Anda di halaman 1dari 11

Menentukan Masalah Penelitian

Posted: 18/01/2011 in Tak Berkategori


Tag:masalah, masalah penelitian, menetukan masalah, penelitian
0

BAB I. PENDAHULUAN

Masalah penelitian merupakan suatu pondasi dalam melakukan suatu penelitian. Singkatnya,
masalah penelitian adalah adanya gap atau kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, teori
dengan praktek, yang seharusnya dengan yang terjadi. Masalah penelitian bukan merupakan
suatu rumusan tujuan. Ketika ditanya apa masalah penelitianmu? Beberapa menjawab: ”Ingin
mengetahui…” dan itu adalah rumusan tujuan, bukan suatu masalah penelitian.

Menentukan masalah penelitian bukanlah suatu hal yang mudah. Oleh karena itu untuk
menentukan masalah penelitian, perlu mengetahui dulu apa masalahnya. Sebagian besar
pemecahan masalah tergantung pada pengetahuan peneliti tentang masalah tersebut. Sebagian
lain ditentukan oleh pengetahuan peneliti tentang sifat dan hakekat masalah tersebut. Dengan
kata lain, masalah adalah sebuah kalimat Tanya atau kalimat pertanyaan.

Masalah penelitian akan menentukan keberhasilan dari suatu penelitian. Ada seorang pakar
penelitian yang menyatakan bahwa ”Ketika seorang peneliti sudah berhasil memformulasikan
(baca: ”menemukan”) masalah penelitian, maka sebenarnya 50% penelitian tersebut sudah
berjalan”. Begitu juga sebaliknya, ketika masalah penelitian itu belum ditemukan, maka
penelitian itu selamanya tidak akan berjalan.

Oleh karena pentingnya masalah dalam suatu penelitian maka dalam makalah ini penulis
mencoba membahas tentang menentukan masalah penelitian yang didalamnya menjelaskan
tentang urgensi menentukan masalah penelitian, latar belakang masalah, identifikasi masalah,
perumusan masalah, dan pembatasan masalah.

BAB II. PEMBAHASAN

A. Urgensi Menentukan Masalah Penelitian

Salah satu langkah paling penting dalam penelitian adalah penentuan permasalahan. Pemecahan
(problematic) adalah suatu penelitian lebih dititik beratkan pada sesuatu yang dipermasalahkan
sehingga harus dibedakan dengan permasalahan (subjec). Pada waktu berbicara tentang “Kinerja
Polisi” berarti berbicara tentang suatu permasalahan, tetapi berbicara tentang “mengapa terjadi
kemerosotan Kinerja Polisi” adalah sesuatu permasalahan yang memerlukan pemecahan. Satu
hal yang harus disadari ialah bahwa pada hakikatnya suatu permasalahan tidak pernah berdiri
sendiri dan terpisah dari faktor-faktor lain. Permasalahan dapat merupakan variabel yang
menjadi tema pokok penelitian, dapat pula berupa kasus yang menjadi fokus suatu penelitian.
Suatu variabel atau suatu kasus akan diangkat menjadi permasalahan penelitian jika terjadi
kesenjangan antara kenyataan dan seharusnya dari variabel atau kasus tersebut.
Banyak peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan permasalahan penelitian sehingga
menghambat perkembangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Pada umumnya keadaan
berikut ini bisa menjadi penuntun mewujudkan permasalahan:

(1) Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan
kita.

(2) Bila ada hasil-hasil penelitian atau kajian yang bertentangan.

(3) Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.

Peneliti pemula seringkali mengalami kesulitan menentukan permasalahan yang baik. Berikut ini
dikemukakan beberapa karakteristik permasalahan yang baik (tepat) dijadikan permasalahan
penelitian sebagai berikut:

a. Topik atau judul yang dipilih adalah sangat menarik.

b. Pemecahan permasalahan harus bermanfaat bagi orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu.

c. Permasalahan yang dipilih merupakan sesuatu yang baru.

d. Mengundang rancangan yang lebih kompleks.

e. Dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan.

f. Tidak bertentangan dengan moral.

Peneliti perlu berlatih agar terampil mengidentifikasi permasalahan. Kegiatan berikut ini
membantu peneliti untuk mengidentifikasi permasalahan.

(1) Membaca sebanyak-banyaknya literatur yang berhubungan dengan bidang permasalahan


yang akan diteliti dan bersikap kritis terhadap apa yang dibacanya;

(2) Menghadiri kuliah atau ceramah-ceramah profesional;

(3) Melakukan pengamatan pengamatan terhadap situasi atau kejadian-kejadian di lingkungan


profesinya;

(4) Memikirkan kemungkinan ditemukannya permasalahan-permasalahan dari materi kuliah;

(5) Melakukan penelitian-penelitian kecil dan mencatat hasil atau temuan yang diperoleh;

(6) Menghadiri seminar-seminar hasil penelitian;

(7) Mengungjungi berbagai perpustakaan untuk mencari topik yang dapat diteliti;
(8) Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan dengan bidang permasalahan yang
akan diteliti; dan

(9) Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan bidang permasalahan yang akan diteliti.[1]

Dalam sebuah penelitian, menentukan masalah penelitian merupakan suatu hal yang penting,
karena sebuah penelitian akan dilakukan apabila sudah diketahui masalahnya. Artinyaa, masalah
menuntun peneliti melakukan penelitian. Oleh karena tujuan dari pemilihan dan menentukan
masalah penelitian adalah untuk :

1. Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademik seseorang

2. Merumuskan perhatian dan keinginan seseorang akan hal-hal yang baru

3. Meletakkan dasar untuk memecahkan penemuan-penemuan sebelumnya atau dasar untuk


peneliti selanjutnya

4. Memenuhi keinginan sosial; dan

5. Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.[2]

Kriteria atau ciri dalam memilih dan menentukan masalah penelitian adalah[3]

1. Masalah yang dipilih harus dirumuskan dengan ccara tertentu yang menyiratkan adanya
kemungkinan pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujian
hubungan atau hubungan—hubungan yang dinyatakannya.

2. Masalah yang dipilih harus harus mempunyai nilai penelitian : (a). mempunyai keaslian,
(b). merupakan hal yang penting, (c). dapat diuji, (d). mengungkapkan suatu hubunngan antara 2
atau lebih variabel, dan (e). jelas dan tidak ambigu dalam bentuk kalimat pertanyaan.

3. Masalah yang dipilih harus fleksibel yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya
bahwa : (a). data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia, (b). biaya untuk
memecahkan masalah relative harus dalam batas-batas kemampuan, (c). waktu untuk
memecahkan masalah harus wajar, (d). biaya dan hasil harus seimbang, (e). administrasi dan
sponsor harus kuat, dan (f). tidak bertentangan dengan hukum dan adat.

4. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang
dipilih sekurang-kurangnya : (a). menarik bagi si peneliti ; dan (b). cocok dengan kualifikasi
ilmiah si peneliti.

Kemudian, yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah kesanggupan peneliti
menggali dan mengidentifikasi masalah seta mengetahui sumber-sumber dari masalah tersebut.
Masalah penelitian dapat diperoleh anatar lain dengan melakukan :[4]

1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia


2. Bacaan-bacaan

3. Analisa bidang pengetahuan

4. Ulangan dan perluasan penelitian

5. Cabang studi yang sedang dikembangkan

6. Pengetahuan dan catatan pribadi, praktek, dan keinginan masyarakat

7. Bidang spesialisasi pelajaran yang diikuti

8. Pengamatan terhadap alam sekeliling, dan

9. Diskusi-diskusi ilmiah

Dalam menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di dalamnya dari berbagai
permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, dan perumusan masalah. Yang kemudian akan penulis jelaskan dibawah
ini.

B. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah adalah deskripsi singkat peneliti tentang obyek penelitian yang memuat :

1. Penalaran pentingnya pembahasan masalah atau alas an yang mendorong pemilihan


masalah.

2. Telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan deengan
masalah yang dibahas.

3. Manfaat praktis hasil pembahasan di dalam skripsi, serta

4. Perumusan masalah pokok (grand problem) yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit
dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang dapat membangkitkan perhatian membaca.

Inti dari latar belakang masalah adalah upaya peneliti untuk menggambarkan ada tidaknya
masalah penelitian (scientific research problem) yakni penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi atau kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan
kenyataan (das sain).

Masalah ilmiah memiliki ciri-ciri minimal sebagai berikut:

1. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan jawabannya
melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.
2. Masalah harus jelas yaitu semua orang yang memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut.

3. Masalah harus memiliki batas/ ruang lingkup tertentu.

4. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban masalah yang diberikan harus memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.[5]

C. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah upaya peneliti untukk mengeksplorasi berbagai kemungkinan


pertanyaan yang dapat diajukan dan relevan berkaitan dengan variable penelitian yang dipilih.
Jumlah butir pertanyaan tidak dibatasi, sepanjang memiliki relevansi dengan variabel penelitian
tersebut.[6]

Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting
diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga
menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara
umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey,
dsb). Skripsi untuk level S1 seharusnya didesain untuk memecahkan masalah yang lebih riil dan
sifatnya applied. Mahasiswa cukup fokus ke masalah yang ada di sekitarnya. Kalau jurusan kita
di computing, kita lakukan saja observasi di lingkungan kita. Misalnya universitas, dosen, dan
mahasiswa itu punya masalah apa yang kira-kira bisa kita pecahkan dengan teknologi informasi
dan aplikasinya. Intinya kita harus kejar terus masalah penelitian ini, dan jangan lupa bahwa
masalah yang kita identifikasi tersebut benar-benar menjadi masalah yang harus dipecahkan,
bukan masalah yang kita ada-adakan.

Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu


variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri
dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Ketika kita mengambil
topik penelitian untuk membedakan raut muka mahasiswa yang sedang tidak punya uang dan
mahasiswa yang lagi banyak uang, kita punya variabel “raut muka” dan variabel “keadaan
keuangan”. Nah kita ingin tahu hubungan dua variabel ini, jadilah itu sebuah masalah penelitian.

Kemudian sumber masalah tersebut dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa
muncul dari tiga hal:

1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)


Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan
penelitian. Tapi juga jangan “saklek”, karena masalah manusia yang tadinya bukan
masalah penelitian bisa kita “goyang sedikit” menjadi masalah penelitian. Contoh,
mahasiswa punya masalah pokok yaitu “kekurangan uang”. Ini bisa kita “konversi”
menjadi masalah penelitian misalnya menjadi :
o Mendeteksi raut muka mahasiswa tidak punya uang dengan face recognition
system
o Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa
2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian.
Contoh, dosen-dosen yang sangat sibuk ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang
pas untuk meeting bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian,
pendekatannyanya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit
sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu
meeting yang pas untuk semua.
3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)

Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh,
fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi
pengunjung. Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan
memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut
dengan Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul: “Mengembangkan
situs portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO)”. Fenomena lain lagi,
proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh
mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat lama.
Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa
teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga
5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.

Supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi.
Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa parameter dibawah ini:

1. Menarik.
Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan
serius.
2. Bermanfaat.
Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun peningkatan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapakan membawa
manfaat bagi masyarakat dalam skala besar (secara nasional maupun internasional),
maupun secara khusus di komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari
penelitian yang tidak membawa manfaat kepada masyarakat.

1. Hal Yang Baru.

Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita lakukan adalah hal baru,
solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita komparasi dengan solusi lain, bisa
dikatakan lebih efektif, murah, cepat, dsb. Bisa juga pembaharuan ini diwujudkan dengan
perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada. Hindari redundant research, meneliti
hal yang sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Karena hal tersebut termasuk
plagiasi skripsi.

1. Dapat Diuji (Diukur).


Ini biasanya hal yang terlupakan, supaya proses penelitian kita sempurna, masalah penelitian
beserta variabel-variablenya harus merupakan sesuatu yang bisa diuji dan diukur secara empiris.
Kalau kita melakukan penelitian korelasi, maka korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti
juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.

1. Dapat Dilaksanakan.

Hal ini juga merupakan faktor penting. Masalah yang bagus dan berkualitas,menjadi lucu dan
naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini berkaitan
erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu dan dana.

1. Merupakan Masalah Yang Penting.

Hal ini sedikit sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran di kita bahwa jangan sampai
melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang tidak penting.

1. Tidak Melanggar Etika.

Yang terakhir adalah masalah etika. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi,
prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privacy, publikasi harus
dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan data
maupun pengolahan data.[7]

D. Pembatasan Masalah

Disamping peneliti memiliki keterbatasan dari berbagai segi (biaya, waktu, kemampuan, dan
dukungan lainnya), penelitian juga membutuhkan kedalaman dan ketajaman analisis (sempit/
fokus dan mendalam), sehingga penelitian harus dibatasi pada aspek-aspek pertanyaan penelitian
yang memungkinkan. Misalnya identifikasi masalah mengandung 5 pertanyaan, peneliti dapat
menentukantiga atau lebih pertanyaan yang dijadikan masalah penelitian.[8]

Kemudian, agar penelitian mengarah pada inti masalah yang sesungguhnya maka peneliti perlu
membatasi masalah dengan memperhatikan hal yang paling bermanfaat jika diteliti.Supaya
pilihan masalah didasari dengan pertimbangan yang matang maka sebaiknya memilih topik yang
sesuai dengan bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan serta kompetensi yang dimiliki.

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak terlalu
luas sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiei, tersedia sumber teori atau
peraturan yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah hasil penelitian
berpotensi untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh dari
pelaksanaan tugas, penelitian dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan biaya
yang tersedia.[9]

E. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian disebut research problem atau dikenal juga dengan istilah
pertanyaan penelitian (research question) yang digunakan untuk menjadi panduan dalam
menyusun instrument penelitian. Pertnyaan research problem ini disusun setelah peneliti
melakukan pembatasan masalah, sehingga pertanyaan penelitian terfokus pada masalah yang
iongin dibuktikan atau diteliti lebih lanjut.

Ada beberapa persyaratan dalam menyusun research problem:

1. Pertanyaan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (pada penelitian
kuantitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya apakah, seberapa besar, dan lain-lain yang
berorientasi hasil, sedangkan pada penelitian kualitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya
bagaimana, mengapa, dan lain-lain yang berorientasi pada proses).

2. Pertanyaan harus layak dan dapat diteliti sebagai upaya untuk mencari jawaban/ solusi
(feasible).

3. Jawaban bersifat critical incidence artinya dapat member kontribusi bagi pengembangan
ilmu (minimal bagi peneliti).

4. Bisa diukur, bersifat konseptual (ada teori yang dapat dijadikan acuan), sehingga dapat
diukur (measurable) dan mudah dilaksanakan (manageable).[10]

Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan
masalah yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengungkapkan atau memotret situasi social yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan
mendalam.

2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
membandingkan antara konteks social atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.

3. Rumusan masalah asosiatif aatau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu
peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang
lainnya. Rumusan masalah asosiatif I dibagi menjadi tiga yaitu hubungan simetris, kausal, dan
reciprocal atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya
bersamaan sehingga bukan meupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. Hubungan kausal
adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Selanjutnya, hunbungan reciprocal adalah
hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau
ditemukann adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.

Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dngan variabel penelitian,
sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai panduan bagi
peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrument, dan teknik analisa data.
Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan focus penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk alapangan atau situasi social tertentu.
Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat
rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami
gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang
menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum
memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan
mengembangkan focus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut
”emergent design” .[11]

Dalam penelitian kualitatif, Pertanyaan penelitian kualitatif tidak dirumuskan atas dasar definisi
operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan
maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in
context).

Berikut ini beberapa contoh rumusan masalahdalam proposal penelitian tantang suatu peristiwa.

1. Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau seting tertentu? (rumusan masalah
deskriptif)

2. Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu? (rumusan masalah
deskriptif)

3. Apakah peristiwa itu diorganisir dalam pola-pola organisasi social tertentu? (rumusan
masalah asosiatif/ hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu kejadian)

4. Apakah peristiwa itu berhubungan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama
atau situasi social lain? (rumusan masalah asosiatif)

5. Apakah peristiwa itu sama atau berbeda dengan peristiwa lain? (rumusan masalah
komparatif)[12]

BAB III. KESIMPULAN

Menentukan masalah penelitian merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam
penelitian ilmiah, dan menjadi pusat perhatian dalam penyusunan proposal penelitian. Masalah
yang akan digarap dan dipecahkan dalam penelitian pada umumnya berupa sesuatu yang ideal.
Namun perlu diperhatikan bahwa ídealnya suatu masalah yang dipilih harus diikuti dengan
pendekatan yang paling tepat, memiliki peluang berhasil paling tinggi, dan sedapat mungkin
paling sederhana agar kepastian untuk dapat menyelesaikan tugas dalam mencari jawaban atas
masalah tersebut dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maksum Mukhtar. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon,
2007.
2. Romi Satria
Wahono.http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Teknik%20Identifikasi%
20Masalah%20dalam%20Penelitian&&nomorurut_artikel=200. Tanggal 2008-10-07 pukul 15:4.

3. Admin, http://gurupembaharu.com/home/?p=247, diakses 29 september 2010 pukul 18.35.

4. Lincoln, Yovana S; Guba, egon; Naturalictic Inquiry, Sage Publication, Beverly hills,
Londaon, 1984.

5. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005.

6. http://125.161.190.253/materi/MODUL-1.doc, diakes pada 29 september 2010

7. Toto Syatori Nasehuddien. Metodologi Penelitian (Sebuah Pengantar). Cirebon : STAIN


Cirebon, 2008.

[1] http://125.161.190.253/materi/MODUL-1.doc, diakes pada 29 september 2010

[2] Toto Syatori Nasehuddien. Metodologi Penelitian (Sebuah Pengantar). Cirebon : STAIN
Cirebon, 2008, hal 28.

[3] ibid

[4] Ibid, hal. 29

[5] Maksum Mukhtar. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon, 2007,
hal 46.

[6] Maksum Mukhtar. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon, 2007,
hal 47.

[7] Romi Satria


Wahono.http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Teknik%20Identifikasi%
20Masalah%20dalam%20Penelitian&&nomorurut_artikel=200. Tanggal 2008-10-07 pukul 15:4.

[8] Maksum Mukhtar. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon, 2007,
hal 47.

[9]Admin, http://gurupembaharu.com/home/?p=247, diakses 29 september 2010 pukul 18.35.

[10] Maksum Mukhtar. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon : STAIN Cirebon,
2007, hal 47.
[11][11][11] Lincoln, Yovana S; Guba, egon; Naturalictic Inquiry, Sage Publication, Beverly
hills, Londaon, 1984, hal. 102

[12] Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005, hal. 35

Anda mungkin juga menyukai