Anda di halaman 1dari 23

KONSEP TEORI OSTEOARTHRITIS

1. Pengertian

Osteoartritis yg dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif / osteoartrosis

(sekalipun terdapat inflamasi) mewujudkan/adalah kelainan sendi yg amat

kerap kali diketemukan & kerapkali memunculkan ketidakmampuan

(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)


Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995)

osteoartritis mewujudkan/adalah kelainan sendi non inflamasi yg mengenai

sendi yg bisa digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dgn gambaran

patologis yg karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta

terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial & tepi-tepi tulang yg

membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,

metabolisme, fisiologis & patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan,

jaringan subkondrial & jaringan tulang yg membentuk persendian (R. Boedhi

Darmojo & Martono Hadi ,1999)


Osteoarthritis dijuluki jg penyakit sendi degeneratif, mewujudkan/adalah

gangguan sendi tersering. Kelainan ini kerap kali, jika tak bisa dikatakan pasti

menjadi bagian dari proses penuaan & mewujudkan/adalah penyebab penting

cacat fisik pada manusia berusia diatas 65 tahun. Osteoartritis (OA) yg dlm

bahasa awam masyarakat kita kerap kali dinamakan pekapuran sendi, ialah

proses degenerasi / penuaan sendi (Ahmad Aby, 2014)


Osteoarthritis ialah penyakit tulang degeneratif yg ditandai karena

pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tiada adanya kartilago sebagai


penyangga, kian tulang dibawahnya mau mengalami iritasi, yg menyebabkan

degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009)


Osteoartritis (OA) berarti pembengkakan/radang sendi, walaupun lebih

dikenali sebagai penyakit degeneratif yg karena dikarenakan karena

peradangan sendi dgn penipisan tulang rawan yg berkaitan. Tulang rawan pada

persendian kita memungkinkan pergerakan sendi yg mulus. Ketika tulang

rawan ini rusak karena cedera, infeksi, / efek penuaan, pergerakan sendi

menjadi terganggu. Hasilnya, jaringan di dlm sendi mengalami iritasi serta

menyebabkan rasa nyeri & pembengkakan. Osteoarthritis (OA) / penyakit

degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yg

berkembang lambat yg tak diketahui penyebabnya, walaupun terdapat beberapa

factor resiko yg berperan. Keadann ini berkaitan dgn usia lanjut, terutama pada

sendi-sendi tangan & sendi besar yg mananggung beban & secara klinis

ditandai karena nyeri, deformitas, pembesaran sendi & hambatan gerak

(Stanley,2006).

2. Anatomi
a. Pengertian

Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) Hip joint adalah sambungan tulang

yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada

manusia terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: femur, femoral head, dan

rounded socked.
Sumber : Ahmad Aby (2014)

Di dalam hip joint yang normal terdapat suatu jaringan lembut dan tipis yang

disebut dengan selaput synovial. Selaput ini membuat cairan yang melumasi dan

hampir menghilangkan efek gesekan di dalam hip joint. Permukaan tulang juga

mempunyai suatu lapisan tulang rawan (articular cartilage) yang merupakan

bantalan lembut dan memungkinkan tulang untuk bergerak bebas dengan mudah.

Lapisan ini mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi gesekan di

dalam hip joint. Akibat gesekan dan gerak yang hampir terjadi setiap hari, maka

articular cartilage akan semakin melemah dan bisa menyebabkan arthritis seperti

ditunjukkan pada gambar 2.2. Selain menimbulkan rasa sakit, juga menyebabkan

gerakan hip joint menjadi tidak lancar, kadang-kadang berbunyi, dan bahkan dapat
menimbulkan pergeseran dari posisi normalnya. Selanjutnya, hip joint perlu

diganti dengan tulang pinggul buatan (artificial hip joint).

Sumber : Ahmad Aby (2014)

b. Gambaran umum tentang HIP Replacement

Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) Gambar-gambar di bawah

menunjukkan gambaran tentang hip joint yang normal serta indikasi terjadinya

radang sendi dan tahapan-tahapan proses hip replacement adalah


Sumber : Ahmad Aby (2014)

Pada gambar 2.3 menunjukkan anatomi hip joint yang normal. Femoral

head masih memiliki articular cartilage yang baik, dimana masih mampu

mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi efek gesekan pada

sambungan sendi.

Sumber : Ahmad Aby (2014)

Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa articular cartilage pada femoral head

telah berkurang, hal inilah yang menyebabkan terjadinya radang sendi. Gambar

2.5 dan 2.6 adalah gambaran tentang penggantian sambungan tulang pinggul

dengan sambungan tulang pinggul tiruan (hip joint prosthesis). Gambar 2.5
menunjukkan pemotongan tulang femur, yang kemudian diganti dengan hip

joint prosthesis dengan cara menanam stem pada tulang femur dan cup pada

acetabulum.

Sumber : Ahmad Aby (2014)

Gambar 2.6 menunjukkan perbandingan antara hip joint yang belum

dilakukan penggantian sambungan tulang dan setelah dilakukan penggantian

tulang.
Sumber : Ahmad Aby (2014)

3. Etiologi

Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) penyebab dari osteoartritis hingga

saat ini masih belum terungkap, tapi beberapa faktor resiko buat

munculnya osteoartritis diantaranya ialah :

a. Umur.

Dari semua faktor resiko buat munculnya osteoartritis, faktor ketuaan ialah

yg terkuat. Prevalensi & beratnya orteoartritis semakin berkembang/berubah

naik dgn bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-

anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun & kerap kali pada umur diatas 60

tahun.
Perubahan fisis & biokimia yg terjadi sejalan dgn bertambahnya umur dgn

menurunnya jumlah kolagen &kadar air, & endapannya berwujud pigmen

yg berwarna kuning.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih kerap kali terkena osteoartritis lutut &sendi ,& lelaki lebih

kerap kali terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan & leher. Secara

keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis minus lebih sama pada


laki & wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih berlimpah

pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal

pada patogenesisosteoartritis.

c. Genetic

Faktor herediter jg berperan pada munculnya osteoartritis missal, pada ibu

dari seorang wanita dgn osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal

terdapat dua kali lebih kerap kali osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, &

anak-anaknya perempuan cenderung memiliki tiga kali lebih kerap kali dari

pada ibu & anak perempuan dari wanita tiada osteoarthritis.


Heberden node mewujudkan/adalah salah satu wujud osteoartritis yg

biasanya diketemukan pada pria yg kedua manusia tuanya terkena

osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari manusia tuanya yg

terkena.

d. Suku

Prevalensi & pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat

perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha

lebih jarang diantara manusia-manusia kulit hitam &usia dari pada

kaukasia.Osteoartritis lebih kerap kali diketemukan pada manusia – manusia

Amerika asli dari pada manusia kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dgn

perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital

& pertumbuhan.

e. Kegemukan (obesitas)

Berat badan yg berlebihan nyata berkaitan dgn naiknya resiko buat

munculnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan


ternyata tak hanya berkaitan dgn osteoartritis pada sendi yg menanggung

beban, tapi jg dgn osteoartritis sendi lain (tangan / sternoklavikula).

f. Cedera sendi, pekerjaan & olah raga (trauma)

Kegiatan fisik yg bisa menyebabkan osteoartritis ialah trauma yg

memunculkan kerusakan pada integritas struktur & biomekanik sendi

tersebut.

g. Kepadatan tulang & pengausan (wear and tear)

Penggunaan sendi yg berlebihan secara teoritis bisa merusak rawan sendi

lewat dua mekanisme yaitu pengikisan & proses degenerasi karena bahan yg

wajib dikandungnya.

h. Dampak penyakit pembengkakan/radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) memunculkan reaksi

peradangan & pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi karena

membran sinovial & sel-sel pembengkakan/radang.

i. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, kian rawan sendi

mau membal & menyebabkan sendi menjadi tak stabil / seimbang sehingga

mempercepat proses degenerasi.

j. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air & garam-garam proteglikan yg

berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik

rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, & kulit. Pada diabetes melitus,

glukosa mau menyebabkan produksi proteaglikan menurun.


k. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat bisa

mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal

monosodium urat/pirofosfat dlm rawan sendi

4. Tanda dan Gejala


Menurut Stanley (2006) tanda dan gejala dari penyakit osteoarthritis adalah :

a. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah

apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

b. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau

saat memulai kegiatan fisik.

c. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam

ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai

sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.

d. Mekanik nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas

lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya

dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak

berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat

menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut,

bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu

dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.


e. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan

cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

f. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

g. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

5. Klasifikasi
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya

yang berhubungan dengan osteoartritis


b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)

6. Manifestasi Klinis
Menurut Ahmad Aby (2014) manifestasi klinis dari osteoarthritis adalah
a. Nyeri & kekakuan pada satu / lebih sendi, biasanya pada tangan,

pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas & bawah, panggul,

&bahu. Nyeri bisa berkaitan dgn rasa kesemutan / kebas, terutama pada

malam hari
b. Pembengkakan sendi yg terkena, & menurunnya rentang gerak. Sendi

tampak mengalami deformitas


c. Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada

jari tangan, bisa terbentuk


d. Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, & gejala-

gejala inflamasi pada saat-saat tertentu


e. Kehilangan fungsi secara progresif
7. Pathway

Sumber : Ahmad Aby (2014)


8. Patofisiologi

Menurutu Elizabeth J.Corwin (2009) Tulang rawan sendi

mewujudkan/adalah sasaran utama perubahan degeneratif pada osteoarthritis.

Tulang rawan sendi memiliki letak strategis yaitu diujung –ujung tulang buat

melaksanakan 2 fungsi, yaitu 1) menjamin gerakan yg hampir tiada gesekan

didalam sendi, berkat adanya cairan sinovium, & 2) disendi sebagai penerima

beban, menebarkan beban keseluruh permukaan sendi sedemikian sehingga

tulang dibawahnya bisa menerima benturan & berat tiada mengalami

kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu

memperoleh kembali arsitektur normalnya sesudah tertekan) & memiliki daya

regang (tensile streghth) yg cukup tinggi.


Sedangkan menurut Ahmad Aby (2014) seperti pada tulang manusia

dewasa, tulang rawan sendi tak statis, tulang ini mengalami pertukaran,

komponen matriks tulang tersebut yg aus diuraikan & diganti. Keseimbangan

ini dipertahankan karena kondrosit, yg tak hanya menyintesis matriks tetapi jg

membuat keluar enzim yg menguraikan matriks. Pada osteoarthritis, proses ini

terganggu karena beragam sebab.


Osteoarthritis ditandai dgn perubahan signifiikan baik dlm komposisi

maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang

rawan yg mengalami degenerasi memperlihatkan peningkatan kandungan air &

menurunnya konsentrasi proteoglikan dibandingkan dgn tulang rawan sehat.

Selain 1tu, tampaknya terjadi perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena

menurunnya sintesis lokal kolagen tipe II, & peningkatan pemecahan kolagen
yg sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu, termasuk IL-1, TNF, nitrat

oksida berkembang/berubah naik pada tulang rawan osteoarthritis &

tampaknya berperan dlm perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis jg

berkembang/berubah naik, yg mungkin menyebabkan menurunnya jumlah

kondrosit fungsional ( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).


Secara total, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang &

kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respons terhadap perubahan regresif

ini, kondrosit pada lapisan yg lebih dlm berproliferasi & berupaya

memperbaiki kerusakan dgn menghasilkan kolagen & proteoglikan baru.

Walaupun perbaikan ini pada mulanya mampu mengimbangi kemerosotan

tulang rawan, sinyal molekular yg menyebabkan kondrosit lenyap & matriks

ekstrasel berubah akhirnya menjadi predominan. Faktor yg menyebabkan

pergeseran dari gambaran reparatif menjadi generatif ini masih belum

diketahui (Harry Isbagio & A. Zainal Efendi, 1995).


Osteoartritis pada beberapa kejadian mau membuat dampak terbatasnya

gerakan. Hal ini dikarenakan karena adanya rasa nyeri yg dialami / dikarenakan

penyempitan ruang sendi / minus digunakannya sendi tersebut. Perubahan-

perubahan degeneratif yg membuat dampak karena peristiwa-peristiwa tertentu

misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital & penyakit

peradangan sendi lainnya mau menyebabkan trauma pada kartilago yg

memiliki sifat intrinsik & ekstrinsik sehingga menyebabkan patah tulang pada

ligamen / adanya perubahan metabolisme sendi yg pada akhirnya membuat

dampak tulang rawan mengalami erosi & kehancuran, tulang menjadi tebal &
terjadi penyempitan rongga sendi yg menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,

deformitas, adanya hipertropi / nodulus. ( Soeparman ,1995).

9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan

adalah
a. Buat OA tak ada pemeriksaan laboratorium yg diagnostik, tetapi pemeriksan

laboratorium yg spesifik bisa membantu mengetahui penyakit yg mendasari

pada OA sekunder.
b. Dgn uji serologik dgn pendeteksian di dlm cairan sinovium &/ serum

adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yg dilepas karena tulang

rawan / tulang yg mengalami degenerasi.


c. Sinar-X.
Foto sinar X pada engsel mau menunjukkan perubahan yg terjadi pada

tulang seperti pecahnya tulang rawan.


d. Tes darah.
Tes darah mau membantu memberi informasi buat memeriksa rematik.
e. Analisa cairan engsel
Dokter mau mengambil misalnya sampel cairan pada engsel buat lalu

diketahui ap4k4h nyeri/ngilu tersebut dikarenakan karena encok / infeksi.


f. Artroskopi
Artroskopi ialah alat kecil berupa kamera yg diletakkan dalan engsel tulang.

Dokter mau mengamati ketidaknormalan yg terjadi.


g. Foto Rontgent menunjukkan menurunnya progresif massa kartilago sendi

sebagai penyempitan rongga sendi

10. Penatalaksanaan
Menurut Ahmad Aby (2014) penatalaksaan osteoarthritis adalah
a. Medikamentosa

Hingga sekarang belum ada obat yg spesifik yg khas buat osteoartritis,

karena karena patogenesisnya yg belum jelas, obat yg diberikan bertujuan

buat mengurangi rasa sakit, menaikkan mobilitas & mengurangi ketidak


mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai

analgetik & sekaligus mengurangi sinovitis, walaupun tak bisa memperbaiki

/ menghentikan proses patologis osteoartritis.

1) Analgesic yg dapatdipakai ialah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari /

profoksifen HCL. Asam salisilat jg cukup efektif tapi perhatikan efek

samping pada saluran cerna & ginjal


2) Jika tak berpengaruh, / tak bisa peradangan kian OAINS, seperti

fenofrofin, piroksikam,ibuprofen bisa diberdayakan. Dosis buat

osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh buat arthritis rematoid. Karena

penggunaan biasanya buat jangka panjang, efek samping utama

adalahganggauan mukosa lambung & gangguan faal ginjal.


3) Injeksi cortisone. Dokter mau menyuntikkan cortocosteroid pada engsel

yg mempu mengurangi nyeri/ngilu


4) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik

yg mau mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya

dikerjakan jika osteoarhtritis pada lutut.

b. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin muncul / diperkuat karena mekanisme tubuh yg

minus baik. Butuh dihindari aktivitas yg berlebihan pada sendi yg sakit.

