Presbikusis
Presbikusis
Nama : Tn. IS
Umur : 61 tahun
Tanggal Pemeriksaan : 26 September 2016
Alamat : Kp. Kebon Manggu No. 265 rt 004 rw 021
Pekerjaan : Sudah tidak bekerja
Case Overview:
Keluhan utama : Penurunan pendengaran
Anamnesis Khusus :
Pasien mengeluhkan penurunan pendengaran sejak 3 bulan yang lalu pada telinga
sebelah kanan. Keluhan tidak disertai adanya telinga berdenging, nyeri telinga, keluar cairan
dari telinga, riwayat batuk pilek sebelumnya, dan pusing berputar. Pasien mengaku tidak ada
obat hipertensi. Pasien bekerja di pabrik tekstil selama kurang lebih 30 tahun. Riwayat
Status Lokalis :
ADS :
Hematom
Laserasi
Aurikular Mikrotia Tidak ada Tidak ada
Makrotia Tidak ada Tidak ada
Anotia Tidak ada Tidak ada
Perikondritis Tidak ada Tidak ada
Melanoma Tidak ada Tidak ada
Basal cell carcinoma Tidak ada Tidak ada
Hematom aurikula Tidak ada Tidak ada
Retroaurikular Abses subkutan Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Mastoiditis Tidak ada Tidak ada
Battle sign
Otoskopi CAE Tenang Tenang
Serumen + -
Sekret - -
Massa - -
AD AS
Tes suara Jarak 1 m: mendengar Jarak 1 m: mendengar
Hidung
Pemeriksaan Hidung Luar
Dextra Sinistra
Bentuk Simetris Simetris
Deformitas (-) (-)
Krepitasi (-) (-)
Inflamasi (-) (-)
Rhinoskopi anterior:
Dextra Sinistra
Vestibulum Nasi Tenang Tenang
Mukosa Tenang Tenang
Sekret - -
Konka Normal Normal
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Massa - -
Pasase udara + +
Transiluminasi :
4 4
4 4
Pemeriksaan Orofaring
Eustachius Tenang
Torus Tubarius Tenang
Fossa Rosenmuller
Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Parese Nervus Cranialis : Tidak ada
Tanda Rhinitis Alergi :-
Tanda sinusitis :-
Leher
KGB : Tidak teraba
Massa : Tidak ada
CASE OVERVIEW
Laki-laki berusia 61 tahun datang dengan keluhan penurunan pendengaran sejak 3
bulan yang lalu pada telinga sebelah kanan. Keluhan tidak disertai adanya tinitus, otalgia,
otore, riwayat ISPA sebelumnya, dan vertigo. Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma
sebelumnya.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan rutin mengonsumsi
obat hipertensi. Pasien bekerja di pabrik tekstil selama kurang lebih 30 tahun. Riwayat
1. Embriologi Telinga
Secara anatomis telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: telinga dalam, telinga
tengah dan telinga luar. Dimana pembentukannya dimulai dari pembentukan telinga dalam,
Perkembangan telinga dimulai pada minggu ke empat, dimana terjadi penebalan pada
permukaan lateral kepala embrio. Setelah menebal, lalu terbentuklah plakoda otik. Plakoda
otik kemudian berinvaginasi dan terbenam ke surface ectoderm dan menembus jaringan
mesenkim dan membentuk lekukan otik (otic pit). Kedua ujung dari lekukan otik kemudian
bersatu dan membentuk vesikel otik dan pada vesikel otik terjadi pertumbuhan divertikulum
dan pemanjangan.
Vesikel yang terus berkembang pada bagian ventralnya akan membentuk sakulus yang
kemudian menggulung dan membentuk duktus koklearis. Duktus koklearis yang menggulung
sekitar 2,5 putaran akan membentuk membran koklear dan terdapat penghubung dengan
sacculus yaitu duktus reuniens. Sedangkan pada bagian dorsal terjadi pembentukan dari
duktus endolimfatikus, utrikulus dan duktus semisirkular dengan ampulla pada salah satu
ujungnya.
Stimulasi dari vesikel otik akan membuat mesenkim di sekitarnya berkondensasi dan
berdiferensiasi membentuk kapsul otik kartilago. Karena pembesaran dari membrana labirin,
vakuola muncul di kapsul kartilago otik dan segera membentuk perilymphatic space.
Perilymphatic space yang berhubungan dengan duktus koklearis berkembang menjadi dua
bagian yaitu skala tympani dan skala vestibuli. Kapsula kartilago otik kemudian berosifikasi
Bagian telinga tengah berkembang dari resesus tubotimpanikus dari kantung faring
pendengaran). Sedangkan bagian distalnya akan membentuk cavum timpani yang nantinya
(malleus, incus dan stapes), tendon dan ligament serta saraf korda timpani.
bagian dorsal. Pada awal bulan ke tiga, terjadi proliferasi sel-sel epitel di bawah meatus yang
nantinya akan membentuk sumbat meatus. Lalu pada bulan ke tujuh, sumbat meluruh dan
lapisan epitel di lantai meatus berkembang menjadi gendang telinga definitif. Dimana
gendang telinga itu dibentuk dari lapisan epitel ektoderm di dasar acoustic meatus, lapisan
epitel endoderm di tympani cavity dan lapisan intermediate jaringan ikat yang membentuk
stratum fibrosum.
Sedangkan aurikula terbentuk dari hasil proliferasi mesenkim di ujung dorsal pertama
faringeal yang
mengelilingi alur faringeal pertama dan membentuk tonjolan aurikula yang berjumlah tiga di
masing-masing sisi eksternal meatus akustikus dan kemudian tonjolan aurikula akan bersatu
2. Anatomi Telinga
Telinga terbagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga sampai membran
timpani. Aurikula terdiri atas lempeng tulang rawan elastik tipis yang ditutupi kulit. Aurikula
Gambar 5. Aurikula
Meatus akustikus eksternus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang terbentang
antara aurikula sampai membaran timpani. Berfungsi menghantarkan gelombang suara dari
aurikula ke mebran timpani. Pada orang dewasa panjang nya ± 1 inci (2,5 cm).
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastik dan dua
pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng timpani. Meatus dilapisi kulit dan
sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Yang
terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lilin coklat kekuningan.
Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket untuk mencegah masuknya benda-benda
asing. Suplai saraf sensoris ke kulit pelapisnya, berasal dari N. Aurikulo temporalis dan
cabang N. Vagus.
Kavum timpani adalah ruang berisi udara dalam pars petrosus ossis temporalis yang
promontorium.
Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang berbentuk bundar yang
berwarna bening. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo,
yang terbentuk oleh ujung manubrium malei. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian
cekung ini menghasilkan “kerucut cahaya”, yang memancar ke anterior dan inferior dari
umbo.
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak pada jendela oval yang berhubungan dengan koklea.
Tuba auditiva terbentang dari dinding anterior kavum timpani ke bawah, depan, dan
medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga
bagian anteriornya adalah kartilago. Tuba berhubungan dengan nasofaring dengan berjalan
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani
disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli
disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ korti. Pada skala media terdapat
bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membrane basalis
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, luas dan kanalis korti, yang
3. Histologi Telinga
Telinga dibagi atas telinga luar, tengah dan dalam. Ketiga bagian ini memiliki fungsi
Aurikula (pinna) terdiri dari lempeng yang tak teratur di tulang rawan elastis, yang
ditutupi erat oleh kulit di semua sisinya. Meatus auditorius eksternus (MAE) merupakan
saluran gepeng hingga dalam tulang temporalis. Batas dalam adalah membran timpani.
Terdiri dari suatu epitel skuamosa berlapis yang berlanjut dari kulit melapisi saluran ini.
Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa yang merupakan
modifikasi kelenjar keringat di dalam submukosa. Ujung bagian dalam MAE adalah suatu
membranlonjong, yaitu membran timpani. Permukaan luarnya dilapisi oleh epidermis tipis
dan permukaan dalamnya dilapisi oleh epitel selapis kuboid, yang menyatu dengan cavum
timpani. Diantara kedua lapisan epitel tersebut, terdapat lapisan jaringan ikat kasar yang
Telinga tengah atau cavum timpani berada di dalam tulang temporalis. Di sebelah
anterior, ruangan ini berhubungan dengan faring melalui tuba eustachius, dan di sebelah
posterior terdapat rongga prossesus mastoid, yang berisi udara pada rongga nya. Telinga
tengah dilapisi oleh epitel selapis yang berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris
bersilia. Membran timpani berhubungan dengan foramen ovale melalui tiga tulang
pendengaran, yaitu malleus, incus dan stapes. Ketiga tulang pendengaran ini dilengkapi
dengan dua otot yang berinsersi pada melleus dan stapes berfungsi mengatur konduksi udara.
Telinga dalam terdiri atas dua labirin, labirin osseus terdiri atas ruangan di dalam pars
petrosa tulang temporal yang dihuni labirin membranosa. Labirin membranosa merupakan
rongga berlapis epitel yang kontinu dan berasal dari ektoderm. Labirin membranosa dibagi
atas utrikulus dan sakulus. Utrikulus kemudian berubah menjadi duktus semisirkularis dan
duktus koklearis berasal dari sakulus. Pada keduanya dilapisi oleh epitel pelapis khusus
membentuk sensor sensorik seperti makula, krista duktus semisirkularis dan organ korti.
Labirin osseosa terdiri atas rongga-rongga di tulang temporalis. Rongga sentral yang
tidak teratur, dinamakan vestibulum yang berisi sakulus dan utrikulus. Di belakang struktur
ini terdapat tiga kanalis semisirkularis yang berisi duktus semisirkularis, koklea anterolateral
yang mengandung duktus koklearis. Koklea (35 mm) membentuk dua-setengah putaran yang
mengelilingi bagian pusat tulang dikenal dengan modiulus. Modiulus memiliki celah-celah
pembuluh darah dan badan sel, serta cabang nervus akustikus dari nervus cranialis VIII. Dari
lateral modiulus terjulur suatu rabung tipis yaitu lamina spiralis osseasa. Labirin osseasa
berisikan perilimf dengan komposisi ekstrasel dengan kandungan protein rendah. Labirin
membranosa terdiri dari endolimf dengan kandungan natrium rendah dan kalium yang tinggi,
Sakulus dan utrikulus terdiri atas epitel selapis gepeng . labirin membarnosa melekat
pada pars osseus melalui berkas halus jaringan ikat, pembuluh darah yang kaya akan nutrisi
untuk epitel labirin membranosa. Makula merupakan sel-sel neuroepitel yang telah
berkembang dipersarafi oleh nervus vestibularis. Makula sakulus terletak di dasar, sedangkan
makula utrikulus terletak di dinding lateral, sehingga kedua makula tegak lurus. Kedua
makula ini memiliki struktur histologis yang sama dan memiliki 2 reseptor, sel penyokong
dan ujung saraf aferen dan eferen. Sel reseptor (sel rambut) ditandai dengan 40–80
stereosilia kaku dan panjang yang sebenarnya adalah mikrovili khusus dan satu silium.
Terdapat dua jenis sel rambut yaitu sel tipe I memiliki ujung besar berbentuk mangkuk yang
mengelilingi sebagian besar dasar sel, sedangkan tipe II memiliki banyak ujung aferen.
Kedua sel ini memiliki aferen yang bersifat inhibitorik. Sel penyokong diantara sel rambut
berbentuk silindris dengan mikrovili pada apikal. Neuroepitel dilapisi oleh gelatinosa tebal
yang berasal dari endapan kristal dan sekresi dari sel-sel penyokong, terdiri dari kalsium
panjang disebut krista ampularis. Secara struktur histologis sama dengan makula, namun
lapisan glikoprotein lebih tebal; lapisan ini berbentuk seperti kerucut yang disebut kupula,
Bagian awal duktus endolimfatikus dilapisi epitel selpais gepeng, makin mendekati
sakus endolimfatikus, epitel berubah menjadi silindeis tinggi dengan dua jenis sel; mikrovili
dan vesikel pinositik vakuol. Diduga sel tersebut berfungsi sebagai endositosis materi asing
Duktus koklearis adalah divertikulum sakulus khusus untuk reseptor suara. Koklea
dibagi atas skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Duktus koklearis mengandung
endolimf berakhir di apeks koklea. Kedua skala lain mengandung perilimef yang berawal dari
tingkap lonjong dan berakhir di tingkap bundar. Skala-skala ini berhubungan di apeks koklea
melalui suatu muara yang dikenal dengan helikoterma. Duktus koklearis terdiri atas membran
vestibularis dan stria vaskularis. Membran vesttibularis terdiri dari dua lapisan epitel gepeng,
satu lapisan dari skala media dan lapisan lain dari skala vestibuli. Stria vasklaris terdiri dari
epitel vasskular di dinding lateral duktus koklearis. Stria ini terdiri dari sel-sel dengan banyak
Struktur telinga dalam yang mengandung reseptor auditori khusus disebut organ
Corti, terdiri dari sel rambut dengan respons berbagai frekuensi. Organ Corti terletak pada
lapisan substans dasar tebal atau membrana basilaris. Terdapat sel rambut luar dan dalam
serta stereosilia. Pada organ Corti tidak ditemukan adanya kinosilium, sehingga transduksi
4. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya gelombang bunyi oleh telinga luar.
Telinga luar terdiri dari auricular (pinna), canalis acusticus externus (CAE), dan membran
canalis acusticus externus. Pinna juga berfungsi untuk mengetahui penentuan arah suara yang
berasal dari depan dan di belakang, yaitu berdasarkan perbedaan waktu masuknya suara ke
telinga kanan dan kiri serta perbedaan intensitas suara yang masuk ke telinga kanan dan kiri.
suara yang akan berujung pada bergetarnya membran timpani. Membran timpani berfungsi
sebagai resonator yang menghasilkan ulang getaran dari sumber suara dan akan berhenti
bergetar hampir segera setelah suara berhenti. Kemudian, diteruskan ke telinga tengah
kembali getaran tersebut melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
Gerakan membran timpani disalurkan melalui bagian tulang maleus yang melekat di
membran timpani yaitu manubrium malleus. Ujung tangkai malleus melekat di bagian tengah
membran timpani, dan tempat perlekatan ini akan konstan tertarik oleh otot muskulus tensor
timpani ke arah medial, yang menyebabkan membran timpani tetap tegang. Keadaan ini akan
menyebabkan getaran pada setiap bagian membran timpani akan dikirim ke tulang-tulang
pendengaran, hal ini tidak dapat terjadi jika membran tersebut longgar. Otot ini juga bersama
dengan muskulus stapedius (menarik stapes ke arah luar) berperan dalam melindungi koklea
dari getaran suara yang terlalu keras serta menutupi frekuensi suara yang terlalu rendah.
Malleus terikat pada incus oleh ligament yang kecil sehingga ketika malleus bergerak
incus juga bergerak. Ujung yang berlawanan dari incus akan berartikulasi dengan batang
stapes, dan bidang depan dari stapes terletak berhadapan dengan membran labirin koklea
pada muara fenestra ovalis. Dengan demikian, tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai
pengungkit. Sistem pengungkit tersebut mengurangi jarak antar tulang dan meningkatkan
tenaga 1,3 kali lebih kuat. Luas permukaan timpani yang jauh lebih besar dari lempeng kaki
stapes menyebabkan penekanan total yang lebih kuat yang diberikan kepada cairan koklea.
Hal ini diperlukan karena inersia cairan jauh lebih tinggi daripada udara sehingga diperlukan
getaran yang lebih kuat guna menghasilkan frekuensi suara yang sama pada cairan koklea.
Gambar 8. Skema Pendengaran
Energi getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di
proyeksikan pada membran basalis, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
Koklea terdiri dari atas 3 tuba yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani.
Skala vestibuli dan skala media dipisahkan satu sama lain oleh membran Reissner. Diantara
skala timpani dan skala media dipisahkan oleh membran basilar. Skala vestibuli dan skala
timpani mengandung perilimfe dan berhubung satu sama lain di apeks koklea melalui lubang
kecil yang helikotrema. Skala media atau disebut juga duktus koklearis mengandung cairan
yang berbeda yaitu endolimfe. Skala vestibuli dan skala timpani terhubung langsung ke ruang
subarachnoid sehingga cairan perilimfe merupakan cairan dengan komposisi ion yang serupa
dengan komposisi LCS dengan kandungan proteinnya sangat rendah. Sedangkan endolimfe
dibentuk dalam stria vaskularis di dinding skala media yang memiliki komposisi kalium lebih
Ketika kaki stapes menekan fenestra ovalis, getaran suara memasuki skala vestibuli.
Bidang stapes akan menyebabkan perilimfe pada skala vestibuli bergetar hingga sampai
helikotrema lalu kemudian menuju fenestra rotundum. Gelombang tekanan pada skala
vestibuli akan di transfer ke skala media melalui membran reissner (membran yang cukup
tipis sehingga tidak menghalangi getaran antara cairan perilimfe dan endolimfe). Kemudian
akan ditransfer ke skala timpani yang akan menebabkan foramen rotundum bergerak masuk
dan keluar. Fenestra ovale dan fenestra rotundum bergerak ke dalam dan keluar sesuai dengan
Tujuan utama dari gelombang suara yang masuk ke fenestra ovale adalah untuk
menggerakkan membran basilar pada skala media. Pada permukaan membran basilar tersebut
terletak organ corti, yang mengandung serangkaian sel yang sensitif secara elektromagnetik
yaitu sel-sel rambut. Pada setiap ujung sel rambut terdapat stereosilia yang tertanam pada
lapisan gel membrana tektorial. Getaran menyebabkan timbulnya rangsang mekanik pada
membrana basilar (membran basiler bergerak ke atas dan ke bawah) yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut tersebut, sehingga merangsang pembukaan kanal
Organ corti merupakan organ reseptor yang membangkitkan impuls saraf sebagai
respon terhadap getaran membran basilar. Reseptor pada organ corti merupakan tipe sel saraf
yang khusus yang disebut dengan sel rambut yang terdiri dari sel rambut interna dan sel
rambut eksterna. Sel rambut interna terutama terhubung langsung dengan ganglion spiralis.
Stereocilia dari rambut-rambut tersusun mulai dari tinggi ke rendah dan diikat oleh
filamen penghubung yang merupakan CAMs (Cell Adhesion Mollecule). Ketika membran
basiler bergerak ke atas, stereocilia akan terdefleksi dan akan menarik filamen penghubung.
Kemudian, akan terjadi pembukaan kanal kation. Kalium-kaliun yang berasal dari endolimfe
Ketika membran basilaris bergerak ke bawah maka akan terjadi hal yang sebaliknya.
Kanal ion akan tertutup dan terjadi hiperpolarisasi Gerakan membran basilaris yang bergerak
ke atas dan ke bawah secara sinkron akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan
hiperpolarisasi secara bergantian yang akan menyebabkan terangsangnya ujung-ujung saraf
(diduga glutamat) ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
Jaras ini menunjukkan bahwa ganglion spiralis dibawah sel rambut memasuki nucleus
koklearis dorsalis dan ventralis berjalan terus hingga nucleus olivarius superior di batang otak
(pons), lalu berlanjut ke otak tengah yaitu kolikulus inferior dan selanjutnya akan berakhir di
Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga oleh tempat dimana seseorang
tinggal selama hidupnya. Orang kota lebih cepat datangnya presbikusis ini dibandingkan
dengan orang desa. Diduga kejadian presbikusis usia mempunyai hubungan dengan faktor-
faktor herediter, metabolisme, arterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor. Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada presbikusis
antara lain :
a) Usia dan jenis kelamin
Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60-65 tahun keatas. Pengaruh usia terhadap
gangguan pendengaran berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih banyak
mengalami penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada
frekuensi rendah bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada
ambang dengar frekuensi tinggi ini disebabkan laki-laki umumnya lebih sering terpapar
tidak seluruhnya disebabkan perubahan di koklea. Perempuan memiliki bentuk daun dan
liang telinga yang lebih kecil sehingga dapat menimbulkan efek masking noise pada frekuensi
rendah.
b) Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi vaskuler yang
mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah disertai peningkatan viskositas darah,
penurunan aliran darah kapiler dan transpor oksigen. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan
sel-sel auditori sehingga proses transmisi sinyal mengalami gangguan yang menimbulkan
gangguan komunikasi. Kurang pendengaran sensori neural dapat terjadi akibat insufisiensi
proses glikosilasi akan membentuk advanced glicosilation end product (AGEP) yang
tertimbun dalam jaringan dan mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah
(arteriosklerosis). Proses selanjutnya adalah dinding pembuluh darah semakin menebal dan
lumen menyempit yang disebut mikroangiopati. Mikroangiopati pada organ koklea akan
menyebabkan atrofi dan berkurangnya sel rambut, bila keadaan ini terjadi pada vasa nervus
VIII, ligamentum dan ganglion spiral pada sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan
National Health Survey USA melaporkan bahwa 21% penderita diabetik menderita
presbikusis terutama pada usia 60-69 tahun. Hasil audiometri penderita DM menunjukkan
bahwa frekuensi derajat penurunan pendengaran pada kelompok ini lebih tinggi bila
d) Merokok
Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai efek mengganggu
peredaran darah, bersifat ototoksik secara langsung, dan merusak sel saraf organ koklea.
antara CO dan haemoglobin) sehingga hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat oksigen.
Seperti diketahui, ikatan antara hemoglobin dengan CO jauh lebih kuat ratusan kali dibanding
dengan oksigen. Akibatnya, terjadi gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea dan
darah, dan arteriosklerotik. Insufisiensi sistem sirkulasi darah koklea yang diakibatkan oleh
merokok menjadi penyebab gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif.
Pembuluh darah yang menyuplai darah ke koklea tidak mempunyai kolateral sehingga tidak
melalui data pemeriksaan kesehatan 4 624 pekerja pabrik baja di Jepang. Hasilnya
di mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dL. Keadaan tersebut dapat
atherosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat secara bersama. Arteroma
merupakan degenerasai lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding pembuluh nadi pada
arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras bagian lipoid dalam tunika intima
arteri sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai
yang awalnya tidak disadari karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor risiko
yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama
pajanan per hari, lama masa kerja dengan paparan bising, kepekaan individu, umur, dan
faktor lain yang dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah
pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat. Hal
tersebut dikarenakan paparan terus menerus dapat merusak sel-sel rambut koklea.
Epidemiologi
rata penderitanya berusia lebih dari 65 tahun. American Speech Language Hearing
ketiga prevalensi terbanyak pada kondisi klinis lansia di Amerika. Menurut Willott et al.
terjadinya penurunan atau kehilangan pendengaran dirasakan pada dekade ke 3 dari 4 dekade
Pada beberapa penelitian, ditemukan bahwa faktor jenis kelamin tidak memiliki
dengan kejadian presbikusis. Dilaporkan insidensi meningkat pada kelompok dengan tingkat
Angka kejadian presbikusis yang terus meningkat dari tahun ke tahun berhubungan
dengan peningkatan usia harapan hidup suatu negara. Pada data statistik menunjukan
kelompok usia lanjut meningkat sejak tahun 1991. Pada 2011 terjadi peningkatan sebesar
3,9% dibandingkan tahun 1991 dan diperkirakan pada 2031 terjadi peningkatan hingga 6,3%
dibandingkan tahun 2011. Peningkatan kelompok usia lanjut tersebut akan berkontribusi
6. Patofisiologi Presbikusis
a. Degenerasi Koklea
(tersering). Bagian basis dari apeks koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi
kemudian meluas ke regio koklea bagian tengah dengah bertambahnya usia. Degenerasi
hanya terjadi sebagian tidak seluruhnya. Degenerasi sel marginal dan intermedia pada stria
vaskularis terjadi secara sistemik, serta terjadi kehilangan NA+K+ATPase. Kehilangan enzim
Analisis dinding lateral dengan kontras pada pembuluh darah menunjukkan kehilangan
stria serta kapiler. Perubahan patologi vascular terjadi berupa lesi fokal yang kecil pada
bagian apical dan bawah basal yang meluas pada region ujujng koklea. Area-stria yang tersisa
Degenerasi stria vaskularis akibat penuan berefek pada potensial endolimfe yang
berfungsi sebagai amplifikasi koklea. Potensial endolimfe yang berkurang secara siginifikan
akan berpengaruh pada amplifikasi koklea. Nilai potensial endolimfatik yang menurun
sampai 20mV atau lebih, maka amplifikasi koklea dianggap kekurangan voltage dengan
penurunan maksimum. Penambahan 20dB di apeks koklea akan terjadi peningkatan potensial
Degenerasi stria yang melebihi 50%, maka nilai potensial endolimfe akan menurun drastis.
b. Degenerasi sentral
Degenerasi sekunder terjadi akibat degenerasi sel organ corti dan saraf yang dimulai
pada bagian basal koklea hingga apeks. Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi
nervus auditorius akan meningkap nilai ambang dari nervus. Pengurangan amplitude dari
potensial aksi yang terekan pada proses penuaan memungkinkan terjadinya asinkronisasi
pemahaman bicara yang buruk. Prevalensi jenis ketulian ini sangat jarangtetapi degenerasi
c. Mekanisme molekuler
Salah satu strain yang berperan terhadap terjadinya presbikusis yaitu C57BL/6J sebagai
penyandi saraf ganglio spiral dan sel stria vaskularis pada koklea. Strain ini sudah ada sejak
lahir. Teori aging mitonkondria, menyatakan bahwa ROS sebagai penyebab rusaknya
komponen mitokondria.
Radikal Bebas
Sistem biologi yang terpapar oleh radikal bebas baik yang terbentuk endogen oleh
proses metabolism tubuh maupun eksogen seperti pengaruh radiasi ioniaisasi. Membran sel
terutama terdiri dari komponen lipid. Serangan radikal bebas yang bersifat reaktif dapat
menimbulkan kerusakan terhadap komponen lipid yang menghasilkan produk bersifat toksisk
terhadap sel, seperti malondialdehida (MDA,. Bahkan dapat terjadiikatan silang antara dua
rantai asam lemak dan rantai peptide (protein) yeng menyebabkan kerusakan parah
membrane sel sehingga membahayakan kehidupan sel. Kerusakan sel akibat stress oksidatif
dan kompleks protein. Mutasi mtDNA pada jaringan koklea menyebabkan terjadinya
presbikusis.
Ujung sel rambut sensori organ cori berperan terhadap transduksi mekanik, yaitu
merubah stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia.Dua penyusun CDH23 dan PCH15
telah diidentifikasikan sebagai penyusun ujung sel rambut koklea. Keduanya saling
tidak akan mengalami regenerasi, sehingga terjadinya defleksi stereosilia akibat stimulus
abnormal disertai proses penuan akan menimbulkan gangguan dalam transport
7. Penegakan Diagnosis
Gejala gangguan pendengaran pada usia lanjut pertama kali adalah kesulitan untuk
mengerti percakapan. Lama-kelamaan kemampuan untuk menentukan jenis dan arah suara
akan berkurang. Kehilangan sensitivitas dimulai dari frekuensi tinggi, sehingga menimbulkan
kesulitan untuk mengerti percakapan pada lingkungan bising (cocktail party deafness).
Penurunan yang progresif terlihal pada frekuensi 24 kHz. Frekuensi ini sangat penting untuk
dapat mengerti vokal konsonan. Kadang-kadang disertai dengan tinitus yaitu persepsi
yang merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang pendengaran
terbanyak.
a) Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani normal atau bisa juga suram,
Rinne positif bila pasien masih mendengar penala melalui hantaran udara, setelah penala
tidak terdengar melalui hantaran tulang (HU>HT). Rinne negatif bila pasien tidak dapat
mendengar melalui hantaran udara setelah penala tidak lagi terdengar melalui hantaran tulang
sensorineural koklearis -
retrokoklearis
Negatif HU < HT Gangguan Konduktif Telinga luar atau
tengah
Uji Weber
Interpretasi :
- Jika nada terdengar pada telinga yang dilaporkan lebih buruk, maka tuli konduktif
Uji Schwabach
Uji Schwabach membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa. Cara kerja
Garpu tala digetarkan, letakkan garpu tala pada prosesus mastoideus penderita sampai tidak
terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus
pemeriksa.
retrokoklearis
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Audiometri murni
sensorineural nada tinggi bilateral dan simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni
ditemukan perurunan ambang dengar nada murni yang menunjukkan gambaran tuli
sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah
frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan pendengaran jenis sensorik dan
Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih
Semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih
rendah.
b. Audiometri tutur
biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear.
Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang kata yang
didengar melalui kasettape recorder. Pada tuli persepti koklea, pasien sulit untuk
membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi
Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan
sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar. Hasil uji audiometri suara :
90-100 % normal
8. Klasifikasi Presbikusis
1. Sensorik : Lesi terbatas pada koklea atrofi organ Corti, jumlah sel-sel rambut dan sel-sel
Komplikasi yang dapat terjadi apabila presbikusis tidak ditangani akan terjadi tuli
permanen akibat rusaknya sebagian besar sel-sel saraf kranialis VIII. Selain itu dapat juga
terjadi gangguan psikosisoal, pada penderita presbikusis usia tua, penurunan pendengaran
sering disertai dengan penurunan diskriminasi bicara akibat perubahan SSP oleh proses
menua yang kemudian mengakibatkan perubahan watak yang bersangkutan seperti lebih
dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui
pasti.
Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat
mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan
secara cepat ditempat yang latar belakangnya bising. Bila intensitas suara ditinggikan akan
timbul rasa nyeri ditelinga, hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).
11. Penatalaksanaan
membaca ujaran (speech reading), prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi
Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagian yang penting dalam
penatalaksanaan pada gangguan dengar pada prebikusis agar dapat memanfaatkan sisa
12. Prognosis
dan irreversibel. Oleh karena itu presbikusis memiliki prognosis yang buruk.