Disusun Oleh:
Stella Victoria-1215246
Yuliana Elisabeth Eluama-1215228
Andrew Joshua-1215165
Pembimbing:
dr.Edia Asmara S, Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mata
2.1.4. Kornea
Kornea adala selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya merupakan
lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas :
- epitel
- membrane bowman
- Stroma
- MembranaDescement
- Endotel
1.1.5. Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Perdarahan
uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus
yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah
arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, datu pada otot
rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri
siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optika.
1.1.6. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan
bersifat bening.Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya
akomodasi.Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang.
b. Acid/asam
- Sulfuric acid (H2SO4), contohnya aki mobil, bahan pembersih (industry).
- Sulfurous acid (H2SO3), pada pengawet sayur dan buah.
- Hydrofluoric acid (HF), efeknya sama bahayanya dengan trauma alkali. Ditemukan
pada pembersih karat, pengilat aluminium, penggosok kaca.
- Acetic acid (CH3COOH), pada cuka.
- Hydrochloric acid (HCl) 31-38%, zat pembersih.
1.2.3. Epidemiologi
Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami
gangguan penglihatan akibat trauma.75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar
50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya.Setiap hari lebih
dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat
bekerja.Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap
tahunnya.Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih
besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta
orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral
akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi
trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi
1.2.4. Klasifikasi
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan yang
ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini juga bertujuan untuk
penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan
prognosis.Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik
limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus
(superfisial dan profunda).
a) Klasifikasi Hughes
- Ringan : Erosi epitel kornea, kornea sedikit kabur, tidak ada nekrosis
iskemik konjungtiva atau sclera.
- Sedang : Opasitas kornea mengaburkan detail iris, nekrosis iskemik yang
minimal di konjungtiva dan sclera.
- Berat : Garis pupil kabur, iskemik nekrosis konjungtiva atau sclera yang
signifikan.
b) Klasifikasi Thoft
- Grade 1 : Ditandai dengan kornea yang jernih hanya terjadi kerusakan
epitel kornea, tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
- Grade 2 : Ditandai dengan kornea kabur, tapi iris masih terlihat jelas,
iskemik < 1/3 limbus (prognosis baik)
- Grade 3 : Ditandai dengan epitel kornea hilang total, stroma kabur
sehingga iris juga terlihat kabur iskemik sepertiga sampai setengah
limbus. (prognosis waspada)
- Grade 4 : Ditandai dengan kornea opak,> 50% limbus terjadi iskemik.
(prognosis buruk)
1.6. Penatalaksanaan
Trauma kimia adalah trauma pada mata yang membutuhkan penatalaksanaan segera
mungkin, penatalaksanaan yang segera diberikan yaitu:
a) Irigasi mata : sangat penting untuk meminimalkan durasi dari kontak dengan bahan kimia
dan menormalkan pH pada konjungtiva dengan segera mungkin. sebaiknya menggunakan
larutan Salin atau Ringer laktat selama minimal 30 menit. Jika hanya tersedia air non
steril, maka air tersebut dapat digunakan. Larutan asam tidak boleh digunakan untuk
menetralisasi trauma basa. Spekulum kelopak mata dan anestetik topikal dapat digunakan
sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata atas untuk
dapat mengirigasi forniks.
Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi:
a) Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai tekanan
intraokular dan penyembuhan kornea.
b) Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing
c) Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.
d) Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin 2-4
kali sehari)
e) Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per hari).
Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat
reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih
lama dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi fibroblas sehingga proses
penyembuhan terhambat, selain itu juga meningkatkan risiko untuk terjadinya
lisis kornea (keratolisis). Dapat diganti dengan non-steroid anti inflammatory
agent.
f) Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan
TIO bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan trabekulum
oleh debris inflamasi.
g) Diberikan pressure patch setelah diberikan tetes atau salep mata.
h) Dapat diberikan air mata artifisial.
1.8. Prognosis
Prognosis ditentukan oleh bahan penyebab trauma. Derajat iskemik pembuluh darah
limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis
penyembuhan iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva
memberikan prognosis yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan
gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi
kebutaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG; Taylor A ; Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.
5. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface
burns,85:1379-1383, British Journal of Ophthalmology.