Anda di halaman 1dari 6

BAB III

STABILITAS TANAH-SEMEN

3.1 Pendahuluan
Stabilisasi tanah dapat dilakukan secara mekanis maupun menggunakan
bahan
Pemilihan bahan stabilisasi dilakukan berdasarkan beberapa faktor, yaitu peningkatan
kekuatan
dan kekakuan, tersedianya bahan, kemudahan pelaksanaan, daya tahan hasil stabilitas
dan biaya (Ismail dkk, 2002). Semen Portland sering digunakan pada stabilisasi tanah
karena kemudahan untuk mendapatkan, efisien dalam pelaksanaan, harga relatif murah
dan mudah dalam penyimpanan (Bergado dkk, 1996). Seperti halnya dengan pembuatan
beton, pada penambahan semen perlu diatur Faktor Air Semen (FAS). Penggunaan FAS
yang kurang dari nilai optimumnya dapat mengurangi kemudahan dalam pekerjaannya.
Disisi lain, terjadi penyusutan lebih besar dan menurunnya kekuatan akan terjadi ketika
FAS yang digunakan lebih dari nilai optimumnya (Omotola dkk, 2011).

3.2 Sejarah Perkerasan Jalan


Sejak dahulu telah diketahui bahwa konstruksi jalan, haruslah mampu
untuk menerima beban lalulintas tanpa terjadi failure (mechanically stable) atau
memiliki daya dukung yang baik.

Susunan Lapis Perkerasan Lentur Dan Pemadatan


Distribusi Beban lalu lintas

massa tan ah (M d )
d (g / cm3 )
Volume
Untuk memperoleh daya dukung yang baik, tanah selalu dipadatkan.
Pemadatan tanah merupakan bagian dari stabilisasi mekanik.
Memadatkan loose soil menjadi dense soil.

Stabilisasi Tanah (1/3)


Stabilisasi tanah adalah upaya rekayasa untuk memperbaiki mutu tanah yang tidak
baik dan meningkatkan mutu dari tanah yang sebetulnya sudah tergolong baik.
Tujuan dari stabilisasi tanah yaitu untuk meningkatkan kemampuan daya dukung tanah
dalam menahan serta meningkatkan stabilitas tanah.
Pada umumnya ada dua cara stabilisasi tanah, yaitu dengan cara mekanis dan cara
kimiawi. Stabilisasi tanah secara mekanis bertujuan untuk mendapatkan tanah yang
bergradasi baik (well graded) sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
spesifikasi yang diinginkan. Pada prinsipnya stabilisasi tanah secara mekanis dengan
penambahan kekuatan dan daya dukung terhadap tanah yang ada dengan mengatur
gradasi dari butir tanah yang bersangkutan dengan meningkatkan kepadatanya.
Menambah dan mencampur tanah yang ada (natural soil) dengan jenis tanah yang lain
sehingga mempunyai gradasi baru yang lebih baik. Yang perlu diperhatikan dalam
stabilisasi tanah secara mekanis adalah gradasi butir tanah yang memiliki daya ikat
(binder soil) dan kadar air.

Stabilisasi secara kimiawi dapat dilakukan dengan penambahan bahan additive,


di Indonesia stabilisasi secara kimiawi dilakukan pada tanah-tanah kohesif (tanah
liat) karena tanah liat tersebut secara ekonomis dipakai stabilizing agent.
Stabilisasi dapat dilakukan berupa tindakan-tindakan sebagai berkut :
Perbaikan Secara dinamis yaitu pemadatan tanah dengan alat pemadat gradasi
dengan cara menambah tanah pada fraksi tertentu yang dianggap kurang sehingga
tercapai suatu gradasi yang rapat. Fraksi yang kurang biasanya adalah fraksi yang
berbutir kasar, cara yang dilakukan adalah mencampur tanah dengan fraksi butir kasar
seperti pasir dan kerikil atau pasir saja

Stabilisasi kimiawi dengan menambahkan bahan kimia tertentu sehingga terjadi


reaksi kimia. Bahan yang biasanya digunakan antara lain portland cement, kapur tohor
dan bahan kimia lainya. Stabilisasi ini dilakukan dengan dua cara yaitu mencampur
tanah dengan bahan kimia kemudian diaduk dan dipadatkan, cara kedua adalah
memasukan bahan kimia kedalam tanah (grouting).

Pembongkaran dan penggantian tanah jelek. Pada tanah yang mengandung


bahan organik akan terjadi pembusukan apabila terkena beban akan mengalami
penurunan yang tidak sama. Perbaikan dilakukan dengan mengganti tanah dengan tanah
yang berkualitas baik, misalnya dengan tanah yang memiliki CBR yang sesuai.

Untuk tanah yang mempunyai sifat yang tidak sesuai terhadap rencana teknis atau
pada tanah lempung, yang mempunyai perilaku yang kurang menguntungkan
konstruksi sipil karena daya dukung yang sangat rendah, tanah tersebut dapat
dilakukan stabilisasi atau diperbaiki dengan beberapa cara, yang sering dilakukan antara
lain :

Perbaikan permukaan tanah dengan menggunakan drainase.


Perpindahan yaitu dengan mengganti lapisan tanah yang tidak menguntungkan atau
jelek.
Timbunan imbangan (counter weight fill), misal untuk bangunan tanggul dimaksudkan
untuk mengimbangi sisi tanggul supaya stabil, bilamana tidak diperoleh faktor
keamanan yang diperlukan terhadap longsoran selama penimbunan dilaksanakan.
Memberikan pembebanan perlahan-lahan diterapkan bilamana kekuatan geser tanah
pondasi tidak besar dan cenderung akan runtuh jika timbunan dilaksanakan dengan
cepat, tetapi berakibat pekerjaan bertambah lama.

Hubungan kepadatan kering dan kadar air

Kepadatan tanah diproses secara mekanis yang menyusun kedudukan butir-butir


tanah sehingga volume pori semakin sedikit atau berat volume kering semakin besar.
Menurut spesifikasi, kadar air saat pemadatan di lapangan harus berada pada rentang 1-
3 % kadar air optimum.

Material Perkerasan Jalan


Tanah
Sifat tanah berbutir kasar lebih ditentukan oleh ukuran butir dan gradasinya, sedangkan sifat
tanah berbutir halus lebih ditentukan oleh sifat plastisnya.
Agregat
Terdiri dari agregat kasar (> dari saringan No.8; 2,36mm), agregat halus (< saringan no. 8) dan
filler (lolos saringan no.20; 0,60mm). Agregat bergradasi baik, mempunyai pori sedikit,
mudah dipadatkan dan punya stabilitas tinggi.

Stabilisasi secara mekanis merupakan suatu usaha meningkatkan daya dukung tanah,
dengan memadatkan campuran antara agregat kasar dan halus sehingga diperoleh
suatu gradasi campuran baru yang dapat meningkatkan daya dukungnya.

Sifat dan Gradasi Lapis Pondasi Agregat

0, 45
d
P 100
D

P=% lolos saringan dengan bukaan saringan d, mm

d=ukuran agregat yang diperiksa, mm


D=ukuran maksimum agregat dalam campuran
STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN SEMEN
Dilakukan ketika stabilisasi secara mekanis belum menghasilkan daya dukung
yang mampu menerima beban tanpa terjadi keruntuhan.
Teknis pelaksanaanya dengan menghampar loose soil, mencampurnya dengan semen
(using pulvermixer), diberi air lalu dipadatkan.
Sering diaplikasikan pada tanah berpasir .

Jenis Campuran Tanah-Semen


1. Plastic soil-cement
2. Cement-modified soil
3. Compacted soil-cement
Material semen:
Portland Cement:
- Aggregate soil stabilizer.
- Quantity will dictate strength of soil.
(less=soil modification)
(more=soil stabilization)
- In soil stabilization, the soil will almost be a solid
cement mass.
-Used in on many different construction sites,
usage is dependent on job site variables and
relevance.

Stabilisasi dengan Semen (1/2)


Klasifikasi stabilisasi tanah dengan semen ini kedalam 5 tipe (Kezdi, 1979 : 108) yaitu :

Soil-Cement. Tipe stabilisasi tanah-semen ini merupakan tipe yang umum,


dimana pencampuran tanah dan semen biasa digunakan untuk pondasi
bangunan, perlindungan tanah terhadap erosi dan pembekuan tanah.
Cement Improved Granuler-Soil Mix. Stablisasi tipe ini digunakan untuk
mengurangi sifat kembang susut dan sifat plastisitas tanah yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan daya dukung tanah, dengan jalan menambah
sedikit kadar semen sebesar yang diperlukan. Pada umumnya digunakan untuk
perlindungan tanah terhadap erosi dan pembekuan tanah.
Cement Improved Silt-Clay Mix. Penambahan kadar semen dilakukan secara
bertahap dalam jumlah yang lebih besar disbandingka dengan tipe 2) untuk
mengurangi sifat kembang susut tanah dan meningkatkan daya dukung tanah
sesuai dengan kadar air yang ada di lapangan.
Plastic Soil-Cement. Tipe stabilisasi ini digunakan untuk tanah dengan kadar air
yang lebih tinggi misalnya untuk aliran irigasi, parit dan bangunan pengairan
lainnya. Hasil stabilisasi dapat memberikan perlindungan terhadap tanah dari
erosi.
Cement-Treated Soil Pastes and Mortars. Tipe ini digunakan untuk kondisi
tanah dengan kadar air yang sangat tinggi dengan cara menginjeksi
campuran tanah – semen ke dalam tanah sebagai perkuatan. Pada umumnya
ditambahkan beberapa bahan kimia pembantu.

13

Stabilisasi dengan Semen (2/2)


Jenis semen yang biasa digunakan adalah
Semen Portland tipe I, tipe yang paling
umum digunakan. Masalah yang dihadapi
dalam penggunaan semen tipe ini adalah
pada saat digunakan pada tanah yang
mengandung kadar air serta bahan organik,
sulfat dan garam-garaman dalam kadar
yang tinggi. Kendala lain dari penggunaan
semen tipe ini adalah penyerapan air untuk
hidrasi semen dan reaksi awal Ettringgite
relatif kecil yaitu 28% dari berat semen
serta dapat terjadi keretakan. Stabilisasi
tanah dengan semen lebih cocok untuk
jenis tanah tertentu yaitu tanah kepasiran
atau batu kerikil.

Anda mungkin juga menyukai