Anda di halaman 1dari 21

 REMAJA

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa
remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan
antara umur 11 tahun sampai 21 tahun.

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak
hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik
yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh,
dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan
idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan
tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh
sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman
memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.
Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat
di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi
belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak
lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun
bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di
antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak,
tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh
Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:

1. Masa remaja awal, 12 - 15 tahun


2. Masa remaja pertengahan, 15 – 18 tahun
3. Masa remaja akhir, 18 – 21 tahun

Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa
remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita,
2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa
anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada
masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
 KENAKALAN REMAJA
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan,
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-
anak ke dewasa.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma


hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

 Jenis Kenakalan

Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal pada tahun 1899 di Illinois, Amerika
Serikat.

Jenis-Jenis Kenakalan Remaja :

1. Penyalahgunaan narkoba
2. Seks bebas
3. Tawuran antar pelajar

 Penyebab kenakalan

Kenakalan remaja itu terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja itu
sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

1. Faktor Internal
- Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan
akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

- Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan
dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
- Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota
keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif
pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi
anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
- Teman sebaya yang kurang baik
- Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
 Mengatasi kenakalan

Hal-hal yang bisa dilakukan cara mengatasi kenakalan remaja :

- Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya
dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya
gagal pada tahap ini.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point
pertama.
- Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi
arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata
teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
 PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati, hingga mengimani ajaran agama
Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa

Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada serangkaian yang saling
mendukung antara lain:

- Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar akan
tujuan yang hendak dicapai.
- Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti yang
dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
- Pendidik/ Guru (GBPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan
atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan
tertentu.
- Kegiatan PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan terhadap peserta didik, yang di samping untuk
membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk
kesalehan atau kualitas pribadi, juga membentuk kesalehan sosial.

Menurut Zakiyah Darajdat (1989; 87) yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian
Andayani, “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu
menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup”.

Sedangkan Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan pendidikan agama Islam sebagai
usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada Allah.

Dari pengertian dapat diketahui bahwasannya dalam penyampaian PAI maupun


menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh peserta
didik dan guru untuk untuk meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut
difahami, dihayati dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu juga
dituntut untuk menghormati agama lain

Sedangkan dalam buku “Ilmu pendidikan Islam” yang ditulis H.M. Arifin dikatakan
Pendidikan agama Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai
Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

Dengan istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu harus
mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita Islam.

Pengertian pendidikan agama Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem


pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hambah Allah.
Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai tersebut juga
mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilai-nilai Islam yang
melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis kematangan
yang mengutungkan.
 KASUS NARKOBA
Sepanjang Tahun 2017, BNN Ungkap 46.537 Kasus Narkoba

1. Ditemukan 68 jenis narkoba baru

Jakarta, IDN Times - Badan Narkotika Nasional (BNN) terus mengampanyekan diri
untuk ‘memerangi’ peredaran narkoba di wilayah Indonesia.

Hal tersebut dibuktikan dari pengungkapan kasus narkoba yangn telah ‘digulung’
institusi ini selama satu tahun terakhir. 46.537 kasus narkoba

Sepanjang tahun 2017, BNN telah mengungkap 46.537 kasus narkoba di seluruh
wilayah Indonesia.

"Hal ini sengaja dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban kita (BNN) ke


publik. Dalam kurun waktu tersebut, kita telah bertugas dan mengungkap sebanyak
46.537 kasus narkoba dan 27 TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang),” kata Kepala BNN,
Komjen Budi Waseso di Gedung BNN, Jakarta Timur, Rabu (27/12).

Atas pengungkapan kasus tersebut, BNN menangkap 58.365 tersangka, 34


tersangka TPPU, dan 79 tersangka yang mencoba melawan petugas ditembak mati.

"Dari jumlah tersebut, 79 di antaranya tidak melewati proses pengadilan atau


telah kita tembak mati. Karena mencoba melawan saat akan ditangkap. Dan hal ini
sebagai bentuk keseriusan BNN dalam memerangi pengalahgunaan narkoba di
Indonesia,”jelasnya.

2. Sita ratusan ton barang bukti Narkoba

antarafoto.com

Dari pengungkapan kasus tersebut (sepanjang tahun 2017), BNN menyita ratusan
ton barang bukti narkoba dari tangan pelaku yang diketahui sebagai bandar hingga
sindikat Narkoba yang berada di Indonesia.

Yakni 4,71 ton sabu-sabu, 151,22 ton ganja, dan 2.940.748 butir pil Ekstasi dan
627,84 kilogram ekstasi cair.

"Selain barang bukti narkoba, BNN juga mengamankan hasil dari TPPU terkait
kejahatan narkoba tersebut. Seperti kendaraan bermotor, properti, tanah, perhiasan,
uang tunai dan uang dalam rekening dengan jumlahnya mencapai Rp105 miliar,"jelasnya.

3. Ditemukan 68 jenis narkoba baru di Indonesia

IDN Times/Fitang Budhi Adhitia


Selain itu, BNN telah mengidentifikasi sebanyak 68 jenis narkoba baru yang telah
masuk dan beredar luas di Indonesia.

Di antara 60 jenis narkoba baru yang sudah memiliki ketetapan hukum terkait
penyalahgunaan Narkoba.

"Dari jumlah tersebut, baru 60 saja yang sudah kita identifikasi dan memiliki
ketetapan hukum. Sisanya masih dalam proses, karena jenis baru," jelasnya.
 NARKOBA
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa
yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan,
narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun
kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang
semestinya.

Pada saat ini (2015) terdapat 35 jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna narkoba
di Indonesia dari yang paling murah hingga yang mahal seperti LSD. Di dunia terdapat 354
jenis narkoba. Pemasok Narkoba di Indonesia diketahui berasal dari Afrika Barat, Iran,
Eropa, dan yang paling aktif adalah pemasok dari Indo China.

 Pengertian

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana
tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis narkotika
adalah:

Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-


campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut,
namun setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka
psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian
saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III
dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin,


Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD
(Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun
sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat
mengganggu sistem saraf pusat, seperti:

• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat
organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh
minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh:
lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

 Penyebaran

Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.
Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua,
organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukannamun masih sedikit


kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa,
bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus ke dalam
penyalahgunaan narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah
penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak adalah pendidikan keluarga. Orang tua
diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi
penyalahgunaan Narkoba.

 Kelompok Berdasarkan Efek

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya, narkoba dikelompokkan


sebagai berikut:

- Halusinogen, yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang menjadi ber-
halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak
nyata bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya kokain \
- Stimulan, yaitu efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh
seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan
penggunanya lebih bertenaga serta cenderung membuatnya lebih senang dan
gembira untuk sementara waktu.
- Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem saraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan
tertidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw.
- Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang
sudah mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat
tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif,
karena secara tidak langsung narkoba memutuskan saraf-saraf dalam otak.
Contohnya: ganja, heroin, dan putaw.

Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam
tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan
akhirnya mengakibatkan kematian.

 Jenis
- Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid.

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah
diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya
umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan
kecanduan.

- Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya


penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada
bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat
pemakainya mengalami euforia(rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal
ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan
opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang
dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang
menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatifganja untuk melakukan ritual
penyembahan dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan
meminum Bhang.

 Pemanfaatan
1. Ganja

Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan
pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai
sumber minyak.

Namun, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih
bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat
disalahgunakan.

Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain,


penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya
adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah
atau tidak ada sama sekali.

Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi
komponen sayur dan umum disajikan.

Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga
dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara
beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.

2. Morfin

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama
yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk
menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran,
euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar,
merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan
tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita insomnia
dan mimpi buruk.

Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

3. Kokain

Kokain adalah senyawa sintetis yg memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.

Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman Erythroxylon coca, yang
berasal dari Amerika Selatan, di mana daun dari tanaman ini biasanya dikunyah oleh
penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan”.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksif-nya juga
membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan
heroin karena efek adiktif.

4. Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika
adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper
Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa (ganja) baik murni
maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan saraf yang dapat
membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti sekalipun.
Jenis-jenisnya adalah:

- Opium atau Opioid atau Opiat atau Candu


- Codein atau Kodein
- Methadone (MTD)
- LSD atau Lysergic Acid atau Acid atau Trips atau Tabs
- PC
- mescalin
- barbiturat
- Demerol atau Petidin atau Pethidina
- Dektropropoksiven

Hashish (Berbentuk tepung dan warnanya hitam. Ia dinikmati dengan cara diisap atau
dimakan. Narkotika jenis yang kedua ini dikatakan agak tidak berbahaya hanya karena
jarang membawa kematian)

 Psikotropika

Psikotropika adalah bahan lain yang tidak mengandung narkotika, merupakan zat
buatan atau hasil rekayasa yang dibuat dengan mengatur struktur kimia. Mempengaruhi
atau mengubah keadaan mental dan tingkah laku pemakainya. Jenis-jenisnya adalah:

- Ekstasi atau Inex atau Metamphetamines


- Demerol
- Speed
- Angel Dust
- Sabu-sabu(Shabu/Syabu/ICE)
- Sedatif-Hipnotik(Benzodiazepin/BDZ), BK, Lexo, MG, Rohip, Dum
- Megadon
- Nipam

Jenis Psikotropika juga sering dikaitkan dengan istilah Amfetamin, di mana Amfetamin
ada 2 jenis yaitu MDMA (metil dioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ekstasi. Nama
lain fantacy pils, inex. Kemudian jenis lain adalah Metamfetamin yang bekerja lebih lama
dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama
lainnya shabu, SS, ice.

 Zat adiktif

Zat adiktif adalah zat-zat yang bisa membuat ketagihan jika dikonsumsi secara rutin.
Contohnya antara lain:

- Alkohol
- Nikotin
- Kafeina
- Zat Desainer
 PERAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA ANAK
Pada 2016 Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pendidikan Agama dan
Keagamaan (Penda) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia (RI)
meneliti tentang bagaimana pendidikan Agama pada keluarga sebagai pendidikan
informal.

Hal tersebut karena berbagai sumber menyatakan bahwa orangtua (keluarga) belum
berperan dalam pendidikan agama putra-putrinya, di antaranya pernyataan Khofifah
Indar Parawangsa, bahwa penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar dan seks bebas
menunjukkan peran pendidikan agama dalam keluarga belum sepenuhnya dilakukan oleh
orangtua dan lemahnya kontrol dan prinsip keteladanan orangtua tidak terbangun sejak
dini.

Padahal, ayah-Ibu, sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga memegang
peranan penting dan strategis dalam mendidik anak-anaknya. Ini berarti pendidikan
dalam keluarga sangat menentukan baik dan atau buruknya pendidikan terhadap anak.

Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka...”(QS. At-Tahrim: 6).

Rasulullah Saw dalam sebuah hadistnya bersabda, “Tidak ada seorang anak Bani
Adam, kecuali dilahirkan di atas firtahnya, (jika demikian) maka kedua orangtuanya itulah
orang mengyahudikan, atau menasranikan atau memajusikannya, ...” (Muttafaqun ‘alaih).

Dalam hadist yang lain Rasulullah Saw bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu


bershalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau bershalat ketika
berusia sepuluh tahun,” (HR. Abu Daud, Al Turmuzi, Ahmad dan Al Hakim).

Makna yang terkandung dalam firman Allah dan hadits di atas sejalan dengan
pendapat Dr. Decroly seorang ahli pendidikan yang menyatakan bahwa, 70 % dari anak-
anak yang jatuh kedalam jurang kejahatan itu berasal dari keluarga-keluarga yang rusak
kehidupannya.

Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fachrudin, menjelaskan
bahwa kebiasaan/perilaku anak dipengaruhi oleh kesibukan orang tua sehari-hari. Dari
100 persen responden diperoleh kedua orangtua yang bekerja, 60 % anak cenderung
memiliki moral dan kepribadian sedang, 30 % memiliki kepribadian buruk dan hanya 10 %
yang memiliki kepribadian baik. Bagi orang tua yang ibunya tidak bekerja cenderung
memiliki moral kepribadian baik dan mendekati sangat baik.

Oleh karena itu, orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk
moral kepribadian anak, yaitu melalui pendidikan yang dipraktikkan melalui sikap
perbuatan/teladan dalam kehidupan sehari-hari. Ada orang tua beranggapan bahwa
pendidikan dalam keluarga tidak perlu lagi setelah pendidikan anaknya diserahkan kepada
sekolah (pendidikan formal).
Orangtua seperti ini mungkin lupa atau tidak menyadari, kewajiban dan tanggung
jawab pendidikan anak sepenuhnya terletak pada orang tua. Hal ini mengingat bahwa
sebagian besar waktu anak-anak berada di rumah, sedangkan di sekolah paling lama
hanya tujuh jam. Keberadaan sekolah sebagai tempat pendidikan untuk anak menempati
urutan kedua setelah keluarga (orang tua) dilanjutkan dengan lingkungan atau
masyarakat yang membentuk pendidikan seorang anak setelah orang tua dan sekolah.

Sementara itu, pendidikan yang paling utama dalam membentuk moral kepribadian
anak adalah pendidikan agama. Pendidikan agama di sekolah hanya diberikan dua jam
pelajaran. Dengan alokasi waktu tersebut, tidak akan mampu membentuk anak
berperilaku baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djaelani yang menyatakan bahwa, pendidikan
agama Islam merupakan fondasi dalam keluarga untuk membentuk perilaku dan moral
anak-anak dan mengetahui batasan baik dan buruk, dan berfungsi untuk membentuk
manusia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT.

Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui visi misi orang tua dalam mendidik
anaknya dan peran orangtua dalam pendidikan agama pada keluarga, serta strategi
orangtua dalam menginternalisasikan pendidikan agama pada keluarga.
 Faktor-faktor penyalahgunaan Narkoba

Narkoba adalah masalah serius yang mengerogoti bangsa, khususnya untuk generasi
muda. Kita tahu bahwa masa depan bangsa ada di tangan generasi mudah, jika generasi
muda sudah terkotori oleh narkoba, lalu bagaimana nasib bangsa ini selanjutnya ?.
Untuk menjawabnya akan butuh penjabaran yang cukup kompleks.
Fakta memang sudah mengatakan bahwa banyak orang pada zaman ini sudah terlibat
kasus narkoba. Tentu ada beberapa faktor yang menyebabkan ini terjadi, seperti berikut
ini :

1. Faktor Pribadi :

Ada beberapa faktor pribadi yang bisa menyebabkan remaja terlibat penyalahgunaan
narkoba, dan berikut faktor pribadi itu sendiri

2. Faktor Keluarga :
Penyebab penyalagunaan narkoba juga bisa terjadi karena keluarga. Karena semua
berawal dari keluarga.

3. Faktor Sosial :
Lingkungan dan pergaulan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian dan moral
seseorang, baik buruknya juga bisa terlihat bagaimana lingkurang dan pergaulan
seseorang.

4. Faktor Kelompok atau Organinasi Tertentu :


Kelompok atau organisasi pengeder narkoba juga menjadi faktor penyebab, di mana
mereka akan mencari target untuk mengedarkan narkoba, bahkan membujuk seseorang
untuk menggunakan narkoba. Jika sudah kecanduan, maka mau tidak mau orang itu
akan mengkonsumsi narkoba

5. Faktor Ekonomi :
Kemiskinan dan kesusahan masalah finansial, belum lagi dililit utang atau sebagainya, ini
akan menjadi faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengedarkan narkoba atau
tindakan kriminal lainnya. Orang-orang yang menempati posisi seperti ini akan sangat
mudah gelap mata, memaksanya untuk melakukan tindakan di luar batas moral
bersosial, terutama dalam hal ini adalah mengedarkan narkoba.
Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja

https://id.wikipedia.org/wiki/Kenakalan_remaja

http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/8180-pengertian-pembelajaran-
pendidikan-agama-islam.html

https://news.idntimes.com/indonesia/fitang-adhitia/sepanjang-tahun-2017-bnn-
ungkap-46537-kasus-narkoba/full

https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba

http://www.nu.or.id/post/read/83049/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-agama-anak

tambahan :

http://www.netralnews.com/news/pendidikan/read/26672/bnn.22.persen.pengguna.na
rkoba.adalah.pejalar.dan.mahasiswa

http://www.pelangiblog.com/2016/01/5-faktor-utama-penyebab-penyalahgunaan.html
Pendapat
Mosi 1 : Kurangnya pendidikan agama di rumah dan sekolah menjadi penyebab utama
penyalahgunaan narkoba pada remaja.

1. Pro :
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak
anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun
dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang drastis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan
waktu di luar keluarga.
Tak jarang orang-orang yang memasuki tahap remaja ini menjadi tak bisa
mengendalikan diri mereka sendiri karena sebagian besar hormon yang meluap-luap,
dan sedang dalam mencari jati dirinya sendiri. Nah, berawal dari hal tersebut,
dewasa ini mulai bermunculan kasus “kenakalan Remaja” yang sangat meresahkan
masyarakat.
Kenakalan remaja yaitu suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan,
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja. Kenakalan remaja
meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan orang-orang di sekitarnya,
bahkan merugikan dirinya sendiri. Banyak sekali jenis-jenis kenakalan remaja pada
zaman sekarang ini. Salah satunya adalah penyalahgunaan obat-obatan (narkotika).
Kata Narkotika mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya
adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat
hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu
disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Banyak kaum remaja, yang menyalahgunakan narkotika hanya untuk
mengundang efek-efek tertentu, yang menurut mereka menyenangkan. Seperti
menjadi lebih tenang, halusinasi, mabuk, sampai menghilangkan kesadaran atau
biasa disebut fly.
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) terkait pengguna narkotika dan obat-
obatan terlarang (narkoba) di tahun 2016 menyebutkan, 22 persen pengguna
narkoba di Indonesia merupakan pelajar dan mahasiswa.
Sementara, jumlah penyalahgunaan narkotika pada anak yang mendapatkan
Optional

layanan rehabilitasi pada 2017, tercatat anak usia di bawah 19 tahun berjumlah 348
orang dari total 5.127 orang yang direhabilitasi di tahun itu.
Sedangkan jumlah tersangka kasus narkotika berdasarkan kelompok umur
pada 2017 yakni anak usia sekolah dan remaja di bawah 19 tahun berjumlah 2.186
atau 4,4 persen dari total tersangka.
Untuk mengatasi hal tersebut, peran pendidikan agama baik di lingkungan
sekolah ataupun di lingkungan rumah untuk para remaja sangat penting. Karena
seandainya para remaja mendapatkan pendidikan agama yang memadai, tidak
mungkin mereka akan menggunakan narkoba. Karena di agama manapun itu
narkoba pasti dilarang. Hal itu disebabkan karena narkoba itu lebih banyak dampak
negatifnya dibanding dampak positifnya.
Untuk kasus ini, Allah SWT dalam Al-Qur’an Berfirman yang artinya “Dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk” (QS. Al A’raf: 157). Setiap yang khobits terlarang oleh ayat ini.
Makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.
Pada agama Islam, pendidikan agama adalah suatu usaha untuk membina
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu
menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup. Jadi, orang-orang yang diberi pendidikan agama Islam
yang memadai, otomatis memiliki pedoman hidup yang kuat serta tak tergoyahkan
yaitu Al-Qur’an.
Agar kaum remaja saat ini mendapatkan pelajaran agama yang memadai,
tentu mereka tidak hanya harus belajar agama di lingkungan sekolah, namun juga
dirumah. Dalam hal ini, peranan orang tua dan guru juga tak kalah penting.
Jika para remaja tidak mempelajari tentang agama mereka masing-masing,
maka angka kenakalan remaja pasti meningkat. Karena tidak ada yang menjadi
pedoman hidup para remaja. Jadi menurut kami, kurangnya pendidikan agama di
rumah dan sekolah adalah penyebab utama penyalahgunaan narkoba pada kalangan
remaja saat ini.

