Anda di halaman 1dari 18

A DEFENISI

Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum


tulang didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut
adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari
seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak
perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia
adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi
virus (Ribera, 2009).
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel
prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi
limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak yakni 75%,
sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari kasus LLA
adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya adalah keganasan pada sel B.
Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan didominasi oleh anak-anak usia < 15
tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun (Landier dkk, 2009)

B ETIOLOGI
Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin
berperan, yaitu:
1. Faktor eksogen
a. Sinar x, sinar radioaktif.
b. Hormon.
c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol,
anti neoplastic agent).
2. Faktor endogen
a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak denganSindrom
Down).
c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur). (Ngastiyah, 2009)
1. Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau
kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan
agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia
sumsum tulang belakang,anemia ap lastik dan perubahan kromosom
yang akhirnya dapat menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T
Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang
penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum
penderita leukemia sel T.

2. Faktor Endogen

a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter


seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 x lipat dan
riwayat leukemia dalam keluarga . insiden leukemia lebih tinggi dari
saudara kandung anak-anak yang terserang, dengan insiden yang
meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah
yang tidak diturunkan.
(Price, 2009 : 248)

C TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:

1. Pilek tak sembuh-sembuh

2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

3. Demam, anoreksia, mual, muntah

4. Berat badan menurun

5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab

6. Nyeri tulang dan persendian

7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati

9. Abnormalitas WBC

10. Nyeri kepala

(Mansjoer, A, 2010)

leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan


tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal
(kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia.
Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsumtulang menyebabkan berkurangnya
sel-sel normal di darah perifer dengan manifestasi utama berupa infeksi,
perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu:

1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada

2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise

3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel
leukemia), biasanya terjadi pada anak

4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari(hipermetabolisme)

5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering


adalah gramnegatif usus

6. stafilokokus, streptokokus, serta jamur

7. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria

8. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati

9. Massa di mediastinum (T-ALL)

10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial


naik, muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik
fokal, dan perubahan statusmental.

Betz & Sowden, 2009

D PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan

leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel

darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh

sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah

(myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi

sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan

terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang

dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.

ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan

lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang.

Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum


tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat

kementahannya merupakan petunjuk untuk menentukan/meramalkan

kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan

biasanya ada leukositosis, kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit

neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil

pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan.

Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem

limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan

sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi

sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi

sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.

Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat

ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan

hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada

susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan gangguan

penglihatan.

Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah

yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk

sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur

berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu

perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat,

akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.

Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa,


limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan

jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit

mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.).

Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat

menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami

infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan

makanan.

Betz & Sowden, 2009).

D PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml

3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah

4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)

5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang


imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.

6. PT/PTT : memanjang

7. LDH : mungkin meningkat

8. Asam urat serum/urine : mungkin meningkat

9. Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut


dan mielomonositik.

10. Copper serum : meningkat


11. Zinc serum : meningkat/ menurun

12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan
prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.

13. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan

Smeltzer & Bare, 2010

F PENTALAKSANAAN
1. Leukemia Limfoblastik Akut :

Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan

sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum

tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama

beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan

oleh sumsum tulang.

Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin

memerlukan: transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi

trombosit untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang

selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari

prednison per-oral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin

atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya

diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi


penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan

awal yang intensif untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan

tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik.

Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali

muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan kembali

sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang sangat serius. Penderita

harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan

kesempatan untuk sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul

di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2

kali/minggu. Pemunculan kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi

dengan kemoterapi dan terapi penyinaran.

2. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik

Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak

penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai

jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi

penurunan jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah

dan suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel darah

merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi trombosit.

Infeksi diatasi dengan antibiotik.

Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening,

hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika

jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa


menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi

respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang,

kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati

dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan mempengaruhi

DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa dan pentostatin.

G MASALAH KEPERAWATAN
1.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

3.Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan

jumlah trombosit

4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek

samping agen kemoterapi

6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau

stomatitis

7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,

radioterapi, imobilitas.

9.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada

penampilan.

10.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang


menderita leukemia.

11.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

NURSING CARE PLAN FORM

A. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


1) Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2) Intervensi:
- Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
- Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
- Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
- Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
- Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
- Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
- Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
- Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
- Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1) Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
2) Intervensi:
- Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam
aktifitas sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

- Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan


Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambunganjaringan
- Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
- Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

C. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan


jumlah trombosit
1) Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
2) Intervensi:
- Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
- Cegah ulserasi oral dan rektal
Rasiona: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
- Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
- Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
- Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
- Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

- Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan
D. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
1) Tujuan:
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2) Intervensi:
- Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional: untuk mencegah mual dan muntah
- Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional: untuk mencegah episode berulang
- Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
- Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
- Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
- Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional: untuk mempertahankan hidrasi

E. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan


efek samping agen kemoterapi
1) Tujuan: pasien tidak mengalami mukositis oral
2) Intervensi:
- Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera
-Hindari mengukur suhu oral
Rasional: untuk mencegah trauma
- Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari
yang
dibalut kasa
Rasional: untuk menghindari trauma
- Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau
tanpa larutan bikarbonat
Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan
- Gunakan pelembab bibir
Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-
pecah (fisura)
-Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks
muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan
kejang
- Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
- Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
- Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional: untuk membantu melewati area nyeri
- Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan
gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
- Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis
- Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri

F. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan
atau stomatitis
1) Tujuan: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2) Intervensi:
- Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung
dari
mual dan muntah serta kemoterapi
- Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
- Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
- Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
- Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
- Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting
dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
- Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal

G. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

1) Tujuan: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang
dapat diterima anak
2) Intervensi:
- Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau
keefektifan intervensi
- Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman
- Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
- Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik tambahan
- Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri

H. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens


kemoterapi, radioterapi, imobilitas
1) Tujuan: pasien mempertahankan integritas kulit
2) Intervensi:
- Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
- Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
- Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
- Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
- Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit
- Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
- Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan
1) Tujuan: pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
2) Intervensi:
- Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan
warna
rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
- Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut
- Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial
- Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
- Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan

J. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang


menderita leukemia
1) Tujuan: pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik
atau terapi
2)Intervensi:
- Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional: untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
- Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
- Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu
anak menjalani kehidupan yang normal
Rasional: untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
- Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan
anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa
takut
secara realistis
- Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
- Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada
Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
K. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan
anak
1) Tujuan: pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan
kematian anak
2) Intervensi:
- Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional: pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas
perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien
dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya
- Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
- Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
- Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional: memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang

dialami

Marjory Gordon 2010

Anda mungkin juga menyukai