Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PRAKTIKUM

COMPONDING DAN DISPENSING

KELOMPOK 2 :

ANDRI ARFALDI ( 1820353970 )

BRENDA FELISITAS LENGKOAN ( 1820353971 )

DOSEN PENGAMPU :

Dra. SUHARTINAH, M.Sc., Apt

GANET EKO PRAMUKANTORO, M.Si., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan kejadian fisiologis dan harus disadari semua wanita


hamil. Selama masa kehamilan, tubuh seorang wanita akan mengalami banyak
perubahan. Baik perubahan fisik, mood, maupun hormonal. Tentu semua dapat
menyebabkan timbulnya bermacam-macam keluhan dan masalah pada kehamilan
trimester ketiga salah satunya adalah konstipasi .Konstipasi atau sembelit adalah
suatu keadaan dimana sekresi dari sisa metabolisme nutrisi tubuh dalam bentuk
feces menjadi keras dan menimbulkan kesulitan saat defekasi.

Trottier tahun 2012 menyebutkan bahwa angka kejadian sembelit pada ibu
hamil berkisar antara 11% sampai 38%, yang diakibatkan karena penurunan dari
peristaltic usus akibat dari peningkatan hormon progesteron. Konstipasi adalah
suatu kondisi ketika individu mengalami perubahan pola defekasi normal yang
ditandai dengan menurunnya frekuensi buang air besar atau pengeluaran feses
yang keras dan kering. Konstipasi adalah penurunan frekuensi buang air besar
yang disertai dengan perubahan karakteristik feses yang menjadi keras sehingga
sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang
hebat pada penderitanya. Konstipasi terjadi pada 10-40% wanita. Konstipasi
sering terjadi dan disebabkan oleh penurunan motilitas usus sehingga memerlukan
waktu yang lama untuk menyerap cairan. Demikian usus dapat saling berdesakan
akibat tekanan dari uterus yang membesar. Prevalensi konstipasi pada kehamilan
berkisar antara 11% sampai 44%.

Dari 103 wanita hamil mulai dari kehamilan trimester pertama mengalami
konstipasi. Timnya dari Bradley menemukan 24% wanita hamil trimester pertama
menderita konstipasi, 26% mengalami konstipasi selama trimester kedua dan 24%
mengalami konstipasi selama trimester ketiga, serta kejadiannya meningkat 4 kali
pada ibu dengan riwayat konstipasi Susah buang air besar sering dialami oleh ibu
hamil. Perubahan hormon akibat kehamilan atau pola hidup dapat memicu
timbulnya gangguan ini. Awalnya sembelit hanya menyebabkan ketidaknyamanan
selama buang air besar dan perut menjadi sakit atau kembung. Tetapi jika ini
berlangsung lama akan mengganggu metabolisme tubuh dan menimbulkan
gangguan tubuh yang lainya. Jika konstipasi dibiarkan berlangsung terus menerus
dapat menyebabkan timbulnya wasir, akibat terjadinya sembelit, ibu hamil akan
menjadi terlalu sering mengejan ketika buang air besar, otot-otot pada pembuluh
darah di anus melemah, akibat keduanya dapat mempertinggi kemungkinan
terjadinya wasir pada ibu hamil. Oleh karena itu, sembelit pada ibu hamil harus
segera diatasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konstipasi

Konstipasi atau lebih dikenal dengan sembelit merupakan gangguan


pencernaan yang sangat umum dialami oleh wanita yang tengah mengandung. Hal
ini disebabkan oleh hormon progesteron yang menjadi salah satu hormon
kehamilan yang membuat otot usus menjadi lebih rileks sehingga gerakannya pun
menjadi lebih lambat.

Diperkirakan 11-38% wanita hamil pernah mengalami konstipasi. Keluhan


yang paling umum adalah mengedan terlalu kuat, feses yang keras dan rasa
pengeluaran feses yang tidak komplit. Resiko konstipasi pada wanita hamil
semakin besar jika sudah mempunyai riwayat konstipasi sebelumnya dan riwayat
konsumsi suplemen besi. Prevalensi konstipasi hampir sama antara trimester
pertama, kedua dan ketiga selama kehamilan.

Sama dengan gangguan lain pada ibu hamil, konstipasi pada ibu hamil pun
harus diwaspadai. Hal ini demi menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya. Gangguan konstipasi yang dialami oleh ibu hamil bahkan bisa
menjadi parah jika ibu hamil itu sendiri memiliki kecenderungan susah untuk
buang air besar, ketika mengalami morning sickness sehingga dengan begitu ia
tidak bisa makan dengan normal yang mana pada akhirnya akan mengganggu
perkembangan serta kesehatan janin yang ada di dalam kandungannya.

2.1 Gejala konstipasi pada ibu hamil

Gejala konstipasi pada ibu hamil pada umumnya sama dengan gejala
konstipasi pada orang normal. Berikut ini gejala konstipasi pada ibu hamil.

 Mengedan kuat pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi


 Konsistensi feses keras pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi
 Rasa pengeluaran feses yang tidak komplit > 1 kali dalam 4 kali defekasi
 Diperlukan tindakan manual > 1 kali dalam 4 kali defekasi (misalnya
menggunakan jari, menyokong rongga pelvis)
 Tidak disertai feses cair
 Timbul rasa sakit dibagian bawah perut
 Perut terasa kembung dan penuh
 Jeda buang air besar antara 1-2 hari
 Terkadang menyebabkan pendarahan
2.2 Penyebab konstipasi

1. Meningkatnya hormon progesteron.


Hormon progesteron berperan dalam proses relaksasi pada kerja otot
halus. Peningkatan hormon itu, mengakibatkan gerakan atau mobilitas
organ pencernaan menjadi relaks atau lambat. Akibatnya, proses
pengosongan lambung jadi lebih lama dan waktu transit makanan di
lambung meningkat. Selain itu, gerakan peristaltik usus (pijatan di usus,
salah satu aktivitas mencerna makanan) juga melambat sehingga daya
dorong dan kontraksi usus terhadap sisa-sisa makanan melemah. Alhasil,
sisa makanan menumpuk lebih lama di usus dan sulit dikeluarkan.
Disamping itu selama kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di
usus meningkat sehingga isi usus cenderung kering dan keras yang
memudahkan terjadinya konstipasi.
2. Perut Semakin Besar dan Penekanan rektum.
Semakin besarnya perut, juga berdampak lanjutan, yaitu rektum (bagian
terbawah usus besar) tertekan. Penekanan tersebut membuat jalannya feses
menjadi tidak lancar, sehingga konstipasi terjadi. Semakin besar
kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin
mudah terjadinya konstipasi.

3. Perubahan Pola Makan dan Kurang Serat


Perubahan pola pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya
konstipasi. Gejala mual muntah pada trimester pertama disertai asupan
makanan khususnya minuman yang berkurang akan mempengaruhi proses
defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil cenderung
mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa
susu dan daging / ikan tanpa disertai cukup makanan yang kaya serat akan
memperbesar resiko terjadinya konstipasi.

4. Mengonsumsi zat besi.


Pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan merupakan
faktor resiko terjadinya konstipasi.

5. Tidak olahraga
Olahraga membuat tubuh sehat dan melancarkan proses metabolisme di
dalam tubuh. Berolahraga secara rutin, misalnya, jalan kaki atau berenang,
akan merangsang otot-otot perut dan usus, salah satunya, memicu gerakan
peristaltik usus, sehingga mencegah konstipasi

6. Stress
Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko
terjadinya konstipasi.
2.3 Pengobatan Farmakologi

Obat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi adalah obat yang


termasuk dalam golongan obat pencahar atau disebut laxatives. Obat pencahar
dikelompokkan menjadi 5 berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

1. Bulking agents

Obat yang termasuk kelompok bulking agentmemiliki cara kerja


meningkatkan kandungan air dari tinja, dan merangsang pergerakan
saluran cerna, serta menurunkan lama makanan diam di saluran cerna.
Obat kelompok ini dapat dipilih paling pertama untuk mengatasi
konstipasi karena aman, efektif, dan tidak mempengaruhi perkembangan
janin. Contoh obat bulking agentadalah psyllium dengan dosis sebanyak
6,4 – 10 gram/hari, metilselulosa sebanyak 4,8 – 9,6 gram/hari dan
polycarbophil sebanyak 2 – 8 gram/hari.

Hal yang perlu perhatian:

 Tidak cocok digunakan untuk mengatasi konstipasi secara cepat karena


perlu waktu 2-3 hari (48-72 jam) untuk bekerja
 Jangan digunakan jika konstipasi yang dialami terjadi disebabkan oleh
obat golongan opioid.
 Tingkatkan konsumsi air putih/ cairan selama penggunaan obat ini
 Sebaiknya obat tidak diminum segera sebelum tidur karena dapat
mengganggu waktu tidur Anda.
 Penggunaan obat polycarbophil umumnya dapat mengakibatkan perut
kembung dan pembentukan gas karena zat ini tidak dimetabolisme
oleh bakteri saluran pencernaan.

2. Pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives)

Kelompok pencahar osmotik merupakan obat pilihan kedua,


jika bulking agent tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan. Cara
kerja obat ini adalah meningkatkan tekanan osmosis saluran cerna
sehingga dapat meningkatkan kandungan air tinja. Contoh obat dan jumlah
yang digunakan per hari: Laktulosa 15-30 mL/hari, sorbitol 15-30
mL/hari, PEG (polyethylene glycol) 17-34 mL/hari

Hal yang perlu perhatian: Pastikan untuk mengonsumsi makanan berserat


dan cairan yang cukup

3. Pelunak tinja (stool softeners)

Cara kerja obat kelompok pelunak tinja adalah menurunkan


tegangan permukaan sehingga dapat membantu masuknya air ke dalam
tinja dan melunakkan tinja. Contoh obat dan jumlah yang diperlukan
dalam sehari: sodium docusate 50-500 mg/hari setiap 1-4 kali sehari atau
menggunakan bentuk gel enema sebanyak 0,12 gram yang dimasukkan
melalui lubang anus.

Hal yang perlu perhatian :

 Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup


 Obat akan bekerja secara optimal setelah 24-72 jam (1-3 hari)

4. Pencahar perangsang (stimulant laxatives)

Pencahar kelompok stimulant bekerja dengan cara meningkatkan


gerakan otot saluran cerna sehingga tinja akan terdorong untuk
dikeluarkan. Contoh obat kelompok ini adalah senna, dan bisacodyl.
Sumber lain juga menyebutkan bahwa bisacodyl dapat meningkatkan
rangsang otot uterus sehingga menimbulkan kontraksi uterus, oleh karena
itu penggunaan bisacodyl sebaiknya dihindarkan.
Hal yang perlu perhatian:

 Obat kelompok ini hanya digunakan jika pilihan obat kelompok 1-3
tidak dapat mengatasi konstipasi
 Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup
 Obat ini sebaiknya diminum saat malam hari
 Jangan menggunakan minyak jarak (castor oil) selama kehamilan
karena dapat memicu kelahiran prematur.

5. Pencahar minyak mineral (lubricant laxatives)

Cara kerja obat kelompok pencahar minyak mineral adalah dengan


melapisi tinja sehingga lebih lunak dan lebih mudah untuk dikeluarkan
karena bagian luar dari tinja terlapisi oleh lapisan pelumas berupa minyak
mineral. Contoh obatnya adalah minyak mineral dan paraffin, tetapi obat
kelompok ini umumnya tidak digunakan selama kehamilan karena dapat
mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi terutama vitamin yang larut
dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Gangguan pada penyerapan
vitamin K dapat memicu terjadinya kekurangan protrombin darah
(hypoprotrombinemia) dan perdarahan (hemorrhage).

2.4 Pengobatan Non Farmakologi

Pengaturan pola makan dan aktivitas selama kehamilan adalah terapi


pertama yang dapat dilakukan oleh ibu hamil ketika mengalami konstipasi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :

1. Meningkatkan asupan serat


Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni
sekitar 25-30 gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat
tidak larut. Serat larut akan mengalami fermentasi di usus besar dan
memperlambat pengosongan lambung, menahan air dan membentuk gel.
Contohnya apel, jeruk, pepaya dan strawberi. Serat tidak larut sukar
difermentasi, memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar
massa tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada sereal, sayur-sayuran
(kangkung, bayam, daun sungkong), kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Hindari konsumsi serat yang berlebihan secara bersamaan dalam waktu
cepat karena akan menimbulkan kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di
perut.
2. Meminum jus buah dan sayuran sebagai alternatif untuk ibu hamil yang
kesulitan mengkonsumsi buah dan sayur secara rutin.
3. Asupan cairan yang cukup. Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300
ml lebih banyak dari rata-rata 2 L cairan yang dikonsumsi orang normal.
Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi segelas air
untuk merangsang defekasi
4. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi makanlah dengan porsi kecil
dan sering.
5. Gangan psikis seperti stres dan cemas.
6. Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar
resiko konstipasi.
7. Pemberian probiotik pada wanita hamil juga dianjurkan karena dapat
memperbaiki keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi
pencernaan.
8. Sebaiknya hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi
9. Aktifitas fisik rutin dapat merangsang peristaltik usus untuk bekerja
normal sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan
membantu pengeluaran tinja. Olahraga disesuaikan dengan kondisi serta
kemampuan fisik selama kehamilan. Jika usia kehamilan bertambah,
disarankan untuk mengurangi aktifitas rutin dan olahraga yang dilakukan.
Olahraga yang dapat dilakukan berupa gerak lambat dan jarak pendek
misalnya yoga; berjalan kaki sekitar 15-30 menit setiap harinya. Bila
sudah melewati minggu ke-20 kehamilan atau sekitar bulan ke-5 dapat
dimulai olahraga berupa senam hamil

2.5 Bentuk-bentuk Obat Pencahar

1. Bentuk Tablet

Tablet digunakan dengan cara diminum setelah makan dengan


segelas air putih. Obat memerlukan waktu lama untuk menimbulkan
rangsangan BAB dan mengatasi konstipasi. Kelebihannya: cara penggunaan
mudah dan sederhana, kemasan mudah dibawa dan disimpan.

2. Bentuk Enema dan Supositoria

Enema dan supositoria digunakan dengan cara memasukkan obat ke


lubang anus. Enema adalah obat yang berbentuk cairan, sedangkan
supositoria adalah obat yang berbentuk padat tetapi dapat meleleh setelah
dimasukkan ke dalam anus. Penggunaan obat bentuk ini memerlukan
pemahaman, dapat mengakibatkan terjadi iritasi di sekitar anus, dan
cenderung tidak nyaman dalam penggunaannya. Kelebihan obat bentuk
enema dan supositoria adalah secara umum memerlukan waktu singkat
untuk menimbulkan rangsang BAB dan sebaiknya digunakan apabila
penggunaan obat tablet tidak mampu mengatasi konstipasi

Hal Lain Yang Perlu Perhatian Dalam Penggunaan Obat Pencahar

Pencahar yang dapat digunakan selama masa kehamilan harus efektif,


tidak menimbulkan efek teratogenik (kecacatan pada janin) yang dapat diketahui
berdasarkan kategori kehamilan suatu obat, tidak diekskresikan melalui susu dan
dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Kategori kehamilan obat yang baik
adalah A dan B, Jika kategori obat adalah C, maka obat tetap dapat digunakan
selama kehamilan, namun sangat perlu diperhatikan risiko efek lain yang dapat
terjadi. Obat dengan kategori C umumnya digunakan apabila keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan obat lebih besar dibandingkan efek merugikan yang
akan ditimbulkan. Hentikan penggunaan obat jika frekuensi BAB telah kembali
normal, karena penggunaan pencahar berkepanjangan dapat
memperlambat gerakan saluran cerna dan mengakibatkan kerja saluran cerna
tergantung dengan adanya obat.
Kasus Swamedikasi II

