Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN ASFIKSIA BERAT DI PUSKESMAS

Di suatu daerah terpencil tinggalah sepasang suami istri di sebuah rumah di Kota Makmur.
Sepasang suami istri ini masih berusia 23 tahun. Mereka baru saja di karunia anak
perempuan dan saat ini sang istri sedang mengandung anak pertama mereka. Sepasang suami
istri ini belum mempunyai pengetahuan mengenai persalinan untuk anak pertama mereka.
Suaminya yang bernama Bapak Andi dan istrinya bernama Ibu Susi. Bapak Andi bekerja
sebagai buruh tani sedangkan Ibu Susi bekerja sebagai buruh di pabrik, karena
kesibukkannya mereka tidak begitu mempunyai waktu untuk belajar mengenai persiapan
persalinan yang tepat, perawatan janin ketika dalam kehamilannya dan hal lainnya.

Pada suatu hari istrinya sudah mulai merasakan mulas yang hebat sejak pagi hari. Karena
adat dan budaya di daerah tersebut sangat kuat dan kental, dengan pengaruh dari ibu bapak
Andi, sang suami pun memutuskan untuk memanggil paraji ke rumahnya. Tidak lama
kemudian paraji pun datang ke rumahnya.

Pada pagi hari

Ibu :”aduhhhh sakit pa.. mulesss”

Suami :”kenapa buu??”

Ibu : sambil memegang punggung dan perut “ini pa gakuat sakittt..”

Suami :” bentar ya mah, bapa panggil si mak dulu ya”

Ibu :”cepetan paaaa! aduuhhh”

Tidak lama kemudian suami pun datang besama paraji. Melihat Ibu Susi yang mulas- mulas
dan berteriak kencang, paraji yakin bahwa Ibu Susi sedang mengalami tanda awal persalinan.

Suami : “Ya Allah mak, istri saya kenapa mak??” (tanya sang suami sambil panik)

Paraji :”ohh ieu mah rek ngalahirkeun.. sok neng bade ditingal heula ku emak”
(sambil memeriksa tanda- tanda persalinan).

Setelah melihat dan memeriksa Ibu Susi, Paraji pun menagani kelahiran ibu. Tetapi setelah 2
jam kemudian, bayi tidak juga lahir. Karena paraji merasa tidak sanggup menagani proses
melahirkan, akhirnya paraji memutuskan membawa ibu ke puskesmas.

Di puskesmas

Paraji :”pa satpam ieu tulungannnn..” (sambil membopong? Ibu Susi)

Satpam :”iya bu silahkan sini bu ikut saya.. “ (sambil membantu paraji menolong Ibu
susi yang masih berteriak kesakitan)
Ibu : “aduhhhh sakit pa.. mulesss ini aduhh gakuat pa udah pengen
ngeden..”(teriak Ibu kesakitan)

Satpam membawa ibu ke PONED

Satpam :”siswaaaa.. pasiennnnn” (berteriak dengan nada yang khas)

Mahasiswa :”iya pa..” (sambil mempersiapkan tempat untuk ibu dan segera memanggil
bidan)

Mahasiswa : “Bu ada calon..”(sambil mengetuk pintu)

Bidan :”iya neng sebentar, neng sok siapin alat alatnya. Periksa pembukaan sama
mantau hela engke ibu nyusul”(bidan pun keluar dan bergegas ke ruang vk)

Mahasiswa : “ibu baik buu” (bergegegas ke ruang vk untuk menyiapkan alat-alat)

Di ruang vk

Asisten bidan kemudian melakukan pemeriksaan fisik terfokus. Setelah melakukan


pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pembukaan ibu Susi sudah lengkap, sudah ada tanda-
tanda ibu ingin melahirkan seperti dorongan ingin mengedan, sudah ada tekanan sprinter
anus, perinium menonjol, vulva vagina ibu telah membuka, pecahnya ketuban dan
ketubannya bercampur dengan mekonium (berwarna kehijauan)

Mahasiswa :”bu atur nafasnya bu tarik nafas lalu keluarin. Ibu jangan mengedan bu
tunggu bidannya kesini dulu. Kalau ibu ga ngerasa mules ibu jangan mengedan ya bu kasian
dedenya. Ibu nanti cara mengedannya dagu ibu nempel ke dada, tangan ibu pegang ke paha,
tidak teriak sama ibu mengedannya liat ke dede ya bu”

Ibu :”iya neng, bidannya masih lama neng kesininya? ibu udah ga kuat nyeri pisan
pengen ngeden”

Mahasiswa :”bentar lagi kesini bu, pa kalau ibunya cape kasih minum aja”

Bidan :”gimana neng? Lengkap?” (tanya bidan kepada asisten bidan)

Asisten bidan : “sudah lengkap bu bidan, ketubannya udah pecah bu tapi mekonium bu”
(sambil memperlihatkan cairan ketuban yang berwarna kehijauan)

Bidan :”djj berapa neng?”(tanya bidan kepada mahasiswa, sambil memakai sarung
tangan)

Mahasiswa : “170 bu irregular” (sambil menunjukan angka di doppler)

Karena bayi sudah crowning, bidan melakukan pertolongan persalinan. Ibu tidak bisa
mengedan dengan benar sehingga bidan mengajarkan ibu untuk mengedan.

