Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KHUSUS PERPINDAHAN PANAS

PERANCANGAN HEAT EXCHANGER PADA INDUSTRI


PULP & PAPER

Oleh :

VIODITA RIZKI
1407122581
KELAS C

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
HEAT EXCHANGER PADA INDUSTRI PULP AND PAPER

Beberapa industri tertentu menghasilkan keuntungan lebih banyak


dibanding industri lain dari segi produk industri atau mesin tertentu. Penukar
panas merupakan peralatan industri yang cukup populer dan merupakan alat yang
paling penting bagi industri kertas. Tanpa alat penukar panas, pabrik kertas akan
memiliki biaya energi yang sangat tinggi, yang mana akan memberikan dampak
buruk bagi lingkungan dan juga berdampak buruk bagi keuangan perusahaan
kertas. Ada 2 cara suatu industri kertas dan bubur kertas dalam memanfaatkan alat
penukar panas, yang mana keduanya memberikan dorongan finansial bagi industri
kertas dan bubur kertas, yaitu metode ramah lingkungan, efisien dan efektif.
Pada dasarnya, proses kertas, dimulai dengan pengolahan pulp kayu dan
penyulingan dan kemudian masuk ke pemutihan dan pembersihan sebelum
pembentukan kertas, semuanya dilakukan dengan bantuan heat exchanger. Secara
khusus, penukar panas pelat digunakan untuk memanaskan cairan yang digunakan
untuk membuat pulp dari kayu, sebuah proses yang melibatkan senyawa kimia
yang memisahkan struktur kayu, sehingga membiarkan zat seperti goopy yang
dapat dibentuk menjadi kertas setelah diproses lebih banyak. Proses sekunder
melibatkan pemutihan atau dying of pulp, yang merupakan proses yang juga
dipanaskan oleh penukar panas pelat atau spiral. Setelah warna yang diinginkan
tercapai, pulp menjadi kertas dengan cara mesin kertas, yang merajut pulp
menjadi jaring tipis yang membentuk lembaran.
Salah satu bagian dari mesin kertas juga menggunakan jenis penukar panas
yang dikenal sebagai sistem recovery panas limbah, yang merupakan salah satu
cara penukar panas dapat menghemat energi, sumber daya dan uang perusahaan.
Mesin recovery panas limbah mampu menyerap panas dan kelembaban di ruangan
agar bisa digunakan kembali tanpa memberi tekanan lebih besar pada sumber
energi yang biasanya menyediakan udara dan air untuk proses pembuatan kertas.
Intinya itu adalah, sistem daur ulang yang tidak memiliki sisi bawah.
A. Shell & Tube Heat Exchanger
Heat exchanger ( HE ) atau alat penukar panas, memiliki fungsi sebagai
sebuah peralatan yang berguna dalam melakukan pertukaran panas, dan umumnya
fluida yang panasnya dipertukarkan tersebut tidak bercampur. Aplikasi HE
banyak ditemukan mulai dari peralatan rumah tangga seperti pada AC hingga
peralatan pada proses industri misal pada industri pulp ad paper. Salah satu jenis
HE yang banyak ditemui pada industri kimia adalah jenis Shell & Tube heat
Exchanger ( STHE ), disamping itu pula terdapat jenis lain seperti Double
Pipe, Plate & frame Heat Exchanger dan lain-lain. Umumnya HE jenis STHE lah
yang paling banyak dan yang paling sering digunakan dibandingkan dengan
jenis HE lainnya. Terdapat beberapa alasan mengapa STHE sering digunakan
yaitu :
 STHE memberikan luas permukaan perpindahan panas yang besar dengan
volume yang kecil;
 Memiliki range luas perpindahan panas yang lebar mulai kurang dari 1
meter kuadrat hingga seribuan meter kuadrat dan bahkan lebih
 Memiliki rancangan mechanical yang baik, mampu dioperasikan pada
tekanan tinggi
 Dapat dirancang dengan menggunakan berbagai jenis material;
 Mudah dibersihkan baik dengan chemical maupun mechanical cleaning;
 Memiliki prosedur thermal dan mechanical design yang baik.
 Mudah melakukan penggantian untuk komponen atau bagian – bagian
yang cukup mudah rusak seperti gasket dan tube.
Shell & Tube Heat exchanger tipe shell & tube menjadi satu tipe yang
paling mudah dikenal. Tipe ini melibatkan tube sebagai komponen utamanya.
Salah satu fluida mengalir di dalam tube, sedangkan fluida lainnya mengalir di
luar tube. Pipa-pipa tube didesain berada di dalam sebuah ruang berbentuk
silinder yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga pipa-
pipa tube tersebut berada sejajar dengan sumbu shell.
Gambar A.1 Heat Exchanger Tipe Shell & Tube (a) satu jalur shell, satu jalur tube
(b) satu jalur shell, dua jalur tube

Komponen-komponen utama dari heat exchanger tipe shell & tube adalah sebagai
berikut:
Tube
Pipa tube berpenampang lingkaran menjadi jenis yang paling banyak digunakan
pada heat exchanger tipe ini. Desain rangkaian pipa tube dapat bermacam-
macam sesuai dengan fluida kerja yang dihadapi.

