(AVSEC)
Tujuan Sistem Pengamanan Bandar Udara UU Nomor 15 tahun 1992 tertanggal 25 Mei
1992 tentang penerbangan, yang terkait dengan pengamanan ( security ) bandar udara yaitu
Bab VIII pasal 3, yang berbunyi : ” Penyelenggara bandar udara bertanggung jawab terhadap
keamanan dan keselamatan penerbangan serta kelancaran pelayanannya ”. Menurut
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 54 tahun 2004 tanggal 21 Mei 2004 setiap
penyelenggara bandar udara dan operator pesawat udara wajib membuat program
pengamanan bandar udara dan program pengamanan operator pesawat udara disesuaikan
dengan kondisi perkembangan yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan penerbangan
sipil pada bandar udara dan perusahaan angkutan udara dan mengacu kepada Program
Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil. Program nasional pengamanan penerbangan sipil
bertujuan untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan sipil di
Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, para
petugas di darat, masyarakat, pesawat udara dan instalasi di bandar udara dari tindakan
melawan hukum serta memberikan perlindungan terhadap operator pesawat udara. Menurut
Annex 17 Chapter 2 General Principles, objectives of Aviation Security terdapat pada 2.1.1
each contracting state shall have as its primary objective the safety of passenger, crew,
ground personnel and the general public in all matters related to safeguarding against of
unlawful interference with civil aviation, Maksudnya setiap negara anggota harus
mempunyai tujuan utama untuk melindungi keamanan penumpang, awak pesawat,
petugas yang beroperasi di darat dan masyarakat umum dalam segala hal yang
berhubungan dengan pengamanan terhadap tindakan yang melawan hukum pada
penerbangan sipil.
Dasar Hukum Sistem Pengamanan Bandar Udara Peraturan perundang – undangan nasional
dan ketentuan internasional yang berkaitan dengan pengamanan bandar udara, antara lain
adalah :
1. UU Nomor 15 tahun 1992 tertanggal 25 Mei 1992 tentang Penerbangan, yang terkait
dengan pengamanan ( security ) bandar udara yaitu Bab VIII pasal 3,
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001, tentang Keamanan
dan Keselamatan Penerbangan.
3. Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Udara No. SKEP. 100 / XI / 1985
tentang Peraturan Dasar Tata Tertib Bandar Udara
4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 54 Tahun 2004 tentang Program
Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil, Jakarta.
5. Doc 9246 ATS Planning Manual tentang Facility Security dan Personel Security.
6. ANNEX 17 International Civil Aviation Organization, Security.
7. International Civil Aviation Organization Doc 8973 / 5 , Security Manual for
Safeguarding International Civil Aviation Againts Acts of Unlawfu Interference
Di dalam bandar udara ada beberapa daerah yang diklasifikasikan ke dalam daerah – daerah
pengamanan, yaitu :
1. Daerah Tertutup.
2. Daerah Terbatas.
3. Daerah Publik ( Public Area = PA )
1. Daerah Publik Terbatas ( Restricted Public Area ) dan Daerah Bukan Publik ( Non
Public Area ) ditentukan oleh Administrator / Kepala Bandar Udara.
2. Para penumpang yang akan berangkat harus melalui pemeriksaan bagasi, badan dan
barang – barang bawaannya.
3. Para pengantar penumpang yang mendapat izin masuk ke lingkungan Daerah Bukan
Publik ( Non Public Area ) harus melalui pemeriksaan badan dan bawaannya. Untuk
mempermudah kerja petugas pengamanan maka penyelenggara bandar udara
menentukan daerah – daerah di bandar udara yang menjadi bagian darerah – daerah
pengamanan, yaitu :
o Daerah tertutup Daerah tertutup ( Non Public Area = NPA ) merupakan
daerah pengamanan dimana di dalamnya dilakukan kegiatan – kegiatan yang
dapat diklasifikasikan rahasia dan dibutuhkan tingkat pengamanan yang
tertinggi, diantaranya adalah :
Aerodrome Control Tower ( menara pengawas lalu lintas udara ).
Boarding lounge ( ruang tunggu penumpang ).
Cargo building.
Depot BBM Pertamina.
Jalan Inspeksi.
Meteorology Building.
Main Power Station
Platform dan daerah sisi udara lainnya
Pumping Station
Radar Head Building ( Gedung Radar)
Stasiun Pemancar / Penerima
Stasiun PKP – PK
VIP room
o Daerah Terbatas Daerah terbatas ( Restricted Public Area = RPA
) merupakan daerah pengamanan yang lebih membutuhkan tingkat
pengamanan setingkat lebih rendah dari daerah tertutup, dimana keamanan
akan terancam kalau gerakan perorangan dibiarkan secara luas, diantaranya
adalah :
Check – in area.
Shopping arcade.
Common Departure Hall.
Daerah pengurusan barang di cargo area
o Daerah Publik ( Public Area = PA ) Tindakan pengamanan di daerah Public
Area lebih dimaksudkan untuk menjaga ketertiban dan kelancaran operasional
bandara dalam rangka cegah dini pengamanana bandara.
Sistem perizinan yang diberlakukan untuk mencegah masuknya orang – orang yang tidak
berkepentingan. Selain kepada penumpang dan pegawai, kendaraan yang digunakan untuk
menunjang kegiatan penerbangan juga harus memiliki izin masuk.
Pengawasan Izin masuk orang :
1. Setiap orang yang dapat masuk ke “ daerah terbatas “ harus dilakukan pemeriksaan
terhadap dokumen perjalanan angkutan udara bagi calon penumpang dan tanda masuk
bagi pegawai.
2. Prosedur terhadap orang untuk masuk ke “ daerah terbatas “ diatur dalam Program
Pengamanan Bandar Udara.
3. Tanda izin masuk bandar udara harus dipakai selama berada di “ daerah terbatas “ dan
penempatannya didada sebelah kiri yang mudah terlihat dan terbaca.
1. Yang sudah mendapat izin atau mempunyai pas bandar udara ; dan
2. Para penumpang yang akan berangkat atau datang.
1. Setiap orang, baik pejabat maupun protokol dari instansi, termasuk petugas atau
karyawan bandar udara yang memasuki atau akan bertugas di lingkungan Daerah
Bukan Publik( Non Public Area ), harus memiliki tanda izin masuk ( pas ) bandar
udara yang dikeluarkan oleh Administrator / Kepala Bandar Udara.
2. Semua kendaraan yang memasuki atau berada di lingkungan Daerah Bukan Publik
harus memiliki tanda izin ( pas ) yang dikeluarkan olehAdministrator / Kepala Bandar
Udara.
3. Setiap orang atau instansi yang membutuhkan pas bandar udara harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Administrator / Kepala Bandar Udara.
4. Pas bandar udara harus selalu dipakai di dada sebelah kiri, kurang lebih 15 cm dari
pundak.
5. Pas bandar udara harus diperlihatkan kepada Satuan Pengamanan Bandar Udara setiap
masuk atau keluar bandar udara.
6. Pas bandar udara hanya berlaku untuk :
o Pemegang yang namanya tersebut dalam pas
o Kendaraan yang merek, jenis dan nomor polisinya tercantum di dalam pas.
o Daerah yang diizinkan sebagaimana tertera di dalam pas.
o Jangka waktu yang tercantum di dalam pas Sasaran Pengamanan ;
1. Pengamanan manusia Meliputi keamanan penumpang, pegawai,
petugas operasi yang berada di darat, masyarakat umum, awak
pesawat.
2. Pengamanan harta benda Pengamanan terhadap bagasi, kargo, pesawat
udara.serta fasilitas navigasi dan fasilitas penting lainnya.
Selain dari penjelasan diatas, bandar udara juga harus bertindak tegas kepada penumpang
yang membawa barang – barang atau alat yang dapat digunakan untuk mengancam
keselamatan penerbangan, karena berdasarkan Keputusan Menteri Nomor KM 14
Tahun 1989 Pasal 6, Senjata api, senjata tajam serta benda – benda lain yang dapat dipakai
untuk mengancam atau memaksakan kehendak dilarang dimasukkan atau ditempatkan di
dalam kabin pesawat udara . Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor SKEP / 100 /
VI / 2003 bahwa dilarang membawa senjata api ke dalam kabin. Dan Segala jenis senjata api
dan peluru dilaporkan kepada Petugas Pengamanan Bandara, senjata api dan peluru yang
dibawa harus mempunyai surat izin kepemilikan / penguasaan senjata api dan peluru, peluru
dikosongkan dari senjata api oleh pemiliknya / pemegangnya. Senjata api dan peluru
diserahkan ke penumpang atau pemiliknya pada saat berada di pintu keluar ruang kedatangan
dengan tanda bukti.