Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan bisnis pariwisata di Yogyakarta semakin

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data jumlah wisatawan nusantara

maupun mancanegara yang menginap di hotel tercatat mengalami peningkatan

selama tahun 2014 yaitu tumbuh sebesar 17,90%. Produktivitas hotel baik

bintang dan non bintang secara konsisten menunjukan pertumbuhan yang positif

selama tahun 2014 yang tumbuh hingga mencapai angka 17,21% (Sumber:

Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014).

Pada Tabel 1.1 secara terperici menunjukan jumlah wisatawan

mancanegara di DIY kurun 2014 sebanyak 254.213 orang yang artinya

meningkat 7,77 persen dibanding tahun 2013 yang ada di angka 235.893 orang.

Sedangkan untuk wisatawan nusantara tercatat 3.091.967 orang atau mengalami

kenaikan 18,83 persen dibanding tahun 2013 sebesar 2.602.074 orang.

Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara Tahun 2011-


2014, Yogyakarta
Tahun 2011 2012 2013 2014

Wistawan 169.565 197.751 235.893 254.213


Mancanegara
Hotel Bintang 133.868 154.979 179.404 199.864

Hotel NonBintang 35.697 42.772 56.489 54.349

1
Data lanjutan
Wisatawan 1.438.129 2.162.422 2.602.074 3.091.967
Nusantara
Hotel 667.792 990.676 1.026.745 1.194.148
bintang
Hotel Non 770.337 1.171.746 1.575.329 1.897.819
Bintang
Sumber : (Data Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014)

Produktivitas hotel baik bintang dan non bintang secara konsisten

menunjukan pertumbuhan yang positif selama tahun 2014 di Yogyakarta. Hal ini

dapat dilihat dari tabel produktivitas hotel bahwa jumlah kamar yang terjual oleh

penyedia jasa akomodasi mengalami pertumbuhan setiap tahun misalnya jumlah

tamu malam (guest night) pada tahun 2014 tumbuh 17,21% dibandingkan

dengan tahun 2013.

Tabel 1.2. Produktivitas Hotel Bintang dan Non Bintang Tahun 2011-2014,
Yogyakarta
Hotel/Tamu 2011 2012 2013 2014

Wisatawan 335.991 359.622 447.870 496.686


Mancanegara

Hotel Bintang 271.043 285.093 349.910 401.858


Jumlah
Tamu Hotel Non 64.948 74.529 97.960 94.828
(Guest Bintang
Night)
Wisatawan 2.477.905 3.379.614 4.148.493 4.890.885
Nusantara

Hotel Bintang 1.139.055 1.517.128 1.698.150 1.932.973

Hotel Non 1.338.850 1.862.486 2.450.343 2.957.912


Bintang

Sumber : (Data Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014).

2
Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah

Yogyakarta tentu saja memberikan dampak persaingan bagi bisnis perhotelan.

Hotel mempunyai peranan yang cukup besar dalam perkembangan industri

pariwisata, karena berfungsi sebagai tempat menginap para wisatawan yang

datang selama mereka melakukan perjalanan wisata. Hotel adalah usaha yang

bergerak di bidang jasa yang menyediakan fasilitas penginapan, makan,

minuman dan befungsi sebagai tempat sementara untuk tamu serta masyarakat

umumnya (Widanaputra et al., 2009:16). Oleh karena itu, untuk terus

mempertahankan bisnis perhotelan maka pihak manajemen hotel harus

menyediakan layanan dan nilai tambah bagi para karyawan yang hasil akhirnya

memberikan dampak bagi kepuasan konsumen. Nilai tambah yang dimaksud

yaitu kemampuan mengelola sumber daya manusia di dalam organisasi yang

terdiri dari pimpinan dan karyawan.

Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan memberikan

keuntungan bagi organisasi, cara yang dilakukan oleh organisasi adalah dengan

memberikan pengaruh yang baik pada karyawan yang bisa meningkatkan

produktivitas kerjanya. Pengaruh yang dimaksudkan tidak hanya berupa materiil

saja tapi juga non materiil, seperti lingkungan kerja yang mendukung dan sikap

seorang pimpinan yang dapat memotivasi karyawan tersebut untuk

meningkatkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Jika dalam

suatu perusahaan terdapat lingkungan yang dirasakan nyaman, adil, mendukung,

sikap saling menghargai yang dirasakan oleh para anggota oganisasi, maka

3
organisasi tersebut tentunya akan lebih mudah menanggapi persaingan dengan

dukungan para anggota yang memiliki semangat kerja yang tinggi.

Organisasi yang berhasil mencapai tujuannya tergantung pada peran

pemimpinnya. Apabila pimpinan mampu melaksanakan fungsinya dengan baik

maka semua tujuan organisasi akan tercapai. Pemimpin yang efektif cenderung

memiliki inovasi yang tinggi dalam menanggapi perubahan pasar atau

lingkungan, memiliki kreaktivitas yang tinggi dalam menghadapi persaingan dan

mampu mempertahankan kinerja karyawan (Vardiman, Houghston, dan

Jinkerson, 2006). Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk

membuat karyawan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari

organisasi tempat mereka bekerja sehingga muncul keinginan untuk melakukan

pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

Robbins (2006) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya visi atau serangkaian

tujuan. Hal ini didukung oleh pernyataan Boak (2009) bahwa organisasi yang

berhasil adalah organisasi yang memiliki ciri kepemimpinan yang dinamis dan

efektif. Pemimpin tidak hanya bertugas untuk memberikan perintah dalam tugas

saja akan tetapi, juga memiliki kemampuan menjalin hubungan yang baik

dengan setiap pegawai dan memahami pegawai dalam setiap kondisi, baik itu

kondisi kecakapan, fisik dan mental setiap pegawai.

Pemimpin yang dapat diamati karakteristiknya dalam mengelola

organisasi selain dimiliki oleh pimpinan utama perusahaan, juga dapat

4
direpresentasikan melalui karakter seorang manajer. Manajer sebagai pengelola

sumber daya manusia dituntut untuk memiliki gaya kepemimpinan sebagai pola

kerja yang konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi. Penggunaan gaya

kepemimpinan yang tepat oleh manajer dapat mempengaruhi kepuasan kerja

karyawan, komitmen dan produktivitas. Menurut Tse dan Mitchell (2010) bahwa

manajer memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi bawahan untuk

menanggapi dan menganjurkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Menurut Mosadegh et al., (2006) gaya kepemimpinan adalah

serangkaian sikap manajer, perilaku,karakteristik dan keterampilan individu di

dalam organisasi yang digunakan dalam menanggapi berbagai perubahan situasi

yang terjadi.Pemimpin yang efektif memiliki perilaku tugas yang dapat

mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim yang

dapat membangkitkan motivasi karyawan untuk menghasilkan produktivitas

yang tinggi bagi organisasi. Momeni (2009) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa lebih dari 70 % persepsi karyawan terhadap iklim organisasi secara

langsung dibentuk oleh gaya kepemimpinan. Pemimpin harus dapat

menciptakan kondisi lingkungan kerja yang positif dan dapat memaksimalkan

kinerja karyawan dalam upaya mencapai keberhasilan (Wang dan Shyu, 2008).

Hersey dan Blanchard dikutip dalam Yukl (2013) menyatakan bahwa

kepemimpinan yang efektif memerlukan kombinasi yang tepat antara perilaku

berorientasi tugas dan perilaku berorientasi hubungan, serta mempertimbangkan

kematangan bawahan. Gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Hersey

5
dan Blanchard yaitu gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin yang berusaha

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi serta bersifat fleksibel

dalam menyesuaikan dan beradaptasi dengan kesiapan kerja pegawai dan

lingkungan kerjanya. Pemimpin yang baik menurut konsep gaya kepemimpinan

Hersey dan Blanchard yaitu harus mampu mengubah perilakunya sesuai dengan

situasi dan mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan motif

yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku konsisten

yang diterapkan pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang

diperlihatkan pimpinan pada saat mempengaruhi orang lain, seperti

dipersepsikan orang lain karena gaya bukanlah tentang bagaimana pendapat

pemimpin tentang perilaku mareka sendiri dalam memimpin, tetapi bagaimana

persepsi orang lain, terutama bawahannya, tentang perilaku pemimpinnya.

Praktik seseorang dalam memimpin mempengaruhi suasana atau iklim

emosional positif yang sedang berlangsung dalam hubungan kerja

antarkaryawan yang memiliki perbedaan tanggapan terhadap situasi yang

dihadapi (Hakan et al., 2008). Saat seorang pemimpin perusahaan terlibat dalam

membentuk iklim emosional yang positif, maka karyawan secara fisik, kognitif

maupun emosional lebih terpacu dalam menciptakan lingkungan kondusif yang

memotivasi karyawan melakukan tugas dengan baik.

Iklim organisasi merupakan hasil interaksi antar komponen yang ada di

perusahaan seperti struktur, sistem, budaya, perilaku pemimpin dan kebutuhan

psikologis karyawan. Kumar et al., (2013) menegaskan bahwa iklim

6
organisasional merepresentasikan cara anggota organisasi memahami dan

menanggapi lingkungan kerja mereka berdasarkan nilai-nilai yang ada di dalam

organisasi. Selain itu, iklim organisasi juga merupakan ciri yang membedakan

antara organisasi satu dengan organisasi yang lainnya. Dengan demikian, iklim

organisasional dapat disimpulkan sebagai lingkungan para pegawai organisasi

melakukan pekerjaan mereka pada lingkungan departemen, unit perusahaan atau

suatu organisasi secara keseluruhan.

Ashkanasy et al., (2011) menyatakan bahwa individu menggambarkan

keadaan yang terjadi di lingkungan perusahaan yang mereka intrepretasikan

sebagai iklim organisasi yang mempengaruhi kinerja dan produktivitas. Suasana

kerja memungkinkan dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai seperti

pemahaman pegawai terhadap deskripsi tugas dimana pegawai itu ditempatkan,

tugas-tugas seperti apa yang harus dilakukannya, kepada siapa pegawai itu

melapor atas hasil yang dikerjakannya, atau bila menemukan masalah dari

pekerjaannya kepada siapa ia memperoleh solusinya, bagaimana mekanisme

koordinasi secara formal yang harus dilakukan. Hal-hal yang dikemukakan

tersebut saling terkait satu dengan lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa bila

suasana kerja dalam organisasi tidak tercipta dengan baik, maka akan

berpengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas kerja pegawai dalam

organisasi.

Srivastav (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa iklim

organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi dan perilaku

7
karyawan atau anggota organisasi. Iklim organisasi persepsian dipandang

sebagai penentu perilaku individu yang ada di dalam organisasi yang memiliki

pengaruh kinerja pada tiap-tiap individu. Bergsteiner et al., (2011) menyatakan

bahwa kurangnya dukungan terhadap iklim kerja yang ada di perusahaan seperti

kurangnya komunikasi dan interaksi antara pemimpin dan karyawan dapat

berpotensi pada ketidakpuasan karyawan dan menurunnya kinerja karyawan.

Holloway (2012) berpendapat bahwa tanpa adanya interaksi positif dengan

karyawan yang menyangkut aspek-aspek yang mempengaruhi pekerjaan mereka

akan mempersulit manajer dalam bertindak karena kepemimpinan dan karyawan

memiliki keterlibatan dalam mencapai tujuan bersama.

1.2. Rumusan Masalah

Aktivitas bisnis perhotelan di kota Yogyakarta semakin mengalami

persaingan yang cukup ketat, bisnis hotel yang dimaksud salah satunya yaitu di

Hotel Jentra Dagen. Hotel Jentra Dagen memiliki letak yang sangat strategis dan

dekat dengan pusat keramaian kota, yaitu dekat dengan pusat perbelanjaan

Malioboro, Stasiun Tugu, Pasar Beringharjo, Alun Alun Keraton Yogyakarta,

serta tempat wisata lainnya yang ada di Yogyakarta.

Kendali seluruh kegiatan yang ada di Hotel Jentra Dagen secara langsung

ditangani oleh seorang manajer. Manajer bertanggung jawab dalam penanganan

dan pengelolaan hotel yang mengawasi seluruh kegiatan yang terjadi dalam

organisasi. Aktivitas yang terjadi di Hotel Jentra Dagen memerlukan keterlibatan

8
pimpinan terhadap struktur tugas dan lingkungan kerja yang diciptakan di hotel

yang berpengaruh besar terhadap upaya meningkatkan produktivitas kerja

karyawan secara keseluruhan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Keterlibatan

pemimpin dalam hal ini mempengaruhi persepsi karyawan. Persepsi ini akan

memunculkan perilaku atau tindakan yang membentuk iklim organisasi (Antelo

et al., 2010; Eagly, 2005; Northouse, 2010). Iklim organisasional berperan

penting dalam meningkatkan kepuasan karyawan, kepuasan pelanggan, kinerja

keuangan dan menekan turnover (keluar) karyawan baik di individu, kelompok

maupun organisasi.

Hotel Jentra Dagen saat ini menghadapi persaingan bisnis perhotelan,

sehingga untuk tetap bisa bertahan terhadap kondisi yang tidak menentu ini

diperlukan pengelolaan sumber daya manusia yang baik demi tercapainya tujuan

organisasi. Agar pelaksanaan kegiatan perusahaan berjalan lancar, maka

diperlukan gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

Oleh karena itu gaya kepemimpinan diduga dapat berpengaruh kuat terhadap

kinerja karyawan jika manajer menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai

dengan kesiapan, kemampuan dan kemauan bawahannya.

Pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang efektif untuk

mempengaruhi karyawan, karena adanya kegagalan dalam pengelolaan

organisasi dapat dipengaruhi dari lemahnya pemimpin dalam menjalankan

tugasnya. Selain itu, kurangnya peran serta seorang pemimpin dalam

menentukan kebijakan yang diambil dan gaya kepemimpinan yang kurang

9
memahami kondisi mental dan fisik pegawaidapat mempengaruhi turunnya

produktivitas kerja karyawan. Untuk mempengaruhi orang-orang dalam hal ini

karyawan yang bekerja di dalam suatu lingkungan tertentu dibutuhkan suatu

pola perilaku kerja yang konsisten antara pimpinan dan bawahan dengan

pemimpin yang dapat menilai bawahan dengan perilaku kepemimpinannya dan

perilaku yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diharapkan yaitu

pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi kerja

yang sesuai dengan yang dikehendaki bawahannya sehingga dapat

meningkatkan kinerja karyawan. Dalam menjalankan usahanya kerja sama

seluruh komponen sumber daya manusia yang ada di hotel harus mampu

menciptakan iklim organisasi yang mampu membawa mereka ke dalam suasana

yang menyenangkan untuk meningkatkan kinerja dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dari analisis gaya kepemimpinan dan iklim

organisasional karyawan Hotel Jentra Dagen sebagai berikut:

1. Apa gaya kepemimpinan yang digunakan manajer menurut persepsi karyawan

Hotel Jentra Dagen Yogyakarta?

2. Apa iklim organisasional yang digunakan menurut persepsi karyawan Hotel

Jentra Dagen Yogyakarta?

10
3. Apakah terdapat perbedaan gaya kepemimpinan dan iklim organisasional

persepsian berdasarkan atribut karyawan (jenis kelamin, usia, pendidikan dan

masa bekerja) karyawan Hotel Jentra Dagen Yogyakarta?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis gaya kepemimpinan yang diterapkan manajer menurut persepsi

karyawan di Hotel Jentra Dagen.

2. Mengevaluasi iklim organisasional persepsian yang ada di Hotel Jentra Dagen.

3. Menguji gaya kepemimpinan dan iklim organisasional persepsian berdasarkan

atribut pegawai Hotel Jentra Dagen, Yogyakarta.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Kegunaan Teoretis: Secara teori penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu manajemen sumber daya manusia,

penelitian ini juga dapat dilanjutkan sebagai acuan atau referensi pada

penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Kegunaan Praktis: Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan

input dan informasi bagi perusahaan dalam mengembangkan gaya

kepemimpinan dalam proses pengambilan keputusan dan kebijaksanaan untuk

tujuan penting perusahaan dan dapat menciptakan iklim kerja yang diharapkan

karyawan yang berimbas pada peningkatan kinerja karyawan.

11
1.6. Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji gaya kepemimpinan dan iklim organisasional

persepsian karyawan Hotel Jentra Dagen Yogyakarta. Batasan dalam penulisan

penelitian ini, yaitu:

1. Analisis dilakukan terhadap gaya kepemimpinan sebagai pola perilaku yang

diterapkan oleh pimpinan Hotel Jentra Dagen yang dipimpin langsung oleh

seorang manajer yang berperan penuh dalam proses pembuatan kebijakan dan

pengambilan keputusan di Hotel Jentra Dagen.

2. Analisis dilakukan sebatas iklim organisasional persepsian Hotel Jentra Dagen

yaitu iklim organisasional sebagai kondisi yang sebenarnya terjadi di lingkungan

tempat para pegawai organisasi melakukan pekerjaan dan melakukan interaksi

antar anggota karyawan yang direpresentasikan melalui persepsi individual

karyawan yang bekerja di Hotel Jentra Dagen.

3. Analisis gaya kepemimpinan dan iklim organisasional persepsian digambarkan

berdasarkan atribut karyawan Hotel Jentra Dagen.

4.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika hasil penelitian ini terbagi menjadi lima bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan.

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori konseptual yang menjadi landasan penelitian

mengenai gaya kepemimpinan dan iklim organisasional persepsian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi desain penelitian, definisi operasional, populasi, instrumen

penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil pengumpulan data yang telah dianalisis. Bab ini juga

menjelaskan analisis deskriptif gaya kepemimpinan dan iklim organisasional

persepsian karyawan Hotel Jentra Dagen, Yogyakarta.

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

Bab ini berisi simpulan dari penelitian, keterbatasan dan implikasi untuk

obyek penelitian.

13

Anda mungkin juga menyukai