Bidan :”ibu posisinya sudah enak seperti ini?”


Ibu :”Sudah bu”.

Bidan :” iya bu saya akan segera membantu ibu, pembukaan ibu sudah lengkap. Ibu,
ini kepala bayinya sudah terlihat. Sekarang saat ibu merasa mulas, ibu mengedan ya. Ibu
mengedannya tarik nafas dari hidung, keluarkan dari mulut, matanya melihat ke arah perut
ibu ya ! iya tangan nya ke sini ya bu, iya bu terus bu mengedan yg kuat ya bu. Tarik nafas bu,
iya bagus bu.. terus bu, nah iya terus bu.. “ (sambil mengajarkan cara mengedan yang baik)

Bidan :”Bapak boleh mendampingi ibu dan membantu menyangga punggung ibu
agar ibu merasa nyaman, dan beri minum jika ibu merasa haus!”

Suami :”Siap bu bidan”.

Ibu kemudian mengedan sesuai dengan teknik yang telah bidan ajarkan.

Proses persalinan tidak berjalan dengan lancar, saat kepala bayi lahir terjadi lilitan tali
pusat yang sangat ketat, lalu bidan segera mengendorkan dan melepas lilitan tali pusat dengan
memotong tali pusat bayi. Setelah beberapa menit lahirlah badan bayi.

Ibu Susi dalam keadaan baik, namun saat lahir bayi dalam kondisi tidak menangis dan
bayi terlihat bernafas megap-megap, kulit bayi tampak sianosis (biru) di seluruh tubuhnya,
bahkan pada bibir bayi, bayi tampak pucat, tonus ototnya lemah, dan terjadi penurunan
kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Melihat dari penyebab tersebut seperti saat dilakukan pemeriksaan denyut jantung
bayi kurang dari 100 kali/menit dan air ketuban bercampur mekonium dan tanda gejala bayi
dengan bayinya tidak menangis bayi terlihat bernafas megap-megap,lalu bayi tampak
sianosis(biru), bayi tampak pucat, tidak ada tonus otot, penurunan kesadaran tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan maka bidan mendiagnosa bahwa bayi ibu Susi mengalami
asfiksia berat. Bidan kemudian segera melakukan tindakan resusitasi dibantu dengan
mahasiswa yang bertugas.

Asisten bidan :”bapak karena bayinya tidak langsung menangis kami perlu melakukan
tindakan segera pada bayi bapak, bapak bisa ikut kami kesana pak?” (sambil membawa bayi
ke meja resusitasi)

Suami :”Ya Allah kenapa bayi saya gapapa? siap bu.. tolong bantu bayi saya ya bu..
“(sambil mengikuti bidan ke meja resusitasi)

Bidan :”Tolong nyalakan lampu penghangatnya !”

Mahasiswa :”Siap ibu”

Bidan :”Tolong setelah ini, kamu tangani ibu dan lahirkan plasentanya. Lalu selalu
pantau keadaannya selama kala IV”.

Asisten bidan :”Iya bu.”


Bidan kemudian melakukan langkah awal resusitasi. Namun keadaan bayi masih belum
stabil. Denyut jantung bayi masih dibawah 100, tonus otot masih lemah, dan warna kulit
masih kebiruan. Kemudian bidan melakukan VTP. Namun bayi masih juga belum stabil
keadaannya. Bidan kemudian melakukan VTP dan kompresi dada. Setelah selesai VTP dan
kompresi dada, namun bayi masih belum mencapai keadaan yang di inginkan. Akhirnya
bidan memutuskan untuk merujuk bayi ke PONEK karena bayi masih dalam keadaan asfiksia
berat.

Bidan : “bapak, tadi saya sudah melakukan tindakan segera pada bayi bapak, tapi
bayi ibu dan bapak masih belum menunjukan kondisi yang lebih baik. Pada saat ini bayi
bapak perlu tindakan lanjut dan akan segera dirujuk. Bagaimana pak?” (bidan menerangkan
pada Bapak Andi sambil terus melakukan langkah resusitasi)

Suami : “saya setuju bu, lakukan saja yang terbaik untuk bayi saya bu..”

Bidan : “baiklah kalau bapak setuju dan jika bapak bersedia silahkan tanda tangani
surat persetujuan rujukan ini dan saya akan segera merujuk anak bapak”

Suami : “iya bu saya bersedia, lakukan yang terbaik untuk anak saya bu, selamatkan
anak saya bu “ (sambil menandatangi surat persetujuan rujukan)

Bidan : ”oke neng langsung aja hubungi pak supir neng”

Mahasiswa : “siap bu” (pergi memanggil pak supir)

Bidan : “neng coba hubungi rumah sakitnya dulu neng”

Asisten bidan : “sudah bu, rumah sakit kencana katanya bisa nerima bu”

Di luar

Mahasiswa : “pak, kata bu bidan siap- siap rujuk sekarang pak”

Supir : “oke siap neng”

Mahasiswa masuk kembali ke ruangan

Bidan : ”oke bagus. Pak supir udah siap neng?”

Mahasiswa : “sudah siap bu”

Bidan : “persiapan rujukan nya sudah beres neng?”

Asisten bidan : “sudah siap bu ini”(sambil menunjukan berkas rujukan)

Bidan : “oke ayo kita rujuk” (sambil menggendong bayi)

TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai