Referat AF Bang Budi
Referat AF Bang Budi
BAB I
PENDAHULUAN
Impuls listrik dimulai di sebuah daerah yang disebut sinus node, yang terletak di
bagian atas atrium kanan. Ketika sinus node kebakaran, dorongan dari aktivitas listrik
menyebar melalui atrium kiri dan kanan, menyebabkan berkontraksi, memaksa darah
ke ventrikel. Kemudian perjalanan impuls listrik secara tertib ke daerah lain yang
disebut atrioventrikular (AV) node dan jaringan HIS-Purkinje. Nodus AV adalah
jembatan listrik yang memungkinkan dorongan untuk pergi dari atrium ke ventrikel.
HIS-jaringan Purkinje membawa dorongan seluruh ventrikel. Impuls kemudian
bergerak melalui dinding ventrikel, menyebabkan mereka kontrak. Hal ini akan
memaksa darah keluar dari jantung ke paru-paru dan tubuh. Kosong vena paru-paru
darah yang mengandung oksigen dari paru-paru ke atrium kiri. Jantung normal
berdetak dalam irama yang konstan - sekitar 60 sampai 100 kali per menit saat
istirahat. 2
Page | 1
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Secara klinis fibrilasi atrial praktis tidak dapat dideteksi. Fibrilasi atrium
diketahui dari gambaran elektrokardiogram ( EKG ). Pemeriksaan EKG dapat dilakukan
pada saat menjalani general check-up maupun pada saat sakit tertentu yang prosedur
pemeriksaannya memerlukan pemeriksaan EKG. Pada setiap penderita fibrilasi atrial
perlu diberitahukan tentang kondisi jantungnya sekaligus program pengobatan dan
tujuan program tadi.2
Page | 2
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
BAB I
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESIS
Identitas
Nama : Tn.S
Usia : 93 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Medan
Status : Menikah
Suku : Batak
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Tgl masuk : 28 Februari 2011
Keluhan Utama
Sakit perut sejak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Sesak nafas, mual, muntah, nafsu makan berkurang, batuk berdahak.
Page | 3
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
pasien juga mengeluh mual yang mengakibatkan pasien tidak nafsu makan sejak 2
minggu SMRS. Bahkan 1 hari SMRS pasien sempat muntah 2x berisi cairan yang
terasa asam. Pasien juga mengaku batuk dengan dahak berwarna putih kental sejak 1
minggu SMRS, namun dahak sulit untuk dikeluarkan oleh pasien. Sejak 1 tahun
terakhir ini pasien terkadang merasa berdebar-debar secara tiba-tiba. Pasien tidak
demam, pasien juga mengaku tidak pernah bengkak pada kaki.
• Selama 2 minggu keluhan, pasien tidak berobat ke dokter. Tidak ada penurunan berat
badan beberapa waktu terakhir ini.
Riwayat Kebiasaan
• Pasien mengaku memang sedikit makan beberapa tahun terakhir.
• Pasien mengaku saat muda merokok sampai 5 tahun terakhir. Pasien biasanya
merokok sebanyak 2 bungkus per hari.
• Pasien juga mengaku saat muda suka mengkonsumsi minuman beralkohol.
• Pasien tidak pernah berolahraga, sehari-hari pasien hanya di rumah saja.