Penggunaan tongkat, alat-alat listrik yg bisa memperingan kerja sendi jg

butuh diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yg tertekuk

(pronatio).

c. Diet
Diet buat menurunkan berat badan pasien osteoartritis yg gemuk wajib

menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Menurunnya berat badan

seringkali bisa mengurangi munculnya keluhan & peradangan.

d. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial dibutuhkan pasien osteoartritis karena karena sifatnya

yg menahun & ketidakmampuannya yg ditimbulkannya. Disatu pihak pasien

ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin manusia

lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis kerap kali kali

keberatan buat memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

e. Persoalan Seksual.

Gangguan seksual bisa diketemukan pada pasien osteoartritis terutama pada

tulang belakang, paha & lutut. Kerap kali kali diskusi karena ini wajib

dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

f. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yg meliputi

penggunaan panas & dingin & program latihan ynag tepat. Penggunaan

panas yg sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri &

kekakuan. Pada sendi yg masih aktif sebaiknya diberi dingin & obat-obat

gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Aneka sumber panas bisa dipakai

seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi

paraffin & mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan buat

memperbaiki gerak sendi & memperkuat otot yg biasanya atropik pada

sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi & tulang yg

muncul pada tungkai yg lumpuh muncul karena berkurangnya beban ke

sendi karena karena kontraksi otot. Karena karena otot-otot periartikular

memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban,

kian penguatan otot-otot tersebut ialah penting.

g. Operasi

Operasi butuh dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dgn kerusakan

sendi yg nyata dgn nyari yg menetap & kelemahan fungsi. Tindakan yg

dikerjakan ialah osteotomy buat mengoreksi ketidaklurusan /

ketidaksesuaian, debridement sendi buat menghilangkan fragmen tulang

rawan sendi, pebersihan osteofit.

1) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yg rusak mau diangkat & diganti

dgn alat yg terbuat dari plastik / metal yg dijuluki prostesis.


2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang mau

mengangkat serpihan tulang rawan yg rusak & mengganggu pergerakan

yg menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.


3) Penataan tulang. Opsi ini diambil buat osteoatritis pada anak & remaja.

Penataan dikerjakan agar sambungan/engsel tak menerima beban saat

bergerak.
h. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, menurunnya

berat badan, upaya buat menhistirahatkan sendi serta menghindari

penggunaan sendi yg berlebihan penggunaan alat-alat ortotail. Buat

menyangga sendi yg mengalami inflamasi ( bidai penopang) & latihan

isometric serta postural. Terapi okupasioanl & fisioterapi bisa membantu

pasien buat mengadopsi strategi penangan mandiri.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Smeltzer C. Suzannne (2002)

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
4. Riwayat Penyakit Sekarang
5. Riwayat Penyakit Dahulu
6. Riwayat Penyakit Keluarga
7. Pemeriksaan fisik Head To Toe
8. Pengkajian Khusus
a. Look (inspeksi)
1) Sikatriks (jaringan panit baik yang alami maupun buatan

seperti bekas operas)


2) Fistula
3) Warna kemerahan atau kebiruan
4) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang

tidak biasa (abnormal)


5) Posisi dan bentuk ektermitas (deformitas)
6) Posisi jalan ( waktu masuk kamar periksa )
b. Feel (palpasi )
1) Perubahan suhu di sekitar trauma (hangat) dan kelembapan

kulit
2) Apabila ada pembengkakan apakah ada fluktuasi atau edema

terutama di sekitar persendian


3) Nyeri tekan (tendemess), krepitasi, catat letak kelainan
4) Tonus otot pada otot kontraksi/relaksasi
c. Move (pergerakan terutama rentang gerak )
Pemeriksa dengan menggerkan ektermitas, kemudian mencatat

apakah ada keluhan nyeri pada gerakan. Pergerakan yang

dilihat adakah pergerakan pasif dan aktif.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (luka post op)
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri pada luka post op
3. Resiko infeksi b.d Adanya port de’entri kuman/ bakteri

C. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan KH Intervensi Rasional


dx
1. NOC: setelah dilakukan 1. Kaji TTV dan KU 1. Mengetahui cara
tindakan keperwatan pasien terhadap nyeri efektif untuk
selama 3x24jam mengatasi nyeri
2. Kaji nyeri pasien
2. Mengetahui tingkat
diharapkan nyeri pasien
(PQRST)
nyeri pada pasien
berkurang dengan 3. Ajarkan teknik
3. Merelaksasikan pasien
kriteria hasil: relaksasi nafas dalam
-skala nyeri 1-3 4. Atur posisi tidur pasien 4. Memposisikan pasien
-TTV dalam rentang
pada posisi semi fowler dalam posisi nyaman
normal 5. Edukasi tentang 5. Memberi alternative
TD 120/80 mmHg
aktivitas yang dapat meringankan nyeri
N 80x/menit
RR 20x/menit meningkatkan dan
S 36,8C
menurunkan nyeri 6. Untuk mengurangi
-pasien mampu
6. Kolaborasi dengan
nyeri pasien
mengontrol nyeri
dokter pemberian
analgetik
2. NOC: setelah dilakukan 1. Kaji TTV dan KU pasien 1. Mengetahui cara
tindakan keperwatan terhadap nyeri efektif untuk
selama 3x24jam mengatasi nyeri
2. Kaji kemampuan
2. Mengetahui batas
diharapkan mobilitas
mobilitas fisik pasien
kemampuan mobilitas
pasien meningkat dan
ADL-nya terpenuhi pada kerusakan yang pasien
dengan kriteria hasil: terjadi
3. Meningkatkan
-pasien dapat beraktivitas 3. Bantu dan ajarkan
sirkulasi darah
secara mandiri latihan rentang gerak
musculoskeletal,
aktif maupun pasif
mencegah atrofi
sesuai keadaan pasien
4. Mencegah komplikasi
4. Ubah posisi tidur pasien
lain seperti dekubitus
tiap 2 jam sesuai
keadaan 5. Meningkatkan
5. Edukasi dan bantu
kemandirian pasien
pasien dalam melakukan
dalam perawatan diri
perawatan diri sesuiai
6. Meningkatkan
keadaan pasien
6. Klaborasi dengan kemampuan pasien
fisioterapi untuk terapi dalam mobilisasi
sesuai program medik sesuai dengan program
medik

3. NOC: setelah dilakukan 1. Kaji TTV pasien 1. Mengetahui


tindakan keperwatan peningkatan suhu
selama 3x24jam 2. Kaji adanya tanda dan sebagai tanda infeksi
2. Mengetahui akan
diharapkan tidak tampak gejala infeksi
timbulnya infeksi pada
adanya tanda dan gejala
luka (sebagai
infeksi dengan kriteria
komplikasi yang
hasil:
-pasien terbebas dari mungkin timbul pada
tanda dan gejala infeksi luka)
3. Lakukan perawatan luka
-angka lekosit darah 3. Mempercepat proses
dengan teknik aseptik
dalam rentang normal penyembuhan luka dan
tiap 2 hari sekali
4000-10000 /uL mencegah terjadinya
4. Anjurkan pasien untuk infeksi
4. Meningkatkan status
meningkatkan intake
imunitas pasien
nutrisi TKTP
5. Edukasi pasien dan
5. Mencegah terjadinya
keluarga untuk menjaga pertumbuhan kuman
personal hygiene
6. Mencegah terjadinya
6. Kolaborasi dengan
infeksi
dokter dalam pemberian
antibiotic

DAFTAR PUSTAKA

Aby, Ahmad. 2014. Osteoarthritis OA / Pengapuran Sendi.


http://ahmadaby.blogspot.com. Diakses tanggal 8 Mei 2016, 18:15 WIB

Cania, Murni. 2014. Askep Osteoarthritis.http://murnicania.blogspot.com. Diakses


tanggal 8 MEI 2016, 18:17 WIB

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dlm, edisi V, jilid III. Jakarta :
Internal Publishing

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada


Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dgn Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC

Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dlm, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :


Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta :
EGC

Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai