Anda di halaman 1dari 11

1

GEMPA PIDI JAYA ACEH 2016

Pada tanggal 7 Desember 2016, sebuah gempa bumi berkekuatan 6,5 skala richter

mengguncang Kabupaten Pidie Jaya Aceh, Indonesia pada pukul 5.03.36 Waktu Indonesia

Barat. Pusat gempa berada di koordinat 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada jarak

18 kilometer tenggara Sigli, Pidie dan 2 kilometer utara Meureudu, Pidie Jaya pada

kedalaman 15 km. Pusat gempa yang berada di daratan menyebabkan gempa bumi ini tidak

menimbulkan tsunami. Gempa juga terasa di kabupaten tetangga seperti Pidie, Bireuen,

hingga sampai ke Banda Aceh, Langsa, dan Pulau Simeulue.

Berdasarkan pengamatan dan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

(BMKG), gempa disebabkan aktivitas sesar (patahan) aktif lokal."Jika ditinjau dari

kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal,

akibat aktivitas sesar lokal. Berdasarkan peta tataan tektonik Aceh, tampak bahwa di

zona gempa bumi terdapat struktur sesar mendatar," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan

Tsunami BMKG, Mochammad Riyadi.

Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sedikitnya 104 orang meninggal

dunia akibat gempa ini.Sementara, Pelaksana Tugas Gubernur Aceh menyatakan keadaan

tanggap darurat provinsi untuk penanganan pasca gempa di tiga kabupaten, yaitu Pidie, Pidie

Jaya, dan Bireuen.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2

A. KRONOLOGI

Gempa terjadi pada pukul 5.03 WIB saat masyarakat setempat bersiap untuk

melaksanakan salat Subuh. Guncangan gempa yang terasa kuat di daerah Pidie Jaya

membuat puluhan ribu warga panik dan menyelamatkan diri. Beberapa di antaranya

bahkan segera lari ke tempat yang lebih tinggi karena takut akan terjadinya tsunami seperti

yang terjadi pada tahun 2004 lalu.

Guncangan gempa terasa di Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya sekitar 10–15

detik. Guncangan gempa juga terasa hingga seantero Aceh karena pusat gempa yang

berada di daratan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan gempa ini

tidak memicu tsunami.

Menurut Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Wisnu Widjaja, energi guncangan gempa ini setara dengan energi yang

dilepaskan bom atom Hiroshima di Jepang pada tahun 1945. Sementara, Kepala

Badan Geologi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Ego

Syahrial menyatakan bahwa wilayah Pidie Jaya dan sekitarnya masuk ke dalam zona

merah yang rawan terjadi gempa.

B. DAMPAK

Beberapa jam setelah gempa, laporan kerusakan bangunan mulai tersebar, termasuk

melalui media sosial. Laporan terdiri dari runtuhnya sebuah masjid di Samalanga, Bireuen;

bangunan minimarket dan stasiun pengisian bahan bakar di Pidie Jaya yang roboh; serta

terbelahnya badan jalan di daerah setempat.Wilayah Pidie Jaya dan Pidie juga sempat

mengalami pemadaman listrik, telepon, dan sinyal komunikasi setelah gempa. Hingga 9

Desember 2016, BNPB mencatat 11.730 rumah rusak akibat gempa. Selain itu, tercatat

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
3

105 unit ruko roboh, 14 masjid rusak berat, satu rumah sakit rusak berat, dan satu unit

sekolah roboh.

Lebih dari 100 kali gempa susulan terjadi pascagempa, dengan kekuatan terbesar

mencapai 5.0 Mw pada 7 Desember 2016. BMKG sendiri sempat meralat kekuatan gempa

yang sebelumnya 6.4 Mw menjadi 6.5 Mw

Bupati Pidie Jaya Aiyub Abbas menyatakan bahwa sekitar 30% wilayah Pidie Jaya

terdampak kerusakan gempa ini.Aiyub yang pada saat gempa berada di Istana

Negara di Jakarta untuk melakukan kunjungan kerja segera kembali ke Pidie Jaya untuk

melakukan pemantauan pascagempa.

C. KORBAN

Sedikitnya 104 orang meninggal dunia akibat gempa ini. Data dari BNPB menunjukkan

jumlah korban meninggal terbanyak berasal dari Kabupaten Pidie Jaya dengan 97 korban.

Selain itu, terdapat 139 orang luka berat, 718 orang luka ringan, serta 43.529 orang yang

mengungsi.Korban yang mengalami luka-luka dirawat di empat rumah sakit, dua di

antaranya berada di Bireuen dan Sigli, Pidie. Sementara, Tentara Nasional

Indonesia mendirikan rumah sakit sementara di Pidie Jaya untuk mengoptimalkan

penanganan korban luka.

D. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN


1. Melakukan imunisasi campak dengan sasaran seluruh balita diwilayah gempa, upaya

tersebut dilakukan sejak tanggal 12 Desember 2016 dan hingga saat ini sebanyak 388

balita yang telah diimunisasi


2. Melakukan registrasi tenaga kesehatan dan data saat ini terdaftar sebanyak 372 nakes

yang terdiri dari dokter spesialis, perawat, bidan, dan sanitarian


3. Kegiatan Sub Klaster

a. Pelayanan Kesehatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
4

Terus memberikan pelayanan kesehatan baik di RS maupun di lokasi

pengungsian

b. Pengendalian Penyakit

Deteksi dini penyakit, surveilans, pengendalian vector, screening TB dan

imunisasi campak pada balita dilokasi pengungsian

c. Penyehatan Lingkungan, Air, dan Sanitasi

Pemeriksaan kualitas air bersih, pemeriksaan makanan minuman, dan promosi

kesehatan

d. Kesehatan Reproduksi

Melakukan pendataan kelompok rentan dan melakukan assessment terkait

kesehatan reproduksi, dukungan UNFPA

e. Kesehatan Jiwa

Membangun pos pelayanan keswa dan melakukan Psychological First Aid di

pengungsian

2. Dukungan Klaster Kesehatan Nasional

a. Kemenkes
1) Mengirimkan tim Rapid Health Assessment, Public Health Rapid Response

Team, dan Tim Kesehatan Jiwa. Tim PHRRT berangkat pada tanggal 14

Desember 2016 untuk membantu upaya recovery dini


2) Mengirimkan bantuan logistic

a. Obat-obatan, alat kesehatan, PMT Bumil, MP ASI, PMT anak sekolah,

logistic kesling senilai lebih dari Rp. 2M


b. Pada tanggal 13-14 Desember 2016 mengirimkan logistic kesling (250

buah safety box, 1.000 lembar polybag ramah lingkungan, 1.000

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
5

lembar polybag biasa, 475 lembar polybag limbah medis, 2.000 buah

masker serta kelambu sebanyak 1.000 buah)

3) Dit. Kesehatan Keluargaan mengirimkan 2.879 kit individu dengan rincian :

1.572 hygiene kit, 456 kit ibu hamil 436 kit ibu bersalin serta 415 kit bayi

baru lahir
b. Terdapat sejumlah lembaga yang turut serta dalam pelaksanaan tanggap darurat

bencana dengan berfokus mengoptimalkan pelayanan kemanusiaan dibawah

koordinasi klaster kesehatan. Lembaga tersebut antara lain PMI, Bulan Sabit

Merah Indonesia MDMC, LPBI NU, Wahana Visi Indonesia, Baznas Tanggap

Bencana, PKPU DMC Dompet Dhuafa, dan Yakkum Emergency Unit

E. KONDISI SAAT INI


1. Pencarian korban telah dihentikan
2. Bantuan yang dibutuhkan yaitu kelambu untuk pengungsi
3. Situasi penyakit
 Sejak tanggal 11 Desember 2016 terjadi penurunan angka kasus ISPA, Influenza dan

diare dari sebelumnya.


 Penyakit lainnya berpotensi KLB yang perlu diawaspadai yaitu penyakit kulit,

pertussis, dan demam yang tidak diketahui asalnya.


 Dengan tingginya kasus trauma terdapat potensi terjadinya tetanus, untuk itu perlu

dilakukan imunisasi .

A. TANGGAPAN

Presiden Joko Widodo yang saat terjadinya gempa sedang berada di Bali dalam

sosialisasi pengampunanpajak mengutus Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki untuk

memantau penanganan pascagempa. Ia juga memerintahkan seluruh jajaran untuk

membantu penanggulangan. Dua hari kemudian, Jokowi beserta jajarannya terbang ke

Aceh untuk memantau penanganan korban gempa. Pada 15 Desember 2016, Jokowi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
6

kembali mengunjungi Pidie Jaya untuk melihat perkembangan penanganan korban gempa

dalam perjalanan pulang ke tanah air dari kunjungan resmi di India dan Iran.

Hasil Analisa :

A. Kelompok menganalisa dampak yang diakibatkan terutama dalam aspek kesehatan ?

1. Dampak diluar aspek kesehatan :


 43.529 orang mengungsi.
 Runtuhnya masjid di Samalanga, Bireun.
 Minimarket runtuh.
 Stasiun Pengisian bahan bakar di Pidie Jaya roboh.
 Terbelahnya badan jalan didaerah setempat.
 Pemadaman listrik, telepon, sinyal setelah gempa.
 11.730 rumah rusak.
 105 unit ruko roboh.
 14 Masjid rusak berat.
 1 unit sekolah roboh.
2. Dampak dalam aspek kesehatan :
 Kurang lebih 104 orang meninggal dunia.
 Terdapat 139 orang luka berat.
 718 orang luka ringan.
 1 Rumah Sakit rusak berat.
 Korban yang mengalami luka-luka dirawat di 4 RS.
 TNI mendirikan rumah sakit sementara untuk penanganan korban luka.

A. Kelompok menganalisa program pengurangan resiko bencana yang telah dilakukan di

negara tempat terjadinya bencana ?


1. Program pengurangan resiko gempa di Pidie Jaya Aceh telah terdapat dalam

Rencana Daerah (RAD) Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Kabupaten Pidie

Jaya Tahun 2013-2015, yaitu :


a. Tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengurangan risiko bencana,

meliputi:
 Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena

bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum.


 Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.
 Pengurangan resiko bencana dan pemaduan pengurangan resiko bencana

dengan program pembangunan.


 Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) yang memadai.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
7

b. Wewenang pemerintah daerah dalam pengurangan risiko bencana meliputi:


 Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras

dengan kebijakan pembangunan daerah.


 Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur

kebijakan penanggulangan bencana.


 Pelaksanaan kebijakan kerjasama dalam penanggulangan bencana dengan

provinsi dan/atau kabupaten/kota lain.


 Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman

atau bahaya bencana pada wilayahnya.


 Perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber daya

alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya.


 Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala

provinsi, kabupaten/ kota.

c. Hak masyarakat, dalam pengurangan risiko bencana setiap orang berhak :


 Mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok

masyarakat rentan bencana.


 Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.


 Mendapatkan informasi secara tertulis atau lisan tentang kebijakan

penanggulangan bencana.
 Berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan

program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan

psikososial, kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan

dengan diri dan komunitasnya.


 Melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas

pelaksanaan penanggulangan bencana.


 Mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar karena terkena bencana.
 Memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang disebabkan oleh

kegagalan konstruksi.

d. Kewajiban masyarakat, dalam pengurangan risiko bencana, setiap orang

berkewajiban:

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
8

 Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara

keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan

hidup.
 Melakukan kegiatan penanggulangan bencana.
 Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan

bencana.
e. Peran lembaga usaha, mendapatkan kesempatan dalam pengurangan risiko

bencana, baik secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain

dengan peran :
 Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan kebijakan

penyelenggaraan penanggulangan bencana.


 Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada pemerintah

dan/ atau badan yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta

menginformasikan kepada publik secara transparan.


 Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam

melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan bencana.


f. Peran lembaga internasional dan lembaga asing non-pemerintah,

mendapatkan kesempatan dalam pengurangan risiko bencana, baik secara

tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain dengan peran :


 Ikut serta dalam kegiatan penanggulangan bencana dan mendapat jaminan

perlindungan dari Pemerintah terhadap para pekerjanya.


 Dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dapat melakukan

secara sendiri- sendiri, bersama-sama, dan/ atau bersama dengan mitra kerja

dari Indonesia dengan memperhatikan latar belakang sosial, budaya, agama

masyarakat setempat.

B. Kelompok memaparkan pendapat berdasarkan literature tentang bagaimana dampak

resiko dapat dikurangi ?

Upaya-upaya mitigasi yang penting terkait dengan kejadian bencana gempa bumi

antara lain:

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
9

1. Pra bencana
Pemerintah : Penyediaan alat komunikasi di ratusan desa, pemasangan kamera

CCTV dan pembangunan shelter di wilayah pesisir.

2. Saat bencana
a. Pemerintah :
 Identifikasi daerah yang mengalami dampak guncangan gempa, berupa

retakan tanah, penurunan tanah, pergeseran tanah dan likuifaksi.


 Belajar dari bangunan yang mampu bertahan dari hantaman gempa

sebesar 6.2 Mw.


 Meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan atas ancaman gempa yang

mungkin akan terulang kembali di kemudian hari.


 Pembangunan tempat-tempat penampungan pengungsi (shelter).
 Mendirikan rumah sakit lapangan oleh PMI.
 Menyelenggarakan dapur umum.
 Mendirikan tenda-tenda darurat untuk menampung korban.
 Mendirikan posko dilokasi bencana alam.
 Menerjunkan Personil Taruna Siaga Bencana (Tagana).
a. Swasta :
 Distribusi bantuan darurat dari berbagai sumber.
 Menyelenggarakan dapur umum.
 Mendirikan Tenda-tenda darurat untuk menampung korban.

b. Masyarakat:
 Menghindari dari bangunan yang ada disekitar seperti gedung, tiang listrik,

pohon, dll.
 Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
 Menyalurkan bantuan logistic.

3. Pasca Bencana
Upaya mitigasi gempa bertujuan agar bahaya gempa seperti goncangan gempa,

pelulukan atau likuifaksi, retakan tanah atau longsor tidak menyebabkan jatuhnya

korban jiwa. Upaya mitigasi dilakukan secara fisik ( struktural ) dan non fisik

( nonstruktural ).
a. Pemerintah:
 Mitigasi secara fisik ( struktural ) antara lain:

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
10

o Melakukan pembangunan fisik yang mampu meredam dampak gempa

atau tsunami.
o Perencanaan tata guna lahan dan pembangunan harus memperhatikan

aspek kerawanan bencana gempa.


o Peraturan kode bangunan aman gempa harus dibuat dengan seakurat

mungkin dan diterapkan dalam pembangunan.


o Membangun sarana kesehatan yang tahan gempa di daerah rawan

gempa
 Mitigasi secara non fisik ( non struktural ) antara lain:
o Memasukkan materi kebencanaan geologi untuk semua tingkat

pendidikan.
o Masyarakat berhak mengetahui informasi peta zonasi bahaya gempa

dan resikonya sejelas- jelasnya dan seakurat mungkin, sehingga dapat

ikut bersama-sama untuk mengantisipasinya.


o Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat untuk penguatan penanganan

bencana gempa, karena ketika bencana terjadi, maka lingkungan

terdekatlah yang paling diharapkan dapat memberikan pertolongan

secara tepat dan cepat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.


o Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan masyarakat melalui:

pelatihan, gladi, simulasi, pendampingan teknis, promosi kesehatan

tentang penanggulangan bencana gempa secara teknis dan manajemen


b. Swasta :
 Sosialisasi tanggap bencana
 Memberikan bantuan pembangunan fisik dan penyuluhan
 Melakukan rehabilias dan rekontruksi korban bencana gempa
c. Masyarakat:
 Dengarkan informasi mengenai gempa bumi dari radio(apabila terjadi

gempa susulan.
 Membangun bangunan dengan kontruksi tahan gempa
 Mengikuti penyuluhan dan simulasi gempa dari pemerintah dan bantuan

hidup dasar.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
11

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Undang – undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012.Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012

Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, 2016.Data operasi Search and Ruscue Pidie

Jaya Aceh 2016.

Emergency Nursing Association.(2008). Emergency Nursing Core Curriculum. 6th ed.

Saunders: Elsevier Inc.

Veenema, T.G. (2013). Disaster Nursing and Emergency Preparedness For Chemical,

Biological, and Radiological Terrorism and Other Hazards 3rd ed. New York: Springer

Publishing Company, LLC.

Emergency Nurses Association, Hammond B.B., Zimmermann P.G. (2013).Sheehy’s Manual

of Emergency Nursing: Principles and Practice. 7th ed. Mosby: Elsevier Inc

Kemenkes(2017).keperawatan Kegawat Daruratan & Manajemen Bencana. Jakarta :

bppsdm.kemkes.go.id.

Kodoatie , R.J., dan Roestam Syarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : Andi.

Wikipedia.Gempa bumi pidie jaya 2016.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Pidie_

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Anda mungkin juga menyukai