Anda di halaman 1dari 14

CORPORATE GOVERNANCE

PRINSIP – PRINSIP CORPORATE GOVERNANCE

Oleh Kelompok 3 :

Lisa Rachel Usmany 1515251005


Septia Wulandari Suarka 1515251042
I Gst Ayu Nyoman Krisnia Putri 1515251059
Ni Made Cindy Ardina Antriksa 1515251072

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM EKSTENSI
2017/2018
KATA PENGANTAR

OM SWASTIASTU
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Prinsip-Prinsip Corporate Governance .
Tugas ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dalam mata kuliah Corporate Governance.
Paper ini dibuat dengan tujuan memperluas wawasan mengenai Prinsip-Prinsip
Corporate Governance. Paper ini dibuat sebagaimana mestinya agar para pembaca
mengetahui dan mendalami tentang Prinsip-Prinsip Corporate Governance tersebut.
Kami sebagai penulis berterima kasih kepada semua pihak atas suksesnya paper ini.
Semoga paper ini ada manfaatnya. Dan penulis menyadari sepenuhnya paper ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun selalu kami harapkan,
Terima kasih.
OM SHANTI, SHANTI, SHANTI OM

Denpasar, 02 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................2


DAFTAR ISI .................................................................................................................3
BAB I ............................................................................................................................4
PENDAHULUAN .........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................4
1.3 Tujuan ................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................6
PEMBAHASAN ............................................................................................................6
2.1 Prinsip transparansi (transparency) .....................................................................6
2.2 Prinsip akuntabilitas (accountability) ..................................................................8
2.3 Prinsip responsibilitas (responsibility) ................................................................9
2.4 Prinsip independensi (independency) ...............................................................10
2.5 Prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness) .....................................................11
BAB III ........................................................................................................................13
KESIMPULAN ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata pemerintahan
sebuah perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud atau praktik korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis ekonomi dan krisis
kepercayaan para investor, yang mengakibatkan tidak ada investor yang mau membeli
saham perusahaan tersebut. artinya,bisa dikatakan jika perusahaan tersebut tidak
menerapkan Corporate Governance dengan baik. Oleh karena itu, undang-undang ini
menjadi acuan awal dalam penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai negara. Good
Corporate Governance dimaksudkan agar tata kelola perusahaan baik sehingga bisa
meminimalisir praktek-prakter kecurangan.
Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah
berkembang dari sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang
amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam
pemerintahan suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi
penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh
tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal-yang
dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan mereka
yang sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan
hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut; disamping berbagai
praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk.
Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah
aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis ? Apakah
aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau tidak ?
Kedua hal tersebutlah yang menentukan apakah sudah ada good corporate governance
dalam suatu perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu prinsip transparansi (transparency) ?
2. Apa itu prinsip akuntabilitas (accountability) ?
3. Apa itu prinsip responsibilitas (responsibility) ?
4
4. Apa itu prinsip independensi (independency) ?
5. Apa itu prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness) ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu prinsip transparansi (transparency).
2. Mengetahui apa itu prinsip akuntabilitas (accountability).
3. Mengetahui apa itu prinsip responsibilitas (responsibility).
4. Mengetahui apa itu prinsip independensi (independency).
5. Mengetahui apa itu prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness).

5
BAB II
PEMBAHASAN

Prinsip – Prinsip Corporate Governance


Kesuksesan dari suatu perusahaan dalam mencapai kinerja yang maksimal dan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholders-nya adalah sangat diperlukan adanya
prinsip yang kuat. Menurut Buku Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG)
Indonesia, yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan GovernanceI/KNKG, (2006)
ada 5 prinsip yang mesti diterapkan untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik.
Prinsip-prinsip yang penting dalam membangun tata kelola perusahaan yaitu:
transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), independensi (independency), serta kewajaran dan kesetaraan (fairness).
Lima prinsip tersebut dapat disingkat dengan TARIF. Prinsip-prinsip GCG menurut
KNKG (2006) dapat dijelaskan sebagai berikut.

2.1 Transparansi (Transparency)

Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus


menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambil keputusan oleh pemegang
saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondis keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
6
perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, system manajemen risiko,
system pengawasan dan pengendalian internal, system dan pelaksanaan Good
Corporate Governance serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proposional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.

Transparansi artinya ada keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan


perusahaan. Transparansi mendorong diungkapkannya kondisi perusahaan yang
sebenarnya sehingga setiap pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur
dan mengantisipasi segala sesuatu yang menyangkut perusahaan. Transparansi dapat
diimplementasikan dengan penyajian secara terbuka laporan keuangan yang akurat dan
tepat waktu, criteria yang terbuka tentang seleksi personil, informasi adanya seleksi,
pengungkapan transaksi atau kontrak dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kedudukan istimewa, struktur kepemilikan, kemungkinan risiko yang dihadapi
perusahaan. Demikian juga, manajemen dan karyawan juga berkepentingan dengan
prinsip transparansi, karena pada dasarnya mereka juga berhak untuk mengetahui kondisi
riil suatu perusahaan, apakah berada dalam keadaan sehat atau tidak. Seringkali
perusahaan tidak transparan baik terhadap pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Secara psikologis, karyawan dapat bekerja dengan kondisi yang lebih nyaman dan
kondusif. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi ketika pihak manajemen dan
karyawan tidak mengatahui adanya informasi tersebut. Hal tersebut dapat merugikan
mereka semua. Dengan demikian, transparansi tersebut akan lebih memuaskan bagi
pihak manajemen dan karyawan dan dapat mengurangi risiko terjadinya pemogokan
ataupun tuntutan yang berlebihan dari manajemen dan karyawan perusahaan.

Transparansi dapat juga diartikan sebagai ruang partisipasi dengan membuka akses
dan memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, bagi masyarakat.
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan
informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan mengungkapkan informasi baik yang bersifat

7
mandatory maupun yang voluntary. Informasi yang transparan dapat membantu
pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan.

2.2 Akuntabilitas (Accountability)


Prinsip Dasar
Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing


organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi,
sasaran usaha, dan strategi perusahaan.
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan Good Corporate Governance.
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan
semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of
conduct) yang telah disepakati.

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung jawaban atau


untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan manajemen perusahaan kepada
pihak yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggung jawaban. Melalui
penerapan prinsip ini, suatu proses pengambilan keputusan atau kinerja dapat dimonitor,
dinilai dan dikritisi. Dengan prinsip akuntabilitas, direksi dan dewan pengawas diberikan
wewenang dan tanggung jawab, diwajibkan untuk melaporkan pelaksanaan wewenang
dan tanggung jawab tersebut, serta diawasi dan dikendalikan agar tidak terjadi

8
penyalahgunaan wewenang. Optimalisasi kinerja manajemen dan karyawan mendapat
dukungan penuh dari penerapan prinsip akuntabilitas, yang dibutuhkan untuk
menciptakan manajemen yang efektif dan efisien. Kebanyakan perusahaan kurang
memperhatikan bagaimana manajemen perusahaan berjalan dan mempercayakan
sepenuhnya kepada manajemen tersebut. Hal ini tidak tepat mengingat manajemen
sendiri tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya mekanisme pengawasan yang
andal. Manajemen perusahaan dan karyawan membutuhkan mekanisme check and
balances yang dilakukan oleh komisaris. Mekanisme tersebut termasuk dalam
pengecekan laporan keuangan secara berkala, pengawasan intensif terhadap semua lini
manajemen, menentukan struktur dan besarnya manajemen yang paling sesuai dengan
kondisi perusahaan. Termasuk mencari sumber daya manusia yang bermutu dan benar-
benar berguna bagi efektifitas perusahaan. Untuk menjamin tercapainya akuntabilitas
yang optimal pada perusahaan tentu diperlukannya peran dari internal audit dan eksternal
audit. Akuntabilitas dapat dinyatakan sebagai kewajiban untuk memberikan pertanggung
jawaban dan menerangkan kinerja suatu perusahaan kepada pihak yang memiliki hak
atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggung jawaban.
Tanggungjawab manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan
keseimbangan kekuasaan antar manajemen, pemegang saham, dewan komisaris dan
auditor, merupakan bentuk pertanggungjawaban manjemen kepada perusahaan dan
pemegang saham. Perusahaan harus dapat memeprtanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

2.3 Responsibilitas (Responsibility)


Prinsip Dasar
Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan serta melaksanakan tanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan
perusahaan (by-laws).
9
2. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab social dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

Perusahaan yang telah memenuhi prinsip responsibility berarti perusahaan telah


mentaati peraturan perundangan yang ada dan melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
Bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dapat diwujudkan dengan corporate
social responsibilitu (CSR). Perusahaan yang menerapkan program CSR akan
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan merupakan investasi jangka
panjang dari perusahaan dalam membangun citra baik. Perusahaan yang memiliki citra
yang baik menjadi modal bagi perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkelanjutan.
Perusahaan akan lebih mudah mendapatkan modal, dapat mempertahankan sumberdaya
manusia yang berkualitas, dan perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan.
Jadi prinsip responsibilitas adalah mengandung pengertian segala kegiatan perusahaan
yang terkait dengan pemenuhan kewajiban social atau bentuk kepedulian dari perusahaan
terhadap masyarakat dan lingkungan.
Prinsip resposibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang
berlaku dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada stake
holder dan masyarakat. Konsekuensi dari prinsip responsibilitas dalam penerapannya
perusahaan harus memnuhi tanggungjawab sosialnya dan bukan hanya untuk
mendapatkan keuntungan saja. Dalam menjalankan usahanya perusahaan harus mentaati
undang-undang yang ada seperti : undang-undang ketenaga kerjaan, undang-undang
perseroan, undang-undang lingkungan hidup, dan undang-undang lainnya yang
keterkaitan dengan jenis perusahaan tersebut. CSR memiliki tiga aspek penting, yang
sering disingkat 3P yaitu : Profit, yang mengandung makna keuntungan, People yang
mengandung makna keterlibatan perusahaan pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat,
dan Planet yang mengandung makna bahwa perusahaan turut menjaga kelestarian
lingkungan.

2.4 Independensi (Independency)


Prinsip Dasar
Untuk melancarkan pelaksanaan asa GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
10
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh pihak tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan
dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara objektif.
2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi
dan atau melempar tanggungjawab antara satu dnegan lain sehingga terwujud sistem
pengendalian internal yang efektif.

Prinsip Independensi artinya bebas atau kemandirian, mengandung makna suatu


keharusan organ-organ yang ada di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan baik
tanpa tekanan atau intervensi dari berbagai pihak tertentu saja. Setiap organ yang ada
dalam perusahaan dapat bekerja dengan baik sesuai denga ketentuan yang berlaku dan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Dalam mekanisme GCG untuk
mejamin adanya independensi maka perlu adanya pengawasan dalam perusahaan dengan
komisaris independen dan dibantu oleh komite audit. Yang dimaksud independen adalah
bukan orang bekerja di perusahaan tersebut atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencaakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan emiten
atau perusahaan publik tersebut, tidak mempunyai saham pada perusahaan tersebut, dan
tidak memiliki hubungan usaha dengan perusahaan tersebu. Komite Audit menurut
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) adalah suatu komte ynag bekerja secara
professional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan dengan demikian,
tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan
pengawas) dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan,
manajemen resiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari corporate governance di
perusahaan-perusahaan (Effendi, 2016).

2.5 Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)


Prinsip Dasar
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.
11
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan
serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparanasi dalam
lingkup kedudukan masing-masing.
2. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
3. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,
berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku,
agama, ras, jender, dan kondisi fisik.

Fairness, merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya.
Penegakan prinsip fairness ini terutama ditunjukkan pada pemegang saham mayoritas
maupun minoritas. Keseimbangan hak pemilik mayoritas dan minoritas harus
diperhatikan, sehingga tidak ada kelompok pemilik yang dirugikan. Demikian pula,
dengan hak-hak karyawan, kreditur, serta pemasok dan langganan, harus ditetapkan
secara jelas dengan melibatkan sebanyak mungkin pihak-pihak yang terkait. Para
anggota manajemen dan karyawan mendapat perlakuan yang seimbang dan wajar, sesua
dengan kedudukan masing-masing untuk mencapai suatu inerja yang optimal.
Prinsip fairness dari GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan
keseimbangan tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan
bagi manajemen dan karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan
pekerjaan dan tanggungjawab masing-masing pihak. Kepentingan manajemen juga
berkaitan dengan masalah kenaikan pangkat atau renumerasi. Hal ini penting karena
sistem reward yang baik mampu meningkatkan motivasi kerja dan kinerja di suatu
perusahaan. Pemberian reward yang tepat akan menimbulkan semangat dari manajemen
dan para karyawan untuk bekerja dengan lebih efektif dan efisien. Diharapkan dapat
tercipta suasana kerja yang berisikan sumber daya manusia ynag berlomba-lomba untuk
meberikan yang terbaik bagi perusahan dengan cara-cara yang wajar dan fair. Perlakuan
yang sama terhadap pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dengan
keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam atau insider trading.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya
dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara
akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder.
Terdapat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate
Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, responsibility, dan
independency. komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate
Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan
juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan
keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.
Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa
pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama
disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya
memiliki Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut
membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata
lain, korporat kita belum menjalankan governansi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asri Dwija Putri, I Gusti Ayu Made, I Gusti Ketut Agung Ulupui, (2017). Pengantar
Corporate Governance. CV. Sastra Utama

14

Anda mungkin juga menyukai