Laporan Pendahuluan Sirosis Hepatis
Laporan Pendahuluan Sirosis Hepatis
5. Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan
demam.
2. Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000
kalori). Bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau
III (1.000-2000 mg). Bila proses tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori
(2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125 gr/hari). Bila ada tanda-
tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan
dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi
sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang
melebihi kemampuan pasien atau meningginya hasil metabolisme
protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya koma
hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu
diperhatikan.
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan
yang jelas tidak hepatotoksik.
4. Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino
esensial berantai cabang dengan glukosa.
5. Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan
yang mengandung alkohol.
Penatalaksanaan asitesis dan edema adalah :
1. Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam
(200-500 mg perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat
diatasi. Adakalanya harus dibantu dengan membatasi jumlah
pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1 liter atau kurang.
2. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan
diuretik berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat
ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila setelah 3 – 4 hari tidak terdapat
perubahan.
3. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan
terapi medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis.
Walupun merupakan cara pengobatan asites yang tergolong kuno dan
sempat ditinggalkan karena berbagai komplikasinya, parasentesis
banyak kembali dicoba untuk digunakan. Pada umunya parasentesis
aman apabila disertai dengan infus albumin sebanyak 6 – 8 gr untuk
setiap liter cairan asites. Selain albumin dapat pula digunakan dekstran
70 % Walaupun demikian untuk mencegah pembentukan asites setelah
parasentesis, pengaturan diet rendah garam dan diurtik biasanya tetap
diperlukan.
4. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1
kg/hari. Hati-hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu
saat, dapat mencetuskan ensefalopati hepatik.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:
1. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan
berbahaya pada chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises
esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau
hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang
keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah
bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung dan
tukak duodeni.
2. Koma hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat
rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma
hepatikum mempunyai gejala karakteristik yaitu hilangnya kesadaran
penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma
hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan
fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum
yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh sebab
lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena
obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.
3. Ulkus Peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih
besar bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan
disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan
duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain
ialah timbulnya defisiensi makanan
4. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama
pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan
berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma
yang multiple
5. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk
juga penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering
timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis,
bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik,
pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun
septikemi.
2. WOC
B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai dari
pengumpulan data yang meliputi :
a. Identitas: Jenis kelamin, usia, pekerjaan
b. Keluhan utama: Kelemahan, tidak bisa makan, nyeri, sesak napas
c. Riwayat kesehatan sekarang: Nyeri tumpul di epigastrium, sesak
napas, asites, pusing, mual, muntah, epitaksis.
d. Riwayat kesehatan masa lalu: Pernah menderita hepatitis, memiliki
penyakit bawaan seperti hemokromatis, Wilson’s disesase, pernah
keracunan obat-obatan, penyumbatan kantung empedu.
e. Riwayat penyakit keluarg: Penyakit hemokromatis, atresia bilier.
Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
2. Kepala: Pada umumnya rambut agak kotor, kulit kepala lembab, tidak
ada lesi di kepala, wajah akan terlihat pucat akrena anemia
3. Mata: Umumnya Sklera kuning, konjungtiva pucat palpebra pucat,
4. Telinga: Umumnya Bersih, sedikit cerumen, tidak ada lesi.
5. Hidung: Umumnya Bersih, tidak ada penyimpangan septum nadi.
6. Mulut: Umumnya Agak kotor, tidak ada lesi pada mulut.
7. Leher: Umumnya tidak ada pembesaran kelenjar dan tiroid, tidak ada
kaku kuduk
8. Thorax: Umumnya bentuk dada normal, suara napas ronchi
9. Abdomen: Umumnya penderita tampak asites, umbilicus menonjol,
teraba hepar dan spleen, pekak beralih saat diperkusi, peristaltik
umumnya normal (5-30 x/menit)
10. Ektremitas: pada umumnya kedua kaki oedem dari lutut sampai telapak
kaki.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Health perception and health promotion
Pada umumnya, pasien dengan sirosis hepatik tidak mengetahui jika
penyakitnya atau kebiasaan seperti akan berlanjut menjadi penyakit
yang lebih kronis. Dimulai dari pengelolaan makanan yang salah serta
sanitasi yang buruk dan mekanisme koping stress yang salah dengan
berlari pada kansumsi alkohol yang berlebih. Sehingga, pasien dengan
sirosis hati mempersepsikan gejala yang dialaminya adalah sudah
biasa dan tetap melakukan kebiasaanya.
2. Values and believes
Karena adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh yang menurun secara berangsur-angsur sehingga menghambat
penderita sirosis hepatica dalam melaksanakan ibadah bersama-sama
dengan keluarga dan menjalankan pola ibadah seperti biasanya.
3. Role and relationship
Menanyakan hubungannya dengan orang-orang yang berada
disekitarnya karena pada penderita sirosis hepatic akan merasa mudah
lelah, dan mempunyai bau mulut yang apek manis sehingga penderita
sirosis akan lebih memilih untuk mengurung diri dan akan mengganggu
pola peran yang dilakukan penderita sebelu sakit.
4. Self concept and self perception
Dengan kondisi yang semakin memburuk dengan gejala yang
bermacam-macam, sehingga pada pasien dengan sirosis penurunan
angka harapan hidup sering terjadi dan penderita akan merasa tidak
berguna dan menyusahkan keluarga karena tidak dapat melakukan
perannya dengan baik.
5. Stress and coping mechanism
Mengkaji mengenai koping pasien dalam menangani stressnya
dikarenakan pada pasien sirosis hepatic denganprognosis yang sangat
kecil, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah,ingin bunuh diri,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping konstruktif/
adaptif .
6. Sleep and rest
Pola tidur dan istirahat pasien dengan sirosis biasanya terganggu.
Hal ini diakibatkan nyeri tumpul didaerah epigastrium, ascites dan
puritus. Tanyakan pada pasien, bagaimana pola tidur sebelum dan
selama sakit, apakah ada perubahan.
7. Cognition and perception
Umumnya penderita sirosis tidak mengetahui gejala awal yang
ditunjukan akan menjadi gangguan yang besar dalam tubuhnya. Tetapi
ketika manifestasi yang muncul semakin parah dan mengganggu
kondisi tubuh, rasa cemas akan muncul yang akan menganggu persepsi
klien jika tidak diikuti dengan penjelasan yang jelas.
8. Nutrition and Metabolism
Pola makan sebelum sakit pada penderita sirosis tergolong normal
tetapi kandungan makanan dan minuman yang tinggi lemak, tinggi
protein dan konsumsi alkohol berlebih serta kandungan makanan
lainnya yang dapat mempengaruhi kerja hepar. Pola makan saat sakit
sedikit karena adanya penurunan nafsu makan yang disertai rasa mual
dan ingin muntah, dispepsia dan perut kembung. Terlihat dari hasil CT
Scan menunjukan fatty liver. Asites karena adanya penumpukan
natrium dengan hasil lab kadar natrium tinggi.
9. Eliminasi
Pada pasien sirosis hepatica, urine akan berwarna gelap jarang
berkemih, feses berwarna pucat, sering flatus, masalah dengan BAB
(diare atau konstipasi). Ditandai dengan feses mengandung lemak dan
protein.
10. Activity and exercise
Pasien sirosis hati akan mengalami kelemahan diakibatkan
berkurangnya metabolisme energi dan penurunan Hb serta peningkatan
tekanan vena porta.
11. Reproduksi dan seksualitas
Pada pria penumbuhan payudara, penyempitan testiskular, impoten,
penurunan libido (gairah seksual). Pada wanita terjadi amenorrhea pada
wanita muda dan perdarahan pada wanita tua. Karena terjadinya
gangguan metabolisme pada hormon estrogen dan testosteron.
2.Asuhan Keperawatan
NO. DIAGNOSA NOC NIC
1 Kelebihan Electroliyte and On going assesment (pengkajian
volume cairan Acid-Base terus menerus)
b.d perubahan Balance Monitor status hidrasi
mekanisme Fluid Balance Monitor lokasi dan perluasan
regulasi Hydration Monitor berat badan dan
Setelah ilakukan peningkatannya secara mendadak
tindakan Monitor bunyi paru (krakles), usaha
keperawatan nafas, ortopnea
selama ...x 24 jam Dengan tinggi kepala tempat tidur
diharapkan masalah 30-45 derajat, monitor distensi vena
kelebihan volume jugularis pada sisi kanan; kaji refleks
cairan teratasi positif hepatojugularis
dengan Monitor central venous pressure
Kriteria hasil (CVP), mean arterial pressure
Mempertahanka (MAP), pulmonary artery pressure
n bunyi paru (PAP), pulmonary capillary wedge
yang bersih; pressure, dan kardiak output
tidak ada dispnea Monitor tanda vital, irama gallop
atau ortopnea Monitor penurunan osmolalitas
Bebas dari serum, sodium serum, BUN/rasio
distensi vena kreatinin, dan hematokrit
jugularis, refleks Monitor intake dan output makanan
hepatojugular dan minuman
positif, suara Monitor kondisi yang meningkatkan
gallop ritmik risiko klien kelebihan cairan
Mempertahanka Monitor albumin serum
n CVP, kardiak Monitor efek diuretik; hipotensi
output, dan tanda ortostatik (terutama jika klien juga
vital normal mendapat ACE inhibitor), dan
Mempertahanka keseimbangan elektrolit dan
n haluaran urin metabolik (hiponatremia,
500 ml dari hipokalsemia, hipomagnesemia,
intake dan hiperuresemia, dan alkalosis
osmolalitas urin metabolik)
dan gravitasi Intervensi terapi keperawatan
spesifik normal Pasang kateter urin jika perlu
Bebas dari Catat dan laporkan jika ada
kurang istirahat, peningkatan CVP, MAP, PAP,
kecemasan, atau pulmonary capillary wedge
kebingungan pressure, dan kardiak output
Menjelaskan Catat adanya penurunan tekanan
penilaian yang darah, takikardi, dan takipnea
dapat digunakan
untuk menangani Batasi diet sodium jika perlu dan
atau mencegah diinstruksikan dokter
kelebihan Memberikan makanan tinggi protein
volume cairan, jika perlu
khususnya Memberikan diuretik jika perlu
pembatasan Batasi intake cairan jika
cairan dan diet, diinstruksikan, terutama jika sodium
dan pengobatan serum rendah
Mendeskripsikan Mengatur tetesan infus dengan hati-
gejala yang hati
mengindiksikan Menyediakan waktu istirahat yang
kebutuhan cukup
konsul dengan Meningkatkan bogy image dan
penyedia harga diri
pelayanan Konsultasi dengan dokter tentang
kesehatan tanda dan gejala kelabihan volumew
cairan
3
PROTEKSI INFEKSI
Deinisi :
Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada
pasien yang beresiko
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistenikmdan lokal
b. Monitor hitung granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
f. Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi k/p
h. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
i. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
k. Ambil kultur
l. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
m. Dorong masukan cairan
n. Dorong istirahat
o. Monitor perubahan tingkat energi
p. Dorong peningkatan mobilitas dan
latihan
q. Dorong batuk dan napas dalam
r. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
s. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
t. Ajarkan cara menghindari infeksi
u. Berikan ruangan pribadi
v. Yakinkan keamanan air dengan
hiperklorinasi dan pemanasan
w. Laporkan kecurigaan infeksi
x. Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book,
St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).