Bakteri Gram Negatif

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negative adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna merah, dan
memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri gram negative yang bersifat pathogen lebih
berbahaya daripada bakteri gram positif, karena membrane luar pada dinding selnya dapat
melindungi bakteri dari sistem pertahanan inang dan menghalangi masuknya obat-obatan
antibiotic. Senyawa lipopolisakarida pada membrane luar bakteri gram negative dapat bersifat
toksik (racun) bagi inang.
 Penyakit Infeksi Akibat Bakteri Gram Negatif
1. Kolera
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan Vibrio cholera dengan gejala diare disertai
muntah yang akut akibat enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut. Vibrio cholerae adalah
bakteri aerob, gram negative berukuran 0,2-0,4 mm x 1,5-4,0 mm. Pada daerah endemic, air sangat
berperan dalam penularan kolera. Namun, pada epidemic yang besar penularan juga terjadi melalui
makanan yang terkontaminasi oleh tinja atau air yang mengandung V. cholera.
Kolera ditularkan melalui jalur oral. Bakteri Vibrio cholerae yang berhasil lolos dari
pertahanan primer (dalam mulut dan tertelan) akan cepat terbunuh dalam asam lambung yang tidak
diencerkan. Bila bakteri Vibrio cholerae dapat selamat melalui asam lambung, maka ia akan
berkembang di dalam usus halus. Suasana di bagian usus halus ini merupakan medium yang
menguntungkan baginya untuk hidup dan memperbanyak diri. Jumlahnya bisa mencapai 10 per
ml cairan tinja. Langkah awal dari pathogenesis terjadinya kolera yaitu menempelnya bakteri
Vibrio cholerae pada mukosa usus halus. Penempelan ini dapat terjadi karena adanya membrane
protein terluar dan adhesin flagella.
Kolera ditandai dengan diare yang sangat berat yang dapat menyebabkan dehidrasi. Masa
inkubasi kolera berlangsung antara 16-72 jam. Gejala dan tanda kolera terjadi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit serta asidosis. Pasien berada dalam keadaan lunglai, tak berdaya, namun
kesadarannya relative baik dibandingkan berat penyakitnya. Tanda-tanda dehidrasi tampak jelas.
diare akan bertahan hingga 5 hari pada pasien yang tak diobati.

2. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negative
Salmonella typhi. Di Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit endemic (penyakit yang selalu
ada di masyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil). Angka kejadian
demam tifoid bervariasi di setiap daerah. Hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air bersih
yang belum memadai dan sanitasi lingkungan yang buruk serta pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Vaksinasi demam tifoid merupakan alternative untuk
menurunkan angka kejadian demam tifoid, mengingat semakin meningkatnya kuman tifoid yang
kebal terhadap antibiotika.
Manusia dapat terinfeksi tifoid setelah memakan atau meminum makanan atau minuman
yang terkontaminasi kotoran (feses) atau air seni (urin) yang tercemar Salmonella typhi. Sumber
penularan penyakit adalah penderita yang aktif mengeluarkan Salmonella typhi dalam kotoran
(feses) dan air seninya, baik pada saat sedang sakit maupun pada fase penyembuhan. Selain itu,
sebanyak 3%-5% penderita akan menjadi carrier (pembawa kuman).
Penyakit ini ditandai dengan demam lebih dari 7 hari (bila tidak segera diobati), gangguan
pola buang air besar, mual, tak mau makan, sakit kepala, pusing, badan dan persendian ngilu-ngilu
dan bisa disertai batuk pilek. Gangguan pencernaan yang timbul berupa rasa tidak nyaman di perut,
mual-muntah, diare sampai susah buang air besar. Keterlambatan pengobatan (terutama 2-3
minggu tanpa pengobatan) dapat menyebabkan komplikasi, seperti: pendarahan usus, kebocoran
usus, kelumpuhan usus, atau radang pancreas.
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan terapi yang
tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat penting
untuk membantu mendeteksi secara dini.
Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan kasus luar biasa
(KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman Salmonella typhi sebagai
agen penyakit dan faktor pejamu (host) serta faktor lingkungan. Secara garis besar ada 3 strategi
pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu: (1) identifikasi dan eradikasi Salmonella typhi
baik pada kasus demam tifoid maupun kasus carrier tifoid, (2) pencegahan transmisi langsung dari
pasien terinfeksi S. typhi akut maupun carrier, serta (3) proteksi pada orang yang beresiko
terinfeksi.

3. Disentri Basiler
Disentri basiler atau shigellosis adalah suatu infeksi akut kolon yang disebabkan kuman
genus shigella. Shigella adalah basil nonmotil gram negative. Ada 4 spesies shigella yaitu S.
dysentriae, S. flexneri, S. bondii dan S. sonnei. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan
menyebabkan mudahnya penularan penyakit ini.
Shigella memasuki host melalui mulut. Karena secara genetic bertahan terhadap pH yang
rendah, mereka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan,
lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Secara endemic pada daerah tropis, penyebaran melaui
air yang tercemar oleh tinja pasien, makanan yang tercemar oleh lalat, dan pembawa hama
(carrier).
Masa tunas penyakit ini berlangsung dari beberapa jam sampai 3 hari, jarang lebih dari 3
hari. Mulai terjangkit sampai timbulnya gejala khas biasanya berlangsung cepat, sering secara
mendadak, tetapi dapat juga timbul perlahan-lahan. Secara klinis mempunyai tanda-tanda sebagai
berikut: diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, kram perut.
Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk shigella. Penularan disentri basiler dapat
dicegah dengan lingkungan yang bersih dan diri yang bersih, membrsihkan tangan dengan sabun,
suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih dapan mengurangi penularan
disentri basiler. Pengobatan antibiotic tidak dianjurkan untuk carrier yang asimptomatik.

4. Bruselosis
Bruselosis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri gram negative dari genus
brucellae. Brucella adalah bakteri aerob gram negative intraseluler dengan pertumbuhan yang
lambat, tidak bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Penularan pada manusia
terjadi setelah paparan di lingkungan kerja atau kontaminasi produk makanan.
Tiap spesies dari brucella mempunyai hewan reservoir yang spesifik yang menyebabkan
penyakit kronik persisten. Organisme ini menyerang organ reproduksi hewan kemudian menyebar
ke urine, susu, dan cairan plasenta. Lokasi bakteri ini memudahkan penyebaran ke manusia
terutama pada petani, dokter hewan, tukang potong hewan dan akhirnya ke konsumen.
Pencegahan bruselosis dapat dilakukan dengan pemeliharaan sanitasi lingkungan,
kebersihan perorangan dan eradikasi hewan reservoir. Hindari susu yang tidak dipasteurisasi dan
produknya, khususnya dari kambing dan biri-biri. Hindari kontak dengan hewan reservoir seperti
kambing, biri-biri dan unta.

5. Kencing Nanah (Gonorrhea)


Kencing nanah atau gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum, tenggorokan,
dan bagian putih mata (konjungtiva).
Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri gram negative, nonmotil, tidak membentuk
spora, berkembang berkoloni membentuk diplokokus, atau pun tunggal monokokus. Manusia
merupakan satu-satunya inang alami bakteri ini. Untuk menginfeksi, bakteri ini membutuhkan
kontak langsung dengan mukosa tubuh, bisa lewat hubungan seks, atau penggunaan toilet duduk.
Bakteri ini menempel dengan pilinya.
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian. Orang yang terkena gonore umumnya tertular pertama kali karena kontak dengan
orang yang terinfeksi saat melakukan hubungan seksual melalui vagina, oral, anus. Sedangkan
kontak non seksual terjadi pada ibu hamil yang terkena gonore kemudian menularkan pada
anaknya saat proses persalinan. Masa inkubasi, dari waktu terpapar bakteri sampai
mengembangkan gejala biasnya 2-5 hari. Tetapi bisa saja tak bergejala sampai 30 hari.

6. Bartonellosis
Penyebab bartonellosis adalah bakteri gram negative Bartonella henselae yang dahulu
disebut Rochalimaea henselae. Sumber penular penyakit kepada manusia adalah kucing, namun
keterlibatan hewan lain dapat pula terjadi. Kucing yang membawa agen penyebab penyakit ini
tidak menunjukkan gejala sakit. Penularan penyakit terjadi lewat cakaran, gigitan, atau jilatan
kucing pada bagian kulit yang terluka oleh duri, pecahan gelas, pisau, dsb.
Secara alami, infeksi Bartonella sp. pada kucing bersifat asimptomatik, namun penularan
agen penyakit pada kucing dapat menimbulkan demam selama 2-3 hari dan gangguan syaraf
berjangka pendek. Pada manusia, masa inkubasi penyakit bervariasi antara 3-10 hari sejak orang
tercakar, tergigit, atau dijilat kucing sampai timbul lesi primer (papula berwarna kemerah-merahan
pada tempat infeksi).

7. Gastritis
Gastritis atau dyspepsia atau istilah lainnya ialah maag atau penyakit lambung adalah
kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit
ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh dan rasa tidak nyaman.
Gastritis juga dapat disebabkan oleh bakteri gram negative Hellicobacter pylori. Infeksi
Hellicobacter pylori (sejenis bakteri yang hidup di dalam lambung, dalam jumlah kecil) terjadi
ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak kemudian pertahanan dinding lambung
menjadi lemah, bakteri ini bisa bertambah banyak jumlahnya, disertai dengan kebersihan makanan
yang kurang.
Bakteri ini memerlukan urea (hasil akhir utama dari metabolism protein mamalia) serta
hemin (pigmen merah dalam darah) untuk berkembang biak. Gejala pengidap H. pylori tidak
berbeda dengan penderita sakit maag biasa yakni mual, kembung, dan nyeri. Hanya bedanya
berulang kali penyakitnya kambuh (kronis). Pada kasus lebih parah, penderita bisa muntah atau
berak darah. Ini menandakan, penderita sudah menderita tukak lambung atau tukak usus dua belas
jari (duodenum).

8. Meningitis
Meningitis adalah sebutan untuk peradangan pada selaput pelindung saraf otak dan tulang
belakang yang dikenal sebagai meninges. Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi dari cairan
yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri gram negative seperti, Haemophilus influenza
(paling sering disebabkan oleh jenis b, Hib) dan Neisseria meningitidis. Meningitis yang
disebabkan bakteri biasanya berlangsung parah, meski bisa disembuhkan. Hanya saja, kalaupun
sembuh meningitis bakteri kerap telanjur menyebabkan penderitanya mengalami komplikasi
serius, seperti kerusakan otak, hilangnya pendengaran, atau ketidakmampuan belajar.
Beberapa bakteri dapat menyebar melalui pertukaran pernapasan atau cairan di mulut (air
liur atau lendir), misalnya ketika berciuman. Bakteri-bakteri penyebab meningitis tidak menyebar
begitu saja melalui sentuhan biasa dengan orang yang terinfeksi. Bakteri-bakteri ini pun tidak akan
berpindah hanya dengan menghirup udara yang sama dengan seseorang yang meningitis. Sebagian
bakteri tidak menular dari individu ke individu, tetapi menular kepada individu yang memiliki
faktor risiko tertentu (seperti sistem kekebalan tubuh lemah atau trauma kepala). Gejala meningitis
bakteri dapat muncul dengan cepat atau selama beberapa hari. Biasanya mereka berkembang
dalam 3-7 hari setelah terpapar.
Cara yang paling efektif untuk melindungi diri terhadap beberapa jenis meningitis bakteri
adalah dengan mematuhi jadwal vaksin yang dianjurkan. Ada vaksin untuk tiga jenis bakteri yang
dapat menyebabkan meningitis: (1) Neisseria meningitidis (meningococcus), dan (2) Haemophilus
influenzae tipe b (Hib). Antibiotik mungkin akan diberikan kepada orang yang berkontak dekat
pasien meningitis meningokokus. Mempertahankan kebiasaan sehat, seperti tidak merokok dan
menghindari asap rokok, istirahat cukup, dan tidak berkontak dekat dengan orang yang sedang
sakit, hal tersebut juga dapat membantu. Hal ini sangat penting bagi orang dengan sistem
kekebalan yang lemah, karena mereka sangat berisiko tertular bakteri penyebab meningitis.

9. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan saluran napas bawah yang menyebabkan gangguan
pertukaran gas setempat. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi pneumonia yang terjadi
di rumah sakit (pneumonia nosokomial) dan pneumonia komunitas. Pneumonia
nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah 48 jam atau lebih pada masa perawatan di
rumah sakit, sedangkan pneumonia komunitas terjadi akibat proses infeksi diluar rumah sakit.
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan bawah akut yang menyerang pada area
aktif pada jaringan paru. Penyebab penyakit ini salah satunya disebabkan oleh bakteri gram
negatif Pseudomonas Aeruginosa dan Enterobacter melalui penggunaan alat bantu napas
(ventilator). Pada masa sekarang terjadi perubahan pola penyebab infeksi saluran napas bawah
akibat gangguan kekebalan tubuh seseorang, polusi pada lingkungan, serta penggunaan antibiotik
yang tidak tepat sehingga menyebabkan perubahan karakteristik kuman.
Daftar Pustaka

Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular Di Sekitar Anda (Begitu Mudah Menular dan
Berbahaya, Kenali, Hindari, dan Jauhi Jangan SampaI Tertular). Pustaka Ilmu Semesta. Diakses
5 Maret 2018, dari Google Books.
Cahyono, J.B. Suharjo B dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Kanisius. Diakses 5 Maret 2018, dari Google Books.
Dewi, Bestari Kumala. 2015. Bahaya Meningitis Pada Bayi.
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/10/18/172656423/Bahaya.Meningitis.pada.Bayi. Diakses
5 Maret 2018.
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau Maag),
Infeksi Mycobacteria Pada Ulcer Gastrointestinal. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Diakses 5
Maret 2018, dari Google Books.
Pneumonia: Gejala, Penyebab dan Penanganan. 2017. https://www.go-
dok.com/pneumonia-gejala-penyebab-dan-penanganan/. Diakses 5 Maret 2018.
Soeharsono. 2002. Penyakit Menular Dari Hewan Ke Manusia. Kanisius. Diakses 5 Maret
2018, dari Google Books.
Soemarsono, H. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-4. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya: Jakarta.
Sya’roni, Akmal. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-4. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya: Jakarta.
Widodo, Djoko. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-4. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai