Anda di halaman 1dari 13

PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR (BBL)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau masa gestasinya
dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir normal harus
menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di
luar rahim (ekstrauterin). Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat
penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus
ke ekstrauterin dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang
menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal.
Penatalaksanaan dan mengenali kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana
memerlukan pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.
Salah satu masalah yang sering ditemukan pada bayi yaitu bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) maupun bayi kurang bulan (BKB )
merupakan masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia.
BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, karena merupakan penyebab
kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Menurut SKRT 2001, 29 % kematian neonatal
karena BBLR.
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Masalah yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah hipotermi, hiperbilirubinemia,
hipoglikemi, infeksi / sepsis dan ganguan minum. Dengan banyaknya penyulit pada BBLR,
kita harus dapat mencegahnya mulai dari meningkatkan pengetahuan ibu tentang BBLR dan
langkah – langkah untuk mencegah hal tersebut.
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini
sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kenadungan
dapat hidup sebaik – baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka
kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada
masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai
perubahan biokimia dan fungsi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada bayi baru
lahir serta pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada
bayi baru lahir.
b. Mampu mengidentifikasi penilaian awal dan langkah esensial bayi baru lahir.
c. Mampu melaksanakan pengkajian terkait dengan bayi baru lahir.

BAB II
ISI
A. Tinjauan Teoritis
1. Defenisi bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir normal (BBLN) adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau
masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir
normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar
rahim. Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai
dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke luar rahim
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan
perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir.
2. Penilaian awal dan langkah esensial bayi baru lahir
a. Penilaian awal bayi baru lahir
Penilaian awal dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi bayi apakah :
- Bayi dinyatakan cukup bulan jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40 minggu.
Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar rahim (uterus)
- Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium.
Tinja bayi pada 24 jam pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang
berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium
mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo
dan zat sisa dari jaringan tubuh.
- Bayi menangis atau bernapas.
Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi
pernapasan, apnea, napas cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila
frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali permenit dan bayi segera menangis
kuat pada saat lahir.
- Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif.
Pada saat lahir otot bayi lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus,
kemampuan untuk berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai
kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis
belum berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak
terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
- Warna kulit bayi normal.
Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda, pucat, kebiruan, atau kuning,
timbul perdarahan dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak
kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis, lapisan lemak subkutan
belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit dengan pigmen yang banyak
sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi menangis.
b. Diagnosis bayi baru lahir
Diagnosis bayi baru lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau mendeteksi sedini
mungkin adanya kelainan pada janin. Kegagalan untuk mendeteksi kelainan janin dapatt
menimbulkan masalah pada jam – jam pertama kehidupan bayi diluar rahim. Dengan
mengetahui kelainan pada janin dapat membantu untuk mengambil tindakan serta
memberikan asuhkan keperawatan yang tepat sehingga dapat membantu bayi baru lahir
sehat untuk tetap sehat sejak awal kehidupannya.
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh.
Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan
kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi
darah dan refleks – refleks primitive seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak
ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat
dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan
spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi
untuk cacat.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score). Pertemuan
SAREC tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan
cara sederhana yang disebut SIGTUNA (SIGTUNA Score) sesuai dengan nama tempat
terjadinya konsensus. Penilaian cara ini terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar
karena hanya menilai dua parameter yang essensial.
Penilaian derajat vitalitas bayi baru lahir dapat juga digunakan penilaian secara APGAR.
Pelaksanaannya cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus
menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan dan warna
kulit. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat nilai APGAR sangat bermanfaat untuk
mengenal bayi resiko tinggi yang potensial untuk kematian dan kecacatan neurologis jangka
panjang. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan dan denyut jantung yang
berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan anoksia. Ketiga variabel lain lebih merupakan
indicator maturitas tumbuh kembang bayi.
Penilaian APGAR skor ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950). Penilaian APGAR skor ini
dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk member kesempatan kepada bayi memulai
perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih
sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10
memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan
dengan kondisi neurologis.

SKOR APGAR

TANDA 0 1 2
Appearance Biru,pucat Badan pucat,tungkai biru Semuanya merah muda
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lumpuh Gerakan sedikit/fleksi tungkai Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat

Prosedur penilaian APGAR


• Pastikan pencahayaan baik
• Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan. Jumlahkan
hasilnya
• Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
• Ulangi pada menit kelima
• Ulangi pada menit kesepuluh
• Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian
o Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
o Nilai tertinggi adalah 10
• Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
• Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi
• Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera
sampai ventilasi

c. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir normal


Dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir lakukan pemeriksaan fisik pada bayi. Ketika
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi lahir normal hal- hal yang harus diperhatikan oleh
petugas adalah informasikan prosedur terlebih dahulu pada orang tua, gunakan tempat yang
hangat dan bersih untuk pemeriksaan, cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan,
gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi, lepaskan pakaian
hanya pada area yang diperiksa, untuk mencegah kehilangan panas, lakukan prosedur yang
mengganggu seperti menguji refleks pada tahap akhir, lakukan secara cepat untuk
menghindari stress pada bayi. Petugas dapat melihat, mendengarkan dan merasakan tiap –
tiap daerah yang akan diperiksa yang dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematik
menuju kaki. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, petugas dapat meminta bantuan
yang memang diperlukan. Rekam dan catatlah hasil pengamatan setiap hasil pemeriksaan
dan setiap tindakan yang diperlukan lebih lanjut.

Tujuan Pemeriksaan Fisik pada bayi baru lahir


(1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi karakteristik bayi
(3) Memperkirakan usia gestasi
(4) Mengkaji perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas neuromuscular
(6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan tindakan
(8) Menggunakan hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
Langkah –langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi :
(1) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah pengukuran Anthopometri yaitu
pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar 33 – 35 cm, lingkar dada
30,5 – 33 cm, panjang badan 45 – 50 cm, berat badan bayi 2500 gram – 4500 gram.
(2) Pemeriksaan tanda – tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap
lingkungan.
(a) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya. Namun demikian
bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan
yang belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi hipotermi. Suhu bayi
dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat celcius - 37,5 derajat celcius pada
pengukuran diaksila.
(b) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena
adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi
yang normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
(c) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi
oleh aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
(d) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk diukur secara akurat. Meskipun tidak
secara rutin diukur pada waktu lahir, tekanan darah yang dilakukan dengan ultrasonografi
Doppler merupakan metode yang paling akurat pada bayi. Metode ini mengukur sistolik dan
diastolik serta tekanan arteri rata – rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/ 46
mmHg.
(3) Pemeriksaan fisik secara sistematik (head to too)
Pemeriksaan fisik secara sistematik pada bayi baru lahir dimulai dari :
(a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura
yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus.
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang
disebut moulding atau moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga
ubun –ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.
Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi
karena adanya trisomi 21.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,
perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan
congenital seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
(b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan
adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
(c) Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara kantus mata
bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaukoma
kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada
kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat terjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus
melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
(d) Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir dipastikan
tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus tertutup. Refleks hisap bayi harus bagus,
dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan
ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan
adanya sifilis congenital. Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya rangsangan pernapasan.
(e) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di
bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
(f) Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik pada laki
– laki maupun perempuan terlihat membesar karena pengaruh hormone wanita dari darah
ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan
yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
(g) Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili
atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada
kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut, sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
(h) Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat. Perut harus
tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji
adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
duktus omfaloentriskus persisten.
(i) Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjer kecil yang
terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia
mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol.
Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga
psedomenstruasi. Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya
tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya
terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan
kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.
(j) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris.
Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau komplet dapat
menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada. Ekstremitas
bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis
normalnya ada.
(k) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang
dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.
(l) Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi),
warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda lahir. Perhatikan adanya
lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
(m) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak berubah
sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukkan
imaturitas neurologis, refleks – refleks tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak
adanya refleks – refleks ini menandakan masalah neurologis yang serius.

Refleks Respons Normal Respons abnormal


Rooting dan mengisap Bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus, membuka mulut
dan mulai mengisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut disentuh dengan jari atau putting susu.
Respons yang lemah atau tidak ada respon terjadi pada prematuritas, penurunan atau cidera
neurologis, atau depresi sistem saraf pusat (SSP). Sekunder karena menelan obat maternal
(misalnya narkotik)
Menelan Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan mengisap bila cairan ditaruh
dibelakang lidah Muntah, batuk atau regurgitasi cairan dapat terjadi, kemungkinan
berhubungan dengan sianosis sekunder karena prematuritas, defisit neurologis, atau cedera,
terutama terlihat setelah laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau
puting susu Ekstrusi lidah secara kontiniu atau menjulurkan lidah yang berulang – ulang
terjadi pada kelainan SSP dan kejang.
Moro
Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk
membentuk huruf “C” diikuti dengan aduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika
posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan telentang pada permukaan yang datar.
Respons asimetris terlihat pada cidera saraf perifer (plesus brakhialis) atau fraktur klavikula
atau fraktur tulang panjang lengan dan kaki. Tidak ada respons terjadi pada kasus – kasus
cedera SSP yang berat.
Melangkah Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan
gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata bayi akan berusaha untuk
merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan telungkup pada
permukaan datar. Respons asimetris terlihat pada cedera saraf SSP atau perifer atau fraktur
tulang panjang kaki. Respons asimetris terlihat pada cedera saraf SSP atau perifer atau
fraktur tulang panjang.
Tonik leher atau “flencing” Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan
ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi
selagi beristirahat. Respons ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setelah lahir.
Respons persisten setelah bulan keempat dapat menandakan cedera neurologis. Respons
menetap tampak pada cedera SSP dan gangguan neurologis
Terkejut Bayi melakukan abduksi dan fleksi seluruh ekstremitas dan dapat mulai menangis
bila mendapat gerakan mendadak atau suara keras Tidak adanya respons menandakan
defisit neurologis atau cedera. Tidak adanya respons secara lengkap dan konsisten terhadap
bunyi keras dapat menandakan ketulian. Respon dapat menjadi tidak ada atau berkurang
selama tidur dalam.
Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat
seolah – olah berusaha untuk memindahkan stimulus ke kaki yang lain bila diletakkan
telentang bayi akan mengekstensikan satu kaki sebagai respon terhadap stimulus pada
telapak kaki. Respon yang lemah atau tidak ada respon terlihat pada cedera saraf perifer
atau fraktur tulang panjang.
Glabellar “blink” Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang
hidung pada saat mata terbuka. Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan
kemungkinan gangguan neurologis.
Palmar graps Jari bayi akan melekuk disekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila
jari diletakkan di telapak tangan bayi. Respon ini berkurang pada prematuritas. Asimetris
terjadi pada kerusakan saraf perifer (pleksus brakhialis) atau fraktur humerus. Tidak ada
respon terjadi pada defisit neurologis yang berat.
Plantar graps Jari –jari bayi akan melekuk kebawah bila jari diletakkan di dasar jari – jari
kaki Respon ini berkurang pada prematuritas.
Tanda Babinski Jari –jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari
dorsifleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki
Tidak ada respon terjadi pada defisit SSP

d. Mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir


Pencegahan infeksi merupakan upaya untuk mencegah transmisi silang dan diterapkan
dengan mengacu pada kewaspadaan standar. Proses peralatan atau instrument harus
dilakukan secara benar dan mengikuti standar yang ada agar diperoleh hasil maksimal dan
memenuhi syarat. Pencegahan infeksi tidak selalu berarti penambahan biaya, yang penting
adalah terbangunnya budaya bersih, menjamin rasa aman dan kesungguhan untuk
memberikan pelayanan berkualitas.
Infeksi yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir normal adalah melalui tali pusat. Tali
pusat dalam istilah medis disebut umbilical cord. Ini merupakan saluran kehidupan bagi
janin selama di dalam kandungan. Semasa dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan
oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya, karena janin sudah
dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tidak diperlukan lagi maka saluran
ini harus dipotong dan dijepit atau diikat.
Infeksi dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat yang tidak menggunakan alat – alat
steril dan pada saat penyembuhan tali pusat. Ketika bayi baru lahir tali pusat biasanya masih
terdapat pada abdomennya dengan beberapa tipe penjepitan atau pengikat tali pusat. Segera
setelah lahir pembuluh umbilikus masih dapat menyebabkan perdarahan yang fatal bila
penjepit atau pengikatnya kendur. Kadang- kadang bakteri memasuki area tersebut sebelum
terjadi penyembuhan, hal inilah yang dapat menyebabkan infeksi pada tali pusat.

Pencegahan infeksi pada saat pemotongan tali pusat dan mengikat tali pusat dapat
dilakukan dengan cara :
1. Bersihkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %
untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
2. Klemlah tali pusat dengan dua buah klem yang steril kira – kira 2 dan 3 cm dari pangkal
tali pusat, kemudian potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
gunting dengan tangan kiri.
3. Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat, ganti sarung tangan jika telah
kotor.
4. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT).
5. Keringkan tangan dengan handuk atau kain bersih yang kering.
6. Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat yang steril.
Pemotongan tali pusat pada bayi lahir normal dilakukan sekitar 2 menit setelah bayi lahir
atau setelah menyuntikan oksitoksin 10 IU intra muscular kepada ibu dengan alasan untuk
memberi cukup waktu bagi tali pusat untuk mengalirkan darah kaya besi kepada bayi.
Jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat. Hindari
pembungkusan tali pusat atau jika dibungkus tutupi dengan kassa steril dalam keadaan
longgar, tampuk tali pusat yang tidak tertutup agar terkena udara akan mongering dan
puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit. Popok bayi dilipat dibawah tali
pusat, jika tali pusat terkena kotoran atau tinja bayi, cuci dengan air bersih serta keringkan
betul – betul.
Tanda – tanda tali pusat mengalami infeksi yang perlu diwaspadai dengan cepat pada bayi
lahir normal adalah :
• Tali pusat berwarna merah
• Daerah sekitar tali pusat bengkak
• Keluar cairan berbau busuk dari daerah sekitar tali pusat
• Cairan kadang – kadang disertai dengan darah
jika infeksi terjadi pada bayi lahir normal akan terjadi peningkatan suhu berkisar diatas
37,5° C, bayi menangis terus menerus tidak bisa tenang, kejang halus dan lemas.
Pencegahan infeksi pada saat pemulihan tali pusat :
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk buang air kecil
maupun air besar. Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih selalu dan letakkan popok di
bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Bayi dimandikan
setiap hari dengan membersihkan seluruh badan bayi terutama tali pusat dibersihkan
dengan air bersih, hangat, dan sabun. Jaga bayi dari orang – orang yang menderita infeksi
dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu.
Pengendalian infeksi nasokomial
Untuk mengendalikan infeksi nasokomial pada bayi baru lahir dan neonates diperlukan
suatu prosedur standar yang harus dipatuhi oleh petugas yang terlibat didalamnya. Prosedur
standar ini berbeda untuk setiap bangsal perawatan. Misalnya prosedur di bangsal bayi baru
lahir yang sehat tidak sama dengan prosedur perawatan di bangsal perawatan intensif.
Secara umum berbagai prosedur dibawah ini harus dikerjakan di bangsal perawatan bayi,
yaitu :
1. Prosedur pada mata
Pencegahan ophthalmia neonatorum adalah satu cara yang praktis dilakukan untuk
mengontrol infeksi pada bayi baru lahir. Untuk ini dapat dipakai obat mata topical seperti
setetes larutan Perak Nitrat 1 % ; salep mata eritromisin 0,5 % atau Tetrasiklin 1 %. Kedua
salep mata ini juga dapat mencegah Klamidia trakomatis. Berikan dalam 1 jam pertama
kelahiran. Setelah pemberian profilaksis infeksi mata, kembalikan bayi pada ibunya untuk
disusukan dan bergabung kembali.
2. Perawatan kulit dan tali pusat
Dianjurkan untuk merawat kulit neonates dengan teknik “dry skin care”, maksudnya
membuat kulit agar tetap kering dengan mengatur suhu kamar, mengurangi trauma pada
kulit dan mencegah pemberian obat – obat topikal yang mempunyai efek samping terhadap
kulit. Dalam hal ini termasuk membersihkan bayi hendaknya setelah temperaturnya stabil
dan tidak menggunakan antiseptik. Kemudian untuk menghilangkan darah dan mekonium
dari wajah, kepala dan badan dipakai spons katuun yang steril dengan air hangat. Untuk
perawatan tali pusat, tidak satupun yang lebih baik dari pada yang lainnya untuk membatasi
kolonisasi bakteri. Yang penting ialah membuat tali pusat kering. Untuk itu dapat dipakai
obat – obat topikal seperti :
• Triple dye
• Salep Bacitracin
• Krem Silver sulfadiazine
• Betadine 10 %
Semua obat diatas dapat memperlambat atau mengurangi kolonisasi bakteri di tali pusat,
terutama Stafilokokkus aureus. Alkohol, yang sering dipakai di rumah sakit maupun setelah
pulang dari rumah sakit mempercepat keringnya tali pusat dan lepasnya tali pusat. Akan
tetapi obat ini efektif untuk membatasi kolonisasi bakteri.
3. Staf perawatan
Oleh karena banyaknya bayi dalam satu bangsal dan kurangnya staf, akan meningkatkan
terjadinya infeksi nasokomial. American Academy of Pediatrics menganjurkan pada bangsal
bayi baru lahir yang sehat rasio perawat : bayi adalah 1 perawat : 6 – 8 bayi; sedangkan
bangsal bayi dengan rawat gabung parsial membutuhkan 1 perawat untuk 4 – 5 pasangan
ibu bayi. Disini dianjurkan agar perawat mencuci tangan terlebih dulu sebelum kontak
dengan bayi. Di bangsal bayi baru lahir dengan perawatan intensif yang sederhana
diperlukan rasio 1 : 3 – 4, maksudnya satu perawat untuk 3 – 4 bayi, dan pada bangsal
perawatan intensif (NICU) 1 perawatan untuk 1 – 2 bayi.
4. Desain ruang perawatan
Jarak yang adekuat antara tempat tidur bayi dengan peralatan lainnya dapat mencegah
kepadatan dan mengurangi resiko kontaminasi yang tidak disengaja antara bayi dengan
petugas. Luas lantai yang di rekomendasikan untuk satu tempat tdr bayi bervariasi
tergantung intensitas perawatannya. Untuk level 1 : 20- 25 tempat tidur; level II : 30 – 50
feet dan level III : 80 – 100.
5. Rawat gabung
Banyak rumah sakit melakukan rawat gabung untuk merawat bayi normal. Dari berbagai
penelitian terlihat bahwa tidak ada kenaikan insiden infeksi nasokomial pada bayi –bayi
yang dirawat gabung bila dibandingkan pada bayi – bayi yang dirawat gabung bila
dibandingkan pada bayi – bayi yang dirawat di bangsal perawatan bayi normal. Jika
program ini adalah suatu cara yang potensial untuk mengurangi resiko kepadatan dan
menurunkan kontaminasi silang di bangsal perawatan bayi normal. Setiap orang yang
masuk ke kamar bayi harus memakai sandal khusus dan mencuci tangan.
6. Air susu ibu
Air susu ibu adalah makanan standar bagi semua bayi. Menggalakkan penggunaan air susu
ibu adalah sangat penting karena ASI member perlindungan alamiah terhadap problema
saluran cerna yang sering timbul pada neonatus. Clavano (1982) dengan cara rawat gabung
dan penggunaan ASI berhasil menurunkan kejadian diare, moniliasis mulut dan sepsis.
Sedangkan Narayan (1981) dengan penggunaan ASI pada BBLR berhasil pula menurunkan
kejadian infeksi.
7. Mencuci tangan
Oleh karena cara penularan infeksi yang utama di bangsal bayi adalah melalui tangan
petugas (bakteri transien), maka mencuci tangan merupakan salah satu cara yang efektif
untuk melaksanakan program mengkontrol infeksi. Dengan mencuci tangan maka mikroba
yang berada di tangan petugas akan hilang. Mencuci tangan dengan memakai sabun selama
15 detik akan menghilangkan mikroba yang berada di tangan (bakteri transien). Sedangkan
untuk membersihkan bakteri residen diperlukan waktu yang lebih lama dan harus memakai
detergen anti bakteri.
8. Pakaian
Dulu pemakaian gaun dianjurkan. Akan tetapi ternyata pemakaian gaun ini tidak
mengurangi penularan bakteri atau tidak menurunkan insiden infeksi nasokomial di bangsal
bayi baru lahir.
9. Isolasi
Diperlukan pada kasus yang menular seperti penyakit karena stafilokokkus, konjungtivitis
bakterialis, dan diare. Perlindungan fisik (isolasi) adalah suatu cara untuk mengendalikan
penyebaran infeksi di rumah sakit.
10. Pengunjung
Harus dibatasi masuk ke bangsal perawatan bayi untuk mencegah timbulnya infeksi,
terutama pengunjung yang sakit.
11. Pengontrolan terhadap epidemic
Yaitu dengan pemeriksaan epidemiologi mendata prosedur dan teknik yang selama ini
digunakan untuk merawat bayi seperti perawatan kulit dan tali pusat, cara – cara desinfeksi
dan sterilisasi alat – alat.
Hal ini dilakukan dengan cara :
• Survey kultur dari pasien –pasien yang disangkakan untuk mendeteksi karier
asimptomatik (misalnya tali pusat lubang hidung pada epidemi stafilokokkus).
• Kultur bagian –bagian tubuh petugas yang selalu berhubungan dengan perawatan bayi
untuk mengetahui sumber dan cara penularan.
• Memperhatikan bayi – bayi yang dirawat.
• Memperhatikan kesehatan petugas.
• Merubah prosedur perawatan kulit dan tali pusat.
• Merubah cara membersihkan tangan dan antiseptik yang digunakan.
• Antimikroba profilaksis, seperti penisilin pada epidemi streptokokkus.
e. Menjaga temperatur dan mencegah kehilangan panas tubuh
Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi temperature tubuh sehingga
jika penanganan pencegahan kehilangan panas tubuh dan lingkungan sekitar tidak
disiapkan dengan baik, bayi tersebut dapat mengalami hipotermi yang dapat mengakibatkan
bayi menjadi sakit atau mengalami gangguan fatal.
Mekanisme kehilangan panas tubuh yang dapat dialami oleh bayi dapat melalui 4
mekanisme yaitu :
(1) Mekanisme kehilangan panas secara evaporasi.
Mekanisme kehilangan panas secara evaporasi adalah proses kehilangan panas tubuh bayi
dengan penguapan cairan pada permukaan tubuh bayi. Ketika bayi telah lahir, tubuh yang
basah akan terpapar ke udara yang dingin diruang bersalin, kedinginan yang tiba – tiba ini
menyebabkan bayi akan kehilangan panas tubuhnya dengan cepat, karena permukaan kulit
tubuh sangat luas sehingga suhu dapat turun dengan cepat.
(2) Mekanisme kehilangan panas secara konduksi.
Tubuh bayi bersentuhan dengan permukaan yang temperaturnya lebih rendah. Contoh ke
instrument yang dingin.
(3) Mekanisme kehilangan panas secara konveksi.
Tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan bertemperatur dingin. Contoh seperti ke aliran
udara yang dingin oleh kipas angin.
(4) Mekanisme kehilangan panas secara radiasi.
Pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin di dekat tubuh bayi. Contoh
kedinding ruangan yang dingin.
Mencegah kehilangan panas tubuh bayi :
• Pastikan bayi tersebut tetap dalam keadaan hangat dan terjadi kontak antara kult bayi
dengan kulit ibu.
• Mengganti handuk atau kain basah serta bungkus bayi dengan selimut dan jangan lupa
memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas
tubuh.
• Tempatkan bayi pada suhu lingkungan yang hangat dan tidak banyak hembusan angin
dengan batasan normal suhu ruangan berkisar 36,5° C sampai 37° C.
• Jangan segera menimbang bayi tanpa penutup tubuh dan jangan segera memandikan bayi,
tunggu minimal 6 jam setelah bayi lahir dengan suhu minimal 36,5° C.
f. Memahami manfaat kontak dini (termasuk asupan dini atau inisiai dini ASI) dan rawat
gabung ibu dan bayi.
Pemberian inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir.
Seringkali ibu mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini salah satunya adalah
dikarenakan kegagalan atau tidak adanya IMD atau “Inisiasi Menyusui Dini” pada bayi yang
baru lahir. Bidan dan dokter penolonglah yang seharusnya memiliki inisiatif ini. Selama ini
kesalahan yang dilakukan adalah bahwa bayi yang baru lahir langsung dibersihkan,
dibungkus dengan pakaian baru disusukan ke ibunya. Padahal sebenarnya bukan seperti itu
cara yang tepat.
Definisi :
Memberikan kesempatan bayi menyusu sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi
di dada atau perut ibu dan kulit bayi melekat pada kulit ibu (skin to skin contact) setidaknya
selama 1 – 2 jam sampai bayi menyusu sendiri.
Proses ini dapat menghindari kematian bayi dan juga penyakit – penyakit yang
menyerangnya selama hidupnya. Menyusui dini sangat berpengaruh terhadap keselamatan,
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menyusu secara eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupan, dengan makanan tambahan yang tepat dan terus menyusu dari usia 6 bulan
sampai 2 tahun, dapat mengurangi sedikitnya 20% seluruh kematian bayi dan balita.
Menyusu mencegah malnutrisi pada anak, suatu faktor yang mempengaruhi lebih dari
setengah kematian bayi secara global, sehingga harus diupayakan perbaikan praktek
menyusui agar dapat mengurangi kejadian malnutrisi dan kematian bayi secara efektif.
Inisiasi menyusu dini merupakan kontak kulit ibu dan bayi segera setelah lahir selama
paling sedikit satu jam. Dalam tindakan inisiasi menyusu dini ini bayi menggunakan naluri
alamiahnya untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan ibu tau bayinya siap untuk
menyusui.
Dalam istilah yang lain, inisiasi menyusui dini disebut juga sebagai proses Breast Crawl.
Dalam sebuah publikasi yang berjudul Breast Crawl : A Scientific Overview beberapa hal
yang menyebabkan bayi mampu menemukan sendiri putting susu ibunya, dan mulai
menyusui disebabkan oleh :
(1) Sensory inputs atau indera yang terdiri dari penciuman ; terhadap bau khas ibunya
setelah melahirkan, penglihatan ; karena bayi baru lahir dapat mengenal pola hitam putih,
bayi akan mengenali puting dan wilayah areola ibunya karena warna gelapnya. Berikutnya
adalah indera pengecap; bayi mampu merasakan cairan amniotic yang melekat pada jari –
jari tangannya, sehingga bayi pada saat baru lahir suka menjilati jarinya sendiri. Kemudian,
dari indera pendengaran; sejak dari dalam kandungan suara ibu adalah suara yang paling
dikenalnya. Dan yang terakhir dari indera perasa dengan sentuhan; sentuhan kulit ke kulit
antara bayi dengan ibu adalah sensasi pertama yang member kehangatan, dan rangsangan
lainnya.
(2) Central Component. Otak bayi yang baru lahir sudah siap untuk segera mengeksplorasi
lingkungannya, dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah tubuh ibunya. Rangsangan
ini harus segera dilakukan, karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan
kemampuan ini. Inilah yang menyebabkan bayi yang langsung dipisah dari ibunya, akan
lebih sering menangis dari pada bayi yang langsung ditempelkan ke tubuh ibunya.
(3) Motor Outputs. Bayi yang merangkak di atas tubuh ibunya, merupakan gerak yang paling
alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir. Selain berusaha mencapai puting ibunya,
gerakan ini juga memberi banyak manfaat untuk sang ibu, misalnya mendorong pelepasan
plasenta dan mengurangi perdarahan pada rahim ibu.
Melakukan IMD pada bayi merupakan pengalaman yang hanya terjadi sekali seumur hidup,
dan menentukan keberhasilan ASI Eksklusif selama 6 bulan.
Sebaiknya pemberian praktek inisiasi dini dilakukan terlebih dahulu dengan menunda
beberapa prosedur lain untuk bayi baru lahir normal seperti pemberian antibiotika salep
mata, vitamin K1, menimbang, dan lain – lain, sehingga inisiasi menyusu dini selesai.
Praktek inisiasi dini menyusu dini tidak hanya dilakukan pada pertolongan persalinan
normal, tetapi juga persalinan dengan Caesar. Dibawah ini adalah tata laksana inisiasi
menyusu dini di kamar operasi :
(a) Menjelaskan kepada ibu dan ayah mengenai inisia menyusu dini dan mengenali tanda –
tanda dan perilaku sebelum menyusu sehingga ayah akan mendukung dan membantu
meningkatkan percaya diri ibu.
(b) Dianjurkan ada keluarga mendampingi ibu saat operasi.
(c) Dalam menolong persalinan, sebaiknya menggunakan anaestesi epidural.
(d) Suhu dikamar operasi sebaiknya tidak terlalu dingin. Jika mungkin, diusahakan suhu
ruangan 20° C sampai 25° C.
(e) Bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangan dan menghilangkan verniks.
(f) Bayi ditengkurapkan di dada ibu supaya terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu.
Keduanya diselimuti dari atas. Bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari
kepala.
(g) Bayi dibiarkan mencari sendiri puting susu Ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut bila bayi telah menunjukkan kesiapan (misalnyaterlihat menggerakkan
kepala mendorong kaki, atau mengeluarkan air liur. Tetapi tidak memaksakan bayi ke puting
ibu.
(h) Bila inisiasi menyusu dini belum terjadi dikamar operasi, bayi tetap diletakkan di dada
ibu waktu dipindahkan kekamar pemulihan. Usaha menyusu dini dilanjutkan dikamar
perawatan bayi.
(i) Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah menyusu awal
selesai. Prosedur invasif, seperti suntikan vitamin K1 dan meneteskan mata bayi ditunda.
(j) Ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan selama 24 jam, dirawat gabung, serta pemberian
minum prelakteal dihindarkan.
Keuntungan praktek inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir diantaranya adalah :
1. Mengurangi infeksi dengan member kekebalan pasif maupun aktif pada bayi.
2. Kolostrum akan lebih cepat keluar dan ASI merupakan makanan dengan kualitas dan
kuantitas optimal sesuai dengan kebutuhan bayi.
3. Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi karena kolostrum merupakan imunisasi
pertama pada bayi. Cairan ini dinamakan the gift of life.
4. Memudahkan pelaksanaan ASI ekslusif yang akan meningkatkan kecerdasan. Bayi yang
diberikan kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama
disusui.
5. Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan menghisap, menelan dan bernapas.
Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga
mengurangi pemakaian energi.
6. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayinya. Bounding (ikatan kasih
sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1 – 2 jam pertama, bayi dalam
keadaan siaga. Setelah itu biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
7. Mencegah kehilangan panas tubuh bayi. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat
selama bayi merangkak mencari payudara ibu. Ini akan menurunkan kematian karena
kedinginan (hipotermi).
8. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi
akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.
9. Hentakan kepala bayi di dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,
emutan dan jilatan bayi pada puting susu ibu merangsang pengeluaran hormone oksitosin.
10. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama
kalinya dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapatkan kesempatan mengazankan
bayinya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosis bayi baru lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau mendeteksi sedini
mungkin adanya kelainan pada janin. Kegagalan untuk mendeteksi kelainan janin dapat
menimbulkan masalah pada jam – jam pertama kehidupan bayi diluar rahim. Dengan
mengetahui kelainan pada janin dapat membantu untuk mengambil tindakan serta
memberikan asuhan keperawatan yang tepat sehingga dapat membantu bayi baru lahir sehat
untuk tetap sehat sejak awal kehidupannya.
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar
dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan
perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal.
Penatalaksanaan dan mengenali kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana
memerlukan pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.

B. Saran
1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik
untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat
menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika
ditemukan adanya masalah.
2. semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan yang
benar terkait dengan bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai