Anda di halaman 1dari 11

ALAT KONTRASEPSI

DALAM RAHIM
( AKDR )

Oleh:
Kelompok 4 (Empat)

Nadwiyah MuhaRRikah NH.01.09.239


Nani Wahyuna NH.01.09.240
Nia Anita Galman NH.01.09.241
Nirwana NH.01.09.242
Novani Tresh P NH.01.09.243
Novi Reskika Amalia A NH.01.09.244
Nunung Dya Ardillah NH.01.09.245
Nur Alqadri Akbar NH.01.09.246
Nur Eka Putri NH.01.09.247
Nur Ilmiddinyah NH.01.09.248
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Hasanuddin
Makassar
2012

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah pemilik alam semesta ini, hanya kepada-Nya kita menyembah
dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Barang siapa yang diberi petunjuk
oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh
Allah maka tak ada yang bisa memberinya petunjuk.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad utusan Allah
beserta keluarga dan sahabat beliau.
Makalah ini disusun oleh kelompok 4 (Empat) yang merupakan tugas kelompok dari
mata kuliah Obstetri dan Ginekologi dengan dosen pengasuh dr
Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat yang besar bagi setiap pribadi dari
penyusun makalah maupun dari para pembaca. Amin Ya Robbal Alamin.

Gowa, 22 April 2012

Penyusun
PEMBAHASAN

A. Definisi
a. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut.

b. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)


IUD(Intra Uterin Device) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode
tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi
efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan
efek kontraseptif.
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyethylene). Ada yang dililit tembaga , ada yang
dililit tembaga bercampur , dan yang berisi hormone progesterone.

B. Jenis – Jenis AKDR


1. Sarwono P, 2002
spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C dan Nova T), tulang ikan (MLCu250 dan
375) dan batang (Gynefix). Unsure tambahan adalah tembaga (Cuprum) atau hormon
(Levonorgestrel). BKKBN menggunakan Cupper T 380 A sebagai standar yang dibuat oleh
PT Kimia Farma.
2. Jenis AKDR
a. Lippes-Loop(spiral)
b. Saf-T-Coil
c. Dana-Super
d. Copper-T (Gyne-T)
e. Copper-7 (Gravigard)
f. Multiload
g. Progesterone IUD

a. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis
yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30
mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak
dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.

b. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi
(anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan
lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil
penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan
terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

c. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
d. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi
gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

C. Cara kerja
a. AKDR non hormonal (IUD)
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi.
b. AKDR hormonal (mirena)
cara kerja mirena ini adalah dengan mengeluarkan hormon progestin sintetis bernama
levonorgestrel sebanyak 20 mikrogram setiap harinya. Hormon ini selanjutnya akan
memberikan pengaruh terhadap lendir rahim sehingga lebih kental. Akibatnya sel sperma
yang masuk ke dalam rahim akan mengalami kesulitan untuk bergerak karena suasana lendir
rahim yang lebih mampat. Hal ini lebih mirip seperti cara kerja implant yang juga sama-sama
mempengaruhi suasana lendir rahim menjadi lebih kental.

D. efektivitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya
pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat
dipakai 3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per
100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

E. Mekanisme Kerja AKDR sebagai alat kontrasepsi


Bagaimana mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, tetapi kerjanya bersifat
lokal.
1. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing
dengan timbunan leokosit, makrofag, dan limposit.
2. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi
kapasitas spermatozoa.
3. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis
mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa
sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

F. Indikasi
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metoda hormonal
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11. Perokok
12. Gemuk ataupun kurus

G. Kontraindikasi
1. Belum pernah melahirkan
2. Adanya perkiraan hamil
3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat
kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi
kavum uteri.
8. Penyakit trofoblas yang ganas.
9. Diketahui menderita TBC pelvic.
10. Kanker alat genital
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

H. Keuntungan
a. AKDR non hormonal
1. Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling
tidak 10 tahun
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa
aman terhadap risiko kehamilan
5. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
8. Dapat digunakan sampai menopause
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

b. AKDR hormonal
1. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
2. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae (Asherman’s Syndrome).
c. Keuntungan (Sarwono P, 1999)
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
3. Kontrol medis yang ringan
4. Tidak menimbulkan efek sistemik
5. Alat ekonomis
6. Efektivitas cukup tinggi
7. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik (reversibel).
I. Kerugian
a. AKDR Non hormonal
1. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
2. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae (Asherman’s Syndrome).
b. AKDR hormonal
1. Perubahan siklus haid.
2. Haid lebih lama dan banyak.
3. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4. Disaat haid lebih sakit.

J. Efek samping
1. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan muncul jika capek
dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi
AKDR.
2. Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi yang
muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari,
biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
3. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
4. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
5. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih banyak.
6. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan abnormal pada
ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob
menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang menggesek mulut
rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan.

K. Komplikasi
1. merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada
waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
2. perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat
memicu infertilitas
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1 – 2 hari
8. Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
9. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera
setelah melahirkan)
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan
normal
11. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

L. Waktu pemasangan
1. Kapan saja dalam siklus haid selama yakin tidak hamil.
2. Pemasangan setelah persalinan :
a. Boleh dipasang dalam waktu 48 jam pasca persalinan.
b. Dapat pula dipasang setelah 4 minggu pasca persalinan, dengan dipastikan tidak
hamil.
3. Setelah keguguran atau aborsi :
a. Jika mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir, boleh dipasang jika tidak ada
infeksi. Jika keguguran lebih dari 7 hari terakhir, boleh dipasang jika dipastikan tidak hamil.
b. Jika terjadi infeksi, boleh dipasang 3 bulan setelah sembuh.
4. Jika ganti dari metode lain :
Jika telah memakai metode lain dengan benar atau tidak bersenggama sejak haid terakhir,
AKDR boleh dipasang.

M. Waktu pemakai memerikasaan diri


1. 1 bulan pasca pemasangan
2. 3 bulan kemudian
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Bila terlambat haid 1 minggu
5. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

N. Waktu pencabutan
1. Ingin hamil kembali.
2. Leukorea, sulit diobati dan klien menjadi kurus.
3. Terjadi infeksi.
4. Terjadi perdarahan.
5. Terjadi kehamilan.

O. Upaya bidan dalam menanggulangi efek samping


1. Jika permasalahan ringan, dianjurkan agar dilakukan konseling.
2. Jika terjadi terdapat infeksi maupun gejalanya segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
3. Pada efek samping amenore, periksa apakah sedang hamil atau tidak.
a. Apabila tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan menyelidiki penyebab amenorea
apabila dikehendaki.
b. Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan
kehamilan kurang dari 13 minggu.
c. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR tidak dilepas.
d. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan tanpa melepas AKDR
maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi
serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
4. Untuk penanganan dismenore yaitu memastikan dan menegaskan adanya penyakit radang
panggul (PRP) dan penyebab lain dari kekejangan.
a. Menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
b. Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila
klien mengalami kejang yang berat, AKDR dilepas dan membantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.
5. Pada perdarahan hebat yaitu :
a. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan serta perdarahan hebat,
melakukan konseling dan pemantauan.
b. Memberi Ibu profen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan
memberikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1-3 bulan).
c. AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai
AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb <7g%) dianjurkan untuk
melepas AKDR dan membantu memilih metode lain yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai