Menurut Najmudin dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan dan Akutansi
Syar’iyyah Modern mengatakan bahwa konsep nilai waktu uang (time value of money)
merupakan salah satu kerangka dasar pemikiran terhadap suatu keputusan dan kebijakan dalam
keuangan modern. Dalam arti sederhana dapat dikatan bahwa uang memiliki nilai waktu.[1]
Sedangkan dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen Keuangan karya Ni Luh
Putu Wiagustin berpendapat bahwa di dalam memehami tentang konsep nilai waktu uang (time
value of money) yang pada dasarnya memberikan pemahamn bagaiman nilai uang berubah
karena faktor waktu. Adapun faktor yang melandasi konsep ini adalah preferensi waktu yang
menyatakan bahwa sejumlah sumber daya yang tersedia saai ini untuk dinikmati lebih disenangi
orang dari pada sejumlah sumber daya yang sama tetapi baru tersedia dalam beberapa tahun yang
akan datang (misalnya baru tersedia dua tahun yang akan datang).[2]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulakan bahwa konsep time value of
money itu adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga
dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang mangacu pada perbedaan
nilai uang karena perbedaan waktu. Dalam memperhitungkan, baik nilai sekarang maupun nilai
yang akan datang maka kita harus mengikuti panjangnya waktu dan tingkat pengembalian maka
konsep time value of money sangat penting dalam masalah keuangan baik untuk perusahaan,
lembaga, maupun individu.
Adapun contohnya yaitu uang Rp 1.000.000,00 saat ini tidak sama nilainya dengan Rp
1.000.000,00 setelah satu tahun mendatang. Seorang individu yang rasional akan lebih memilih
uang sejumlah Rp 1.000.000,00 saat ini di bandingkan dengan Rp 1.000.000,00 satu tahun lagi.
Alasan penalarannya adalah apabila seorang menerima Rp 1.000.000,00 hari ini, maka dia dapat
menginvestasikannya (menabung di bank atau pada aktiva lain) dengan tingkat keuntungan tetap
sebesar 10% misalnya, sehingga dia akan mendapatkan uang Rp 100.000,00 sebagai bunga sela
setahun. Oleh karena itu, Rp 1.000.000,00 saat ini setara dengan Rp 1.100.000,00 setelah satu
tahun kemudian ketika tingkat bunga 10%. Dengan demikian uang dianggap memiliki nilai
waktu.
Pentingnya nilai waktu uang menurut Toto Prihadi ada beberapa alasan melihat seribu
rupiah sekatng lebih berharga dari seribu rupiah setahun lagi, antara lain:
a. Adanya Inflasi.
b. Adanya Rasio.
c. Preferensi atas konsumsi sekarang dibandingkan dengan konsumsi yang akan datang.[3]
Inflasi ditandai dengan adanya kenaikan harga. Inflasi membuat seribu rupiah sekarng lebih
berharga dari seribu rupiah setahun lagi. Dengan adanya inflasi maka pemilik uang usaha untuk
mempertahankan nilainya dengan cara melakukan investasi. Dari investasi yang dilakukan,
pemilik uang akan memperoleh kompensasi dalam bentuk bunga, dividen atau kenaikan atas
nilai aset yang dimilikinya.
Apabila pemilik dana memasukkan unsur risiko atau ketidakpastian terhadap hasil yang akan
diterima, maka pemilik dana akan minta hasil lebih tinggi lagi. Cara memendang bunga (interest)
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut:
a. Rate of return
b. Discount rate
c. Opportunity cost
Toto Prihadi mengatakan bahawa Rate of return (tingkat hasil) adalah pandangan dari sisi
investor atau kreditor. Mereka yang berinvestasi terhadap memperoleh hasil (return) atas
penundaan konsumsi yang dilakukan sekarang. Dengan investasi maka konsumsi si investor
berkurang. Sebagai kompensasinya maka investor mendapatkan timbal balik.[4]
Pemilik uang Rp 1,0 juta yang akan menabung di bank dengan bunga 10% per tahun akan
memperoleh total dananya menjadi Rp 1,1 juta. Dengan kata lain yang membuat Rp 1,1 juta
setahun lagi sama dengan Rp 1,0 juta sekarang adalah diskon sebesra Rp 100 ribu. Tingkat
diskon (Discount rate) dalam perhitungan ini 10% menurut Toto prihadi di dalam bukunya.[5]
Seorang investor selalu dalam posisi untuk memilih investasi yang akan dilakukannya.
Dengan melakukan investasi didsatu tempat, maka investor tersebut kehilangan kesempatan
(opportunity) untuk memporoleh hasil tempat lain, minimal sama dengan menyimpannya
instrumen bebas risiko. Dengan demikian maka tingkat hasil yang diharapkan dari investasi
dilakukan di satu tempat merupakan opportunity cost.
Arti penting memahami nilai waktu uang, menurut Najmudin dalam bukunya
berpendapat bahwa konsep nilai waktu uang atau yang disebut dengan preferensi waktu positif
dikembangkan oleh Von Bhom-Bawerk dalam Capital and Interest dan Positive Theory of
Capital yang menyebutkan bahwa preferensi waktu positif adalah pola ekonomi yang normal,
sistematis, dan rasional. Konsep yang didasari nilai waktu uang adalah nialai uang saat ini selalu
lebih berharga dari pada nilai uang saat yang akan datang. Dengan kata lain, nilai uang pada
waktu yang berbeda tidaklah sama. Pengaruh waktu terhadap nilai uang dapat dimaknai secara
sederhana adalah hubungan antara rupiah saai ini dengan rupiah mendatang yang melibatkan
unsur waktu. Faktor atau rate yang menghubungkan nilai uang antara waktu adalah tingkat
diskonto. Diskonto inilah yang dimaksud dalam time value of money. Dalam sistem keuangan
konvensional, tingkat diskonto ini diproduksi dengan tingkat bunga. Selam tingkat bunga tidak
pernah negatif, maka uang saat ini selalu lebih berharga dari pada nanti. Semakin tinggi tingkat
bunga yang relevan, semakin besar perbedaan antara nilai sekarang dengan nilai yang akan
diterima di kemuadian hari. Adapun tinggi rendahnya tingkat bunga ini dipengaruhi antara lain
oleh risiko investasi. Semakin tinggi risiko investasi, semakin tinggi tingkat bunga yang
dipandang relevan.[6]
Konsep diskanto ini dipengaruhi pada banyak keputusan dan teknik keuangan, seperti
penganggaran modal, biaya modal, struktur modal, dan penilaian sekuritas dengan teknik net
present value (NPV), analisis cost benefit, intel rate of return (IRR), dividen model, dan lain-lain.
Investasi yang dilakukan pada suatu perusahaan atau proyek akan memerlukan jumlah danayang
relatif besar dan diharapkan memperoleh keuntungan dalam jangka waktu relatif lama. Karena
menyangkut dana yang besar dan jangka waktu tertentu maka pemahaman pengaruh waktu
terhadap nilai dana berbentuk uang menjadi sangat penting.
Paling tidak terdapat dua alasan mengapa konsep nilai waktu uang sangat penting
menurut Najmudin. Pertama, adanya aspek risiko (ketidak pastian) apabila uang yang diterima
terjadi pada masa yang akan datang. Peristiwa atau kehidupan manusia di masa yang akan datang
bersifat tidak pasti atau diragukan akan terjadi, sedangkan uang yang diterima saat ini sangat
jelas dan pasti. Kedua, adanya peluang keuntungan yang mungkin hilang karena tidak memiliki
uang tersebut lebih awal (saat ini) untuk di investasiakan (opportunity cost).[7]
Menurut Ni Luh Putu Wiagustini ada konsep-konsep yang lebih mendalami dalam
konsep nilai waktu uang, yaitu :
a. Future value.
b. Present value.
A. Fature Value
Konsep nilai masa yang akan datang (future value) nilai akan datang akan dijelaskan melalui
ilustrasi berikut ini. Misalkan Anda meminjam uang sebesar Rp 1,000.000 dengan tingkatan
bunga 12% setahun. Sesudah satu tahun Anda harus mengembalikan sebesar:
= Rp 1.000.000 ( 1 + 12% )
= Rp 1.120.000
Jika uang itu dipinjam selama dua tahun, maka tambahan bunga sebesar Rp 120.000 juga
dikenakan bunga, sehingga jumlah yang harus dikembalikan menjadi:
= Rp 1.000.000 ( 1+ 12% ) 2
= Rp 1.000.000 x 1,2544
= Rp 1.254.400
Kalau jumlah semula Rp 1.000.000 itu disebut P (Present amount), jumlah tahun selama uang itu
dipinjam adalah n, jumlah uang yang harys dikembalikan disebut F (future amount), tingkat
bunga adalah i maka jumlah yang harus dikembalikan dapat dihitung dengan rumus:
disebut compounding factor for 1, adalah suatu bilangan lebih rendah dari saru (1,0) yang dapat
dipakai untuk mengalikan suatu jumlah yang ada sekarang untuk menentukan nilainya di waktu
yang akan datang, setelah diberikan bunga pada akhir setiap tahun.
F = Rp 1.000.000
= Rp 1.000.000 x 1,7623
= Rp 1.762.300
B. Present Value
Sering kali yang diketahui bukan besarnya P, melainkan besarnya F yaitu
besarnya nilai waktu yang akan datang. Jika demikian halnya, maka untuk mencari nilai sekrang
(P) atau present value, dari jumlah tersebut (F), maka rumusnya fuute value di atas dapat
ditrasformasi sebagai berikut:
F=P
P=
P=F
Istilah ini disebut discoun factor, yaitu suatu bilangan kurang dari satu (1,0) yang dapat
dipakai untuk mengalikan suatu jumlah di waktu yang akan datang (F) supaya menjadi nilai
sekarang (P). Misal Anda akan mendapatkan uang sebanyak Rp 1.000.000 yang akan diterima
pada akhir tahun pertama (F), jika tingkat bunga 15% maka nilai sekarng (P) uang Rp 1.000.000
adalah
P = Rp 1.000.000 = Rp 869,569
Jika uang Rp 1.000.000 akan diterima akhir tahun kedua, maka nilai sekarangnya
P = Rp 1.000.000 = Rp 756,144
Ø Anuitas, Konsep time evaluation disamping konsep present value (P) dan fature value(F) yang
sudah dibicarakan, ada satu konsep lagi yaitu Annuity atau Uniform series. Anuitas adalah
serangkaian pembayaran atau penerimaan yang jumlahnya sama (A) setiap kali pembayaran atau
penerimaan selama beberapa priode tertentu. Annuity ini mempunyai beberapa sifat, yaitu:
Fn = A
Dari contoh di atas dapat diselasaikan atas faktor bunga anuitas untuk i=10%, n=3
Jadi, Fn = Rp 1.000.000
= Rp 1.000.000 x 3,3100
= Rp 3.310.000
Misalkan kepada anda ditawarkan dua alternatif berikut, anuitas 3 tahun sebesar Rp
1.000.000 per tahun atau pembayaran kontan sekarang. Selama 3 tahun mendatang anda tidak
memerlukan uang tersebut, sehingga jika anda menerima anuitas maka anda akan
mendepositokan dana tersebut dan mendapatkan bunga 10%. Berapa pembayaran kontan yang
harus diterima sekarang yang jumlahnya equivalen dengan pembayaran anuitas tersebut.
PV = A
PV = Rp 1.000.000
PV = Rp 1.000.000 + 2,4869
Menurut Henry Faizal Noor dalam bukunya yang berjudul ekonomi manejerial
berpendapat bahwa modal diartikan sumber dana sebagai sumber dana jangka panjang yang ada
dalam perusahaan, terdiri dari modal sendiri (equity) dan utang jangka panjang.[9]
Biaya modal (Cost of Capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana baik yg berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan
untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini
dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasikarena dapat menunjukkan
tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu
tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung
maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata
biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa
biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko.
Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para investor akan turun dan biaya
modal perusahaaan akan rendah.
Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan
saham khusus secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya
meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat
pula.
Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya modal perusahaan.
Kehadiran lembaga keuangan dan perbankkan Islam dalam menjalankan usaha menurut
Jundiani dalam bukunya adalah tidak berdasarkan bunga (non ribawi) karena bunga merupakan
aktualisasi riba yang diharamkan berdasarkan hukum nash-nash yang jelas dan pasti (qath’i)
dalam al-Qur’an dan al-Hadits.[11] Dijelaskan puala oleh Jundiani , bahwa dengan pengaturan
tersebut berarti tiada peluang ijtihad mengenai masalah-masalah yang sudah pasti (qath’I tsubut
wa dalalah) sebagaiman secara konsensus pakem ini dianut oleh kalangan umat Islam,
ulama salaf (generasi terdahulu) dan ulama khalaf (generasi belakangan). Salah satu firman
Allah swt yang dikemukakan oleh Jundiani sebagai ayatmuhakkamat, jelas dan pasti, serta tidak
menimbulkan aneka interprestasi adalah dalam surat al-Baqarah 275-276.
Dari beberapa referensi di atas dapat dikatakan bahwa konsep uang dalam Islam, yaitu
uang sebagai alat tukar dan buakn sebagai komoditas. Dengan demikian, uantuk mendapatkan
keuntungan dalam konsep Islam adalah dipelukannya transaksi kerja/kegiatan perekonomiian rill
yang inheren dengan risiko usaha yang dilaksanakan dalam waktu tertentu , misalnya transaksi
pembiayaan bagi hasil dengan prinsip mudharabah. Pembayaran dalam bentuk suku/tingkatan
bunga sebagai perwujudan konsep time value of money adalah bertentangan dengan kondisi riil
seorang nasabah yang menjalankan kegiatan usaha dan senantiasa dihadapankan pada
kemungkinan untung, impas atau rugi (nasabah tidak dapat memastikan untuk mendapatkan
penghasilan yang fixwd and predetermined rate dalam kegiatan usaha).
Di dalam buku yang berjudul Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan karya Adiwarman
A.Karim bependapat bahwa kuatitas waktu sama bagi semua orang, yaitu 24 jam sehaari, 7 hari
sepekan. Namun nilai dari waktu akan berbeda dari satu orang ke orang lainnya. Misalnya[12],
bagi seorang buruh kasar satu jam kerja bernilai Rp 25.000, bagi seorang manajer keungan satu
jam bernilai Rp 250.000 sedangkan bagi seorang pakar ekonomi syariah satu jam benilai Rp
2.500.000. Jadi, faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaiman sesorang memanfaatkan
waktu itu. Semakin efektif (tanpa guna) dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai
waktunya. Efektif dan efisien akan mandapatkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang
melaksanakannya. Oleh karena itu, siapa pun pelakunya, secara sunnatullah akan mendapatkan
keuntungan di dunia.
Di dalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun yang dicari adalah
keuntungan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja harus
efektif dan efisien, namun harus juga didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang akan
mendatangkan keuntungan di akhirat.
Dalam ekonomi Islam, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga bai’
mu’ajjal (membayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dibenarkan, karena :
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value
added (nilai tambah ekonomis).
Begitu pula penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi hasil, dapat digunakan.
Nisbah ini akan dikalikan dengan pendapatan aktual (actual return), bukan dengan pendapatan
yang diharapkan (excepted return). Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau
transaksi sewa menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya bukan antara penjual
dengan pembeli atau penyewa dengan yang menyewakan. Dalam transaksi bagi hasil, yang ada
adalah hubungan antara pemodal dengan yang memproduktifkan modal tersebut. Jadi, tidak ada
pihak yang telah melaksanakan kewajiban namun masih tertahan haknya. Shâhibul mâl telah
melaksanakan kewajibannya, yaitu memeberikan sejumlah modal, yang memproduktifkan
(mudhârib) juga telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut. Hak
bagi shâhibul mâl dan mudhârib adalah berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan tersebut,
sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan dilakukan atas pendapatan atau keuntungan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Konsep nilai waktu uang (time valu of money) yang pada dasrnya memberikan pemahaman
bagaimana nilai uang berubah karena faktor waktu. Faktor yang melandasi konsep ini adalah
preferensi waktu yang menyatakan bahwa sejumlah sumber daya yang tersedia saat ini untuk
menikmati lebih disenangi orang dari pada sejumlah sumber day yang sama tetapi baru tersedia
dalam beberapa tahun yang akan datang (misalkan baru dua tahun yang akan datang).Pemikirang
tersebut secara ekonomi didasarkan atas alasan-alasan, 1) alasan inflasi, yaitu bahwa dengan
adanya tingkat inflasi akan dapat menurunkan nilai uang; 2) Alasan dikonsumsi, yaitu bahwa
dengan yang sama, apabila dikonsumsikan akan memberikan tingkat kenikmatan yang lebih,
dibandingkan dengan jika dikonsumsi di masa yang akan datang; 3) Alasan risiko penyimpanan,
yaitu bahwa adanya risiko yang tidak diketahui di waktu yang akan datang, maka praktis nilai
uang di masa yang akan datang memerlukan jumlah yang lebih besar. Konsep nilai waktu uang
(time value of money) meliputi future value, present value, future value suatu anuitas, present
value suatu anuitas.
2. Cost of Capital atau biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa maupun laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi perusahaan. Biaya modal biasanya digunakan sebahai ukuran untuk
menemukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
3. Kritik atas konsep time value of money, Islam tidak mengenal konsep time value of money,
Dasar perhitingan pada kontrak berbasis time value of moneyadalh bunga. Sedangkan dasar
perhitungan pada kontrak berbasis economic value of time adalh nisbah.Economic value of
time relatif lebih adildalam perhitungan kontrak yang bersifat pembiayaan bagi hasil (profit
sharing). Konsep bagi hasi (profit sharing) berdampak pada tingkat nisbah yang menjadi
perjanjian kontrak dua bela pihak.
Makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini biasa bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Daftar Pustaka
A.Karim, Adiwarman, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, Edisi Ketiga.
_______, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Edisi Keempat.
Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Malang: UIN-Malang Press, 2009.
[1] Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akutansi Syar’iyyah Modern, (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2011), hlm.97.
[2] Ni Lu Putu Wiagustini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, (Bali: Udayana University Press,
2012), hlm. 166-167.
[3] Toto Prihadi, Praktis Memahami Laporan Keuangan sesuai IFRS & PSAK, (Jakarta: PPM,
2012), hlm.132.
[9] Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007), hlm.376.
[10] Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.87-88.
[11] Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press,
2009), hlm.7-8.
[12] Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rjawali Pres,
2011), hlm.504.