Anda di halaman 1dari 7

SKABIES

Sinonim

The itch, gudik, budukan, gatal agogo

Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var.hominis dan produknya.

Epidemiologi

Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, dan kesalahan diagnosis. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam
PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

Cara penularan (transmisi)

 Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,


tidur bersama dan hubungan seksual.
 Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dll.

Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis
yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.

Etiologi

Menurut Subronto (2008), penyebab dari scabies pada umumnya adalah tungau
(mite) dari spesies Sarcoptes scabiei. Tungau sarcoptes bersifat parasitik, dan
mampu menyerang berbagai spesies ternak. Nomenklatur sarkoptes didasarkan
pada berbagai spesies hospes yang diserangnya. Tungau scabies pada ternak
kambing diketahui juga dari spesies Sarcoptes scabiei dari varietas caprae.
Menurut Kelly (1977), klasifikasi selengkapnya dari tungau tersebut adalah
sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Acarina
Sub-ordo : Sarcoptiformes
Famili : Sarcoptidae
Genus : Sarcoptes
Spesies : Sarcoptes scabiei

Bentuk morfologi tungau Sarcoptes scabiei cenderung bulat atau oval (Soulsby,
1982). Sedangkan ukurannya sangat bervariasi yaitu berkisar antara 380-270 μm
untuk tungau betina, dan 220- 170 μm untuk jantan (Kelly, 1977 dan Flynn,
1973). Sementara itu Soulsby (1982) menyatakan tungau betina dapat mencapai
ukuran 330-600 μm x 250-400 μm sedangkan yang jantan 200-240 μm x 150-200
μm. Dengan demikian, dari ukurannya dapat diketahui bahwa tungau betina
cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibanding dengan tungau
jantan, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Tungau Sarcoptes scabiei (kiri) dan perbedaan tungau betina dan tungau jantan (kanan) Sumber :
http://www.stanford.edu/, 2011

Lebih terperinci lagi, detail tungau betina menunjukkan adanya sepasang setae
tubuh yang vertikal, terletak di bagian anterodorsal. Pada sisi mediodorsalnya
terdapat sebuah plastron yang menyerupai keping, beberapa baris melintang sisik
segitiga dan tiga pasang setae yang panjang seperti pisau. Anus terletak di daerah
terminal, berbentuk celah longitudinal. Lubang genitalnya sederhana terletak
diantara pasangan kaki ketiga dan keempat. Pasangan kaki kesatu dan kedua
terdiri atas lima segmen dan sebuah alat penghisap ambulacral. Pasangan kaki
ketiga dan keempat terdiri atas empat segmen dan berakhir dengan setae yang
kaku dan panjang. Palpi mempunyai tiga segmen dan terdapat chelate chelicerae
yang besar. Tungau jantan hampir sama dengan betina, tetapi lebih kecil
ukurannya. Tungau yang belum dewasa ditandai dengan belum adanya alat
penghisap ambulacral pada pasangan kaki keempat. Alat genital berbentuk seperti
lonceng dan memiliki sklerotisasi yang baik diantara pasangan kaki keempat
(Flynn, 1973).

Siklus Hidup Tungau Scabies

Siklus hidup tungau berlangsung pada tubuh inang, terdiri atas beberapa tahapan
yaitu telur, larva, deutonimfa dan bentuk dewasa jantan atau betina (Williams et
al., 1985). Tungau jantan bertemu dengan tungau betina pada permukaan yang
normal dari epidermis kulit (Muller and Kirk, 1976). Menurut Grant (1986) dan
Luevine (1990), siklus hidup Sarcoptes dimulai dari tungau betina dewasa,
setelah dibuahi maka sarcoptes akan mulai membuat lubang atau terowongan di
bawah permukaan kulit untuk meletakkan telurnya, sekaligus juga membuang
kotorannya di terowongan tersebut. Panjang terowongan bisa mencapai 3 cm dan
terbatas dalam lapisan epidermis kulit. 4 - 5 hari kemudian mulai bertelur dan
meletakan 3 - 5 butir telur per hari dalam terowongan tersebut sampai jumlahnya
mencapai 40 - 50 telur. Tungau betina ini dapat mengeluarkan telur sebanyak 90
butir sepanjang siklus hidupnya. Setelah meletakkan telur-telurnya, tungau betina
akan mati. Umur tungau betina hanya mencapai tidak lebih dari 3 - 4 minggu.
Sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi (Oktora, 2009).

Telur akan berada di terowongan antara 3 - 10 hari setelah itu menetas menjadi
larva berukuran 215 x 156 μm yang memiliki tiga pasang kaki (Foster and Smith,
2011; Soulsby, 1982). Larva dapat tinggal dalam terowongan, atau bermigrasi ke
luar pada daerah sekitarnya untuk mencari makanan, kemudian kembali dan
menggali kulit lebih dalam untuk membuat tempat moulting (moulting pocket)
menjadi tahap nimfa (Kelly, 1977). Nimfa memiliki empat pasang kaki namun
organ kelaminnya belum berkembang. Nimfa berukuran 220 x 195 μm (Flynn,
1973; Soulsby, 1982). Setelah 2 - 3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan atau betina dengan 4 pasang kaki. Selanjutnya nimfa
akan tumbuh menjadi parasit dewasa dalam kurun waktu 2 minggu.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8 - 12 hari (Oktora, 2009). Siklus ini akan berulang kembali
sepanjang tungau tersebut masih hidup. Siklus hidup penuh dari tungau sejak fase
telur sampai dengan tungau dewasa penuh adalah 17 - 21 hari (Urguhart et al,
1987). Tungau mampu bertahan hidup di luar tubuh inang 2-6 hari pada suhu
ruangan, dan bisa bertahan hidup hingga 22 hari pada lingkungan yang sedikit
lembab (Foster and Smith, 2011).

Siklus hidup Sarcoptes scabiei Sumber : http://www.stanford.edu, 2011

Gejala klinis

Ada 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya merupakan tempat dengan
stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.

Pembantu diagnosis

Cara menemukan tungau:

1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul


atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas kaca obyek,
lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop
cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

Diagnosis banding

Prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dll.

Pengobatan

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati.

Jenis obat topical

1. Belerang endap, dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim.
Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain
ialah berbau dan mengotori pakaian.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh dan kadang
makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida, kadarnya 1% dalam krim atau losion,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak
dibawah 6th dan wanita hamil karena toksis terhadap SSP. Pemberiannya
cukup sekali.
4. Krotamilton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dengan krim, kurang toksik dibandingkan
gameksan, efektifitasnya sama, aplikasinya hanya sekali dan dihapus
setelah 10 jam. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.
Referensi

1. Handoko, Ronny P. Skabies. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.


Jakarta: FK UI. Ed ke-6.
2. NN. Skabies. Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34513/3/Chapter%
20II.pdf. 1 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai