ESSAY
Oleh :
1. Zulkardi Ariansyah X MIPA 1
ESSAY
Oleh :
Dira Damayanti XI MIPA 1
Zulkardi Ariansyah X MIPA 1
ARTIKEL
Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh
air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan
saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh
air (data Statistik 1990). Berdasarkan data tersebut, keadaan topografi Kota
Palembang merupakan dataran rendah. Lokasi daerah yang tertinggi berada di
Bukit Seguntang Kecamatan Ilir Barat I, dengan ketinggian sekitar 10 meter dpl.
Sedangkan kondisi daerah terendah berada di daerah Sungai Lais, Kecamatan Ilir
Timur II.
(http://www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/16/name/sumatera
-selatan/detail/1671/kota-palembang)
Dari segi kondisi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi
menjadi dua bagian besar disebut Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Terdapat
perbedaan karakter topografi antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Wilayah
Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif datar dan
sebagian besar dengan tanah asli berada dibawah permukaan air pasang
maksimum Sungai Musi (± 3,75 m diatas permukaan laut) kecuali lahan-lahan
yang telah dibangun dan akan dibangun dimana permukaan tanah telah
mengalami penimbunan dan reklamasi. Dibagian wilayah Seberang Ilir ditemui
adanya variasi topografi (ketinggian) dari 4 m sampai 20 m diatas permukaan laut
dan ditemui adanya penggunaan-penggunaan mikro dan lembah-lembah yang
“kontinyu” dan tidak terdapat topografi yang terjal. Dengan demikian dari aspek
topografi pada prinsipnya tidak ada faktor pembatas untuk pengembangan ruang,
baik berupa kemiringan atau kelerengan yang besar.
Kota Palembang terdiri dari jenis tanah yang berlapis alluvial (tanah
endapan yang terbentuk dari lumpur dan pasir halus yang mengalami erosi tanah),
liat, dan berpasir. Sebagian besar jenis tanah di wilayah Kota Palembang adalah
tanah liat dan lapisan aluvial terutama di wilayah Seberang Ilir. Sedangkan pada
wilayah Seberang Ulu terdiri dari tanah liat berpasir.
(http://www.palembang.go.id/35/geografis-kota-palembang)
Sebagai contoh, kita bisa mengambil pelajaran dari kejadian Jalan Tol
Palembang-Indralaya yang ambles sepanjang 30 meter. Kejadian ini dikarenakan
Jalan Tol Palembang-Indralaya tersebut berada pada lahan rawa yang
mengharuskan terlebih dahulu melakukan penimbunan terhadap lahan rawa. Agar
jalan dapat dibangun dan tahan lama digunakan salah satu metode yakni vacuum
consolidation untuk mengurangi kadar air dan udara dari butiran tanah pada lahan
tersebut. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan, karena adanya badan jalan yang di
bawahnya terdapat kabel saluran udara tegangan tinggi (SUTET) sepanjang 30
meter yang tidak bisa ditanam vaccum saat proses perbaikan lahan rawa.
Kecerobohan perencana dan pelaksana ini akibat target proyek agar jalan tersebut
dapat segera digunakan.
(http://bisnis.liputan6.com/read/2996348/tanah-tol-palembang-indralaya-ambles-
ini-penjelasan-menteri-pupr)
Tiang pancang maxi pile ialah tiang yang mempunyai ukuran besar dan
mampu menahan beban yang sangat berat. Bahkan tiang maxi pile yang berukuran
50 x 50 mampu menyangga beban dengan bobot mencapai 500 ton. Adapun tiang
pancang maxi pile tersedia dengan bentuk penampang persegi dan lingkaran.
Sementara itu, panjang tiang pancang di pasaran umumnya berkisar antara 3-12
meter.
(http://bisnis.liputan6.com/read/2996348/tanah-tol-palembang-indralaya-ambles-ini-
penjelasan-menteri-pupr)
DAFTAR PUSTAKA
Danarti, dkk. 1995. Studi Pengembangan Lahan Rawa Lebak. Puslitbangtrans: Jakarta.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang. 2016. Geografis Kota Palembang.
http://www.palembang.go.id/35/geografis-kota-palembang. Diakses pada tanggal
24 Oktober 2017.
NIP : 1968072220142001
Alamat Tempat Tinggal : Rumah Dinas Kehutanan Jl. Taman Sari lll, No.3,
Puntikayu Palembang.
Email : arindraj@gmail.com