1 Definisi
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang cepat
atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau
gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung (Spodick,
2003).
2.2 Epidemiologi
1. Frekuensi
Di Amerika Serikat, insiden tamponade jantung adalah 2 kasus per 10.000 populasi di
Amerika Serikat. Dilaporkan bahwa sekitar 2% dari luka tembus menyebabkan tamponade
jantung (Yarlagadda, 2011).
1. Mortalitas/ Morbiditas
Tamponade jantung merupakan keadaan gawat di bidang medis. Diagnosis yang cepat dan
terapi yang tepat sangat penting untuk mencegah morbiditas dan mortalitas. Bila tidak
tertangani, hal ini bisa berakibat fatal dengan cepat (Yarlagadda, 2011).
1. Jenis Kelamin
Pada anak-anak, tamponade jantung lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada
perempuan, dengan rasio laki-laki:perempuan sebesar 7:3. Pada dewasa, tamponade
jantung sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Rasio laki-
laki:perempuan yaitu sebesar 1,25:1 (Yarlagadda, 2011).
1. Umur
Tamponade jantung yang disebabkan oleh trauma atau HIV lebih sering terjadi pada
dewasa muda, sedangkan tamponade yang disebabkan keganasan dan atau gagal ginjal
lebih sering terjadi pada individu yang lebih tua (Yarlagadda, 2011).
2.3 Etologi dan Klasifikasi
Untuk semua pasien, penyakit keganasan merupakan penyebab tersering tamponade
jantung. Dari berbagai etiologi jantung, Merce et al melaporkan 30-60% kasus penyakit
keganasan, 10-15% kasus uremia, 5-15% pada idiopathic pericarditis, 5-10% pada
penyakit infeksi, 5-10% pada antikoagulan, 2-6% pada penyakit jaringan ikat, dan 1-2%
pada Dressler atau postpericardiotomy syndrome. Tamponade jantung dapat terjadi pada
berbagai tipe pericarditis (Yarlagadda,2011).
Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas (Munthe, 2011):
1. 1. Acute surgical tamponade
Meliputi keadaan antegrade aortic dissection, iatrogenic, dan trauma tembus jantung. Pada
keadaan ini, tamponade jantung dapat menyebabkan mekanisme kompensasi menyeluruh
yang cepat. Timbunan darah dan clot sebesar 150 cc dapat menyebabkan kematian secara
cepat. Pada keadaan kronis, timbunan darah dapat mencapai 1 L.
1. 2. Medical tamponade
Meliputi keadaan efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis karena keganasan
atau gagal ginjal
1. 3. Low-pressure tamponade
Keadaan ini terjadi pada dehidrasi berat
Sedangkan menurut Spodick 2003, berdasarkan etiologinya, tamponade jantung dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Acute tamponade: biasanya disebabkan oleh ruptur traumatik dari ventrikel akibat
trauma tumpul atau prosedur lainnya; juga disebabkan oleh aortic dissection atau infark
miokard dengan ruptur ventrikel.
Acute tamponade mempunyai onset yang tiba-tiba, dan dapat menyebabkan nyeri dada,
takipnea, dan dispnea, serta membahayakan jiwa bila tidak diatasi dengan tepat. Tekanan
vena jugularis juga meningkat, dan mungkin berhubungan dengan distensi vena di dahi dan
kulit kepala. Suara jantung juga seringkali tidak terdengar (Hoit, 2009).
1. 2. Subacute tamponade:
Subacute tamponade dapat asimptomatis pada awalnya, tetapi bila tamponade jantung
melewati batas kritis, maka akan menimbulkan gejala dispnea, rasa tidak nyaman atau
penuh di dada, edema perifer, rasa lelah, atau gejala lainnya yang disebabkan peningkatan
tekanan pengisian dan cardiac output yang terbatas (Hoit, 2009).
Infeksi HIV
Dijelaskan pada tahun 1935, pada pemeriksaan fisik ditemukan tiga tanda, yaitu :
peningkta JVP, hipotensi, dan bunyi jantung menjauh.
Penemuan ini akibat dari akumulasi yang cepat dari cairan pericardial. Namun, triad
klasik ini biasanya ditemukan pada pasien dengan tamponade jantung akut.
Ini merupakan peningkatan (>12 mm Hg atau 9%) dari penurunan inspirasi normal pada
tekanan darah sistemik.