Gambar A.2 Macam-macam Rangkaian Pipa Tube Pada Heat Exchanger Shell &
Tube
Shell
Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain selain yang
mengalir di dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk silinder dengan
penampang melingkar. Material untuk membuat shell ini adalah pipa silindris jika
diameter desain dari shelltersebut kurang dari 0,6 meter. Sedangkan jika lebih dari
0,6 meter, maka digunakan bahan plat metal yang dibentuk silindris dan
disambung dengan proses pengelasan.

Gambar A.3 Tipe-Tipe Desain Front-End Head, Shell, dan Rear-End Head
Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E adalah
yang paling banyak digunakan karena desainnya yang sederhana serta harga yang
relatif murah. Shell tipe F memiliki nilai efisiensi perpindahan panas yang lbih
tinggi dari tipe E, karena shelltipe didesain untuk memiliki dua aliran (aliran U).
Aliran sisi shellyang dipecah seperti pada tipe G, H, dan J, digunakan pada
kondisi-kondisi khusus seperti pada kondenser dan boiler thermosiphon. Shell tipe
K digunakan pada pemanas kolam air. Sedangkan shelltipe X biasa digunakan
untuk proses penurunan tekanan uap.

Langkah-langkah perancangan Shell & Tube Exchanger :


1. Mencari Q (beban panas) dari neraca panas
2. Menentukan Δt

 Untuk 1-2 exchanger FT > 0,75. jika FT pada 1-2 Exchanger < 0,75
maka gunakan 2-4 Exchanger.
 Untuk 2-4 exchanger FT > 0,9 untuk removable longitudinal baffle.
FT 0,85 untuk welded longitudinal baffle.
 FT dihitung karena di dalam tube terjdi perubahan arah aliran. Sebagai
contoh untuk 1-2 exchanger, lewatan merupakan gabungan antara
aliran searah dan lawan arah. Dengan demikian dalam 1-2 exchanger
tersebut jika dihitung LMTD untuk countercurrent maka harus
dihitung faktor koreksi FT nya.
3. Asumsikan UD sementara dari Tabel 8 Kern, 1965. Lalu hitung area heat
transfer A dengan persamaan :

A > 200 ft2 gunakan shell & tube


A < 100 ft2 gunakan double pipe
Tentukan klasifikasi tube dari Tabel 10 Kern, 1965
L = 6, 8, 12, 16, 20 ft (pelatihan pegawai PT. PUSRI)
BWG, OD, a”
4. Tentukan jumlah tube

5. Koreksi UD
6. Temperatur kalorik
Temperatur rata-rata fluida yang terlibat dalam pertukaran panas
Dihitung untuk fluida dengan viskositas > 1 cP.
Tc = T2 + Fc(T1-T2)
tc = t1 + Fc(t2-t1)
7. Menghitung flow area
luas penampang yang tegak lurus arah aliran.
shell :
C’ = PT – OD
B = maksimum = IDshell (pers. 11.3 Kern, 1965, hal 226)
Minimum = IDshell/5 (pers. 11.4 Kern, 1965, hal 226)

tube :

8. Menghitung mass velocity (G)


shell :

tube :

9. Menghitung bilangan reynold


shell :
tube :

10. Menentukan heat transfer factor, JH


shell :
Nilai JH untuk shell didapat dari figure 28 Kern
tube :
Nilai JH untuk tube didapat dari figure 24 kern
11. Menentukan termal function

12. Menentukan hi & ho


film koefisien hi & ho adalah suatu ukuran aliran panas per unit
permukaan dan unit perbedaan temperatur yang mengindikasikan laju
perpindahan panas.
shell :

tube :

13. Menentukan hio

14. Temperatur dinding tw


15. Koefisien hi dan hio terkoreksi pada temperatur dinding tw
shell :

tube :

16. Uc (koefisien perpindahan panas menyeluruh saat bersih)

17. Rd

Rd yang diperlukan = ….. hr.ft2.oF/btu (Tabel 8. Kern, 1965).


Rdhitung ≥ Rddiperlukan (memenuhi)
18. ΔP
shell :

tube :
B. Plate and Frame Heat Exchanger
Transfer panas merupakan hal yang keberadaannya sangat vital di industri
proses. Ini artinya Heat Exchanger menjadi salah satu peralatan yang sangat
penting. Ada berbagai macam tipe Heat Exchanger, yang paling umum digunakan
di industri adalah Heat Exchanger tipe Shell and Tube. Di samping itu terdapat
tipe lain yaitu Plate and Frame, Plate-fin, Cross Flow, dan Spiral Heat Exchanger.
Pemakaian dari masing-masing tipe dari Heat Exchanger tersebut tergantung dari
kondisi operasi, biaya dan lain-lain.

Gambar B.1 Plate and Frame Heat Exchanger

Plate and Frame Heat Exchanger adalah suatu tipe Heat Exchanger yang
menggunakan pelat sebagai tempat perpindahan panas di antara dua fluida. Suatu
gasket dari suatu Plate and Frame Heat Exchanger berfungsi untuk menghindari
bercampurnya fluida panas dan fluida dingin. Gasket diapit di antara pelat dan
menyegel pelat di sekeliling tepi pelat tersebut. Pelat dari Heat Exchanger ini
normalnya memiliki ketebalan berkisar antara 0,5 hingga 3 mm dan jarak antara
tiap pelat antara 1,5 hingga 5 mm. Luas permukaan pelat tersebut berkisar antara
0,03 hingga 1,5 m2, dengan rasio lebar/panjang antara 2 sampai 3. Luas
permukaan Plate and Frame Heat Exchanger bervariasi dari yang paling kecil
sebesar 0,03 m2 sampai dengan yang paling besar yaitu 1500 m2. Laju alir
maksimum fluida yang diizinkan terbatas hingga 2500 m3/jam.
Kelebihan dan kekurangan dari Plate and Frame Heat Exchanger jika
dibandingkan dengan Heat Exchanger Shell and Tube konvensional adalah
sebagai berikut :
Kelebihan:
 Pelat lebih banyak diminati ketika harga material tinggi
 Plate and Frame Heat Exchanger mudah dirawat
 Pendekatan temperatur terendah yang masih bisa digunakan hingga 1oC
dibandingkan dengan Heat Exchanger Shell and Tube yang sebesar 5 – 10
oC.
 Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
 Plate and Frame Heat Exchanger lebih tepat digunakan untuk material
yang memiliki viskositas yang tinggi
 Temperature correction factor, Ft, akan lebih tinggi karena alirannya lebih
mendekati aliran Counter Current yang sesungguhnya.
 Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.
Kerugian :
 Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate
and Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih
dari 30 bar.
 Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
 Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan
performa dari material gasket yang sesuai.
Plate and Frame Heat Exchanger digunakan secara luas di industri
makanan dan minuman, karena pada industri tersebut sering melakukan inspeksi
dan pembersihan. Penggunaan dari Plate and Frame Heat Exchanger ini
tergantung dari biaya relatif dibandingkan dengan Heat Exchanger shell and tube
konvensional.
Berikut ini adalah prosedur pada perancangan awal suatu Heat Exchanger
Tipe Plate and Frame, sebagai berikut :
1. Hitung Beban Panas, laju panas yang dibutuhkan.
2. Jika spesifikasinya belum lengkap, tentukan temperatur fluida yang belum
diketahui atau laju alir fluida dengan menggunakan neraca panas
3. Hitung Temperatur Rata-rata Logaritmik ΔTLMTD
4. Tentukan Faktor Koreksi ΔTLMTD (log mean temperature correction
factor), Ft’
5. Hitung ΔTLMTD terkoreksi, ΔTM
6. Perkirakan Overall Heat Transfer Coefficient.
7. Hitung luas permukaan yang dibutuhkan
8. Tentukan jumlah pelat yang dibutuhkan = Luas permukaan total/luas
permukaan satu pelat.
9. Hitung Film Heat Transfer Coefficients untuk masing-masing aliran.
10. Hitung overall coefficient, perhitungkan fouling factor
11. Bandingkan hasil yang diperoleh dari perhitungan dengan yang
diasumsikan sebelumnya. Jika sudah cukup, misal error antara 0-10 %
maka selesai, namun jika belum cukup, kembali ke langkah 8 dan tambah
atau kurangi jumlah pelat.
12. Cek pressure drop untuk masing-masing aliran.
DAFTAR PUSTAKA

Agushoe, 2009, Perancangan Plate and Frame Heat Exchanger,


https://agushoe.wordpress.com/2009/02/20/perancangan-plate-and-frame-
heat-exchanger/, Diakses pada 06 Juni 2017.
Anonim, 2014, Heat Exchangers: Paper and Pulp Applications,
http://blog.iqsdirectory.com/process-equipment/plate-heat-exchangers-4/,
Diakses pada 06 Juni 2017.
Kern, D.Q. 1965. Process Heat Transfer. New York : McGraw-Hill Book
Company
Onny, 2015, Macam-Macam Heat Exchanger: Alat Penukar Panas, http://artikel-
teknologi.com/macam-macam-heat-exchanger-alat-penukar-panas-
bagian-2/, Diakses pada 06 Juni 2017.
Sinnot, R.K. 2005. Chemical Engineering Design. Volume 6. Edisi 4. Elsevier :
UK.

Anda mungkin juga menyukai