Anda di halaman 1dari 4

LOMBA KARYA TULIS MAHASISWA

POTENSI SHALE GAS MENGGUNAKAN METODE HYDRAULIC FRACTURING


DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI NASIONAL

R.E. Fernando1*

1
Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Palembang
Corresponding author: edofernando430@gmail.com

ABSTRAK: Indonesia memiliki potensi shale gas yang besar yaitu 570 TCF (Ditjen Migas, 2012). Dengan
keterdapatan shale gas yang melimpah dihapkan menjadi penopang dalam mengahadapi krisis energi dan mengatasi
ketergantungan terhadap energi konvensional yang ada pada saat ini dimana produksinya semakin menurun. Didalam
eksplorasi shale gas ini dibutuhkan metode yang baik agar dapat meningkatkan produksi dari eksplorasi shale gas ini,
yaitu salah satunya menggunakan metode hydraulic fracturing dengan cara menginjeksikan sekitar 98%-99,5% air serta
pasir dan 0,5%-2% nya berupa beberapa bahan kimia campuran (Clark et al,. 2012 dalam Hoffman. A., dkk. 2014).
Dengan mencampurkan seluruh bahan tadi dan diinjeksikan dengan tekanan yang tinggi untuk membuat rekahan yang
lebih banyak lagi dan menahan agar rekahan yang dihasilkan tetap terbuka dan terus dikontrol rekahan yang telah dibuat
untuk memaksimalkan produksi hidrokarbon pada lapisan tersebut. Dengan keterdapatan shale gas Indonesia yang
melimpah dan adanya metode hydraulic fracturing ini diharapkan dapat menggantikan kebutuhan akan ketergantungan
terhadap energi konvensional dan meminimalisir resiko yang ditimbulkan dalam kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan
ekstraksi dalam kegiatan tersebut.

Kata Kunci: potensi, shale gas, energi konvensional, energi non-konvensional, hydraulic fracturing.

PENDAHULUAN Kebutuhan akan energi masa depan di Indonesia


sangat diharapkan, ketergantungan akibat energi minyak
Pengelolaan sumber daya energi yang efektif dan dan gas saat ini harus dapat diatasi dimana minyak dan
cerdas merupakan salah satu bagian terpenting guna gas merupakan energi konvensional yang mana dapat
terciptanya pembangunan nasional yang berkelanjutan, diartikan sebagai sumber energi yang ditemukan dalam
kebutuhan gas domestik yang terus meningkat dan reservoir dengan permeabilitas yang tinggi yaitu lebih
tantangan untuk mengurangi ketergantungan pada dari 1 mD, Indonesia memiliki potensi untuk menge-
konsumsi minyak bumi tentunya harus disikapi dengan mbangkan energi non-konvensional nya berupa shale
melakukan eksplorasi dan pengembangan sumberdaya gas, energi non-konvensional sendiri dapat diartikan
gas, termasuk gas non-konvensional berupa shale gas, sebagai energi yang ditemukan dalam resrvoir dengan
inovasi dalam pengembangan eksplorasi migas harus kondisi permeabilitas yang kecil yaitu kurang dari 1 mD
terus di lakukan untuk mengolah sumber energi yang (Tobing, 2013).
murah dan dapat dikembangkan mulai saat ini hingga
masa depan yang nantinya dapat dinikmati oleh
masyarakat luas.
Indonesia merupakan daerah prospek shale gas yang
cukup besar dengan beberapa cekungan yang ada di
Indonesia yang memiliki potensi lapisan shale yang tebal
dan area yang luas diindikasikan terdapat sumber Shale
Hydrocarbon yang banyak. Menurut (Sukhyar, dkk.
2013), di Indonesia terdapat 5 daerah target penelitian
keterdapatan shlae gas yaitu : Sumatera, Papua,
Sulawesi-Maluku, Kalimantan dan Jawa. (Gambar 1). Gambar 1 . Area Perencanaan Daerah Prospek Shale
Hydrocarbon (Sukhyar, R., dkk. 2013
R.E. FERNANDO

SHALE GAS Komposisi Getas Diindikasikan dari Poisson’s


ratio (rendah) dan Young
PENGERTIAN SHALE GAS modulus (tinggi)

Shale gas adalah hidrokarbon berupa gas yang POTENSI SHALE GAS INDONESIA
terbentuk dan terperangkap dalam lapisan batuan shale.
Dalam sistem minyak bumi (Gambar 2) shale Shale gas merupakan energi alternatif yang sangat
merupakan batuan sumber penghasil minyak bumi dan dibutuhkan saat ini, Indonesia merupakan daerah
gas karena memiliki kandungan organik yang tinggi prospek shale gas yang cukup besar dengan beberapa
yang dapat mengubah nya menjadi sumber hidrokarbon, cekungan yang ada di Indonesia yang memiliki potensi
shale gas memiliki kandungan utama yaitu gas metana lapisan shale yang tebal dan area yang luas diindikasikan
dan merupakan gas alam non-konvensional. terdapat sumber Shale Hydrocarbon yang banyak. Saat
ini identifikasi awal yang dilakukan oleh Badan Geologi
(Ditjend Migas, 2012) bahwa setidakanya terdapat
beberpa lokasi yang memiliki potensi shale gas,
diantaranya adalah Formasi Telisa dan Formasi Gumai
di Sumatera, sedangkan di Jawa di yaitu lapangan migas
Jawa bagian Utara, di Kalimantan yaitu lapangan migas
Balikpapan, Tanjung dan Bangkau, di Papua berada pada
Formasi Klasafet.
Dari beberapa daerah yang memliki potensi shale gas,
diperkirakan total sumber dayanya sebesar 570 TCF
(Ditjend Migas, 2012).

PENGEMBANGAN SHALE GAS INDONESIA


Gambar 2 . Sistem Minyak Bumi (Walters, 2011 dalam
Yusuf, dkk. 2012 ) Pengembangan shale gas di Indonesia masih dalam
tahap studi potensi sumber daya dan masih belum
Lapisan batuan shale yang memiliki karakteristik
berjalan secara optimal sebagai energi alternatif.
shale gas yang baik yaitu sekitar 1.000 meter lebih
sedangkan lapisan batuan shale memiliki permeabilitas Menurut (Sunarjanto, 2012), sampai saat ini sudah
banyak pihak yang ikut membantu dalam studi potensi
yang tidak bagus sehingga membutuhkan cara yang tepat
ini sebagian dilakukan oleh pemerintah yang
untuk mengeksplorasikan nya, selain itu tidak semua
lapisan batuan shale yang produktif. mempelajari secara regional dan sebagian lagi dari para
pelaku industri, khususnya perusahaan yang berkutat di
Menurut (Wylie et al., 2008 dalam Sosrowidjojo,
bidang industri migas dengan studi lebih dalam lagi
2009), pada (tabel 1) terdapat 7 kriteria lapisan batuan
shale produktif, dari tabel tersebut dapat disimpulkan dengan cakupan wilayah yang lebih sempit.
Dari hasil yang didapat menurut (Sunarjanto, 2012),
bahwa kriteria shale gas yang dapat berproduksi
tercatat bahwa studi yang dilakukan oleh Badan Geologi
memiliki Total Organic Carbon (TOC) yang
dipersyaratkan >3%, untuk memenuhi tingkat tercatat 7 daerah prospek shale gas berumur Miocene
yang tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua
keekonomian minyak dan gas bumi.
dengan total cadangan sebesar 500 TCF lebih, sedangkan
Tabel 1. 7 Kriteria lapisan batuan shale produktif (Wylie kajian yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan
migas seperti Pertamina yang dikaji dari data hasil
et al., 2008 dalam Sosrowidjojo, 2009). Modifikasi
pemboran terdapat potensi shale gas di wilayah
Penulis
Indonesia Timur.
Variable Play Persyaratan yang Diinginkan
Zona Ketebalan 30 m minimal ketebalan
Kematangan Termal Berada dalam Kisaran Gas
HYDRAULIC FRACTURING
Window
Total Organic Content Tinggi (TOC > 3%)
SEJARAH HYDRAULIC FRACTURING
Kandungan Hidrogen Rendah (HI < 150)
Kandungan Gas Tinggi (> 100 scf/ton)
Hydraulic fracturing adalah sebuah metode aplikasi
Kandungan Lempung Moderat (<40%) dengan (very yang digunakan sebagai salah satu cara untuk
low mixed-layer component)
Potensi Shale Gas Menggunakan Metode Hydraulic Fracturing Dalam Mengatasi Krisis Energi Nasional

meningkatkan produksi minyak dan gas karena seiring utara dengan hasil yang sangat memuaskan dan disebut
waktu pada saat eksploitasi sumur minyak dan gas akan juga sebagai “father of fracking” (Zuckerman, 2013
terus menurun produksinya, metode ini bukanlah dalam Hoffman. A., dkk. 2014).
merupakan metode yang baru dalam eksplorasi migas
karena pertama kali dilakukan pengoperasiannya pada TAHAPAN DALAM HYDRAULIC FRACTURING
tahun 1947 dan dianggap ekonomis pada tahun 1950
(King, 2012). Sebagai sebuah metode teknologi Dalam melaksanakan metode hydraulic fracturing ini
hydraulic fracturing terus berkembang dengan jenis dibutuhkan sekitar 98%-99,5% air serta pasir dan 0,5%-
metode vertikal dan horizontal, dalam perkembangannya 2% nya berupa beberapa bahan kimia campuran (Clark
metode ini menjadi teknologi yang paling sering et al,. 2012 dalam Hoffman. A., dkk. 2014).
digunakan dalam penyelesaian sumur gas khususnya Pertama dilakukan tahapan pengeboran lapisan
pada energi non-konvensional. batuan secara vertikal dan seperti pengeboran pada
biasanya dilakukan casing dan penyemenan yang
PENGERTIAN HYDRAULIC FRACTURING berguna untuk menahan kekuatan formasi batuan yang
telah ditembus.
Metode yang digunakan untuk membuat rekahan Selanjutnya setelah pemboran mencapai lapisan yang
pada reservoir shale ini untuk meningkatkan dituju yaitu reservoar (shale) dilakukan pengeboran
permeabilitas pada lapisan batuan untuk mempercepat secara horizontal sepanjang titik yang diinginkan
dan mempermudah hidrokarbon naik ke permukaan (Gambar 4).
dengan cara memberikan bahan berupa air dan pasir Setelah itu dilakukan penembakan pada dinding
yang mendominasi sebesar 98% -99,5% dan sisanya lapisan batuan tersebut, lalu dilakukanlah metode
bahan kimia lainnya dan ditambahkan tekanan yang hydraulic fracturing dengan mencampurkan seluruh
tinggi sehingga membuat rekahan pada lapisan reservoar bahan tadi dan diinjeksikan dengan tekanan yang tinggi
yang diinginkan. Penggunaan pasir dan air sangat untuk membuat rekahan yang lebih banyak lagi dan
penting untuk metode ini karena pasir digunakan sebagai menahan agar rekahan yang dihasilkan tetap terbuka dan
penahan agar rekahan yang terbuka langsung diisi oleh terus dikontrol rekahan yang telah dibuat untuk
material pasir yang memilki porositas dan permeabilitas memaksimalkan produksi hidrokarbon pada lapisan
yang sangat baik dan air akan digunakan sebagai alat tersebut dan mengontrol rekahan agar tidak terlalu
bantu untuk mempercepat hidrokarbon berupa gas mendekati lapisan aquifer.
tersebut untuk naik ke permukaan (Gambar 3).

Gambar 3 . Shale Gas System (LaFollette, 2010)

Pada awalnya metode ini dilakukan dengan cara


pengeboran vertikal selanjutnya dikembangkan dengan
cara mengkombinasikan pengeboran vertikal dan
horizontal untuk memperluas area rekahan dan untuk Gambar 4. Proses Hydraulic fracturing (www.Fracfocu
meningkatkan lagi produksi gas tersebut, terbukti pada s.org, 2010)
tahun 1991 dilakukan pengeboran horizontal dengan
melakukan fracking pada lapangan Barnet shale di Texas
R.E. FERNANDO

RESIKO PADA HYDRAULIC FRACTURING Diharapkan dengan berkembangnya shale gas ini dapat
mengatasi krisis energi yang ada di Indonesia.
Dalam melakukan metode hydraulic fracturing
terdapat beberapa resiko yang akan ditimbulkan
DAFTAR PUSTAKA
diantaranya.
- Kontaminasi air pada akuifer, sangat Ditjen Migas. 2012, Indonesia Unconventional Oil &
memungkinkan apabila terjadi migrasi Gas : Policies, Regulation and Opportunities on
hidrokarbon ke zona akuifer karena kedalaman Upstream Oil & Gas Business Development.
biasanya pengeboran 4000-4500 feet (Clark et www.migas.esdm.go.id.
al,. 2012 dalam Hoffman. A., dkk. 2014). Proses Hoffman, A., dkk. 2014. Shale Gas and Hydraulic
Fracturing Framing the Water Issue. Report No.34.
penyemenan yang dilakukan tidak sempurna
SIWI, Stockholm.
juga dapat menyebabkan air terkontaminasi
Hydraulic Fracturing. Pennsylvania Department of
karena hidrokarbon yang migrasi ke permukaan Environmental Protection : The Process.
melewati celah-celah yang di hasilkan oleh http://fracfocus. Org /hydraulic-fracturing-how-it-
proses penyemenan yang tak sempurna works/hydraulic-fracturi ng-process . Diakses tanggal
(Vengosh et al,. 2013 dalam Hoffman. A., dkk. 10 Maret 2016.
2014). Air yang kembali ke permukaan juga King, George, A. 2012. Hydraulic Fracturing 101. Texas,
dapat mencemari air permukaan apabila tidak USA. SPE 152596.
Lafollette, Randy. 2010. Key Consideration for
ada penangan yang serius pada proses ini.
Hydraulic Fracturing of Gas Shale. Texas. Search
- Kualitas udara, pada proses pemboran eksplorasi and Discovery Article #80100
dilewati oleh mobil truk dll, dapat menyebabkan Sosrowidjojo, Imam B., 2009, Evaluating and Developi
polusi udara dimana meningkatnya kadar debu ng Coalbed Methane Resources,Bahan Kursus (Tidak
pada udara dan emisi gas buang yang dihasilkan dipublikasikan).
(Gruver, 2011 dalam Hoffman. A., dkk. 2014). Sukhyar, R., dkk. 2013. Unconventional Oil and Gas
Selain dari aktivitas kendaraan, menurut (Howart Potential in Indonesia with Special Attention Shale to
et al,. 2011 dalam Hoffman. A., dkk. 2014) Gas and Coal Bed Methane. Badan Geologi KESDM.
Indonesia.
ekstraklsi dari gas alam yang dihasilkan berupa
Sunarjanto, Djoko. 2012. Eksplorasi dan Pengembangan
gas methane dan karbon yang besar akan Migas Non-Konvensional Ramah Lingkungan.
mempengaruhi kualitas udara di daerah sekitar. Jakarta : Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi
- Kesehatan masyarakat dan isu lingkungan, Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 85 – 93.
akibat dari kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan Tobing, Robert Lumban. 2013. Serpih Silat Daerah
ekstraksi dari gas alam akan menyebabkan Nangserawai, Kabupaten Sintang, Provinsi
kesehatan masyarakat yang ada disekitar akan Kalimantan Barat dan Potensinya Sebagai Serpih Gas.
Bandung: Bulletin Sumber Daya Geologi Vol 8 No. 1.
memburuk dan isu lingkungan turut menyertai
Yusuf, dkk. 2012. Batuan inti penyimpan minyak dan
dari kegiata tersebut. gas bumi. Jakarta : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
LEMIGAS. 90 hlm.
KESIMPULAN

Potensi shale gas Indonesia sebesar 570 TCF yang


mana tersebar dibeberapa daerah diantaranya adalah
Formasi Telisa dan Formasi Gumai di Sumatera,
sedangkan di Jawa di yaitu lapangan migas Jawa bagian
Utara, di Kalimantan yaitu lapangan migas Balikpapan,
Tanjung dan Bangkau, di Papua berada pada Formasi
Klasafet. Guna mempercepat shale gas di Indonesia
selain dengan eksplorasi dan pengembangan diharapkan
adanya pembuktian secara komersil, selain itu lapisan
yang memiliki kedalaman sekitar 1.000 meter lebih ini
memerlukan waktu yang lama dalam tahap eksplorasi
nya dan biaya yang relatif mahal. Teknologi yang
canggih juga berperan dalam produksi shale gas
nantinya agar didapatkan hasil yang maksimal dan
sejauh ini metode hydraulic fracturing yang sangat
cocok digunakan untuk eksplorasi shale gas di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai