Anda di halaman 1dari 12

Overview SAK ETAP

Salah satu terobosan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yaitu mengesahkan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). SAK-
ETAP nampak sejalan dengan International Financial Reporting Standard for Small and
Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Meskipun memiliki judul yang berbeda, namun baik
SAK-ETAP maupun IFRS for SMEs sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas
publik, hanya saja istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and medium-
sized entities (SMEs).

Oleh karena itu, apabila kita membandingkan judul pada IFRS for SMEs dan SAK ETAP,
maka istilah entitas tanpa akuntabilitas publik (lihat pada Ruang Lingkup SAK ETAP) sama
pengertiannya dengan small and medium-sized entities. Apabila SAK ETAP telah disahkan pada
bulan Mei 2009, IFRS for SMEs sendiri baru disahkan pada bulan Juli 2009.

Dewan tandar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri
beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan
Akuntan Manajemen. Alasan IAI menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah
perusahaan kecil dan menengah (UKM) (yang jumlahnya hampir dari 90% dari total perusahaan
di Indonesia) dalam menyusun laporan keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak
diterbitkan mereka juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam
tahap pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) untuk menyusun laporan keuangan
mereka. SAK berbasis IFRS ini relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan kecil
dan menengah untuk menerapkannya.
PEMBAHASAN

A. Konsep Sak Etap


1. Pengertian
Pada tanggal 19 Mei 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) mengesahkan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK
ETAP ini nampak se ide dengan International Financial Reporting Standard for Small and
Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Meskipun memiliki judul yang berbeda, namun
baik SAK ETAP maupun IFRS for SMEs sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa
akuntabilitas publik, hanya saja istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah
small and medium-sized entities (SMEs). Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan
dan dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik signifikan.

2. Manfaat dan Tujuan


SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan memiliki prinsip going concern
yakni menginginkan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usaha perlu
banyak upaya yang harus dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan
publik bahwa usaha yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi wujud
pertanggungjawaban tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan
keuangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang
sesuai dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh berbagai
kemudahan, misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa yang datang; dapat
memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.
Standar ETAP ini disusun cukup sederhana sehingga tidak akan menyulitkan bagi
penggunanya yang merupakan entitas tanpa akuntabilitas public (ETAP) yang mayoritas
adalah perusahaan yang tergolong usaha kecil dan menengah. ETAP sebagaimana
kepanjangan yang telah diuraikan di atas merupakan unit kegiatan yang melakukan
aktifitas tetapi sahamnya tidak dimiliki oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha
yang dimiliki oleh orang perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan modalnya
masih terbatas. Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati angka sekitar 80 %.
3. Karakteristik SAK ETAP
a. Stand alone accounting standard (tidak mengacu ke SAK Umum)
b. Mayoritas menggunakan historical cost concepts
c. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan Menengah
d. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum
 Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana
 Penyerdehanaan pengakuan dan pengukuran
 Pengurangan pengungkapan
e. Tidak akan berubah selama beberapa tahun

B. Pengguna SAK ETAP


Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
publik adalah entitas yang:
1. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
 entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal; atau
 entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan bank investasi.

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
C. Implementasi SAK ETAP
PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK ini harus
konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah memutuskan untuk menggunakan
PSAK umum dalam penyajian laporan keuangan, maka untuk selanjutnya tidak boleh merevisi
kebijakannya ke PSAK ETAP.
Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka
entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang
menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan maka:
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK
ETAP;
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak mengijinkan
pengakuan tersebut;
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban atau komponen
ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset,
kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP;
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.

Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan
seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya. Oleh karena itu,
kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau transaksi sejak tanggal
terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Sedangkan penerapan secara prospektif artinya
kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah
tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian yang dilakukan terhadap periode sebelumnya.
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya berdasarkan
SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama dengan
menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian yang muncul
dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnya sebelum tanggal efektif SAK ETAP diakui
secara langsung pada saldo laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.

Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP,
tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas
tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk
penyusunan laporan keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan
berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh
menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun
laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan
keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK
ETAP ini kembali sesuai dengan paragraf 29.4 di atas.
Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK
ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan
keuangan.