Page | 4
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
III.PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 1/3/2011 pada jam 08.00 WIB di P. Sangeang
Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis (GCS=15)
Kesan sakit : sakit sedang
Cara berbaring:: aktif
Pasien tampak : tenang, menggigil (-), kejang (-), sesak (+), oedem (-)
Habitus : piknikus
Status gizi : BB/TB2 = kg/( m)2 = kg/m2
Gizi kurang
Kulit : warna coklat, tidak anemis, tidak sianosis, tidak ikterik
Kelembaban cukup, suhu hangat, turgor baik, efluoresensi tidak terlihat
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 98 kali per menit, isi cukup, iregular, equal
Pernapasan : 24 kali per menit, simetris kanan dan kiri, tipe abdominothorakal
Suhu : 36,4 OC
Pemeriksaan fisik
KEPALA : bentuk kepala normocephali, tidak ada deformitas, simetris
Rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
MATA :
- Alis :
warna hitam, distribusi merata, simetris
- Palpebra :
tdak oedem, tidak cekung, tidak exoftalmus atau
enoftalmus, tidak ektropion atau entropion,
tidak ada hordeolum, tidak ada kalazion
- Bulu mata : tidak trikiasis atau distrikiasis
- Tekanan bola mata : normal
- Konjungtiva : tidak anemis, tidak ada injeksi konjungtiva
- Sklera : tidak ikterik, tidak ada pinguekula, pterigium (+),
tidak ada bercak bitot
- Lensa : tidak keruh
- Pupil : bulat, tepi rata, isokor
- Refleks cahaya langsung +/+, tak langsung +/+
HIDUNG :
Page | 5
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
- Bentuk normal, tidak ada deformitas, tidak ada deviasi septum; lubang hidung
simetris, tidak keluar secret ataupun darah dari hidung
- Tidak ada deviasi septum, mukosa hidung tidak pucat dan tidak hiperemi, concha
tidak hiperemi dan tidak oedem dan tidak hipertrofi, tidak terdapat darah atau bekuan
darah dalam lubang hidung
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus maksilaris dan
sinus sfenoidalis
MULUT
- Bibir : tidak ada deformitas, warna tidak pucat dan tidak sianosis,
tidak tampak kering, pecah-pecah, sariawan, keilitis dan keilosis
- Gigi : ada karies M2 bawah kanan.
- Gusi : warna merah muda, tidak hiperemi
- Lidah : bentuk normal, tidak ada deformitas, tidak ada deviasi, simetris,
tidak tremor, bersih, pinggir lidah tidak hiperemi,
papil lidah tidak kasar dan tidak atrofi
- Palatum : tidak ada cleft, tidak ada benjolan, tidak ada tumor
- Uvula : letak di tengah, tidak hiperemi, tidak membesar
- Tonsil : T1/T1 tenang, tidak membesar, tidak hiperemi
- Faring : tidak hiperemi
- Produksi saliva cukup
TELINGA
- Bentuk normal, tidak ada deformitas, simetris, tidak ada benjolan atau tophi atau
oedem
- Tidak ada nyeri tekan tragus, nyeri tekan mastoid, nyeri tarik aurikuler, tidak teraba
benjolan
- Serumen sedikit, membran timpani intak
LEHER
- Bentuk normal, tidak ada deformitas, tidak ada deviasi, tidak tampak benjolan, tidak
tampak efluoresensi
- Trakea lurus ditengah; kelenjar tiroid tidak membesar; KGB tidak teraba membesar
dan tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan; tidak ada kaku kuduk,
JVP 5-1 cmH2O
TORAKS
Page | 6
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
- INSPEKSI : bentuk dada simetris saat statis dan dinamis; gerak pernapasan
simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi sela iga; iktus kordis terlihat
di 2 cm lateral ics V garis midclavicular sinistra; tidak terlihat
benjolan, tidak tampak spider nevi, pelebaran atau penojolan vena
kulit, tidak tampak efluoresensi; buah dada letaknya simetris, pada
papila mammae tidak tampak keluar sekret, tidak tampak benjolan,
tidak tampak pengerutan kulit, tidak ada ginekomastia
- PALPASI : gerak nafas simetris, VF simetris; ictus cordis teraba di 2 cm lateral
ics V garis midclavicularis sinistra; suhu hangat, kelembaban cukup,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
- PERKUSI :
Hemitoraks kanan : batas paru-hepar : ICS VI garis midclavicular
dextra
Batas kanan jantung : ICS IV linea sternalis dextra
Hemitoraks kiri : batas paru lambung : ICS VI linea axilaris anterior
Batas kiri jantung : ICS V 2cm lateral dari linea
midclavikular sinistra
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
- AUSKULTASI
Paru : SN vesikuler. Ronkhi(-/-),Wheezing (-/-)
ABDOMEN
- INSPEKSI : bentuk abdomen cekung, gerak nafas simetris tidak ada bagian
yang tertinggal dan tipe pernapasan abdominothorakal; warna
kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak tampak efluoresensi;
tidak tampak gerakan peristaltik; tidak tampak pelebaran vena,
tidak tampak roseola spot atau caput medusa; tidak terlihat
smiling umbilicus
- PALPASI : teraba supel, tidak teraba benjolan, tidak ada defense
muscular, nyeri tekan epigastrium (+), tidak ada undulasi; hepar
tidak teraba; lien dbn, ballotemen (-)
Page | 7
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
- PERKUSI : timpani di seluruh lapang abdomen, ada nyeri tekan, tidak ada
shifting dullness
- AUSKULTASI : bising usus (+) normal
PUNGGUNG
- INSPEKSI : vertebra lurus ditengah, tidak ada lordosis, kifosis, skoliosis,
gibbus; bentuk thoraks simetris, pada gerak nafas tidak ada
bagian yang tertinggal; tidak tampak benjolan, tidak tampak
efloresensi kulit
- PALPASI : gerak nafas simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
benjolan
- PERKUSI : tidak ada nyeri costovertebra; batas bawah paru kanan
setinggi thorakal 10, batas bawah paru kiri setinggi thorakal 11
- AUSKULTASI : SN vesikuler.Rh(-/-),Wh(-/-)
EKSTREMITAS
- ATAS :
INSPEKSI: tidak eritem, tidak terlihat efluoresensi kulit, tidak tremor
PALPASI: tidak teraba oedem, reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-
- BAWAH :
INSPEKSI: tidak eritem, tidak terlihat efluoresensi kulit, tidak tremor
PALPASI: tidak teraba oedem, reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab
GDS = 112 g/dL
SGOT/SGPT = 22/13
Ureum = 68 ↑
Kreatinin = 1,2
Na = 139 mmol/L
Page | 8
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
K = 3,2 mmol/L ↓
Cl = 108 mmol/L
Leukosit = 6600/µL
Eritrosit = 4,04 juta/mm3 ↓
Hb = 12,8 g/dL ↓
Ht = 39% ↓
Elektrokardiogram
Page | 9
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Page | 10
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Page | 11
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
PEMERIKSAAN FOLLOW UP
Tanggal 1 Maret 2011
S : nyeri perut (+)↓ , sesak (-), mual (-), lemes (+), nafsu makan ↑ sedikit, batuk (+) ↓,
BAK merah
O:
• Keadaan umum: Tampak sakit ringan
• Kesadaran : compos mentis
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Heart rate : 100x / menit, irreguler
• Leher : JVP 5-1 cmH20
• Pernapasan : 20x / menit
• Suhu : afebris
• Mata : konj pucat -/-, sklera ikterik -/-
• Jantung : BJ I -II ↓, murmur (-), gallop (-)
• Paru : Vesikuler, ronki -/-, wh -/-
• Ekstremitas : akral hangat, edema -/-/-/-
EKG:
• Irama : aritmia, QRS rate : 110x/menit,
• Aksis : deviasi aksis kiri
• Gelombang P irregular
• PR interval 0,20 detik
• Kompleks QRS :
• < 0,12 detik
• gelombang RSR’ di V1, V2
• T inverted : V1
• Kesan: Atrial Fibrilasi normoresponse, IRBBB
P:
• RL 8 tpm
• Digoxin 2 x 1
• Aldacton 1 x 25 mg
Page | 12
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
• Simarc 1 x 1
• Lasix 1 x 1 amp
• Cendantron 3 x 1 amp
• Panso 2 x 1 amp
• KSR 2 x 1
• Cough syr 3 x C1
• Pro USG abdomen
EKG:
• Irama : aritmia, QRS rate : 110x/menit,
• Aksis : deviasi aksis kiri
• Gelombang P irregular
• PR interval 0,20 detik
• Kompleks QRS :
• < 0,12 detik
• gelombang RSR’ di V1, V2
• T inverted : V1
• Kesan: Atrial Fibrilasi rapid response, IRBBB
Page | 13
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
USG Abdomen :
Kesan : hepatomegali dengan kalsifikasi nodul di hepar
Cor membesar
RESUME
• Pasien Tn.S, 93 tahun masuk UGD RSAL dengan keluhan sakit perut sejak 3 hari
SMRS. Sakit perut dirasakan di daerah ulu hati sampai ke tengah. Sakit perut awalnya
dirasakan pasien sejak 2 minggu SMRS dan hilang timbul, namun 3 hari terakhir ini
sakit perut terasa semakin berat dan terasa terus menerus. Selain sakit perut, pasien
juga mengeluh adanya sesak nafas yang semakin berat sejak 2 minggu SMRS. Sesak
nafas ( rasa berat saat pasien bernapas) datang biasanya bila pasien sedang sakit perut.
Sesak nafas tidak dipengaruhi kegiatan dan tidak dipengaruhi cuaca. Pasien tidak
pernah terbangun saat malam karena sesak, dan pasien juga hanya menggunakan 1
bantal saat pasien tidur. Bersamaan dengan itu pasien juga mengeluh mual yang
mengakibatkan pasien tidak nafsu makan sejak 2 minggu SMRS. Bahkan 1 hari
SMRS pasien sempat muntah 2x berisi cairan yang terasa asam.. Pasien juga mengaku
batuk dengan dahak berwarna putih kental sejak 1 minggu SMRS, namun dahak sulit
untuk dikeluarkan oleh pasien. Sejak 1 tahun terakhir ini pasien terkadang merasa
berdebar-debar secara tiba-tiba
• Riwayat hipertensi sejak tahun 1991 dan tidak terkontrol
• Riwayat merokok (+) dari muda sampai 5 tahun terakhir, sebanyak 2 bungkus per
hari. Riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol (+).
Page | 14
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
DIAGNOSIS KERJA
- Sindroma Dispepsia
- HHD
- RBBB
- Atrial Fibrilasi rapid response
DIAGNOSIS BANDING
Sindroma Dispepsia disertai HHD dengan Atrial Fibrilasi rapid response
PENATALAKSANAAN
• O2 2-3 liter/menit kanul nasal
• RL 8 tpm
• Omeprazol 1 ampul
• Impepsa syrup 3 x CI
• Panso 3 x 1 amp
• Ondansentron 3 x 1 amp
• Digoxin 2 x 1 amp
• Captopril 1 x 12,5 mg
• Bisoprolol 1x 2,5 mg
• Furosemide 1x40 mg tab
• Lasix 1 x 1
• Aldacton 1 x 25 mg
• Simarc 1 x 1
Page | 15
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
PEMERIKSAAN ANJURAN
- Kolesterol darah
- ECHO
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Page | 16
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
BAB II
ANALISA KASUS
Pada pasien ini yang menyebabkan sindroma dyspepsia yaitu karena pasien sering
telat makan dengan jumlah makan yang sedikit atau dapat dikatakan pola makan yang
tidak teratur, sehingga pemasukan makanan menjadi kurang lalu lambung akan kosong.
Kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat adanya gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat
baik makanan maupun cairan.
Sesak napas yang dirasakan pasien kemungkinan karena rasa begah akibat
peningkatan produksi asam lambung yang berlebihan, namun bisa juga disebabkan oleh
kardiomegali. Kardiomegali pada pasien ini disebabkan oleh hipertensi yang tidak
terkontrol selama 10 tahun sehingga jantung dipaksa untuk memompa darah bertekanan
tinggi. Jantung pun memberikan kompensasi berupa terjadinya hipertrofi dari ventrikel
kiri. Hipertrofi dari ventrikel kiri serta hipertensi tidak terkontrol yang berkepanjangan ini
lama kelamaan berpengaruh terhadap aorta (arcus aorta). Aorta pasien berkompensasi
karena menerima darah dengan tekanan tinggi dari ventrikel kiri sehingga terjadi elongasi
aorta. Semua hal ini tampak pada gambaran Roentgen pasien dimana ditemukan CTR
yang > 50% yaitu 55%. Pada Roentgen juga didapatkan gambaran LVH serta elongasi
aorta. Pada aorta tampak juga adanya sedikit kalsifikasi berupa gambaran radioopaque
pada arcus aorta. Adanya perubahan struktur anatomi serta fisiologi dari jantung sebagai
Target Organ Damage ini menyimpulkan bahwa pasien menderita HHD (Hypertensive
Heart Disease)
Mengenai keluhan rasa berdebar-debar yang sudah lama dirasakan pasien
memperjelas adanya Atrial Fibrilasi pada hasil EKG pasien ini. Atrial Fibrilasi pada kasus
ini disebabkan oleh hipertensis sistemik yang kronis sehingga terjadi fokus ektopik
ganda atau daerah reentri multiple. Karena tidak ada depolarisasi uniform, tidak
terbentuk gambaran gelombang P, melainkan defleksi yang disebut gelombang “f”
yang bentuk dan iramanya sangat tidak teratur. Hantaran melalui nodus AV
Page | 17
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
berlangsung sangat acak dan sebagian tidak dapat melalui nodus AV sehingga irama
QRS tidak teratur pada gambaran EKG pasien.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 DEFINISI
Fibrilasi atrium dapat timbul dari fokus ektopik ganda atau daerah reentri
multiple. Aktivitas atrium sangat cepat, namun setiap rangsangan listrik itu hanya
mampu mendepolarisasi sangat sedikit miokardium atrium, sehingga sebenarnya tidak
ada kontraksi atrium secara menyeluruh. Karena tidak ada depolarisasi uniform, tidak
terbentuk gambaran gelombang P, melainkan defleksi yang disebut gelombang “f” yang
bentuk dan iramanya sangat tidak teratur. Hantaran melalui nodus AV berlangsung
sangat acak dan sebagian tidak dapat melalui nodus AV sehingga irama QRS tidak
teratur. 5, 6
III.2 PREVALENSI
Page | 18
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
III.3 ETIOLOGI
Page | 19
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Hipertensi sistemik
Diabetes melitus
Hipertiroidisme
Penyakit paru : penyakit paru obstruktif kronik, hipertensi pulmonal primer,
emboli paru akut
Neurogenik : sistem saraf autonom dapat mencetuskan AF pada pasien yang
sensitive melalui peniggian tonus vagal atau adrenergik.
III.4 KLASIFIKASI
Persisten :
Bila AF menetap lebih dari 48 jam, hanya dapat berhenti dengan
intervensi pengobatan atau tindakan
Page | 20
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Permanen :
Bila AF berlangsung lebih dari 7 hari, dengan intervensi pengobatan AF
tetap tidak berubah
Dapat pula dibagi sebagai 3 :
Akut bila timbul kurang dari 48 jam
Kronik bila timbul lebih dari 48 jam
III.5 PATOFISIOLOGI
Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena pulmonalis
Multiple wavelet reentry timbulnya gelombang yang menetap dari depolarisasi
atrial atau wavelets yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature atau aktivitas
aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat. 1, 4
III.6 DIAGNOSIS
Page | 21
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Anamnesis :1
Dapat diketahui tipe AF dengan mengetahui lamanya timbulnya ( episode
pertama, paroksismal, persisten, permanen )
Menentukan beratnya gejala yang menyertai : berdebar-debar, lemah,
sesak nafas terutama saat beraktivitas, pusing, gejala yang menunjukkan
adanya iskemia atau gagal jantung kongestif
Penyakit jantung yang mendasari, penyebab lain dari AF misalnya
hipertiroid.
Pemeriksaan Fisik :1
Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya,
tekanan darah
Tekanan vena jugularis
Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung
kongestif
Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukan kemungkinan
terdapat gagal jantung kongestif, terdapat bising pada auskultasi
kemungkinan adanya penyakit katup jantung
Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan
Edema perifer : kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
Laboratorium : hematokrit ( anemia ), TSH ( penyakit gondok ), enzim jantung
bila dicurigai terdapat iskemia jantung. 1
Pemeriksaan EKG : dapat diketahui antara lain irama ( verifikasi AF ), hipertrofi
ventrikel kiri. Pre-eksitasi ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi ( sindroma
WPW ), identifikasi adanya iskemia. 1
Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOK, kor pulmonal.
1
Page | 22
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium
dan ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan
TEE ( Trans Esophago Echocardiography ) untuk melihat trombus di atrium kiri. 1
Pemeriksaan Fungsi Tiroid. Tirotoksikosis. Pada AF episode pertama bila laju
irama ventrikel sulit dikontrol. 1
Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju
irama jantung. 1
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring studi
elektrofisiolagi. 1
III.7 PENATALAKSAAN
III.7.1 Kardioversi
Page | 23
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Pasien AF dengan hemodinamik yang stabil akibat laju irama ventrikel yang
cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, sinkop perlu segera dilakukan kardioversi
elektrik. Kardioversi elektrik dimulai dengan 200 Joule. Bila tidak berhasil dapat
dinaikkan menjadi 300 Joule. Pasien dipuasakan dan dilakukan anestesi dengan obat
anestesi kerja pendek. 1, 12
Kateter ablasi merupakan pilihan terapi bagi orang-orang yang tidak dapat mentolerir
obat-obatan atau bila gagal mempertahankan irama jantung normal. 10
Sebuah alat pacu jantung adalah alat yang mengangkut impuls listrik ke otot jantung
untuk memepertahankan denyut jantung yang adekuat. Alat pacu jantung yang
ditanamkan pada pasien dengan AF yang memiliki detak jantung yang lambat. Pada alat
Page | 24
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
pacu jantung tersebut memiliki generator denyut dan penyalur yang mengirimkan
impuls dari generator denyut ke otot jantung serta merasakan aktivitas listrik jantung. 10
Pasien dengan AF kronis tidak berkurang dengan pengobatan atau pasien yang
memiliki kondisi lain yang memerlukan operasi jantung dapat menjadi kandidat untuk
terapi pembedahan. Selama prosedur Maze serangkaian potongan tepat dibuat dikanan
dan kiri atrium untuk membatasi impuls listrik ke jalur yang ditetapkan untuk mencapai
nodus AV. 10, 12
Page | 25
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Page | 26
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Page | 27
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
III.9 KOMPLIKASI
Beberapa keadaan yang berhubungan dengan resiko tinggi terjadinya stroke pada
pasien dengan fibrilasi atrial adalah :
III.10 PROGNOSIS
Page | 29
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
BAB IV
KESIMPULAN
Page | 30
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Secara klinis fibrilasi atrial praktis tidak dapat dideteksi. Fibrilasi atrium
diketahui dari gambaran elektrokardiogram ( EKG ). Pemeriksaan EKG dapat dilakukan
pada saat menjalani general check-up maupun pada saat sakit tertentu yang prosedur
pemeriksaannya memerlukan pemeriksaan EKG. Pada setiap penderita fibrilasi atrial
perlu diberitahukan tentang kondisi jantungnya sekaligus program pengobatan dan
tujuan program tadi.
PENATALAKSAAN
Setiap usaha dan cara harus dilakukan untuk mencapai efektifitas terapi,
terutama pada pasien-pasien yang mengalami gejala yang berhubungan dengan fibrilasi
atrium. Pemantauan holter selama 24 jam atau tes treatmil dapat menyokong evaluasi
variabilitas jantung. Terapi terkontrol dapat dilihat dari hate rate 60-80 beat/menit
pada saat istirahat dan 90-150 beat/menit pada latuhan sedang. Untuk cara mencapai
Page | 31
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
ini dapat dilakukan upaya medikasi bloking AV node pada pasien-pasien dengan riwayat
fibrilasi atrium. Beta blocker oral, kalsium channel blocker non dihiropiridin dan
digoksin biasanya efektif. Digoksin efektif pada pasien terutama dengan gagal jantung
namun dibutuhkan monitoring ketat dari kadar obat dan fungsi ginjal. Pada keberadaan
kardiomiopati takikardi atau rate ventricular yang tidak adekuat selain obat, dapat
dipertimbangkan pemasangan implant AV node dan pacemaker. Kombinasi dari
pengobatan, contohnya beta blocker dan digoksin lebih baik dibandingkan dengan
pengobatan obat tunggal pada beberapa pasien. Amilodaron dapat mengontrol rate
ventrikel tapi disatu sisi obat antiaritmia dapat mencetuskan fibrilasi atrium dalam
bentuk flutter atrial lambat yang dapat tercetus 1:1 dari atrium ke ventrikel. Terapi
dengan obat kelas IC dapat menjaga ke efektifan kontrol AV node sangat penting pada
banyak pasien. 9
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, et al . 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. Edisi IV. FKUI. Jakarta, Hal 1537-42
2. Guyton, Arthur C and Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC.
Jakarta, Hal 151-202
Page | 32
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
5. Ismudiati, Lily R. 1996. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta. Hal 277-9
7. Alpert, Joseph S. 1981. Manual Of Coronary Care. Second editions. HAL. USA. Hal
51-3
8. Mansjoer A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta.
Hal 459-71
12. Syafei Hendarmin. Kardiovarsi Fibrilasi Atrium Pasca Bedah Katup Mitral dan
Valvuloplasti Balon Mitral. Tersedia di http://www.perki.com. Diakses tanggal 15
November 2009.
16. Nattel Stanley. Diagram Of Electrical Activity During Atrial Fibrillation. Tersedia
di http://www.nature.com. Diakses tanggal 15 November 2009.
Page | 33
Referat : Atrium Fibrilasi 2011
Page | 34