Ibu Santi 35 tahun ingin memeriksakan kehamilannya karena ibu sulit bung air
besar sejak 3 hari lalu. BAB yang akan di keluarkan terasa keras dan sulit
dikeluarkan sehingga ibu merasakan ketidaknyamanan pada kehamilan.
Analisa kasus : Konstipasi pada ibu hamil
Pemilihan obat : Mikrolax, alasan pemilihan : 1. Menurut farmakope pengobatan
untuk konstipasi pada 1-3 hari menggunakan obat yang termasuk di komposisi
mikrolax, diantarnya : lactose, PEG, Sorbitol, dll. 2. Mikrolax aman untuk ibu
hamil tanpa peringatan.

Dialog percakapan
Apoteker : Andri
Pasien : Brenda (Ibu Santi)

Pasien : Siang mas


Apoteker : Ya, siang bu (sambil berdiri dari tempat duduk). Saya andri
apoteker di apotek ini ada yang bisa saya bantu?
Pasien : Iya mas, saya mau beli obat. Udah 3 hari susah BAB
Apoteker : Oh…. obatnya untuk siapa bu ?
Pasien : Untuk saya sendiri bu santi.
Apoteker : Ibu santi usianya berapa kalau boleh tau ?
Pasien : 35 tahun mas
Apoteker : Selain susah bab, apa lagi gejala yang rasakan?
Pasien : Ga ada sih mas, tapi saya kurang merasa nyaman aja. Soalya saya
sedang hamil juga.
Apoteker : Sebelumnya ibu ada penyakit lain? Atau alergi ?
Pasien : Seingat saya ga ada mas
Apoteker : Kalau pengobatan yang sudah di terima?
Pasien : Ga ada juga mas, kamaren saya banyak makan sayur sama buah
aja disuruh sama mertua saya.
Apoteker : Oh gitu, ini ada beberapa pilihan obat untuk susah BAB bu…
Pasien : Bingung saya pilih yang mana mas, boleh pilihkan saja
Apoteker : Ini ada obat mikrolax gel untuk susah bab dan aman untuk ibu
hamil, ini harganya 20.000 bu
Pasie : Ya udah saya ambil ini aja.
Apoteker : Ini penggunaan nya di masukkan ke dalam dubur yah bu, Caranya
, pertama ibu cuci tangan dulu, kemudian putar dan tarik penutup
corong dari tube Microlax, keluarkan sedikit isinya dan oleskan
keseluruh bagian tube ini biar ga sakit saat dimasukkan kedalam
dubur. Nah, untuk posisi ibu sendiri, ibu baring miring saja, lalu
angkat kaki satu, kalau susah dilakukan sendiri, minta bantuan
suami saja. lalu masukkan tubenya ke lubang dubur dan tekan
sampai isinya keluar semua, setelah beberapa menit ditahan baru
tarik keluar tubenya.
Pasien : Oh gitu, baik mas
Apoteker : Ini cukup dipakai 1 kali saja bu pada pagi hari, biar tidurnya tidak
terganggu. Kemudian banyak minum air putih setelah
menggunakan obat ini. Jika 3 hari setelah penggunaan masih susah
bab, ibu bisa langsung ke dokter untuk pemeriksaan lanjut.
Pasien : Baik mas. Terima kasih
Apoteker : Ya bu sama-sama. Ini ada brosur cara penggunaan obatnya. Kalau
ibu lupa bisa lihat brosurnya atau bisa langsung telpon ke apotek
kami. Semoga lekas sembuh bu dan kehamilannya baik-baik saja
sampai melahirkan, amin…
Pasien : Amin… makasih mas. Selamat siang mas
Apoteker : Siang bu.

Anda mungkin juga menyukai