Anda di halaman 1dari 1

Kebahagiaan dari Kebahagiaan Orang Lain

Sudah lama saya berteman dengannya, sejak semester 1 hingga sekarang. Bahkan kami sering
makan sepiring, tidur bareng, dan sebagainya. Mungkin tak banyak dari teman ku lainnya yang ingin
mengenalnya lebih jauh. Sering ku antar ke pelabuhan untuk bertemu dengan keluarganya, disitulah saya
mengerti kondisi kalurga beliau dan lebih mengejutkanku betapa hebat orang tuanya memperjuangkan
anaknya untuk menempuh pendidikan sampai sekarang ini, walaupun dengan profesi sebagai taksi laut,
menggunakan kapal berukuran sedang mengangkut penumpang dan barang dari pulau yang satu ke pulau
lainnya.
Kemarin saat makan malam di kos bersama 2 teman lainnya, dia ingin ditemani keluar ke pasar
yang ada dipinggir jalan untuk mencari beberapa pakaian. Saya tahu bagaimana kondisi ekonominya,
hampir sama dengan saya yang juga krisis. Pikirku dengan situasi seperti ini mungkin beberapa baju yang
dimilikinya sudah kekecilan. Saya tidak bisa menemaninya malam itu karena kondisi yang kurang sehat.
Besoknya, saya teringat dengan salah satu baju yang masih baru namun saya tidak pernah memakainya
karena ukurannya tidak sesuai. Sebenarnya baju itu berasal dari kepengurusan di masjid fakultas periode
sebelumnya, saya pesan baju kokoh dengan ukuran L, barangnya pun lama baru datang hingga ke periode
kepengurusan selanjutnya baru di terima. Karena ikhwa yang dipercaya untuk menangani hal itu kurang
dalam pengontrolannya, akhirnya bajunya tidak sesuai dengan yang dipesan. Awalnya saya dapat ukuran
XL, lalu ada ikhwa yang kekecilan dia punya, jadi saya tukar dengan punyaku, ternyata ukurannya lebih
kecil dan tidak muat. Jadi saya terima saja,dan simpan dilemari karena mungkin suatu hari saya akan
membawanya pulang ke kampung untuk ku berikan pada sepupuku. Jadi baju itu saya tawarkan padanya,
agar dia bisa lebih berhemat dan fokus untuk lebih memenuhi kebutuhan makan sehari-harinya sembari
menunggu beasiswa cair. Dia pun masuk ke kamar, mengambil baju itu di lemari dan mencoba
mengenakannya. Dia kelihatan senang karena ukurannya pas dengan badannya. Dia mengeluarkan uang
dengan maksud untuk membelinya dengan setengah dari harga baju itu, namun saya menolaknya.
Prinsipku jika ingin beramal, saya tidak boleh setengah-setengah, artinya kalau saya terima uangnya,
maka pahala yang saya dapat sedikit. Jadi ku niatkan memberikan baju itu karena ALLAH. semoga hal itu
bisa meringankan kebutuhannya, bahkan tadi pagi dia sudah langsung memakainya pergi kuliah,
kelihatannya dia tersenyum lebar sambil mengucapkan syukron, dan rasa syukur itu terlihat jelas saat ia
bersemangatnya hendak pergi kuliah. Hal utama yang ku harapkan dengan dipakainya baju itu untuk
kebaikan seperti shalat, insyaALLAH pahalanya juga akan mengalir ke saya. Bersamaan dengan hal itu
saya teringat dengan salah satu hadis, dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan
darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti
Allah akan memudahkannya di dunia dan diakhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim,
pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama
hamba-Nya itu suka menolong saudaranya” (HR. Muslim)

CAKRA
A31115027

Anda mungkin juga menyukai