D. Perbedaan SAK ETAP dan PSAK


PSAK berbasis IFRS (pada percakapan sehari-hari biasanya disebut PSAK umum atau
PSAK besar karena memang ukurannya yang tebal dan bisa berlaku bagi semua pihak) dan SAK
ETAP bersumber dari International Best Practice yaitu International Financial Reporting
Standard for Small Medium Enterprise. Namun setelah sumber SAK ETAP (International
Financial Reporting Standard for Small Medium Enterprise) ditelaah oleh dewan penerbit
standard yaitu Dewan Standard Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
banyak kesamaan dengan PSAK. Dengan kata lain tidak akan ‘jauh’ jarak antara PSAK dan
SAK ETAP. Sehingga dalam mengkonvergennya DSAK membuat banyak penyesuaian.
Sementara dalam menerapkan konvergensi PSAK dari IFRS tidak terlalu banyak perubahan yang
terjadi. Perbedaan Antara Laporan Keuangan PSAK dan SAK ETAP.
Dari sisi tampilan, terdapat perbedaan antara minimum line antara PSAK dan SAK ETAP.
Bila menggunakan SAK ETAP neraca sisi aset cukup berisi;
1. Kas dan setara kas
2. Piutang usaha dan piutang lainnya
3. Persediaan
4. Properti Investasi
5. Aset Tetap
6. Aset Tidak berwujud

Sementara neraca sisi kewajiban dan ekuitas cukup berisi:

1. Utang usaha dan utang lainnya


2. Aset dan kewajiban pajak
3. Kewajiban diestimasi
4. Ekuitas

Untuk laporan laba rugi, minimum line item (hal-hal) yang harus tersedia adalah:

1. Pendapatan
2. Beban keuangan
3. Bagian laba atau rugi investasi dengan metode ekuitas
4. Beban pajak
5. Laba atau rugi neto

Beberapa pos yang ada di PSAK umum namun pengaturannya tidak ada di PSAK
diantaranya adalah penggunaan pos luar biasa dan penghasilan komprehensif lainnya.
Namun SAK ETAP mengenal laba/rugi yang langsung diatribusikan ke ekuitas yang secara
substansi tidak jauh berbeda dengan penghasilan komprehensif lain. Sementara untuk
laporan perubahan ekuitas secara umum sama dengan PSAK 1 ETAP yaitu:
 Laba rugi untuk periode tersebut
 Pendapatan dan beban yang dapat diatribusikan langsung dalam ekuitas (secara
substansi serupa dengan penghasilan komprehensif lainnya)
 Komponen ekuitas yang dipengaruhi oleh perubahan kebijakan dan estimasi akuntansi
 Rekonsiliasi antara jumlah yang tercatat antara awal dan akhir periode

Ada sedikit keunikan dalam laporan perubahan ekuitas yaitu laporan perubahan ekuitas
dan laporan laba rugi boleh digabung dalam satu susunan apabila memenuhi syarat yaitu:
“Bila perusahaan hanya mengalami perubahan ekuitas yang muncul dari laba rugi,
pemabayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi
selama periode laporan keuangan tersebut.”
Dengan kata lain, perubahan ekuitas yang muncul hanya dari operasi normal perusahaan
tanpa adanya rugi atau laba yang harus diatribusikan ke ekuitas secara langsung, dapat
menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba dalam satu susunan
Bagaimana dengan peraturan dalam laporan arus kas? Secara umum peraturannya sama
dengan PSAK 2, atas pendapatan dan beban bunga serta deviden dalam SAK ETAP, juga
memberikan pilihan antara menjadi bagian dari aktivitas operasi atau investasi dengan
syarat konsisten dalam penerapannya. Demikian juga dengan Pajak Penghasilan harus
dicatat dalam arus kas operasi kecuali dapat diidentifikasi secara spesifik sebagai investasi
atau pendanaan.
Perbedaan yang signifikan lainnya adalah SAK ETAP mengharuskan pencatatan arus kas
operasi dengan metode tidak langsung sementara PSAK 2 memberikan pilihan antara
metode langsung atau tidak langsung. SAK ETAP juga tidak mengatur tentang arus kas
dari mata uang asing.
Gambaran kecil perbedaan PSAK dan SAK ETAP