2. Kontra :
Memang ada benarnya apa yang anda katakan bahwa, kurangnya pendidikan
agama di rumah dan sekolah adalah penyebab utama penyalahgunaan narkoba pada
kalangan remaja saat ini. Namun, sebenarnya ada faktor-faktor lain penyebab remaja
melakukan penyalahgunaan narkoba selain dari pendidikan agamanya, yaitu :
1. Faktor Pribadi
Ada beberapa faktor pribadi yang bisa menyebabkan remaja terlibat
penyalahgunaan narkoba, dan berikut faktor pribadi itu sendiri :
a) Mental yang lemah
Seperti yang tadi anda katakan, bahwa orang-orang yang memasuki
tahap remaja ini menjadi tak bisa mengendalikan diri mereka sendiri karena
sebagian besar hormon yang meluap-luap, dan sedang dalam mencari jati
dirinya sendiri. Nah, pada saat kondisi tersebut kondisi mental remaja
menjadi lemah dan seringkali tertarik untuk mencoba narkotika.
b) Stress dan Depresi
Pada masa remaja, biasanya banyak muncul masalah-masalah atapun
tekanan yang baru dijumpai oleh seseorang. Biasanya, para remaja yang
belum berpikiran kearah dewasa, akan kesulitan menghadapi masalah-
masalah yang melandanya. Nah, oleh karena itu remaja-remaja ini
menggunakan narkotika untuk obat penenangnya dikala mereka dilanda
masalah atau tekanan tersebut.
c) Ingin Tahu dan Coba-Coba
Anda juga tadi sudah berbicara mengenai masa remaja adalah masa
mencari jati diri. Saat remaja mencari jati dirinya, apa yang mereka
lakukan? Ya, mereka mengobservasi apa saja yang ingin mereka ketahui.
Bahkan mereka berani nekat mecoba hal baru demi menghapus rasa
penasarannya. Hal ini juga berlaku pada narkotika, awalnya mereka hanya
ingin tahu, namun lama-kelamaan mereka mulai mencoba narkotika ini,
dan akhirnya menjadi seorang pecandu narkotika.
2. Faktor Keluarga
Dari lingkungan keluarga lah semuanya dimulai. Lingkungan yang paling sering
didiami juga adalah lingkungan keluarga. Namun, lingkungan keluarga tidak
selamanya membawa hal positif, ada juga beberapa hal negatif yang mendorong
para remaja didalam lingkungan keluarga itu terjerumus kepada narkotika,
seperti :
a) Tak merasa betah dirumah (Broken Home)
Kondisi rumah tangga orang tua yang memburuk adalah salah satu
contoh mengapa para remaja menjadi tak betah dirumah atau yang biasa
disebut dengan Broken Home. Setelah para remaja tersebut tak betah
tinggal dirumah, apa yang mereka lakukan? Tentu saja mereka
melampiaskan seluruh amarahnya dengan pergi keluar rumah bersama
teman-teman sesama remaja. Sedangkan, kondisi di lingkungan diluar
rumah biasanya lebih hancur dari kondisi di lingkungan rumah, dan hal
itulah yang menyebabkan para remaja Broken Home menjadi terjerumus
ke narkoba.
b) Kurangnya perhatian orang tua pada anaknya
Kurangnya perhatian orang tua pada anaknya khususnya remaja,
membuat para remaja merasa tidak betah berada dirumah. Sehinngga
akhirnya kembali seperti tadi, mereka melampiaskan seluruh amarahnya
dengan pergi keluar rumah bersama teman-teman sesama remaja.
Sedangkan, kondisi di lingkungan diluar rumah biasanya lebih hancur dari
kondisi di lingkungan rumah, dan hal itulah yang menyebabkan para remaja
itu menjadi terjerumus ke narkoba.
c) Orang tua terlalu memanjakan anaknya
Terlalu dimanjakan juga menjadi salah satu faktor yang bisa
menjerumuskan seorang remaja kedalam lingkaran narkoba. Karena
merasa dibela oleh orang tuanya, para remaja ini merasa mereka bisa
melakukan apapun. Sampai-sampai untuk nekat membeli narkoba dengan
menggunakan uang dari orang tua.
d) Orang tua mendidik terlalu keras kepada anaknya
Didikan yang terlalu keras dari orang tua biasanya pada akhirnya akan
menimbulkan perselisihan atara pihak anak dan orang tua, karena pihak
anak merasa tidak dihargai dan pihak orang tua yang teguh dengan
pendiriannya. Sehingga kembali lagi, mereka melampiaskan seluruh
amarahnya dengan pergi keluar rumah bersama teman-teman sesama
remaja. Sedangkan, kondisi di lingkungan diluar rumah biasanya lebih
hancur dari kondisi di lingkungan rumah, dan hal itulah yang menyebabkan
para remaja Broken Home menjadi terjerumus ke narkoba.
e) Kurangnya komunikasi dan keterbukaan antar anak dan orang tua
Orang tua harus mengerti segala sesuatu tentang anak. Jika komunikasi
tidak berjalan baik, maka tidak akan ada keterbukaan antara orang tua dan
anak. Dan secara diam-diam anak akan melakukan hal-hal diluar ekspetasi
orang tuanya diluar lingkungan keluarga ataupun lingkngan sekolah seperti
mengonsumsi narkoba.
3. Faktor Sosial
Lingkungan dan pergaulan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian dan
moral seorang remaja, baik buruknya seorang remaja juga bisa terlihat dari
bagaimana lingkungan dan pergaulan seseorang. Berikut ini beberapa faktor
sosial yang menyebabkan remaja terlibat penyalahgunaan narkoba :
a) Salah Bergaul
Pergaulan adalah sesuatu yang penting ketika menginjak usia remaja.
Karena hal ini adalah salah satu bentuk dari pencarian jati diri. Namun,
pergaulan tidak membawa hal positif saja, tapi juga banyak hal negatif yang
dibawa pergaulan. Misalnya seorang remaja baik-baik bergaul dengan
seorang pengedar narkoba dan menjadi sangat dekat, maka pasti remaja
baik-baik tersebut lama kelamaan akan mengikuti jejak temannya dan
menjadi pengedar narkoba.
b) Adanya teman yang mengedarkan narkotika

4. Faktor Kelompok atau Organisasi tertentu


Kelompok atau organisasi pengedar narkoba juga menjadi faktor penyebab
penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja. Biasanya organisasi atau
kelompok ini bergerak secara rahasia dan mereka akan mencari target untuk
mengedarkan narkoba. Remaja adalah salah satu target yang mudah
didapatkan, karena pemikirannya yang terbilang masih labil dan sedang dalam
masa pencarian jati diri, sehingga sering mencoba hal baru. Bahkan organisasi
atau kelompok seperti ini sampai membujuk seorang remaja dengan iming-
iming uang dan lainnya untuk menggunakan narkoba. Namun, jika sudah
kecanduan, maka mau tidak mau orang itu akan mengkonsumsi narkoba.
5. Faktor Ekonomi
Kemiskinan dan kesusahan masalah finansial, belum lagi dililit utang atau
sebagainya, ini akan menjadi faktor yang bisa menyebabkan seseorang
mengedarkan narkoba atau tindakan kriminal lainnya. Orang-orang yang
menempati posisi seperti ini akan sangat mudah gelap mata, memaksanya
untuk melakukan tindakan di luar batas moral bersosial, terutama dalam hal
ini adalah mengedarkan narkoba.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kami menolak bahwa kurangnya


pendidikan agama di rumah dan sekolah adalah penyebab utama penyalahgunaan
narkoba pada kalangan remaja saat ini. Karena faktor penyebab para remaja
menyalahgunakan narkoba bukan hanya kekurangan pendidikan agama. Namun,
dilihat pula dari lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai