besar seprti Lydia. Raja Asshurbanipal dari Assiria menyebut
negara ini dengan nama Luddi (660 sebelum masehi), dan pertama kali mengadakan
hubungan dagang dengan Raja Gyges. Raja Asshurbanipal melihat Raja Gyges
menggunakan uang dalam melakukan transaksi-transaksi dagangnya, karena sebelumnya
pada saat bertransaksi dengan negara besar lainnya seperti Persia, Babylonia dan lainnya
tidak menggunakan uang dalam bertransaksi.
Asshurbanipal pun segera mengetahui manfaat digunakannya uang bagi transaksi
dagangnya. Ia pun segera meniru membuat uang. Penggunaan uang semakin merata
diantara rakyat jelatanegara-negara besar lembah Sungai Furat dan Tigris. Itulah sedikit
sejarah lahirnya uang didunia. Sedikit demi sedikit bangsa lain diseluruh dunia segera
menggunakan uang dalam kesibukan sehari-hari. Macam-macam barang yang digunakan
orang sebagai uang pada zaman itu seperti batu mulia, kulit kerang, gigi dan lainnya.
Sehigga penggunaan benda tersebut sebagai mata uang pada saat itu mengalami kesulitan
dalam hal nilainya.
Sehingga lahirlah mata uang logam. Akan tetapi, uang logam sulit dibawa pergi
karena terlalu berat apalagi jumlahnya banyak. Maka lahirlah uang kertas di tengah
kecamuknya kesibukan manusia yang semakin ramai. Nabi Muhammad SAW sendiri
berdagang ke Eropa menggunakan uang eropa. Kemudian setelah membentuk
pemerintahan di Madinah uang eropa tersebut dipakai. Uang yang dipakai pada saat itu
perak dan emas.
Pada zaman merkantilisme di Prancis khususnya eropa masih menggunakan uang
emas dan perak, begitu juga zaman Ibnu Khaldun dan Adam Smith di Inggrispun
menggunakan emas dan perak. Lama kelamaan ketidakpastian uang logam karena sulit
dibawa, di pasar Italia yang ramai memiliki ide penitipan uang untuk mengatasi kesulitan
tersebut. Perusahaan penitipan uang tersebut namanya banco. Penitipan uang diberi
selembaran catatan yang berisi keterangan tentang jumlah uang emas dan perak yang
dititipkannya. Perkataan Banco itu kini telah menjadi Bank.
Setelah membahas tentang asal usul uang maka kita dapat mengetahui definisi uang.
Uang adalah sesuatu yang dapat diterima masyarakat umum sebagai alat tukar di dalam
lalu lintas ekonomi.
Akan tetapi, sesuatu benda dapat berfungsi sebagai uang yang baik apabila
memenuhi syarat, antara lain:
- memiliki nilai tertentu;
- tidak mudah rusak;
- mudah dibawa; dan
- jika dibagi nilainya tidak rusak.
Dapat kita lihat jika uang sekarang ini telah memenuhi keempat syart di atas. Dengan
dipenuhinya syarat-syarat di atas, maka lengkaplah uang dalam menjalankan fungsinya,
yaitu:
- Primary function; sebagai alat tukar (medium of exchange)
kita dapat menukar kain, daging, durian, dst dengan uang.
- Secondary functoin; sebagai satuan hitung (unit of account)
kita dapat mengukur liter,gram, acre, dst dengan uang.
- Secondary function; sebagai alat penyimpan nilai (store of value)
kita dapat menyimpan 1.5kg daging dengan selembar uang saja.
Ada 2 macam nilai uang yaitu:
(i) nilai intrinsik, adalah nilai benda yang dipakai untuk membuat uang; dan
(ii) nilai nominal, adalah nilai yang disepakati umum terhadap mata uang yaitu nominal.
Namun, apabila kenaikan barang secara terus-menerus melanda negeri, maka uang
akan kehilangan sebagian daya belinya, terutama jika jumlah uang yang beredar melebihi
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga kejadian ini menunjukkan bahwa terlalu
banyak uang yang beredar akan mengacaukan perekonomian.
Pada asasnya, nilai nominal itulah nilai uang yang sebenarnya. Sehubungan dengan
perkembangan zaman serta kebutuhan orang akan lancarnya peredaran uang, maka orang
pun akhirnya mengenal lembaga keuangan yang melayani kebutuhan akinan kredit, yakni
bank. Karena peranan yang dimainkan oleh bank inilah, kemudian bent Bentuk uang
diolongkan menjadi 2, yaitu:
1) Uang kartal (chartal) yaitu uang yang kita lihat sehari-hari mulai Rp 1,- sampai
RP 100.000,- Setiap orang yang hidup di negara di mana uang itu dikeluarkan wajib
dan harus menerima uang kartal itu karena nilainya dijamin negara (fiduciary money).
2) Uang giral yaitu uang yang diciptakan oleh sistem perbankan dalam aktivitas
kreditnya, misalnya cek, giro, wesel. Ini bukan uang yang sah sekalipun dapat
dipergunakan. Tidak banyak orang menggunakan uang giral karena tingkat
kepercayaan individu pada lembaga keuangan yang mengeluarkan uang giral itu
berdeda-beda (tergantung eksistensi lembaga).

Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari pengunaan kedua jenis uang ini. Semakin
maju negara tersebut, maka semakin banyaklah uang giral yang dipergunakan.

C. Uang dan Perbankan


Bank memainkan peranan penting dalam penciptaan uang giral. Orang menyimpan
uang di bank dalam berbagai bentuk. Pertama, dalam bentuk giro (checking deposit)
artinya dalam bentuk cek. Kedua, dalam bentuk tabungan (saving deposit) ini adalah
tabungan biasa di mana penabung diberi sebuah buku tabungan oleh bank sebagai bukti
bahwa ia telah memiliki sejumlah uang yang dititipkan dibank. Ketiga adalah deposito
berjangka (time deposit) biasa diingkat deposito saja, di mana penabung hanya boleh
menarik tabungannya sesuai jangka waktu yang telah disepakati.
Bank tidak akan mendiamkan seluruh uangnya di dalam lemari besinya, tetapi juga
meminjamkan sebagian pada customers. Dari para peminjam, bank mendapatkan bunga
(dalam sistem perbankan konvensional) atau bagi hasil (dalam sistem perbankan syariah).
Kepada para penabung, bank juga harus membayarkan bunga atau bagi hasil. Selisih bagi
hasil/bunga inilah yang disebut pendapatan bank – spread.
Bank akan menghadapi dilema jika Akan tetapi jika bank ingin mendapatkan
pendapatan sebanyak mungkin maka bank harus meminjamkan seluruh uangnya kepada
peminjam, namun dapat membahayakan bank itu sendiri. Untuk mengetahui berapa
jumlah uang yang dapat di pinjam di bank maka harus terlebih dahulu mengetahui batas-
batas yang di berikan oleh bank sentral atau di Indonesia disebut Bank Indonesia. Bank
sentral ini bertugas mengawasi lalu lintas kredit, kegiatan bank umum dalam
mempertahankan serta menjaga kestabilan nilai mata uang.
Bank sentral menetapkan suatu persentase tertentu yang menunjukkan jumlah uang
yang tetap disimpan dibank. Sejumlah persentase disebut legal reserve requirement yang
di Indonesia disebut Giro Wajib Minimum (GWM). Kemudian jumlah uang yang dapat
dikreditkan disebut excess reserve. Sistem perbankan yang mengunakan model GWM ini
disebut fractional reserve system atau sistem cadangan uang.

D. Penawaran Uang
Penawaran uang merupakan istilah lain dari jumlah uang yang beredar (JUB).
Dalam bahasa Inggris penawaran uang ini disebut dengan money supply. Para ahli
ekonomi mendefinisikan penawaran ini dengan melihat unsur- unsur yang dipakai sebagai
alat pembayaran. Kemudian muncullah tiga definisi penawaran uang yang disebut
penawaran dalam arti sempit (𝑀1 ), penawaran dalam arti luas(𝑀2 ), penawaran dalam arti
lebih luas (𝑀3 ).
Dalam𝑀1 penawaran dalam arti sempit terdiri dari uang kartal ditambah simpanan uang
dalam bentuk cek.
Dalam 𝑀2 , penawaran dalam arti luas terdiri dari 𝑀1 ditambah dengan tabungan dan
deposito berjangka dalam jumlah kecil.
Dalam 𝑀3 , penawaran dalam arti yang lebih luas terdiri dari 𝑀2 ditambah dengan deposito
berjangka bersar.
Irving Fisher (1867-1947), seorang profesor Ekonomi Politik dari Universitas Yale
yang ahli matematika menemukan rumusan yang disebut teori jumlah uang .
Persamaan matematikanya .
MV = PT atau
𝑇
P = 𝑉𝑀

Fisher mengonsumsikan bahwa V dan T adalah konstan. Dengan demikian terdapat


hubungan langsung antara P dan M. Artinya jika M naik, P akan naik pula, dan demikian
sebaliknya.

E. Permintaan akan Uang


Menurut teori John Maynard Keynes tentang permintaan akan uang yaitu kesukaan
menyimpan uang dalam bentuk tunai yang dia singkat dengan L begitu saja. Menurutnya,
orang memegang harta itu bisa dalam berbagai bentuk seperti memegang hartanya didalam
bentuk emas, tanah, atau barang- barang lainnya dan adapula yang ingin memegangnya
dalam bentuk uang.
Adapun yang ingin memegang dalam bentuk uang itu terbagi menjadi dua yakni
mata uang money (currency atau liquidity) dan benda yang dekat dengan uang (near
money). Motif yang digunakan untuk memegang uang dalam bentuk tunai atau liqudity
preference atau permintaan akan uang dikategorikan menjadi tiga yaitu :
1. Permintaan uang untuk tujuan transaksi
2. Permintaan uang untuk tujuan berjaga- jaga
3. Permintaan uang untuk spekulasi
Motif transaksi adalah motif kita dalam memegang uang sehari- hari, yakni orang
memegang uang tunai karena ingin berbelanja atau membeli sesuatu. Motif yang kedua
yakni motif berjaga- jaga, dilakukan orang karena orang harus waspada terhadap hal tak
terduga. Motif ketiga yaitu motif spekulasi, terjadi karena orang ingin memegang uang
untuk dipakainya bermain spekulasi dipasar modal, yakni dengan mengikuti
perkembangan harga surat berharga seperti saham dan obligasi. Selain itu motif ketiga itu
juga tak membawa manfaat sekali karena uang hanya dipertukarkan dengan kertas dan
kemudian dengan uang lagi.
Ketiga motif itu memegang uang dalam bentuk tunai itu dikelompokkan menjadi
dua. Motif pertama dan kedua yaitu dipengaruhi oleh pendapatan nasional, sehingga
dikelompokkan menjadi satu, sebagai 𝐿1 . Demikianlah 𝐿1 terdiri dari motif transaksi dan
motif berjaga- jaga. Karena sifatnya yang menyendiri itu, ia sendiri menduduki kelompok
kedua sebagai 𝐿2 . Menurut Keynes, permintaan akan uang itu terdiri dari 𝐿1 dan 𝐿2 .
Menurut Paul Anthony Samuelson permintaan akan uang itu disebut juga
transaction demand (permintaan transksi). Permintaan transaksi ini dilakukan orang
maupun perusahaan untuk memenuhi hasrat sehari- hari. Dalam permintaan jenis pertama
ini, baik orang maupun perusahaan memperlakukan uang dalam fungsi primernya sebagai
alat tukar (medium of exchange)
Kelompok kedua menurut Samuelson terdiri dari motif berjaga-jaga dan motif
spekulasi. Dalam kelompok kedua ini, orang dan perusahaan menggunakan uang tidak
untuk keperluan sekarang,melainkan suatu waktu jika diperlukan.Dengan kata lain uang
dimanfaatkan menurut fungsi sekundernya sebagai penyimpanan nilai (store of value).

Anda mungkin juga menyukai