No Elemen PSAK SAK ETAP


1 Penyajian Laporan Informasi yang disajikan dalam Sama dengan PSAK, kecuali
Posisi Keuangan laporan posisi keuangan informasi yang disajikan dalam
 Pembedaan asset lancar dan neraca, yang menghilangkan pos:
tidak lancar dan liabilitas jangka  Aset keuangan
pendek dan jangka panjang  Properti investasi yang diukur
 Aset lancar pada nilai wajar (ED PSAK 1)
 Liabilitas jangka pendek  Aset biolojik yang diukur
 Informasi yang disajikan dalam pada biaya perolehan dan nilai
laporan posisi keuangan atau wajar (ED PSAK 1)
catatan atas laporan keuangan  Kewajiban berbunga jangka
panjang
(Perubahan istilah di ED PSAK 1:  Aset dan kewajiban pajak
Neraca menjadi Laporan Posisi tangguhan
Keuangan Kewajiban (liability)  Kepentingan nonpengendalian
menjadi liabilitas)
2 Laporan Laba Rugi Laporan labarugi komprehensif Tidak sama dengan PSAK yang
 nformasi yang disajikan dalam menggunakan istilah laporan laba
laporan Laba Rugi rugi komprehensif, SAK ETAP
Komprehensif menggunakan istilah laporan laba
 Laba rugi selama periode rugi. Informasi yangdisajikan
 Pendapatan komprehensif lain dalam laporan laba rugi
selama periode komprehensif atau catatan atas
laporan keuangan
3 Penyajian Sama dengan PSAK,
Perubahan Ekuitas kecuali untuk beberapa hal
yang terkait pendapatan
komprehensif lain.
4 Catatan Atas Catatan atas laporan keuangan Sama dengan PSAK,
Laporan Keuangan  Struktur kecuali pengungkapan
 Pengungkapan kebijakan modal.
Akuntansi
 Sumber estimasi ketidak pastian
 Modal (ED PSAK 1)
 Pengungkapan lain

5 Laporan Arus Kas  Arus kas aktivitas operasi: Sama dengan PSAK
metode langsung dan tidak kecuali:
langsung  Arus kas aktivitas operasi:
 Arus kas aktivitas investasi metode tidak langsung
 Arus kas aktivitas pendanaan  Arus kas mata uang asing,
 Arus kas mata uang asing tidak diatur.
 Arus kas bunga dan dividen,
pajak penghasilan, transaksi
non-kas

6 Laporan keuangan Persyaratan penyajian lapkeu Tidak diatur


konsolidasi dan konsolidasi
terpisah  Entitas bertujuan khusus
 Prosedur konsolidasi
 Lapkeu tersendiri
 Lapkeu gabungan

E. Isu – Isu Menyangkut SAK ETAP


1. Entitas Nirlaba dan Koperasi boleh menggunakan SAK ETAP ?
Pengaturan perlakuan akuntansi untuk entitas Koperasi dan Organisasi Nirlaba secara
khusus diatur dalam PSAK Umum (PSAK non-ETAP) yaitu PSAK 27 mengenai Akuntansi
Perkoperasian dan PSAK 45 mengenai Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Sedangkan
standar akuntansi yang berlaku khusus untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan yaitu SAK ETAP tidak mengatur mengenai akuntansi untuk entitas
koperasi dan entitas nirlaba tersebut. Atau dengan kata lain, PSAK 27 dan PSAK 45 bukan
merupakan bagian dari SAK ETAP.
Dalam SAK ETAP Bab 1 tentang ruang lingkup mengatur bahwa entitas yang dapat
menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement). Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan jika bukan entitas
yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan
pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di
pasar modal; atau bukan entitas yang menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk
sekelompok besar masyarakat.
Dalam SAK ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan
dinyatakan bahwa entitas yang menerapkan SAK ETAP, dalam mengembangkan dan
menerapkan suatu kebijakan akuntansi, untuk mempertimbangkan persyaratan dan panduan
dalam SAK non-ETAP yang berhubungan dengan isu serupa dan terkait. Berdasarkan
pengaturan di atas, jika ada entitas koperasi dan entitas nirlaba yang memenuhi syarat untuk
menerapkan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menerapkan SAK ETAP.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk entitas koperasi dan
organisasi nirlaba dapat menerapkan SAK ETAP jika telah memenuhi persyaratan sebagai
entitas yang diperbolehkan untuk menggunakan SAK ETAP sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam SAK ETAP tersebut.

2. Transisi Standar
Perusahaan dan organisasi yang boleh menerapkan PSAK ETAP adalah perusahaan yang
memenuhi persyaratan :
a. Tidak memiliki akuntabilitas public signifikan (tidak mencatatkan saham di Bursa
Efek Indonesia, tidak menerbitkan obligasi dll)
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum menerbitkan laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
c. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK
ETAP.