Untuk memeriksa pulsus paradoxus, pasien biasanya diposisikan semirecumben,
sehhingga pernafasan akan normal. Cuff tensimeter dinaikkan paling tidak 20 mmHg di
atas tekanan sistolik dan perlahan diturunkan sampai bunyi korotkoff pertama terdengar
hanya saat ekspirasi. Pada pembacaan tekanan, jika cuff tidak diturunkan dan pulsus
paradoxus muncul, bunyi korotkoff pertama tidak terdengar saat inspirasi. Setelh cuff
kemudian diturunkan, pada titik dimana korotkoff pertama tersengar keduanya saat
inspirasi dan ekspirasi. Jika perbedaan antara pemeriksaan pertama dan kedua lebih
besar dari 12 mmHg, maka dikatakan abnormal pulsus paradoxus terjadi.
Paradoksnya adalah bahwa ketika mendengarkan suara jantung selama inspirasi,
denyut nadi melemah atau mungkin tidak teraba dengan detak jantung tertentu,
sementara S1 adalah mendengar dengan semua detak jantung.
Pulsus paradoxus dapat ditemukan pada pasien dengan beberapa kondisi lainnya,
misalnya pericarditis konstriktif, severe obstructive pulmonary disease, restrictive
cardiomyopathy, pulmonary embolism, rapid dan labored breathing, dan right ventricular
infarction dengan shock.
Pulsus paradoxus mungkin tidak ditemukan pada pasien dengan elevasi Left Ventrikel
diastolic pressures, atrial septal defect, pulmonary hypertension, dan aortic
regurgitation.
Pulsus paradoxus atau paradoxical pulse
Gambar 4 Skema pengukuran pulsus paradoksus
Kussmaul sign
o Ini dijelaskan oleh Adolph Kussmaul sebagai suatu peningkatan paradoksikal pada
distensi dan tekanan vena selama inspirasi.
o Tanda ini biasanya didapatkan pada pasien dengan pericarditis konstriktif tetapi kadang
didapatkan pada pasien dengan perikarditis efusif-konstriktif dan tamponade jantung.
Ewart sign
o Disebut juga Pins sign, ditemukan pada pasien dengan efusi pericardial yang luas.
o Digambarkan sebagai daerah kusam, dengan suara napas bronkial dan bronchophony
bawah sudut kiri skapula.
Disforia : Ciri-ciri perilaku seperti gelisah gerakan tubuh, ekspresi wajah yang tidak
biasa, kegelisahan, rasa kematian yang akan datang dilaporkan oleh Ikematsu pada
sekitar 26% pasien dengan tamponade jantung.
Tamponade tekanan rendah : pada pasien hipovolemik berat, temuan fisik klasik seperti
takikardia, paradoksus pulsus, dan distensi vena jugularis jarang terjadi. Tamponade
tekanan rendah diidentifikasi pada 20% pasien dengan tamponade jantung dan pada
10% dari efusi perikardial besar.
2.7 Pemeriksaan Penunjang (Rosfanty,2009;Yarlagadda,2011;Anonimus;2011)
2.7.1 Rontgen dada
Menunjukkan gambaran “water bottle-shape heart”, kalsifikasi perkardial.
Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas
Darah (BGA).
Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudahdihangatkan dengan tetesan cepat
Bed rest dengan elevasi tungkai untuk membantu venous return
Transfusi darah jika perdarahan massif dan tidak ada responos terhadap pemberian
cairan awal.
Obat-obatan Inotropic (misalnya : dobutamine) : ini bermanfaat karena meningkatkan
cardiac output tanpa meningkatkan resistensi vascular sistemik.
Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.
Perikardiosentesis
Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila dengan syok hemoragik
tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan kemungkinan tamponade jantung.
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau pungsi perikard.
Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuk nyamiokard (↑ voltase gelombang T atau
terjadi disritmia).
Lokasi : seringnya di subxyphoid
Teknik:
1. Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga memungkinkan
jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
2. Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2% atau xilokain 2%.
3. Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml dihubungkan dengan
pemantau EKG melalui alligator atau hemostat.
4. Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 450 dengan permukaan dinding
dada.
5. Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
6. Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot jantung, akan timbul
elevasi segmen ST (injury) dan ekstra sistol ventrikel dengan amplitude tinggi. Bila
hal ini terjadi, maka jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ke tempat lain.
7. Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih besar.
8. Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik perlahan-lahan dan
ditusuk kembali kearah lain atau lebih dalam sedikit.
9. Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah tusukan secara kasar.
Perubahan arah tusukan harus dilakukan secara perlahan tepi konstan sambil diisap
secara kontinyu.
10. Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut dan
dibiarkan di tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk mencegah
pengumpulan cairan kembali.
11. Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat pungsi.
Gambar 11 Pericardiosintesis
Untuk pasien hemodinamik tidak stabil atau satu dengan tamponade berulang, memberikan
perawatan berikut:
Operasi pembuatan jendela perikardial : operasi untuk menghubungkan ruang
perikardial dan ruang intrapleural. Hal ini biasanya pendekatan subxiphoidian dengan
reseksi xifoideus. Baru-baru ini, pendekatan paraxiphoidian kiri tanpa reseksi xifoideus.
Open torakotomi dan atau pericardiotomy mungkin diperlukan dalam beberapa kasus,
dan ini harus dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman.
Pericardiocentesis atau sclerosing perikardium : Ini adalah pilihan terapi untuk pasien
dengan efusi perikardial berulang atau tamponade. Melalui kateter intrapericardial,
kortikosteroid, tetrasiklin, atau obat antineoplastik (misalnya, anthracyclines, bleomycin)
dapat dimasukkan ke dalam ruang perikardial.
Pericardio-peritoneal shunt: pada beberapa pasien dengan efusi perikardial ganas,
pembuatan pericardio-peritoneal shunt membantu mencegah tamponade berulang.
Pericardiectomy: Reseksi dari perikardium (pericardiectomy) melalui sternotomy median
atau torakotomi kiri, jarang diperlukan untuk mencegah efusi perikardial berulang dan
tamponade.
Monako dkk menyelidiki efikasi modifikasi prosedur thoracoscopic dibantu video dalam
pengobatan 15 pasien dengan tamponade jantung. Menggunakan pendekatan
hemithoracic kanan, trocar 15-mm digunakan pada intercostal IV anterior aksila kanan, dan
trocar 10-mm digunakan pada ruang intercostal ketujuh di garis mid aksila kanan. Peralatan
dari optik 5-mm diperbolehkan 2 instrumen, untuk optik dan untuk forsep endoskopi,
digunakan secara bersamaan dengan menggunakan 1 trocar, sedangkan trocar kedua
tersedia untuk gunting bedah. Semua pasien menjalani reseksi perikardial sama dengan
yang dicapai melalui torakotomi anterolateral.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2011.http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-
pada-tamponade-jantung.html Diakses tanggal 7 Januari 2012
Azzilzah,Yarah.2011.Tamponade Jantung. http://www.slideshare.net/yar_azz/tamponade-
jantung. Diakses tanggal 7 Januari 2012
Darling David.Pericardium Anatomy.
.http://www.daviddarling.info/encyclopedia/P/pericardium.html.Diakses tanggal 6 Januari
2012
Grimm RA, Jacob R. 2008. Pericardial Disease. In: Carey WD, ed. Cleveland Clinic: Current
Clinical Medicine. 1st ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2008:Chap 23.
Hoit, Brian D. 2009. Cardiac
Tamponade. http://www.uptodate.com/online/content/topic.do?topicKey=myoperic/13380&vi
ew=print. Diakses 7 Januari 2012.
Lilly, L.S. 2007.Pathophysiology of Heart Disease-4th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins:Philadelphia, 2007.
Munthe, Eva. 2011. Tamponade Jantung et causa Perikarditis Tuberkulosis. Laporan Kasus
CDK 184/Vol. 38 no. 3/April 2011.
Rosfanty.2009. http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/08/tamponade-jantung.html
Seal, Shane KF. 2003. Traumatic Cardiac
Tamponade. http://www.med.mun.ca/getdoc/off078674879665. Diakses 7 Januari 2012.
Spodick, DH. 1998. Pathophysiology of Cardiac Tamponade. In CHEST 1998; 113:1372-78.
Spodick, DH. 2003. Acute Cardiac Tamponade. NEJM 2003 349 (7): 684-90.
Taufan, Viba Rosfanty. 2009. Tamponade Jantung (Cardiac
Tamponade). http://www.dokterrosfanty.blogspot.com/2009/08/tamponadejantung. Diakses
7 Januari 2012.
Yarlagadda, Chakri.2011.Cardiac Tamponade. http://emedicine.medscape.com/article/1520
83-clinical. Diakses tanggal 5 Januari 2012