Anda di halaman 1dari 21

Lab.

Teknologi Mekanik Turning

LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIK


JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAR PENGESAHAN

Modul Praktikum “PERCOBAAN TURNING” ini telah diperiksa dan


disetujui pada tanggal : 2005

Laborant Asisten I Asisten II

( Rahman Sule ) ( ) ( )
NIP. 131 652 941 STB : STB :

Disetujui oleh,
Koordinator Laboratorium
Teknologi Mekanik

( Ir. A. Yusran Aminy. MT )


NIP. 130 637 599
Lab. Teknologi Mekanik Turning

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Mesin bubut pertama kali ditemuka oleh Hendy Maudillay pada tahun 1800
M di Inggris. Mesin bubut yang diciptakan itu masih sangat sederhana dan tidak
begitu rumit dalam penggunaanya sehingga produk-produk yang dihasilkan juga
sederhana. Seiring dengan perkembangan Zaman maka makin berkembang pula
kebutuhan manusia akan teknologi untuk memudahkan aktifitas manusia. Mesin
bubut sangat bermanfaat bagi manusia karena beberapa perkakas dapat dibuat dengan
menggunakan mesin ini misalnya mur, baut, serta benda-benda berbentuk silindris
lainya.
Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang memproduksi bentuk
silindris. Jenis yang paling tua dan paling umum adalah pembubut yang melepas
bahan dengan memutar benda kerja dengan pemotong mata tunggal. Meskipun mesin
ini terutama digunakan untuk pengerjaan silindris, dapat juga dipakaiuntuk
kepentingan lain. Permukaan rata dapat dicapai dengan menyangga benda kerja pada
muka atau dalam pencekam. Benda kerja yang dipasang dengan cara ini dapat juga
diberi pusat, diboratau diperbesar lubangnya.
Mengingat bahwa kebutuhan manusia akan berbagai produk yang serba
canggih pada masa sekarang semakin meningkat dan timbulnya berbagai persaingan
produksi pada masa ini ikut melatar belakangi diciptakannya beberapa mesin bubut
yang dapat melakukan berbagai macam pengerjaan sesuai dengan bentuk dan
fungsinya masing-masing mulai dari pekerjaan bubut sederhana sampai kepada
pekerjaan bubut yang sangat kompleks yang membutuhkan ketelitian tingkat tinggi.
Karena semakin banyaknya jenis mesin bubut dan proses kerjanya sehingga
membutuhkan keterampilan operator yang tinggi dalam mengoperasikan mesin bubut
saat ini.
Lab. Teknologi Mekanik Turning

I.2. Tujuan Percobaan

1.2.1. Tujuan umum


1. Mengetahui prinsip dasar/ prinsip kerja dari mesin bubut.
2. Mengenal mesin bubut dan fungsi – fungsi dari bagian mesin
bubut.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis pengerjaan yang dapat
dilakukan dengan mesin bubut.
4. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat bantu pada mesin bubut
5. Mengetahui jenis-jenis pahat yang biasa digunakan pada mesin
bubut.

1.2.2. Tujuan khusus


1. Dapat mengoperasikan mesin bubut untuk menghasilkan
suatu produk.
2. Dapat membuat benda kerja sesuai dengan yang
direncanakan.
3. Mampu memfungsikan bagian-bagian mesin dengan baik
dan benar.

I.3. Aplikasi

1.3.1. Bagi praktikan


1. Mahasiswa terampil menggunakan mesin bubut dengan efektif dan
efisien
2. Mahasiswa mampu membedakan jenis – jenis dari mesin bubut
3. Mahasiswa manpu merencanakan, dan menghasilkan suatu produk
dengan menggunakan mesin bubut.
1.3.2. Bagi industri
1. Dibidang industri otomotif, berguna untuk membuat poros transmisi,
baut, mur dan lain-lain
2. Digunakan sebagai mesin pendukung dari mesin lain dalam proses
produksi
Lab. Teknologi Mekanik Turning
Lab. Teknologi Mekanik Turning

BAB II
TEORI DASAR

II.1. Teori Dasar

Mesin ini mempunyai gerak utama berputar dan berfungsi sebagai pengubah
bentuk dan ukuran benda kerja dengan cara menyayat benda tersebut dengan suatu
penyayat. Posisi benda kerja berputar sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam,
bergerak ke kanan, ke kiri searah dengan sumbu mesin menyayat benda kerja.
Mesin bubut mendapatkan dayanya pada kepala tetap melalui sabuk V banyak
dari motor yang dipasang dibawah dari pengendali pada ssisi kepala tetap salah satu
dari 27 kecepatan, yang diatur dalam kemajuan geometris yang logis, dapat diperoleh.
Dilengkapi dengan pencekam dan rem listrik untuk start, menghentikan atau
menyentakkan benda kerja.
Ekor tetap dari pembubut dapat disetel sepanjang bangku untuk menampung
panjang stok yang berbeda. Dilengkapi dengan pusat yang dikeraskan, yang dapat
digerakkan masuk dan keluar oleh penyetel roda dan dengan ulir pengencang di
dasarnya yang digunakan untuk menyetel penyebarisan pusatnya dan pembubutan
tirus. Sekrup pengarah terletak agak dibawah dan sejajar terhadap jalur bangku,
memanjang dari kepala tetap sedemikian rupa sehingga dapat diputar balik dan
dihubungkan atau dilepas dari kereta luncur selama operasi pemotongan. Ulir
pengarah hanya untuk pemotongan ulir saja dan harus dipisahkan kalau tidak dipakai
untuk mempertahankan ketepatannya. Tepat dibawah ulir pengarah terdapat batang
hantaran.
Rakitan kereta luncur mencakup peletakan majemuk, sadel, pahat dan apron.
Karena mendukung dan memandu pahat potong maka harus kaku dan dikonstruksi
dengan ketepatan tinggi. Tersedia dua hantaran tangan untuk memandu pada gerakan
arah menyilang. Engkol tangan yang atas mengendalikan peletakan majemuk, dank
arena peletakannya dilengkapi denga busur derajat penyetel putaran, maka dapat
ditempatkan dalam berbagai kedudukan sudut untuk membuat tirus pendek. Roda
tangan kedua digunakan untuk menggerakkan kereta luncur disepanjang landasan,
biasanya untuk menarik kembali keduduka semula setelah ulir pengarah membawa
sepanjang pemotongan. Bagian dari kereta luncur yang menjulur di depan dari
pembubut disebut apron. Pada permukaan apron dipasangkan berbagai roda dan tuas
kendali.
Lab. Teknologi Mekanik Turning

 JENIS-JENIS MESIN BUBUT


Penggolongan yang sesuai dari mesin ini adalah karena sulit karena terdapat
keaneka ragaman dalam ukuran, desain, metode penggerakan dan kegunaan. Pada
umumnya diberi nama sesuai dengan karakteristik desainya yang mononjol.
Penggolongan mesin bubut:
I. Pembubut kecepatan:
a. Pengerjaan kayu
b. Pemusingan logam
c. Pemolesan
II. Pembubut mesin:
a. Pengerjaan kayu
b. Pemusingan logam
c. Pemolesan
III. Pembubut bangku
IV. Pembubut ruang perkakas
V. Pembubut kegunaan khusus
VI. Pembubut Turet:
a. Horozontal: 1). Jenis Ram
2). Jenis Sadel
b. Vertikal: 1). Satasiun Tunggal
2). Stasiun Jamak
c. Otomatis.
VII. Pembubut Otomatis
VIII. Mesin Ulir Otomatis
a. Spindel Tunggal
b. Spindel Jamak
IX. Fris Pengebor Vertikal.
Penggolongan ini dapat dibagi lagi menurut bentuk khususnya dan penggunaan
dari mesin. Beberapa dari mesin yang disebutkan dapat disesuaikan untuk kendali
numeris menggunakan pita berlubang.
I. Pembubut Kecepatan (Speed lathe)
Pembubut kecepata merupakan pembubut paling sederhana dari segala
pembubut, terdiri dari bangku, kepala tetap, ekor tetap, dan peluncur yang dapat
disetel untuk mendukung pahat. Pembubut kecepatan terutama digunakan untuk
Lab. Teknologi Mekanik Turning

pembubutan kayu, pemberikan pusat pada silinder logam sebelum dikerjakan


lebih lanjut pada pembubutan mesin, dan dalam pemusingan logam.
II. Pembubut Mesin (engine lathe)
Pembubut mesin mendapatkan daya dari mesin. Yang membedakan dari
pembubut kecepatan adanya cirri tambahan untuk mengendalikan kecepatan
spindel dan untuk menyangga dan mengendalikan hantaran dari pahat pemotong
tetap.
III. Pembubut Bangku (Bench Lathe)
Nama pembubut bangku diberikan kepada pembubut kecil yang dipasangkan
pada bangku kerja. Dalam desainnya mempunyai cirri yang sama dengan
pembubut kecepatan atau pembubut mesin dan hanya berbeda dalam ukuran dan
pemasangannya. Disesuaikan untuk benda kerja kecil dan mempunyai kapasitas
putaran maksimim sebesar 250 mm pada plat muka.
IV. Pembubut Ruang Perkakas (Toolroom lathe)
Pembubut ruang perkakas dilengkapi dengan segala perlengkapan yang
diperlukan untuk pekerjaan pembubutan yang teliti. Merupakan kepala beroda gigi
yang digerakkan secara tersendiri dengan kecepatan spindel. Semua pembubut
ruang perkakas dicoba secara berhati-hati untuk ketelitiannya. Sesuai namanya
mesin bubut ini disesuaikan untuk membuat perkakas kecil, alat ukur, cetakan dan
bagian presisi lainnya.
V. Mesin Bubut Turet
Mesin bubut turet memiliki ciri khas khusus yang terutama menyesuaikan
kepada produksi. Karakteristik utama dari mesin ini adalah bahwa pahat untuk
operasi yang berurutan dapat disetel dalam kesiagaan untuk penggunaan dalam
urutan yang sesuai. Meskipun dibutuhkan keterampilan sangat tinggi untuk
mengunci dan mengatur pahat dengan tepat, namun sekali sudah benar maka
hanya sedikit keterampilan untuk mengoperasikannya dan banyak suku cadang
dapat diproduksi sebelum penyetelan diperlukan lagi.
VI. Mesin Bubut Otomatis
Mesin bubut yang perkakasnya secara otomatis dihantarkan kepada benda
kerja dan mundur setelah daurnya diselesaikan dikenal sebagai mesin bubut
otomatis. Mesin ini dilengkapi dengan magasin hantaran sehingga sejumlah suku
cadang dapat dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit pengawasan operator.
VII. Mesin Ulir Otomatis
Lab. Teknologi Mekanik Turning

Ciri utama dari penemuan mesin ini adalah memberikan gerak pengendalian
untuk mesin bubut sedemikian sehingga pahat dapat dihantarkan kepada benda
kerja dengan kecepatan yang diinginkan, dimundurkan, dan diarahkan kepada
kedudukan berikutnya. Ini semua dipenuhi oleh sebuah nok silindris atau drum
yang terletak dibawah turet.
VIII. Fris Pengebor Vertikal
Fris pengebor vertikal mendapatkan namanya karena benda kerja berputar
pada meja horizontal yang modelnya mirip dengan fris pembuat tembikar lama.
Pahat pemotongnya adalah8stasioner, kecuali untuk gerakan hantaran dan
terpasang pada rel menyilang yang ketinggiannya dapat disetel. Fris pengebor
vertikal mampu untuk memegang suku cadang besar dan berat karena benda kerja
dapat diletakkan dimeja dengan kran dan tidak banyak memerlukan pembautan
kebawah untuk memegang di tempat. Pekerjaan yang teliti dapat dilakukan pada
mesin ini karena kekakuan yang sangat tinggi, dan kesederhanaan desainnya.

 BAGIAN-BAGIAN UTAMA MESIN BUBUT


Bagian-bagian utama dari mesin bubut adalah alas mesin, kepala tetap, kepala
lepas, eretan dan mekanik percepatan.
1. Alas Mesin
Yang dimaksud alas mesin adalahkerangka utama mesin bubut, yang diatas
kerangka tersebut eretan serta kepala lepas bertumpu serta bergerak, adapun alur
alas mesin(bed) berbentuk V ; datar atau rata.
2. Kepala Tetap
Di dalam kepala tetap, spindle utama terpasang pada bantalan, fungsinya
untuk memindahkan putaran ke benda kerja, spindle harus terpasang kuat dan
terbuat dari baja yang kuat, pada umumnya bagian dalam spindel dibuat
berlubang.
3. Kepala Lepas
Kepala lepas dipakai sebagai penyangga benda kerja yang panjang,
mengebor dan meluasklan lubang (reamer), kepala lepas dilengkapi dengan
kerucut morse, gunanya untuk memasang alat-alat yang akan dipasang pada
kepala lepas seperti: bor, reamer, senter jalan dan lain-lain. Kepala lepas dapat
diangkat dari alas mesin (bed) dan dapat dipasang terkunci dengan baut pengikat,
roda pada kepala lepas dapat dipakai untuk menggerakkan konis, dengan konis
Lab. Teknologi Mekanik Turning

itu selubung (sleeve) dapat terkunci, ada kepala lepas yang selubungnya
digerakkan dengan hidrolik atau kompresor udara, untuk ini tekanan pada benda
kerja dapat sama rata.
4. Eretan
Eretan terdiri dari: sadel/pelana, eretan melintang, eretan kombinasi,
pemegang pahat, kotak apron. Eretan adalah penopang utama dan pembawa pahat
bubut, yang dapat disetel, eretan ini terdiri dari: sadel, eretan melintang, eretan
atas dengan penjepit pahat dan apron (kotak mekanik pengatur).
5. Mekanik percepatan
Poros pembuat ulir (leadscrew) hanya dipakai untuk membuat ulir, dari
kepala tetap, leadscrew ini digerakkan melalui peti roda gigi (gear box) apabila
mur setengah (half nut) yang mencekam poros itu dihubungkan oleh tuas
penghubung maka poros berulir menggerakkan eretan dengan arah memanjang.
Mekanis pengunci digunakan bila bila mur setengah (half nut) dihubungkan
dengan poros percepatan (feed shaft) memanjang atau melintang secara tidak
tepat, berakibat rusaknya mekanisme, rusaknya mekanisme dapat dicegah dengan
memasang alat pengaman.
Lab. Teknologi Mekanik Turning

II.2. Rumus-Rumus Yang Digunakan

1. Kecepatan potong (Vc)


Vc = 2. . n . r ( mm/menit)
Dimana : n = putaran spindel (rpm)
r = jari-jari rata-rata (mm)
r r
= 1 2
2
2. Kecepatan pemakanan (Vf)
Vf = f x n (mm/menit)
Dimana: f = pemakanan kasar/halus (mm/put)

3. Kedalaman potong (a)


D  D2
a = 1 (mm)
2

4. Lebar geram yang terbuang pada saat pemotongan (b)


a
b = sin k = (mm)
r

Dimana: Sin kr = sudut pemotongan utama


= 900

5. Tebal geram yang terbuang pada saat pemotongan (h)


h = f x sin kr (mm)
Dimana : untuk pemakanan kasar f = f1
untuk pemakanan halus f = f2

6. Volume geram yang terbuang pada saat pemotongan (Vg)


Vg = . Lc . (r12 – r22) (mm3)

7. Kapasitas geram yang terbuang pada saat pemotongan (Q)


Q = A x Vc (mm3/menit)
Dimana : A = luas penampang
= a x b (mm2)

8. Gaya potong utama (Fc)


Fc = A x Fs (kN)
Dimana Fs = tekanan pemotongan spesifik = 2,9 kN/mm2

9. Daya potong utama (Nc)


F . Vc
Nc = c ( kW )
60000
10. Daya pemakanan (Nf)
Ff . V f
Nf = (kW )
60000
Dimana : Ff = 40 – 70 (kN)
Lab. Teknologi Mekanik Turning

11. Waktu pemotongan (Tc)


Lc
Tc = (menit/mm)
Vc.h1

12. Waktu pemakanan (Tf)


Lf
Tf = (menit/mm)
Vf
1
Dimana : Lf = D1 + 2
2

Rumus – rumus pembuatan ulir :

1. Kedalaman ulir (h)

1. 3.P
h=
2
Dimana : P = Jarak antara ulir (picth)

2. Kedalaman sis terpakai (h1)


h = 0,6495 * P (mm)

3. Diameter kedalaman (D1)

D1 = D – 2 x h (mm)
Dimana : D = Diameter bagian yang diulir

4. Diameter sisi (D2)

D2 = D – h (mm)

5. Kapasitas geram yang terbuang (Vg)

 .L( D22  D12 )


Vg = (mm)
8

BAB III
Lab. Teknologi Mekanik Turning

PRAKTIKUM DAN PERMESINAN

III.1. Peralatan Yang Digunakan

III.2. Bahan Yang Digunakan

III.3. Metode Praktikum


Lab. Teknologi Mekanik Turning

BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

IV.1. Analisa Data


Gambar proses pengerjaan :
Lab. Teknologi Mekanik Turning

IV.2. Perhitungan
Sebagai contoh perhitungan diambil data sebagai berikut :
Diameter awal (D1) =
Diameter pengerjaan (D2) =
Panjang pengerjaan (Lc) =
Putaran spindel (n) =
Pemakanan kasar (f1) =
Pemakanan halus (f2) =

1. Kecepatan potong (Vc)


Vc = 2. . n . r ( mm/menit)

2. Kecepatan pemakanan (Vf)


Vf = f * n (mm/menit)
Dimana: f = pemakanan kasar/halus
a. Kecepatan pemakanan kasar
Vf1 = f1 * n

b. Kecepatan pemakanan halus


Vf2 = f2 * n

3. Kedalaman potong (a)


D1  D 2
a = (mm)
2

4. Lebar geram yang terbuang pada saat pemotongan (b)


a
b = sin k = (mm)
r

Dimana: Sin kr = sudut pemotongan utama


= 900
Lab. Teknologi Mekanik Turning

5. Tebal geram yang terbuang pada saat pemotongan (h)


h = f * sin kr (mm)
a. Tebal geram yang terbuang saat pemotongan kasar (h1)
h1 = f1 * sin kr (mm)

b. Tebal geram yang terbuang saat pemotongan halus (h2)


h2 = f2 * sin kr (mm)

6. Volume geram yang terbuang pada saat pemotongan (Vg)


Vg = . Lc . (r12 – r22) (mm3)

7. Kapasitas geram yang terbuang pada saat pemotongan (Q)


Q = A * Vc (mm3/menit)
a. Kapasitas geram yang terbuang saat pemotongan kasar (Q1)
Q1 = A * Vc
= a * h1 * Vc

b. Kapasitas geram yang terbuang saat pemotongan halus (Q2)


Q2 = A * Vc
= a * h2 * Vc

8. Gaya potong utama (Fc)


Fc = A * Fs (kN)
a. Gaya potong utama pada saat pemotongan kasar (Fc1)
Fc1 = A * Fs
= a * h1 * F s
Lab. Teknologi Mekanik Turning

b. Gaya potong utama pada saat pemotongan halus (Fc2)


Fc2 = A * Fs
= a * h2 * F s

9. Daya potong utama (Nc)


F . Vc
Nc = c ( kW )
60000
a. Daya potong utama saat pemotongan kasar (Nc1)
F .V
Nc1 = c1 c ( kW )
60000

b. Daya potong utama saat pemotongan halus (Nc2)


F . Vc
Nc2 = c 2 ( kW )
60000

10. Daya pemakanan (Nf)


Ff . V f
Nf = ( kW )
60000
a. Daya potong saat pemotongan kasar (Nf1)
Ff . V f 1
Nf 1 = ( kW )
60000

b. Daya potong saat pemotongan halus (Nf2)


Ff . V f 2
Nf 2 = (kW )
60000

11. Waktu pemotongan (Tc)


Lab. Teknologi Mekanik Turning

Lc
Tc = (menit/mm)
Vc.h
a. Waktu pemotongan kasar (Tc1)

Lc
Tc1 = (menit/mm)
Vc.h1

b. Waktu pemotongan halus (Tc2)

Lc
Tc2 = (menit/mm)
Vc.h 2

12. Waktu pemakanan (Tf)


Lf
Tf = (menit/mm)
Vf
1
Dimana : Lf = D1 + 2
2

a. Waktu pemakanan kasar (Tf1)


Lf
Tf1 = (menit/mm)
Vf1

b. Waktu pemakanan halus (Tf2)


Lf
Tf2 = (menit/mm)
Vf 2
Lab. Teknologi Mekanik Turning

Contoh perhitungan untuk pembuatan ulir :


Nilai kisar/picth = mm

1. Kedalaman ulir (h)


1. 3.P
h=
2

2. Kedalaman sis terpakai (h1)


h = 0,6495 * P (mm)

3. Diameter kedalaman (D1)


D1 = D – 2 * h (mm)

4. Diameter sisi (D2)


D2 = D – h (mm)

5. Kapasitas geram yang terbuang (Vg)


 .L( D22  D12 )
Vg = (mm)
8
Lab. Teknologi Mekanik Turning

BAB V
PEMBAHASAN

V.1. Pembahasan Umum


Lab. Teknologi Mekanik Turning

V.2. Pembahasan Khusus


Lab. Teknologi Mekanik Turning

BAB VI
PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

VI.2. Saran - Saran

Anda mungkin juga menyukai