Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan

ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai,

untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan

penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi,

pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan,

analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine).

Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat

yang sesuai dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter berizin,

dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah,

misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada

pemakai.

Dalam bidang farmasi khususnya kimia farmasi sering dilakukan

analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis

kualitatif adalah bidang kimia analitik yang membahas tentang identifikasi

zat-zat, mengenai unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu

sampel. Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk

mengetahui kadar suatu zat.

Dalam kimia farmasi dilakukan analisis berbagai senyawa yang

bersumber dari obat, tumbuhan, dan hewan. Salah satu senyawa yang

sering di analisis yaitu analisis antihistamin (antialergi).


Dalam makalah ini akan dibahas tentang analisis antihistamin dan

cara menganalisisnya. Dalam analisis antihistamin ini dapat diambil

sampel dari senyawa obat, tumbuhan maupun hewan.

I.2 Rumusan Masalah dan Tujuan

I.1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah seperti

dibawah ini:

1. Apa yang dimaksud dengan Antihistamin?

2. Bagaimana macam-macam antihistamin?

3. Apa yang dimaksud dengan Prometazine Hydroclorine?

4. Bagaimana Analisa Kualitatif dan Kuantitatif dari

Prometazine Hydroclorine?

I.1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah seperti bawah ini:

1. Mengetahui pengertian dari Antihistamin.

2. Mengetahui beberapa antihistamin.

3. Mengetahui definisi dari Prometazine Hydroclorine.

4. Mengetahui bagaimana Analisa Kualitatif dan Kuantitatif

5. dari prometazine hydroclorine.


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi Antihistamin

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau

menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok

reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya dikenal

satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor

khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2, maka secara

farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe ,yaitu reseptor-

H1 da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat

dibagi dalam dua kelompok, yakni antagonisreseptor-H1 (singkatnya

disebut H1-blockers atau antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 ( H2-

blockers atau zat penghambat-asam).

II.2 Macam-macam obat antihistamin

1. Antihistamin generasi pertama

2. Antihistamin generasi kedua

Astemizol (Hismanal®) merupakan antihistamin kedua yang

tidak menyebabkan sedasi diperbolehkan beredar di Amerika Serikat

(Desember 1988). Obat ini secara cepat dan sempurna diabsorpsi

setelah pemberian secara oral, tetapi astemizol dan metabolitnya

sangat banyak distribusinya dan mengalami metabolism sangat

lambat. Namun, karena kasus aritmia jantung dan kematian mendadak

telah diamati setelah penggunaan astemizol pada keadaan yang serupa


dengan terfenadin, maka pada astemizole diberikan tanda peringatan

dalam kotak hitam (Handley DA, Magnetti A, Higgins A.J., 1998).

Loratadin (Claritin®) mempunyai farmakokinetik serupa

dengan terfenadin, dalam hal mulai bekerjanya dan lamanya. Seperti

halnya terfenadin dan astemizol, obat ini mula-mula mengalami

metabolisme menjadi metabolit aktif deskarboetoksi loratadin (DCL)

dan selanjutnya mengalami metabolisme lebih lanjut. Loratadin

ditoleransi dengan baik, tanpa efek sedasi, serta tidak mempunyai

efek terhadap susunan saraf pusat dan tidak pernah dilaporkan

terjadinya kematian mendadak sejak obat ini diperbolehkan beredar

pada tahun 1993 (Handley DA, Magnetti A, Higgins A.J., 1998).

3. Antihistamin generasi ketiga

Feksofenadin (Telfast ®) merupakan metabolit karboksilat dari

antihistamin generasi kedua terfenadin dan diijinkan untuk dipasarkan

oleh FDA pada Juli 1996. Setelah diketahui bahwa feksofenadin tidak

berpengaruh buruk terhadap elektrofisiologi jantung dan mempunyai

efektivitas sama seperti terfenadin maka feksofenadin menggantikan

terfenadin dan telah dipasarkan di Indonesia dengan nama dagang

Telfast ( di Amerika : Allegra ®). Sifat-sifat kimia feksofenadin

adalah : secara oral cepat diabsorpsi, hanya sekitar 5% mengalami

metabolisme, sisanya diekskresi dalam urin dan feses tanpa

mengalami perubahan. Hasil ini tidak dipengaruhi oleh adanya

gangguan pada fungsi hati atau ginjal. Pada penderita usia lanjut atau
penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kadar feksofenadine dalam

plasma darah dapat meningkat 2 kali dari pada normal. Namun hal ini

tidak perlu dikhawatirkan, karena indeks terapi obat ini relatif tinggi.

Feksofenadin tidak berpengaruh pada interval QT pada percobaan

binatang atau pada manusia yang diberi 10 kali lipat dosis standar 60 mg 2

kali sehari. Feksofenadin tidak menembus sawar darah otak sehingga tidak

mempunyai efek samping terhadap susunan saraf pusat. (Hey JA, Del

Prado M, Cuss FM, 1995).

II.3 Definisi Prometazin Hydroclorine

Prometazin merupakan antihistamin generasi pertama yang

termasuk dalam kelompok fenotiazin. Prometazin juga memiliki efek

antiemetik dan antikolinergik. Selain itu prometazin juga memiliki efek

sedatif yang cukup kuat.

Prometazin HCl merupakan senyawa kimia yang berbentuk serbuk

kristal kekuningan yang praktis tidak berbau. Kontak yang cukup lama

prometazin dengan udara dapat mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi

yang menyebabkan perubahan warna prometazin menjadi biru.

Prometazin-HCl sangat mudah larut dalam air dan agak sukar larut dalam

alkohol. Prometazin yang beredar dipasaran adalah prometazin dalam

bentuk campuran rasemat.


Prometazine Hydroclorine

Phenergan tablet adalah obat mujarab mengandung prometazin

bahan aktif, yang merupakan jenis obat yang disebut antihistamin

penenang. Ia bekerja dengan mencegah tindakan histamin.

Histamin adalah substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai

bagian dari mekanisme pertahanannya. Hal ini menyebabkan gejala-gejala

reaksi alergi. Ini dapat termasuk radang saluran napas atau kulit, hidung

tersumbat, penyempitan saluran napas, ruam, dan gatal-gatal pada kulit,

mata atau hidung. Prometazin blok histamin dari mengikat ke reseptor di

berbagai bagian tubuh dan ini berhenti itu menyebabkan gejala-gejala

reaksi alergi.

Histamin dapat dilepaskan dari dan bertindak di daerah (lokal)

kecil dari tubuh seperti hidung. Atau, histamin dapat menyebabkan lebih

serius, kadang-kadang mengancam nyawa seperti reaksi anafilaksis.

Prometazin digunakan untuk mengobati alergi lokal seperti demam dan

ruam jelatang, serta lebih serius reaksi alergi seperti anafilaksis. Beberapa

efek samping umum antara lain :


a. Dyskinesia tardive

b. Kebingungan pada orang tua

c. Mengantuk, pusing, kelelahan, lebih jarang vertigo

d. Mulut kering.

e. Pernapasan depresi pada pasien di bawah usia 2 dan pada mereka

dengan fungsi paru terancam

f. Sembelit

g. Dada terasa sesak / ada tekanan. (Biasanya dalam kasus-kasus ketika

pasien sudah minum obat untuk tekanan darah tinggi)

h. Euphoria (sangat jarang, kecuali dengan dosis IV tinggi dan / atau

pemberian bersamaan dengan opioid / SSP depresan)

i. Akatisia [14]

j. Parestesia

k. Iritabilitas

Cara identifikasi prometazin menurut FI IV:

 Spektrum serapan infra merah. Sampel didispersikan dalam kalium

bromida.

 Menunjukan adanya reaksi klorida seperti tertera pada uji identifikasi

umum

Cara lain untuk identifikasi dapat dilakukan dengan:

 KLT

 KCKT
 EFEK FARMAKOLOGIS YANG DITIMBULKAN PROMETAZINE

HYDROCLORINE

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara

baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal

setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira-kira

4-6 jam, untuk golongan klorsiklizin 8-12 jam. Difenhidramin yang

diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah

kira-kira 2 jam dan menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya,

kemudian dieliminasi dengan masa paruh kira-kira 4 jam.Kadar tertinggi

terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot dan kulit

kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati,

tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. Tripelenamin mengalami

hidroksilasi dan konjugasi sedangkan klorsiklizin dan siklizinterutama

mengalami demetilasi. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24 jam,

terutama dalam bentukmetabolitnya.

Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping

walaupun jarang bersifat serius dankadang-kadang hilang bila pengobatan

diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru

menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu

banyak tidur.Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memerlukan

kewaspadaan tinggi sehinggameningkatkan kemungkinan terjadinya

kecelakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenislain mungkin

dapat mengurangi efek sedasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak


atau kurangmenimbulkan sedasi.Efek samping yang berhubungan dengan

efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah, penat,inkoordinasi,

penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan tremor. Efek

sampingyang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan

berkurang, mual, muntah, keluhan padaepigastrium, konstipasi atau diare,

efek samping ini akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktumakan.Efek

samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria,

palpitasi, hipotensi,sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan.

