Paper Sap 3
Paper Sap 3
Oleh Kelompok 3 :
OM SWASTIASTU
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Prinsip-Prinsip Corporate Governance .
Tugas ini dibuat untuk menyelesaikan tugas dalam mata kuliah Corporate Governance.
Paper ini dibuat dengan tujuan memperluas wawasan mengenai Prinsip-Prinsip
Corporate Governance. Paper ini dibuat sebagaimana mestinya agar para pembaca
mengetahui dan mendalami tentang Prinsip-Prinsip Corporate Governance tersebut.
Kami sebagai penulis berterima kasih kepada semua pihak atas suksesnya paper ini.
Semoga paper ini ada manfaatnya. Dan penulis menyadari sepenuhnya paper ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun selalu kami harapkan,
Terima kasih.
OM SHANTI, SHANTI, SHANTI OM
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu prinsip transparansi (transparency).
2. Mengetahui apa itu prinsip akuntabilitas (accountability).
3. Mengetahui apa itu prinsip responsibilitas (responsibility).
4. Mengetahui apa itu prinsip independensi (independency).
5. Mengetahui apa itu prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness).
5
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip Dasar
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondis keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
6
perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, system manajemen risiko,
system pengawasan dan pengendalian internal, system dan pelaksanaan Good
Corporate Governance serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proposional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.
Transparansi dapat juga diartikan sebagai ruang partisipasi dengan membuka akses
dan memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, bagi masyarakat.
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan
informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan mengungkapkan informasi baik yang bersifat
7
mandatory maupun yang voluntary. Informasi yang transparan dapat membantu
pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan.
8
penyalahgunaan wewenang. Optimalisasi kinerja manajemen dan karyawan mendapat
dukungan penuh dari penerapan prinsip akuntabilitas, yang dibutuhkan untuk
menciptakan manajemen yang efektif dan efisien. Kebanyakan perusahaan kurang
memperhatikan bagaimana manajemen perusahaan berjalan dan mempercayakan
sepenuhnya kepada manajemen tersebut. Hal ini tidak tepat mengingat manajemen
sendiri tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya mekanisme pengawasan yang
andal. Manajemen perusahaan dan karyawan membutuhkan mekanisme check and
balances yang dilakukan oleh komisaris. Mekanisme tersebut termasuk dalam
pengecekan laporan keuangan secara berkala, pengawasan intensif terhadap semua lini
manajemen, menentukan struktur dan besarnya manajemen yang paling sesuai dengan
kondisi perusahaan. Termasuk mencari sumber daya manusia yang bermutu dan benar-
benar berguna bagi efektifitas perusahaan. Untuk menjamin tercapainya akuntabilitas
yang optimal pada perusahaan tentu diperlukannya peran dari internal audit dan eksternal
audit. Akuntabilitas dapat dinyatakan sebagai kewajiban untuk memberikan pertanggung
jawaban dan menerangkan kinerja suatu perusahaan kepada pihak yang memiliki hak
atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggung jawaban.
Tanggungjawab manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan
keseimbangan kekuasaan antar manajemen, pemegang saham, dewan komisaris dan
auditor, merupakan bentuk pertanggungjawaban manjemen kepada perusahaan dan
pemegang saham. Perusahaan harus dapat memeprtanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Fairness, merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya.
Penegakan prinsip fairness ini terutama ditunjukkan pada pemegang saham mayoritas
maupun minoritas. Keseimbangan hak pemilik mayoritas dan minoritas harus
diperhatikan, sehingga tidak ada kelompok pemilik yang dirugikan. Demikian pula,
dengan hak-hak karyawan, kreditur, serta pemasok dan langganan, harus ditetapkan
secara jelas dengan melibatkan sebanyak mungkin pihak-pihak yang terkait. Para
anggota manajemen dan karyawan mendapat perlakuan yang seimbang dan wajar, sesua
dengan kedudukan masing-masing untuk mencapai suatu inerja yang optimal.
Prinsip fairness dari GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan
keseimbangan tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan
bagi manajemen dan karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan
pekerjaan dan tanggungjawab masing-masing pihak. Kepentingan manajemen juga
berkaitan dengan masalah kenaikan pangkat atau renumerasi. Hal ini penting karena
sistem reward yang baik mampu meningkatkan motivasi kerja dan kinerja di suatu
perusahaan. Pemberian reward yang tepat akan menimbulkan semangat dari manajemen
dan para karyawan untuk bekerja dengan lebih efektif dan efisien. Diharapkan dapat
tercipta suasana kerja yang berisikan sumber daya manusia ynag berlomba-lomba untuk
meberikan yang terbaik bagi perusahan dengan cara-cara yang wajar dan fair. Perlakuan
yang sama terhadap pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dengan
keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam atau insider trading.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya
dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara
akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder.
Terdapat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate
Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, responsibility, dan
independency. komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate
Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan
juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan
keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.
Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa
pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama
disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya
memiliki Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut
membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata
lain, korporat kita belum menjalankan governansi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Asri Dwija Putri, I Gusti Ayu Made, I Gusti Ketut Agung Ulupui, (2017). Pengantar
Corporate Governance. CV. Sastra Utama
14