KIMIA PANGAN I
ACARA II
PROTEIN
KELOMPOK 3
Penanggung Jawab:
Alfina Fauziah (A1F016024)
Sifa zahrani (A1F016072)
A. Latar Belakang
sebagai zat pembangun dan fungsi lainnya yang berperan penting. Protein memiliki
sifat yang spesifik yaitu sifat fisiko kimia protein, sifat fisiko kimia protein
sama seperti karbohidrat dan lemak. Namun selain ketiga unsur-unsur tersebut
protein juga mengandung N, fosfor, belerang dan juga unsur-unsur logam lainnya.
Struktur protein dapat dibagi menjadi empat bentuk antara lain primer, sekunder,
tersier dan juga kwartener. Struktur primer merupakan srtuktur linier asam amino
dalam protein. Susunan tersebut akan menentukan sifat dasar protein dan bentuk
terjadinya interaksi antar molekul dalam protein dan mempengaruhi sifat protein.
Protein dapat berinterkasi dengan protein lain karena adanya ikatan hidrogen dan
suatu jaringan tiga dimensi yang mengakibatkan tekstur protein menjadi kompak,
dan dengan struktur tiga dimensi tersebut maka protein dapat memerangkap
sejumlah air. Dengan terperangkapanya air dapat terjadi peristiwa gelasi protein
yang dibantu dengan adanya denaturasi parsial terlebih dahulu. Suatu protein dapat
dikatakan terdenaturasi apabila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein
merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang
berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu
protein
Untuk lebih mengetahui tentang klasifikasi dan sifatnya khusus protein, maka
B. Tujuan
protein.
(gelation). Protein kasein mudah mengalami gelasi pada kondisi pH 4,6 atau
whey juga dapat membentuk gel dengan kondisi pH sekitar netral (6,5-8) dan
disertai proses pemanasan (> 60ºC), serta bila perlu dengan penambahan garam,
baik bervalensi satu atau dua. Berdasarkan sifat ini kasein dapat digunakan untuk
pembuatan keju, sedangkan protein whey untuk ingridien produk sosis, keju analog,
polipeptida uncoiled yang berinteraksi pada titik tertentu membnetuk jaringan tiga
dimensi. Formasi gel merupakan hasil dari ikatan hidrogen, interaksi ion dan
hidrofobik, ikatan Van der Waals, ikatan kovalen disulfide, serta kekuatan gel
(Kusnandar, 2010 )
heliks protein. Presipitasi juga terjadi akibat terganggunya kesetabilan koloid yang
Kelarutan protein adalah persen dari total protein yang terdapat di dalam bahan
pangan yang dapat diekstrak oleh atau larut dalam air pada kondisi tertentu.Jenis-
jenis protein, seperti albumin, globulin, prolamin, dan glutelin dapat larutdalam air,
larutan garam encer, 60-80% alkohol alifatik, dan 0,2% NaOH.Kelarutan protein
ditentukan oleh sifat ionisasi asam aminonya di dalam larutan,dimana asam amino
dapat bersifat asam atau basa. Sifat kelarutan proteintergantung pada jenis dan
komposisi asam amino penyusun protein, jenis pelarut, pH, konsentrasi dan muatan
adalah protein dapat berikatan dengan garam dengan membentuk ikatan ionic. Daya
larut dan kelarutan protein sama-sama dipengaruhi oleh pH yaitu daya larut dan
protein terlarut akan meningkat (semakin tinggi) pada saat berada pada pH yang
tinggi, lebih lanjut daya larut yang dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan
Kadar protein terlarut akan meningkat jika diberi perlakuan asam yang
berlebih, hal ini terjadi karena ion positif pada asam menyebabkan protein yang
semula bermuatan netral atau nol menjadi bermuatan positif yang menyebabkan
dalam ph PH rendah atau tinggi karena memiliki kelebihan yang sama, menhasilkan
(Andriani, 2013).
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Erlenmeyer 100 ml,
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah susu sapi, CaCl2 , asam
asetat glasial 10%, prosentase komersial, nanas, jeruk nipis, Putih telur (albumin
B. Prosedur Kerja
selama 3 menit
Erlenmeyer 1 : dalam kondisi panas, susu ditambah 500mg CaCl2
1.
Erlenmeyer 2 : dalam kondisi panas, susu ditambah asam asetat
glasial 10% tetes demi tetes sambil diaduk sampai terbentuk endapan
padatan )
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
1. Gelasi protein
Bahan Perlakuan Banyak Endapan Tingkat Kekeruhan
CaCl2 - -
Asam asetat glasial 10% +++ +++
Keterangan :
Kejernihan Endapan
++++ sangat keruh ++++ sangat banyak
+++ keruh +++ banyak
++ agak keruh ++ agak banyak
+ sedikit keruh + sedikit banyak
- jernih - tidak banyak
2. Kelarutan protein
a. Pengaruh Pemanasan
Bahan Perlakuan Kejernihan Viskositas Endapan Padatan
Kontrol - - - -
400C + + - -
Putih Telur
700C ++++ ++++ ++++ +++
900C ++++ ++++ ++++ ++++
b. Pengaruh Garam Netral
Bahan Perlakuan Kejernihan Viskositas Endapan Padatan
Konsentrasi 80% +++ +++ + +++
Putih Telur Konsentrasi 5% + ++ - +
Aquades (kontrol) - + - -
Keterangan :
Kejernihan Viskositas
++++ sangat keruh ++++ sangat viskos
+++ keruh +++ viskos
++ agak keruh ++ agak viskos
+ sedikit keruh + sedikit viskos
- jernih - tidak viskos
Endapan Padatan
++++ : sangat banyak ++++ :sangat banyak
+++ : banyak +++ : banyak
++ : agak banyak ++ : agak banyak
+ : sedikit + : sedikit
- : tidak ada - : tidak ada
B. Pembahasan
Praktikum kali ini dibagi menjadi 2 sub yaitu yang pertama Gelasi dan
Maka dari itu, dilakukan praktikum ini yang bertujuan mengetahui pengaruh
Ph dan pemanasan terhadap gelasi dan presipitasi protein. Praktikum ini terbagi
menjadi dua sub yaitu gelasi protein dan kelarutan protein. Untuk gelasi protein,
Erlenmeyer 2 ditambahkan asam asetat glacial 10% tetes demi tetes sambil dikocok
penambahan CaCl2 didapatkan tidak adanya endapan dan tidak keruh. Pada
adanya sedikit endapan dan keruh. Pada erlenmeyer 4 dengan penambahan jeruk
nipis, didapatkan adanya sangat banyaknya endapan dan sangat keruh. Pada
didapatkan tidak adanya endapan dan tidak keruh. Dipakai data hasil pengamatan
dari rombongan lain karena terjadi kekeliruan pada saat praktikum yaitu susu yang
digunakan sudah tidak layak pakai atau basi sehingga jika digunakan untuk
Pada susu yang ditambah CaCl2 tidak dijumpai endapan, karena adanya
proses koagulasi dengan ion Ca yang masih mungkin terjadi pada suhu 15-650C.
Data yang terlihat pada table menunjukkan bahwa endapan berbanding lurus
dengan kekeruhan, hal tersebut tidak sesuai dengan Menurut teori, tingkat
Hal ini dikarenakan kasein dan komponen lain dalam susu sudah menggumpal
menjadi endapan, sehingga yang tersisa di bagian bawah hanyalah air dan sedikit
Daya reaksi dari berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak sama,
tergantung dari jumlah dan letak gugus amino dan karboksil dalam larutan asam
(pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif.
Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah
katoda. Sebaliknya dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi
sebagai asam atau bermuatan negative, sehingga molekul protein akan bergerak
menuju ke anoda. Pada pH tertentu yang di sebut titik isolistrik (Pi), muatan gugus
amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan
nol. Pengendapan paling cepat terjadi pada titik isolistrik ini. (Winarno,2004).
2. Kelarutan protein
adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik dan adanya bahan kimia seperti urea,
alkohol, atau sabun. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktifitas
kelarutan protein. Untuk kelarutan protein ini akan dibagi jadi 3 judul percobaan.
dipanaskan sampai suhu 700C. Tabung terakhir dipanaskan sampai suhu 900C.
Keempat tabung reaksi dibandingkan kejernihan / kekeruhan, viskositas, timbulnya
kejernihan, viskositas, endapan, dan padatan. Pada perlakuan suhu 400C terdapat
sedikit kejernihan, sedikit viskositas, tidak ada endapan dan tidak ada padatan.
Untuk perlakuan suhu 700C sangat keruh, sangat kental, sangat banyak endapan,
dan banyak padatannya. Pada perlakuan suhu 900C sangat keruh, sangat keruh,
menyatakan bahwa protein dipanaskan atau ditambah alkohol, maka protein akan
menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi
aktivitas enzim-enzim proteolitik. Didukung juga oleh Mandle et al. (2012), yang
meyatakan adanya pengaruh pemanasan terhadap jumlah endapan putih telur juga
protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan
non polar protein dapat dirusak akibat panas. Energi kinetik yang meningkat akibat
suhu tinggi dapat menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar
semakin cepat sehingga merusak ikatan molekul tersebut. Selain itu, energi panas
akan mengakibatkan terputusnya interaksi nonkovalen yang ada pada struktur alami
protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Asam
atau basa akan memecah ikatan ion intramolekul yang menyebabkan koagulasi
protein. Semakin lama protein bereaksi dengan asam atau basa kemungkinan besar
ikatan peptida terhidrolisis sehingga struktur primer protein rusak. Asam lemah,
yaitu asam yang dalam air sebagian kecil molekulnya terurai menjadi ion-ionnya
atau hanya akan berdisosiasi sebagian dalam larutan yang asam.Asam kuat adalah
asam yang dalam air sebagian besar atau seluruh molekulnya terurai menjadi ion-
ionnya.
3 ml putih telur. Tabung 1 ditambahkan larutan garam netral konsentrasi tinggi 80%
sama dengan konsentrasi rendah 5% yang punya volume 1 ml. tabung 3 hanya
terdapat sedikit keruhan, agak kental, tidak ada endapan, dan sedikit padatannya.
Sedangkan pada perlakuan kontrol yang hanya ditambah aquades terdapat
kejernihan, sedikit kental, tidak ada endapan dan tidak ada padatan.
Pada penambahan larutan garam netral 5% putih telur menjadi sedikit keruh
dan memiliki viskositas yang sedang, ini menunjukan bahwa protein mengalami
salting in. Protein pada saat salting in memiliki kelarutan yang tinggi, sedangkan
pada penambahan larutan garam netral 80% protein mengalami salting out, yaitu
dengan tingginya viskositas namun putih telur sedikit tidak keruh. Hal ini terjadi
karena kekuatan ionik yang kecil sehingga protein menggumpal dan viskositasnya
meningkat. Protein yang mengalami salting out akan sulit larut dalam air karena
sudah melewati titik jenuh sehingga terbentuk padatan atau endapan pada protein
tersebut. Menurut (Sumardjo, 2009) viskositas protein yang paling rendah yaitu
protein antara aquades dan etanol, dipengaruhi konsentrasi pelarut semakin tinggi
konsentrasi etanol yang diberikan maka protein akan semakin larut dan membentuk
3 ml putih telur. Tabung 1 ditambah etanol 96% sebanyak 0,5 ml. Tabung 2
terdapat sedikit kejernihan, kental, tidak ada endapan, dan agak banyak padatannya.
Pada tabung 2 dengan penambahan etanol 1 ml terdapat agak keruh, sangat kental,
tidak ada endapan, dan banyak padatannya. Pada tabung 3 dengan penambahan
aquades sebagai perlakuan kontrol yaitu tidak terdapat keruhan, tidak terdapat
Dari hasil tersebut Karena endapan dan kejernihan berbanding lurus, hasil
protein antara akuades dan etanol, dipengaruhi konsentrasi pelarut. Semakin banyak
pelarut organik akan membuat endapan menjadi semakin tinggi tetapi putih telur
akan tetap terlihat jernih. Protein yang kaya akan radikal-radikal non polar bebas
A. Kesimpulan
1. Daya reaksi dari berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak sama.
Pada pH tertentu yang di sebut titik isolistrik (Pi), muatan gugus amino dan
molekul.
garam netral dan pelarut organik. Kelarutan protein akan semakin rendah
jika suhu tinggi karena mengalami denaturasi pada kisaran suhu 60⁰C,
mengalami salting out pada konsentrasi garam netral tinggi dan pada
B.Saran
valid.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Fur, Imam Tohari, Lilik Eka Radiati. 2013. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kualiats Tepung Telur Pan Driying Ditinjau dari Nilai pH,
daya larut dan Kadar Protein terlarut. Jurnal Ilmu Peternakan Universitas
Brawijaya:Malang.
Buana, Riska. A. 2008. Gelasi dan Presipitasi Protein. PT. Gramedia, Jakarta.
Chusnul, S.Ch. 2009. Pengaruh Jenis dan Level Saccharomyces cerevisiae Pada
fermentasi Albumen Terhadap Kadar Glukosa dan Sifat Fisik Tepung
Putih Telur. Jurnal Ilmu Peternakan. 4 (2): 67-73.
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Dian Rakyat. Jakarta
Sirajuddin, S., dan Najamuddin U., 2011. Biokimia. UNHAS Press. Makassar
Gambar 3
Gambar 1
Ditambahkan CaCl2 ke susu
Dituang susu kedalam ke gelas ukur
Gambar 4
Gambar 8
Gambar 6 Diteteskan ekstrak nanas pakai
Diperas sari dari nanas yang diblender pipet tetes
Gambar 11
Gambar 9
Diamati hasil percobaan dengan
Dipanaskan erlenmeyer pada waterbath
penambahan CaCl2
Gambar 10
Diamati hasil percobaan dengan
penambahan nanas
KELARUTAN PROTEIN
Pengaruh pemanasan
Gambar 1
Dipipet putih telur dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
Gambar 2
Didapatkan tabung reaksi yang sudah berisi putih telur
Gambar 3
Dipanaskan ketiga tabung reaksi tersebut didalam waterbath
Gambar 4
Diamati hasil percobaan mulai dari kejernihan, viskositas, endapan dan
padatan
Pengaruh garam netral
Gambar 1
Disiapkan alat dan bahan Gambar 5
Dipipet garam netral dengan pipet
Gambar 6
Gambar 2
Dimasukkan garam netral yang sudah
Dipipet putih telur dengan pipet
dipipet sebelumnya
Gambar 7
Gambar 3 Didapatkan perubahan pada putih telur
Dimasukkan putih telur kedalam yang sudah ditambah garam netral
tabung reaksi baik konsentrasi tinggi atau rendah
Gambar 8
Gambar 4
Dibandingkan ketiga tabung reaksi
Disiapkan garam netral
tersebut
Pengaruh Pelarut organik
Gambar 3
Gambar 1
Dimasukkan etanol kedalam tabung
Disiapkan etanol 96%
reaksi yang sudah berisi putih telur
Gambar 4
Gambar 2
Diamati perubahan yang terjadi pada 3
Dipipet putih telur
tabung reaksi tersebut
PEMBAGIAN KERJA
Alfina Fauziah (A1F016024) :
Hasil, pembahasan, penutup, lampiran, daftar pustaka, editor.