Insidens efek samping karena efek antikolinergiktersebut kurang pada

pasien yang mendapat antihistamin nonsedatif.AH1 bisa menimbulkan

alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat

penggunaanlokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto sensitivitas

juga pernah dilaporkan terjadi. Selainitu pemberian terfenadin dengan

dosis yang dianjurkan pada pasien yang mendapat

ketokonazol,troleandomisin, eritromisin atau lain makrolid dapat

memperpanjang interval QT dan mencetuskanterjadinya aritmia

ventrikel.Hal ini juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi

hati yang berat dan pasien-pasienyang peka terhadap terjadinya

perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia). Kemungkinan

adanya hubungan kausal antara penggunaan antihistamin non sedative

dengan terjadinya aritmiayang berat perlu dibuktikan lebih lanjut.

II.4 Analisa Kualitatif dan Kuantitatif

II.2.1 Analisis Kualitiataif


Analisis kualitatif adalah suatu proses dalam mengidentifikasi

keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel yang tidak

diketahui. Analisis kualitatif disebut juga analisa jenis yaitu suatu cara

yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat atau komponen-

komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kualitatif yang

dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun

sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia,

bila ingin mengetahui tentang kandungan sampel cair itu maka yang harus

dilakukan adalah menganalisa kualitatif terhadap sampel cairan itu.

Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi

sejumlah unsur/senyawa. Analisis kualitatif berhubungan dengan

penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis

kualitatif digunakan untuk menganalisa komponen atau jenis zat yang ada

dalam suatu larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang

paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya

dalam larutan.

Ada 3 pendekatan analisis kualiataif yaitu; pertama perbandingan

antara data retensi solute yang tidak diketahui dengan data retensi baku

yang sesuai pada kondisi yang sama. Kedua dengan cara spiking, yaitu

dilakukan dengan menambah sampel yang mengandung senyawa tertentu

yang akan diselidiki pada senyawa baku pada kondisi yang sama. Ketiga

dengan nggabungkan alat kromatografi dengan spectrometer massa

(Gandjar, 2007).
II.2.2 Analisis Kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk

mengetahui kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan

dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung

dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali

dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau

sebagian besar sampel yang di analisis (Day dan Underwood,

2002).Pengertian lain dari analisa kuantitatif adalah analisa yang bertujuan

untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau

campuran bahan (Sumardjo, 1997).

 Macam-Macam Analisa Kuantitatif

Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis

kuantitatif dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif

instrumental, yaitu metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-

alat instrumen, dan analisa kimia konvensional. Metode dalam analisa

kuantitatif dibedakan menjadi 2 bagian: metode gravimeter, yaitu

penetapan kadar suatu unsur atau senyawa berdasarkan berat, tetapnya

dengan cara penimbangan. Cara dilakukan dengan unsur atau senyawa

yang diselidiki dan bahan yang menyusunnya. Bagian terbesar yang

dilakukan metode gravimetri adalah perubahan unsur berat tetapnya. Berat

senyawa selanjutnya dapat dianalisa berdasarkan jenis senyawa (khoppar,

1990).. Metode volumetri, adalah analisa kuantitatif yang dilakukan

dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih diketahui

kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang ditambahkan dan


reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga senyawa yang dianalisis

dapat dihitung jumlahnya (Sumardjo, 1997).

Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi

kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan

dengan zat lainnya telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu

titik ekuivalensi hingga kepekatan zat yang kita cari dapat

dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan teliti disebut

larutan standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke dalam

erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan

titrasi. Titik dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi.

Titik ini seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit

karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati

pH ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut

kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002). Indikator adalah asam

organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan terionisasi

sebagian dimana warna yang terionisasi berbeda dengan warna yang tak

terionisasi (Sumardjo, 1994).

Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan

suatu volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya untuk

mengukur volume larutan standar tersebut harus ditambahkan dengan

melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke

dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna

disebut titrasi (Lehninger, 1995).


Reaksi dalam volumetri dibedakan menjadi 3: (1) Reaksi

netralisasi adalah suatu proses terbentuknya garam dari reaksi asam dan

basa. Contoh reaksi: HCl + NaOH  NaCl + H2O. (2) Reaksi

pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks. Reaksi meliputi

pembentukan ion-ion kompleks atau pembentukan molekul netral yang

terdisosiasi dalam larutan (Khoppar, 1990). Contoh reaksi: AgNO3 +

NaCl  AgCl + NaNO3, KCN + AgNO3  K{Ag(CN)2} +

KNO3, K{Ag(CN)2} + AgNO3 Ag{(CN)2} + KNO3. (3) Reaksi oksidasi-

reduksi (redoks). Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung secara serentak,

dimana jumlah elektron yang dilepaskan pada oksidasi harus sama dengan

elektron yang didapatkan pada reduksi, Contoh reaksi: 2FeCl3 +

SnCl2 2FeCl2 + SnCl4. (Surakiti, 1989).

Analisa volumetri dapat dibedakan menjadi:

1. Asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri: bila yang diketahui

konsentrasi asamnya. Alkalimetri adalah apabila

konsentrasi basanya diketahui.

2. Oksidimetri dibagi menjadi dua yaitu permanganametri dan

kromatometri. Permanganametri sebagai oksidatornya

adalah KMnO4. Reaksinya: MnO4- + 8H+  Mn2+ + 4H2O.

Kromatometri bila kita mamakai oksidator

K2Cr2O7. Reaksinya: Cr2O72- + 14H+  Cr.

3. Kalorimetri adalah titrasi dengan iodium secara tidak

langsung. Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara


langsung. Reaksinya: I2 + 2S2O32-  2I- +S4O62- I2 + 2e-

 2I- I + e-  I- .

 Sifat Antihistamin

Sifat-sifat yang dimiliki antihistamin antara lain sebagai berikut :

 Umumnya histamin seperti alkaloida mempunyai pH 8-11

 Tidak larut dalam air, larut dalam asam encer dan alkalis

 Identifikasi Antihistamin

Antihistamin dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara :

 Titik leleh, contoh titik leleh dari Difenhidramin berkisar 1660 –

1670

 Reaksi Warna (gunakan asam pekat) :

 Dengan H2SO4 pekat → semua memberikan warna, kecuali antistin

dan chlortrimeton

Beberapa warna yang dihasilkan adalah :

1. Multergan : Rosa

2. Phenergan : Rosa merah

3. Histaphen : Kuning tua

4. Avil : Kuning

5. Neo-antergan: Merah

6. Neo-benodin : Kuning dengan bintik jingga

7. Benadryl : Jingga + coklat + merah

8. Fenatiazin : merah + jingga + hijau


 Dengan HNO3 pekat

Beberapa warna yang dihasilkan :

1. Histaphen : Kuning dengan bintik jingga

2. Antergan : Kuning

3. Neo-benodin : kekuningan

4. Avil : Kuning + gas

Masing-masing zat + H2SO4 pekat/HCl pekat/HNO3 pekat -> berwarna

+ air -> berubah (kemungkinan alkaloid 80%), jika tetap

kemungkinan alkaloid, tapi beberapa alkaloid juga bisa

menyebabkan perubahan warna (tergantung posisi N). Perlu

dilakukan reaksi pendukung lainnya.

 Mandelin

Pereaksi : NH – Vanadat % dalam air + H2SO4 pekat

 Frohde

Pereaksi : Larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat

Beberapa warna yang dihasilkan :

1. Phenergan : Merah violet

2. Neo-antergan : Merah ungu

3. Neo-benodin : Kuning kenari

4. Multergan : Ungu

5. Histaphen : kuning dengan bintik coklat

6. Fenotiazin : Coklat hijau violet

7. Benadryl : Merah jingga


 Marquis

Pereaksi : larutan encer formalin (formalin 0,1% – 1%) + H2SO4 pekat

Beberapa warna yang dihasilkan :

1. Benadryl : ungu

2. Avil : Kekuningan

3. Multergen : Ungu

4. Antistin : lama lama akan berwarna ungu

 FeCl3

 AgNO3

 Reaksi Kristal

Beberapa pereaksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. AuCl3

2. PtCl3

3. Asam Pikrat

4. Asam Pikrolon

5. Garam Reinekat

Proses kerja : zat dilarutkan dalam HCL 0,2 N kemudian

ditambahkan pereaksi → endapan, dipanaskan dalam api kecil

hingga larut, dinginkan→ mengkristal

 Pengecualian untuk pereaksi asam pikrat: pada gelas objek, zat

diberi air kemudian ditetesi asam pikrat, jangan ditambah HCl

(dengan HCl, yang keluar adalah kristal asam pikrat sendiri


 Pengecualian untuk asam pikrolon : Tidak perlu dipanaskan dalam

api kecil

 Mayer (pada plat tetes)

Pereaksi : HgCl2 + lautan KI 5% + H2SO4 pekat

Proses kerja : zat + HCl 0,2 N + pereaksi

Contoh : Benadryl → ungu muda

 Dragendorff

Pereaksi : Larutan bismut nitrat basa dalam air/asam asetat glasial

dengan KI dalam air

Proses kerja : zat + peraksi

 Reaksi Korek Api

Proses kerja ada 2 cara :

 Batang korek api dicelupkan kedalam campuran (zat dalam HCl),

lalu dibasahi dengan HCl pekat, atau

 Batang korek api dibasahi dengan HCl pekat, keringkan lalu

celupkan kedalam campuran (zat dalam HCl) untuk penentuan

amin aromatis primer (berwarna jingga).

Contoh : avil → jingga

Analisa Kualitatif

Uji Analisa Kualitatif Phenargan HCl atau prometazin HC yaitu:

Pemerian :

o tablet couting (biru hijau), tidak berbau, dan rasanya sangat pahit

o kelarutan Þ mudah larut dalam air, spiritus,dan kloroform


Reaksi :

 zat + FeCl3→ rosa jingga

 zat + HNO3p → merah marganta → panaskan di W.B akan

berwarna kuning

 zat + H2SO4p → rosa merah + air → rosa

 zat + KMNO4 + NaOH → hijau coklat kotor

 zat + pereaksi frohde → merah violet· zat + pereaksi nillon → rosa

(kekuningan)

 zat + DAB-HCl → jingga

 zat + H2SO4p + Cr 2O7→ hijau

 zat + pereaksi marquis → merah marganta

 zat berfluroresensi → kuning

Analisa Kuantitatif

Penetapan kadar prometazine dalam sediaan tablet dilakukan dengan

metode spektrofotometri ultraviolet secara multikomponen, Pometazin

Hydroclorine di ukur menggunakan blanko dapar fosfat pH 6,4 pada

panjang gelombang 230 nm dan 266 nm, sehingga didapatkan panjang

gelombang serapan maksimum. Diukur validitasnya berdasarkan

parameter akurasi (metode penambahan baku) dan presisi.

Spektrum peresapan ultra violet larutan 0,0005 % b/v setebal 2cm

pada daerah 220 nm sampai 350 nm menunjukkan maksimum pada 251

nm dan maksimum yang kurang jelas pada lebih kurang 301 nm,resapan

pada 251 nm lebih kurang 0,91.


Pada spectrum peresapan inframerah,menunjukkan maksimum hanya

pada panjang gelombang yang sama dan mempunyai intensitas relative

yang sama seperti promethazine hydroclorida PK.


BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi

efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin

(penghambatan saingan). Prometazin adalah antihistamin generasi pertama

dari golongan fenotiazin. Obat ini mengandung anti-mabuk, anti emetik, dan

efek antikolinergik, serta efek sedatif yang kuat dan di beberapa negara yang

diberikan untuk insomnia ketika benzodiazepin dikontraindikasikan.

Phenergan tablet adalah obat mujarab mengandung prometazin bahan aktif,

yang merupakan jenis obat yang disebut antihistamin penenang. Ia bekerja

dengan mencegah tindakan histamin. Prometazin digunakan untuk mengobati

alergi lokal seperti demam dan ruam jelatang, serta lebih serius reaksi alergi

seperti anafilaksis.

Rumus promethazine hydrochlorine C17 H 20 N 2 S .HCl

3.2 Saran
Dengan mengetahui tentang promethazine baik dari indikasi/kontra
indikasi, efek farmakologis, analisa kualitatif dan kuantitatif,metabolisme
promethazine dalam tubuh diharapkan penulis ataupun pembaca mampu
memahami dan mampu mempelajari serta mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-sehari.
DAFTAR PUSTAKA

Joyce jammes, Colin Baker, dkk. 2006. Prinsip - Prinsip Sains Untuk
Keperawatan ( principles of science for nurses ): Jakarta

Keenan, Charles W, kleinfelter, dkk., 1994. Kimia Untuk Universitas. Erlangga:


Jakarta.

Sumardjo, damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan kuliah mahasiswa


kedokteran dan program strata 1 Fakultas Bioeksata. Semarang. http://wiro-
pharmacy.blogspot.com/search?q=analisis+kualitatif.html. Diakses 30 Maret
2012.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Roman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI.1974.Ekstra Farmakope Indonesia. Jakarta: PT


FARITEX

Digregorio & Ruch, 1980; Moolenaar et al, 1981

Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995)

Schwinghammer et al, 1984

Taylor et al. 1983

Anda mungkin juga menyukai