Poin nomor tiga telah menjadi sebuah solusi yang banyak dipilih oleh beberapa
organisasi yang seharusnya menerapkan IFRS. Contohnya adalah Bank Perkreditan Rakyat,
lewat Surat Edaran Bank Indonesia no 11/37/DKBU tertanggal 31 Desember 2009 tentang
Penggunaaan Standar Akuntansi ETAP bagi Bank Perkreditan Rakyat. Keputusan Menteri
Keuangan No 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum pasal 2 ayat 1 menyebutkan BLU menerapkan standar akuntansi
keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis
industrinya (dalam hal ini mengacu pada penerapan PSAK ETAP). Sehingga seluruh
rumah sakit dan perguruan tinggi milik pemerintah wajib menerapkan PSAK ETAP.
Ketentuan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
menyebutkan Unit PKBL harus menyusun laporan keuangan dan diaudit dengan mengacu
pada ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI (dalam hal ini juga
mengacu pada PSAK ETAP). PSAK ETAP bersama PSAK No 45 (Revisi 2011) juga
menjadi acuan pelaporan organisasi nirlaba atau LSM. Namun pengguna utama PSAK
ETAP tentu saja adalah UKM. Saat ini diperkirakan ada kurang lebih 16,000 laporan
keuangan setiap tahun yang harus diaudit, 400 diantaranya adalah perusahaan publik,
berarti selebihnya adalah laporan yang boleh menggunakan PSAK ETAP. Belum lagi
laporan yang digunakan untuk kepentingan pelaporan dan pertanggungjawaban yang tidak
perlu diaudit, tentu jumlahnya akan sangat banyak. Menurut perkiraan Kementrian UMKM
saat ini ada kurang lebih 500,000 UKM yang memiliki badan hukum yang harus membuat
laporan keuangan minimal satu tahun sekali untuk kepentingan pelaporan pajak.

F. Dampak Terhadap Perpajakan


Awal-awal tahun 2012 merupakan merupakan hari-hari yang sibuk bagi accounting
manager mayoritas perusahaan yang berdomisili di Indonesia. Sampai dengan akhir April 2012
mereka di haruskan mempersiapkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
tahun pajak 2011. Tentunya sebelum membuat SPT Tahunan PPh, para manager accounting itu
harus membuat Laporan Keuangan terlebih dahulu. Benar! Laporan Keuangan adalah dasar
pembuatan SPT Tahunan PPh bagi Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan. Tentunya
Laporan Keuangan tersebut harus sudah dilakukan rekonsiliasi fiskal terlebih dahulu.
Tahun pajak 2011 adalah tahun pajak pertama kali bagi mayoritas Wajib Pajak untuk
membuat Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang mulai berlaku efektif per 1 Januari 2010. Mayoritas
Wajib Pajak di Indonesia adalah entitas yang masuk dalam kategori ETAP ini, yaitu entitas tanpa
akuntabilitas publik yang signifikan.
Meskipun Otoritas Pajak (Direktorat Jenderal Pajak, Kemeterian Keuangan RI) tidak
disebutkan dalam SAK ini sebagai pengguna eksternal Laporan Keuangan, namun sejatinya DJP
merupakan pengguna ekternal juga dari Laporan Keuangan ini karena seperti dijelaskan di atas,
bahwa Laporan Keuangan merupakan dasar pembuatan SPT, dan membuat serta melaporkan
SPT merupakan kewajiban bagi setiap Wajib Pajak.
Bagaimana implikasi perpajakannya? Dalam penjelasan Pasal 28 ayat 7 KUP dinyatakan
bahwa “… pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-
undangan perpajakan menentukan lain.” Dari sini jelas bahwa jika Wajib Pajak tidak
menerapkan salah satu dari tiga standar akuntansi yang ada di Indonesia (SAK Syariah, SAK
ETAP atau SAK Non ETAP) maka dianggap bahwa Wajib Pajak tidak mematuhi Pasal 28 KUP.
Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP, harus membuat Laporan
Keuangan sebagaimana disyaratkan oleh par 3.12 SAK ETAP yaitu:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas, dan
5. Catatan atas Laporan Keuangan.

Meskipun dalam persyaratan kelengkapan SPT hanya disyaratkan Neraca dan Laporan
Laba Rugi, namun sesuai dengan SAK ETAP, seluruh komponen Laporan Keuangan di
atas wajib dibuat untuk dapat dinyatakan mematuhi SAK ETAP ini. Jika tidak membuat
Laporan Keuangan seperti yang disyaratkan dalam SAK ETAP ini, maka jika Wajib Pajak
dilakukan pemeriksaan, akan dikenakan sanksi kenaikan (bukan lagi sanksi bunga) karena
tidak mematuhi Pasal 28 atau the worst case adalah dikenakan sanksi pidana Pasal 39 yaitu
tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia sehingga menimbulkan
kerugian pada Negara.

Anda mungkin juga menyukai