Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi susunan saraf pusat (SSP) dapat mengenai jaringan otak

(ensefalitis), medulla spinalis (mielitis) atau menings (meningitis). Infeksi SSP

merupakan masalah kesehatan serius yang perlu segera diketahui dan diobati

untuk meminimalkan gejala sisa neurologis yang serius dan memastikan

keselamatan pasien. Infeksi SSP oleh virus relatif jarang terjadi namun dapat

berbahaya. Pada umumnya, virus menyerang SSP melalui darah, walaupun

beberapa infeksi tertentu seperti rabies dan varicella-zooster menyerang SSP

melalui saraf perifer.1


Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam

mikroorganisme yang disertai disfungsi dari neurofisiologi fokal. Pada

ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput

pembungkus otak dan medula spinalis. Penyebab ensefalitis paling sering

karena infeksi, namun dapat disebabkan juga oleh noninfeksi misalnya karena

proses demielinasi pada ensefalitis akut. Berdasarkan epidemiologi dan

patofisiologi, ensefalitis berbeda dari meningitis, meskipun pada evaluasi

klinis, keduanya sering berdampingan dengan tanda dan gejala inflamasi pada

meningeal seperti fotofobia, sakit kepala, dan kaku kuduk. 1,2,3

Dari permasalahan tersebut, penulis ingin mengangkat topik “

Enchepalitis ” guna menambah wawasan serta dapat mengimplementasikan

dalam memberikan asuhan keperawatan nantinya.

1
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tentang keperawatan medikal bedah yaitu

mengenai enchepalitis.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari enchepalitis ?
2. Bagaimana etiologi penyakit enchepalitis ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit enchepalitis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit enchepalitis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis dari penyakit enchepalitis ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit enchepalitis ?
7. Apa pengkajian keperawatan dari penyakit enchepalitis ?
8. Apa diagnosa keperawatan dari penyakit enchepalitis ?
9. Bagaimana rencana keperawatan dari penyakit enchepalitis ?

D. MANFAAT
1. Untuk mengetahui definisi enchepalitis.
2. Untuk mengetahui etiologi enchepalitis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis enchepalitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi enchepalitis.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis enchepalitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang enchepalitis.
7. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan enchepalitis.
8. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan enchepalitis.
9. Untuk mengetahui rencana keperawatan enchepalitis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Enchepalitis
Dalam keadaan normal Susunan Saraf Pusat (SSP) terlindung dengan baik

terhadap serangan dari organism yang dapat menyebabkan radang, dan

kebanyakan peradangan pada SSP merupakan komplikasi yang tidak lazim dari

infeksi yang didapat sehari-hari. Salah satu keradangan dari SSP adalah

ensefalitis yang merupakan keradangan atau inflamasi pada otak (Encephalon).

Ensefalitis virus adalah keradangan pada ensefalon yang penyebabnya berasal

dari virus. Ensefalitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan

kerusakan parenkim bervariasi dari ringan sampai dengan sangat berat.4


Ensefalitis terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk primer dan bentuk

sekunder. Ensefalitis Primer melibatkan infeksi virus langsung dari otak dan

sumsum tulang belakang. Sedangkan ensefalitis sekunder, infeksi virus

pertama terjadi di tempat lain di tubuh dan kemudian ke otak.

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh

bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus.5

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang

disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab

tersering dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan

jarang disebabkan oleh enterovarius,mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bias

3
juga terjadi pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi

pertusis.

Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam

mikroorganisme. Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat

mengenai selaput pembungkus otak sampai dengan medula spinalis (Smeltzer,

2002). Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh

virus atau mikroorganisme lain yang menyebabkan infliltrasi limfositik yang

kuat pada jaringa otak dan leptomeningen menyebabkan edema serebral,

degenarasi sel ganglion otak dan kehancuran sel saraf difusi.6

B. Etiologi Enchepalitis
Macam-macam encephalitis virus menurut Robin:
a. Infeksi virus yang bersifat epidermik:
1. Golongan enterovirus = poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
2. Golongan virus ARBO = western equire encephalitis, St. louis

encephalitis, Eastern equireencephalitis, Japanese B. encephalitis,

Murray valley encephalitis

b. Infeksi virus yang bersifat sporadic: rabies, herpes zoster, limfogranuloma,

mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap

disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

c. Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca

vaksinia, pascamononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti

infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

Penyebab ensefalitis yang paling sering adalah infeksi karena virus.

Beberapa contoh termasuk:

4
a. Herpes simplex virus (HSV-1, HSV-2)

b. Selain virus herpes: varicella zoster virus (VZV), cytomegalovirus

(CMV), Epstein-Barr (EBV), virus herpes manusia 6 (HHV6)

c. Adenovirus

d. Influenza A

e. Enterovirus c, virus polio

f. Campak, gondongan dan virus rubella

g. Rabies

h. Arbovirus misalnya, Ensefalitis Jepang B, St Louis Ensefalitis

virus, West Nile ensefalitis virus, Timur, Barat, dan Virus ensefalitis equine

Venezuela,

i. Bunyaviruses misalnya, La Crosse strain virus California

j. Reoviruses misalnya, Colorado tick fever virus

k. Arenaviruses misalnya, virus choriomeningitis limfositik.

l. Retrovirus misalnya Human Immunodeficiency Virus-1/2 (HIV-

1/2). 7,

Ensefalitis mempunyai dua bentuk, yang dikategorikan oleh dua cara virus

dapat menginfeksi otak:

a. Ensefalitis primer. Hal ini terjadi ketika virus langsung menyerang otak dan

saraf tulang belakang. Hal ini dapat terjadi setiap saat (ensefalitis sporadis),

sehingga menjadi wabah (epidemik ensefalitis).

5
b. Ensefalitis sekunder. Hal ini terjadi ketika virus pertama menginfeksi bagian

lain dari tubuh kemudian memasuki otak.

Infeksi bakteri dan parasit seperti toksoplasmosis dapat menyebabkan

ensefalitis pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Berikut adalah beberapa penyebab yang lebih umum ensefalitis:

Virus herpes

Beberapa virus herpes yang menyebabkan infeksi umum juga dapat

menyebabkanensefalitis. Ini termasuk: Herpes simpleks virus. Ada dua jenis

virus herpes simpleks (HSV) infeksi. HSV tipe 1 (HSV-1) lebih sering

menyebabkan cold sores lepuh demam atau sekitar mulut Anda. HSV tipe 2

(HSV-2) lebih sering menyebabkan herpes genital. HSV-1 merupakan

penyebab paling penting dari ensefalitis sporadis yang fatal di Amerika Serikat,

tetapi juga langka. Varicella-zoster virus. Virus ini bertanggung jawab untuk

cacar air dan herpes zoster. Halini dapat menyebabkan ensefalitis pada orang

dewasa dan anak-anak, tetapi cenderung ringan. Virus Epstein-Barr. Virus

herpes yang menyebabkan infeksi mononucleosis. Jika ensefalitis berkembang,

biasanya ringan, tetapi dapat berakibat fatal pada sejumlah kecil kasus.7

Infeksi pada Anak

Pada kasus yang jarang, ensefalitis sekunder terjadi setelah infeksi virus

anak dandapat dicegah dengan vaksin, termasuk: Campak (rubeola), Mumps,

Campak Jerman (rubella). Dalam kasus tersebut ensefalitis mungkin

disebabkan karena reaksi hipersensitivitas.

Arboviruses

6
Virus yang ditularkan oleh nyamuk dan kutu (arboviruses) dalam beberapa

tahun terakhir, menghasilkan epidemi ensefalitis. Organisme yang menularkan

penyakit hewan dari satu host ke yang lain disebut vektor. Nyamuk adalah

vektor untuk transmisi ensefalitis dari burung atau tikus ke manusia. Jenis

ensefalitis ini cukup jarang.2,8

C. Manifestasi Klinik Enchepalitis

Ensefalitis dapat merupakan bagian dari penyakit sistemik seperti varisela

atau measles dengan sendirinya manifestasi awalnya adalah gejala dari

penyakit awalnya. Bila ensefalitis tidak merupakan bagian dari penyakit virus

yang sistemik maka kemungkinan dapat dijumpai keluhan yang mendahului

sindroma neurologi yang berupa nyeri kepala, kelemahan atau malaise,

mialgia, keluhan gangguan saluran nafas bagian atas dan demam. Dapat

dijumpai adanya mual, muntah dan kaku kuduk. Pengaruh langsung pada otak

ditandai dengan letargi, kebingungan, atau stupor yang dapat menjurus ke

koma. Bila penderita tidak mengalami gangguan tingkat kesadaran dapat

dijumpai kebingungan, halusinasi dan disorientasi dan dapat pula terjadi

kejang, baik fokal maupun kejang umum, dan gejala-gejala/tanda-tanda

gangguan neurologi lain seperti hemiplegic, nistagmus, ataksia, anisokoria,

disfasia, diplopia, disartria dan hemianopsia. Gejala-gejala tersebut dapat

disebabkann oleh karena kenaikan intracranial yang meningkat dan atau akibat

herniasi serebri dari pada akibat pengaruh langsing dari virus. Karena terutama

menyerang bangtang otak, maka dapat terjadi gangguan dapa reflek pupil dan

7
oculovestibular. Gangguan pada pernafasan dan saraf cranial dapat pula terjadi.

Terjadinya ataksia, tremor, dan gangguan koordinasi dapat disebabkan oleh

karena disfungsi pada jaras penghubung serebelum. Bila infeksi terjadi pada

mielum , terjadi pula paraplegia, gangguan rasa raba dan juga gangguan

spingter. Sedangkan gangguan pada sel cornu anterior dapat menyebabkan

kelumpuhan flaksid, hipotonia dan hilangnya reflek tendon tanpa adanya

gangguan sensorik.3

Gejala trias ensefalitis adalah demam, kejang dan kesadaran menurun.

Gejala-gejala ensefalitis viral beraneka ragam, bergantung pada masing-masing

kasus, epidemi, jenis virus dan lain-lain. Pada umumnya terdapat 4 jenis bentuk

manifestasi kliniknya yaitu :

a. Bentuk asimtomatik: gejala ringan sekali, kadang ada nyeri kepala ringan

atau demam tanpa diketahui sebabnya. Diplopia, vertigo dan parestesi juga

berlangsung sepintas saja. Diagnosis hanya ditegakkan atas pemeriksaan

CSS.

b. Bentuk abortif: Gejala-gejala berupa nyeri kepala, demam yang tidak tinggi

dan kaku kuduk ringan. Umumnya terdapat gejala-gejala seperti infeksi

saluran pernafasan bagian atas atau gastrointestinal.

c. Bentuk fulminan: bentuk ini beberapa jam sampai beberapa hari yang

berakhir dengan kematian. Pada stadium akut: demam tinggi, nyeri kepala

difus yang hebat, apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam

waktu singkat masuk ke dalam koma yang dalam. Kematian biasanya terjadi

dalam 2-4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung.

8
d. Bentuk khas ensefalitis: bentuk ini mulai secara bertahap, gejala awal nyeri

kepala ringan, demam, gejala ISPA atau gastrointestinal selama beberapa

hari. muncul tanda radang SSP (kaku kuduk, tanda Kernig positif, gelisah,

lemah dan sukar tidur). Defisit neurologik yang timbul bergantung pada

tempat kerusakan. Penurunan kesadaran menyebabkan koma, dapat terjadi

kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan

kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental.

Pada ensefalitis herpes simpleks gejala berlangsung akut selama beberapa

hari. Dua keadaan klinis ensefalitis HSV yaitu 1) Sindrom meningitis aseptik;

disebut aseptik karena hasil kultur negatif, sebagian besar disebabkan virus,

Sindrom ini menandakan keterlibatan meninges pada ensefalitis HSV,

umumnya disebut meningoensefalitis; dan 2) Sindrom Ensefalitis Akut yang

umum terlihat pada ensefalitis HSV.

Sindrom Aseptic Meningitis, antara lain:

a. Demam 38-40 °C, biasanya akut.

b. Nyeri kepala - biasanya lebih berat dibandingkan nyeri kepala saat demam

sebelumnya.

c. Fotofobia dan nyeri pada gerakan bola mata.

d. Kaku kuduk sebagai pertanda rangsang meningeal, biasanya tidak terdeteksi

pada fase awal.

e. Pemeriksaan Kernig dan Brudzinski sering negatif pada meningitis viral.

Gejala sistemik infeksi virus, seperti radang tenggorokan, mual dan muntah,

9
kelemahan tubuh, rasa pegal punggung dan pinggang, konjungtivitis, batuk,

diare, bercak kemerahan (eksantema).

f. Jika disertai penurunan kesadaran serta perubahan kualitas kesadaran,

mungkin ke arah diagnosis ensefalitis.

g. Pemeriksaan LCS (Liquor Cerebrospinalis): nilai glukosa normal, dan

pleositosis limfositik.5

D. Patofisiologi Enchepalitis
Setelah mikroorganisme masuk ke tubuh manusia yang rentan, melalui kulit,

saluran napas, dan saluran cerna. Virus menuju sistem getah bening dan

berkembang biak. Virus akan menyebar melalui aliran darah dan menimbulkan

viremia pertama. Melalui aliran darah virus akan menyebar ke sistem saraf

pusat dan organ eksterneural. Kemudian virus dilepaskan dan masuk ke dalam

peredaran darah menyebabkan viremia ke dua yang bersamaan dengan

penyebaran infeksi penyakit sistemik.

Setelah terjadinya viremia, virus menembus dan berkembang biak pada

endotel vascular dengan cara endositosis. Sehingga dapat menembus sawan

otak. Setelah mencapai susunan saraf pusat virus berkembang biak dalam sel

dengan cepat pada reticulum endoplasme serta badan golgi yang

menghancurkan mereka. Akibat infeksi virus tersebut maka permeabilitas sel

neuron, glia, dan endotel meningkat. Sehinggga cairan di luar sel masuk ke

dalam dan timbulah edema sistoksik. Adanya edema dan kerusakan pada

susunan saraf pusat inimemberikan manifestasi berupa ensefalitis. Dengan

10
masa prodmoral berlangsung 1-4 hari. Area otak yang terkena dapat pada

thalamus, ganglia basal, batang otak, hipotalamus, dan korteks serebra.

E. Penatalaksanaan Medis Enchepalitis


Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

a. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan

sebagai tindakan pencegahan.

b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh

dokter :

· Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.


· Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
· Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir

secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV

encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30

mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah

kekambuhan.
· Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara

polifragmasi.

c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak

· Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan

yang diberikan tergantung keadaan.


· Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam

pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.


· Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk

menghilangkan edema otak.

d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk

memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

11
· Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
· Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang

sama.
· Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan

valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai

kebutuhan (2-3l/menit).

f. Penatalaksanaan shock septik.

g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh

yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher,

ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai

hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4

mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali

pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau

parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral.

F. Pemeriksaan Penunjang Enchepalitis


1. Pemeriksaan Laboratorium: Darah Rutin; lekosit : normal atau lekopeni

(lekositosis ringan). Dari kimia darah ditemukan amilase serum sering

meningkat pada parotitis, fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus

dan mononucleosis infeksiosa, dan pemeriksaan anti bodi-antigen spesifik

untuk HSV, CMV, dan HIV. Elektrolit; dalam batas normal, SIADH terjadi

pada 25% pasien dengan ensefalitis St Louis.

12
2. Punksi Lumbal apabila tidak ada kontraindikasi, ditemukan cairan

serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal atau dapat meningkat dan

fase dini dapat dijumpai peningkatan sel PMN serta glukosa dan klorida

normal.
3. Elektroensefalografi (EEG) dilakukan apabila ada manifestasi kejang.
4. Polymerase chain reaction (PCR); PCR untuk DNA HSV 100% spesifik dan

75-98% sensitif dalam 25-45 jam pertama.


5. Radiologi; CT-scan merupakan salah satu modalitas pilihan pada kasus

ensefalitis. Pada keadaan awal, dapat tidak ditemukan kelainan intrakranial.

Namun, pada proses lanjut dapat ditemukan lesi yang hipodens dan terjadi

penyangatan/enhancement post pemberian kontras disertai edema yang

hebat disekitarnya (perifokal edema) sehingga menimbulkan efek massa

intracranial. Dapat pula ditemukan perdarahan intrakranial. Lokasi tersering

adalah pada lobus frontalis dan temporalis baik unilateral maupun

bilateral.9,10

G. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas

Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

b. Keluhan utama

Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang

Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat

kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.

d. Riwayat penyakit dahulu

13
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah

menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan

tenggorokan.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh:

Herpes dll. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E,

Coli, dll.

f. Imunisasi

Kapan terakhir diberi imunisasi DTP.

g. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

1) Kebiasaan

Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan

buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan

(daerah kumuh).

2) Status Ekonomi

Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.

3) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang

semPemenuhan Nutrisi

4) Pola Eliminasi

Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis

karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi

obstipasi.

14
5) Pola tidur dan istirahat

Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya

tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai

koma.

6) Pola Aktivitas

a) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx

Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.

b) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka

latihan gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan sendi :

bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan

pasif sesuai ROM Kekuatan otot berkurang karena px

Ensefalitisdengan gizi buruk. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi

komplikasi ke jantung ,ginjal, mudah terInfeksi berat, aktifitas

togosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum,

gangguan pertumbuhan

7) Pola Hubungan Dengan Peran

Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan

Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis

sampai koma.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (00201)
2. Nyeri akut (00183) berhubungan dengan agens cidera biologis.
3. Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan

neuromuskular.

15
I. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

Keperawatan
1. 1. Risik Tujuan : Perawatan jantung

o Perfusi jaringan (0422) (4040)

ketidakefek Kriteria Hasil : a. Secara rutin

tifan perfusi a. (042201) Aliran darah mengecek pasien baik

jaringan melalui pebuluh darah hepar secara fisik dan

otak ditingkatkan dari skala 2 psikologis sesuai

(00201) (deviasi yang cukup besar dengan kebijakan tiap

dari kisaran normal) ke skala agen/penyedia

5 (tidak ada deviasi dari layanan.


b. Pastikan tingkat
kisaran normal)
b. (042202) aliran darah aktivitas pasien yang

melalui pembuluh darah tidak membahayakan

ginjal ditingkatkan dari skala curah jantung atau

2 (deviasi yang cukup besar memprovokasi

dari kisaran normal) ke skala serangan jantung.


c. Dorong (adanya)
5 (tidak ada deviasi dari
peningkatan aktivitas
kisaran normal)
c. (042206) aliran darah bertahap ketika

melalui pembuluh darah kondisi (pasien)

jantung ditingkatkan dari sudah distabilkan.


d. Instrusikan
skala 2 (deviasi yang cukup
pasien tentang

16
besar dari kisaran normal) ke pentingnya untuk

skala 5 (tidak ada deviasi dari segera melaporkan

kisaran normal) bila merasakan nyeri


d. (042208) aliran darah
dada.
melalui pembuluh darah e. Rujuk ke

cerebral ditingkatkan dari program gagal

skala 2 (deviasi yang cukup jantung untuk dapat

besar dari kisaran normal) ke mengikuti program

skala 5 (tidak ada deviasi dari edukasi pada

kisaran normal) rehabilitasi jantung,


e. (042210) aliran darah
evaluasi dan
melalui pembuluh darah pada
dukungan yang sesuai
tingkat sel ditingkatkan dari
panduan untuk
skala 2 (deviasi yang cukup
meningkatkan
besar dari kisaran normal) ke
aktivitas dan
skala 5 (tidak ada deviasi dari
membangun hidup
kisaran normal)
kembali,

sebagaimana

mestinya.
2. Nyeri akut Tujuan : Akupressur (1320)

(00183) Tingkat nyeri (2102) a. Lakukan skrining

berhubungan Kriteria Hasil : untuk mengetahui

dengan agens a. (210201) Nyeri yang indikasi, misalnya

cidera dilaporkan ditingkatkan dari adanya benturan,

17
biologis. skala 2 (cukup berat) ke skala jaringan parut,

5 (tidak ada) infeksi, kondisi


b. (210204) Panjangnya
jantung yang serius.
episode nyeri ditingkatkan b. Putuskan apa

dari skala 2 (banyak (jenis) akupressur

terganggu) ke skala 5 (tidak yang dapat

terganggu) diaplikasikan untuk


c. (210221) Menggosok
penanganan pada
area yang terkena dampak
individu tertentu.
ditingkatkan dari skala 2 c. Ajarkan

(banyak terganggu) ke skala keluarga/orang yang

5 (tidak terganggu). penting/significant


d. (210217) Mengerang dan
others/SO (bagi
menangis ditingkatkan dari
pasien) untuk bisa
skala 2 (banyak terganggu)
melakukan
ke skala 5 (tidak terganggu).
e. (210206) Ekspresi nyeri penanganan melalui

wajah ditingkatkan dari skala akupessur.


d. Dokumentasikan
2 (banyak terganggu) ke
tindakan dan respon
skala 5 (tidak terganggu).
individu terhadap

akuprssure.
3. Hambatan Tujuan : Manajemen energi

mobilitas Ambulasi (0200) (0180)

fisik (00085) Kriteria Hasil : a. Kaji status

berhubungan a. (020001) Menopang fisiologis pasien yang

18
dengan berat badan ditingkatkan dari menyebabkan

gangguan skala 2 (banyak terganggu) kelelahan sesuai

neuromuskul ke skala 5 (tidak terganggu) dengan konteks usia


b. (020002) Berjalan
ar. dan perkembangan.
dengan langkah yang efektif b. Monitor

ditingkatkan dari skala 2 intake/asupan nutrisi

(banyak terganggu) ke skala untuk mengetahui

5 (tidak terganggu) sumber energi yang


c. (020003) Berjalan
adekuat.
dengan pelan ditingkatkan c. Instrusikan

dari skala 2 (banyak pasien/SO untuk

terganggu) ke skala 5 (tidak mengenali tanda dan

terganggu) gejala kelelahan yang


d. (020004) Berjalan
memerlukan
dengan kecepatan sedang
pengurangan
ditingkatkan dari skala 2
aktivitas.
(banyak terganggu) ke skala d. Ajarkan

5 (tidak terganggu) pasien/SO untuk


e. (020005) Berjalan
menghubungi tenaga
dengan cepat ditingkatkan
kesehatan jika tanda
dari skala 2 (banyak
dan gejala kelelahan
terganggu) ke skala 5 (tidak
tidak berkurang.
terganggu)

BAB III

19
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ensefalitis virus adalah keradangan pada ensefalon yang penyebabnya

berasal dari virus. Ensefalitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan

kerusakan parenkim bervariasi dari ringan sampai dengan sangat berat.


Ensefalitis terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk primer dan bentuk

sekunder. Ensefalitis Primer melibatkan infeksi virus langsung dari otak dan

sumsum tulang belakang. Sedangkan ensefalitis sekunder, infeksi virus

pertama terjadi di tempat lain di tubuh dan kemudian ke otak.


Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh

bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

B. Saran
Setelah penulis menulis kesimpulan, ada beberapa saran diantaranya sebagai

berikut :
1. Seharusnya mahasiswa lebih mendalami

masalah mengenai enchepalitis.


2. Seharusnya mahasiswa tidak hanya

mengetahui masalah mengenai enchepalitis tetapi juga harus bisa

mengimplementasikan dalam memberikan asuhan keperawatan agar

nantinya tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price A.Sylvia, Wilson M.Lorraine. Patofisiologi. Konsep Klinis

Prosesproses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC; 2006. p.1154.

20
2. Lazoff M. Encephalitis. [online] Feb 26, 2010. [cited on May 13, 2011]:

Available from: URL: http://emedicine.medscape.com.


3. Dahnert Wolfgang. Dahnert Radiology Review Manual. Phoenix:

Lippincott Williams & Wilkins; 1999. p.232.


4. Poerwadi, Troboes. 1992. Encephalitis. Surabaya, Aksona VI: 3-19.
5. Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta :

Media Aesculapius.
6. Anania, et all. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit.

Jakarta: Indeks.
7. Parinding, Imanuel Taba. 2012. Diagnosis dan Tata Laksana Ensefalitis

Herpes Simpleks. CDK-193/ vol. 39 no. 5: 355-357.

http://www.kalbemedical.org/Portals/6/11_193Diagnosis%20dan%20Tata

%20Laksana%20Ensefalitis%20Herpes%20Simpleks.pdf [30 Januari 2018]


8. Maha, Masri Sembiring. Japanese Encephalitis. CDK-193/ vol. 39 no. 5:

349-350. http://www.kalbemedical.org/ Portals/6/09_193Japanese%20

Encephalitis.pdf [30 Januari 2013]


9. Bonetti M.G, Ciritella P, Valle G,et all. Nuclear Medicine in Neurologi

Emergency. In: Scarabino T, Salvolini U, Jinkins R. Emergrncy

Neuroadiology. Berlin: Springer; 2006. p.389-91.


10. McCann J.W.J, Phelan E. Pediatric Neurological Emergencies. In:

Marincek Borut, Dondelinger F.Robert, eds. Emergency Radiology Imaging

and Intervention. Berlin: Springer; 2007. p.590.


11.NANDA, 2015-2017. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta : EGC.
12. NOC ( Nursing Outcomes Classification ) edisi kelima dan NIC

( Nursing Interventions Classification ) edisi keenam.

21

Anda mungkin juga menyukai