Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
VIODITA RIZKI
1407122581
KELAS C
Komponen-komponen utama dari heat exchanger tipe shell & tube adalah sebagai
berikut:
Tube
Pipa tube berpenampang lingkaran menjadi jenis yang paling banyak digunakan
pada heat exchanger tipe ini. Desain rangkaian pipa tube dapat bermacam-
macam sesuai dengan fluida kerja yang dihadapi.
Gambar A.2 Macam-macam Rangkaian Pipa Tube Pada Heat Exchanger Shell &
Tube
Shell
Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain selain yang
mengalir di dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk silinder dengan
penampang melingkar. Material untuk membuat shell ini adalah pipa silindris jika
diameter desain dari shelltersebut kurang dari 0,6 meter. Sedangkan jika lebih dari
0,6 meter, maka digunakan bahan plat metal yang dibentuk silindris dan
disambung dengan proses pengelasan.
Gambar A.3 Tipe-Tipe Desain Front-End Head, Shell, dan Rear-End Head
Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E adalah
yang paling banyak digunakan karena desainnya yang sederhana serta harga yang
relatif murah. Shell tipe F memiliki nilai efisiensi perpindahan panas yang lbih
tinggi dari tipe E, karena shelltipe didesain untuk memiliki dua aliran (aliran U).
Aliran sisi shellyang dipecah seperti pada tipe G, H, dan J, digunakan pada
kondisi-kondisi khusus seperti pada kondenser dan boiler thermosiphon. Shell tipe
K digunakan pada pemanas kolam air. Sedangkan shelltipe X biasa digunakan
untuk proses penurunan tekanan uap.
Untuk 1-2 exchanger FT > 0,75. jika FT pada 1-2 Exchanger < 0,75
maka gunakan 2-4 Exchanger.
Untuk 2-4 exchanger FT > 0,9 untuk removable longitudinal baffle.
FT 0,85 untuk welded longitudinal baffle.
FT dihitung karena di dalam tube terjdi perubahan arah aliran. Sebagai
contoh untuk 1-2 exchanger, lewatan merupakan gabungan antara
aliran searah dan lawan arah. Dengan demikian dalam 1-2 exchanger
tersebut jika dihitung LMTD untuk countercurrent maka harus
dihitung faktor koreksi FT nya.
3. Asumsikan UD sementara dari Tabel 8 Kern, 1965. Lalu hitung area heat
transfer A dengan persamaan :
5. Koreksi UD
6. Temperatur kalorik
Temperatur rata-rata fluida yang terlibat dalam pertukaran panas
Dihitung untuk fluida dengan viskositas > 1 cP.
Tc = T2 + Fc(T1-T2)
tc = t1 + Fc(t2-t1)
7. Menghitung flow area
luas penampang yang tegak lurus arah aliran.
shell :
C’ = PT – OD
B = maksimum = IDshell (pers. 11.3 Kern, 1965, hal 226)
Minimum = IDshell/5 (pers. 11.4 Kern, 1965, hal 226)
tube :
tube :
tube :
tube :
17. Rd
tube :
B. Plate and Frame Heat Exchanger
Transfer panas merupakan hal yang keberadaannya sangat vital di industri
proses. Ini artinya Heat Exchanger menjadi salah satu peralatan yang sangat
penting. Ada berbagai macam tipe Heat Exchanger, yang paling umum digunakan
di industri adalah Heat Exchanger tipe Shell and Tube. Di samping itu terdapat
tipe lain yaitu Plate and Frame, Plate-fin, Cross Flow, dan Spiral Heat Exchanger.
Pemakaian dari masing-masing tipe dari Heat Exchanger tersebut tergantung dari
kondisi operasi, biaya dan lain-lain.
Plate and Frame Heat Exchanger adalah suatu tipe Heat Exchanger yang
menggunakan pelat sebagai tempat perpindahan panas di antara dua fluida. Suatu
gasket dari suatu Plate and Frame Heat Exchanger berfungsi untuk menghindari
bercampurnya fluida panas dan fluida dingin. Gasket diapit di antara pelat dan
menyegel pelat di sekeliling tepi pelat tersebut. Pelat dari Heat Exchanger ini
normalnya memiliki ketebalan berkisar antara 0,5 hingga 3 mm dan jarak antara
tiap pelat antara 1,5 hingga 5 mm. Luas permukaan pelat tersebut berkisar antara
0,03 hingga 1,5 m2, dengan rasio lebar/panjang antara 2 sampai 3. Luas
permukaan Plate and Frame Heat Exchanger bervariasi dari yang paling kecil
sebesar 0,03 m2 sampai dengan yang paling besar yaitu 1500 m2. Laju alir
maksimum fluida yang diizinkan terbatas hingga 2500 m3/jam.
Kelebihan dan kekurangan dari Plate and Frame Heat Exchanger jika
dibandingkan dengan Heat Exchanger Shell and Tube konvensional adalah
sebagai berikut :
Kelebihan:
Pelat lebih banyak diminati ketika harga material tinggi
Plate and Frame Heat Exchanger mudah dirawat
Pendekatan temperatur terendah yang masih bisa digunakan hingga 1oC
dibandingkan dengan Heat Exchanger Shell and Tube yang sebesar 5 – 10
oC.
Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
Plate and Frame Heat Exchanger lebih tepat digunakan untuk material
yang memiliki viskositas yang tinggi
Temperature correction factor, Ft, akan lebih tinggi karena alirannya lebih
mendekati aliran Counter Current yang sesungguhnya.
Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.
Kerugian :
Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate
and Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih
dari 30 bar.
Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan
performa dari material gasket yang sesuai.
Plate and Frame Heat Exchanger digunakan secara luas di industri
makanan dan minuman, karena pada industri tersebut sering melakukan inspeksi
dan pembersihan. Penggunaan dari Plate and Frame Heat Exchanger ini
tergantung dari biaya relatif dibandingkan dengan Heat Exchanger shell and tube
konvensional.
Berikut ini adalah prosedur pada perancangan awal suatu Heat Exchanger
Tipe Plate and Frame, sebagai berikut :
1. Hitung Beban Panas, laju panas yang dibutuhkan.
2. Jika spesifikasinya belum lengkap, tentukan temperatur fluida yang belum
diketahui atau laju alir fluida dengan menggunakan neraca panas
3. Hitung Temperatur Rata-rata Logaritmik ΔTLMTD
4. Tentukan Faktor Koreksi ΔTLMTD (log mean temperature correction
factor), Ft’
5. Hitung ΔTLMTD terkoreksi, ΔTM
6. Perkirakan Overall Heat Transfer Coefficient.
7. Hitung luas permukaan yang dibutuhkan
8. Tentukan jumlah pelat yang dibutuhkan = Luas permukaan total/luas
permukaan satu pelat.
9. Hitung Film Heat Transfer Coefficients untuk masing-masing aliran.
10. Hitung overall coefficient, perhitungkan fouling factor
11. Bandingkan hasil yang diperoleh dari perhitungan dengan yang
diasumsikan sebelumnya. Jika sudah cukup, misal error antara 0-10 %
maka selesai, namun jika belum cukup, kembali ke langkah 8 dan tambah
atau kurangi jumlah pelat.
12. Cek pressure drop untuk masing-masing aliran.
DAFTAR PUSTAKA