Anda di halaman 1dari 13

1.

Pengeringan

Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam pengolahan pasca
panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air produk seperti berbagai buah-
buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah panen. Pengeringan adalah proses
pemindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air
dari permukaan bahan tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses
pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air
antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan
mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.

Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi
kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima,
menggunakan panas. Pada proses pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak jenuh
yang dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap pada suhu
yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air pada bidang
antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas disebut medium
pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air dan sekaligus membawa air
keluar. Air juga dapat dipisahkan dari bahan padat, secara mekanik menggunakan cara
pengepresan sehingga air keluar, dengan pemisah sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun
dengan metode lainnya. Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih murah biayanya dan lebih
hemat energi dibandingkan dengan pengeringan.

Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Ada
bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama sekali (bone dry). Pada umumnya zat
padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat. Kandungan air dalam suatu bahan
dapat dinyatakan atas dasar basah (% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air
dengan jumlah bahan kering.

Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap
air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih
sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan.
Kemampuan udara membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi
udara pengering dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu faktor yang mempercepat
proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir. Udara yang tidak mengalir
menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang dikeringkan semakin jenuh sehingga
pengeringan semakin lambat.

Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan organisme
dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama
sekali. Dengan demikian bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara tersebut dilakukan dengan
menurunkan kelembapan nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan,
sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan itu
menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara.

Di Industri kimia proses pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses pengeringan
ini dilakukan biasanya sebagai tahap akhir sebelum dilakukan pengepakan suatu produk ataupun
proses pendahuluan agar proses selanjutnya lebih mudah, mengurangi biaya pengemasan dan
transportasi suatu produk dan dapat menambah nilai guna dari suatu bahan. Dalam industri
makanan, proses pengeringan ini digunakan untuk pengawetan suatu produk makanan.
Mikroorganisme yang dapat mengakibatkan pembusukan makanan tidak dapat dapat tumbuh
pada bahan yang tidak mengandung air, maka dari itu untuk mempertahankan aroma dan nutrisi
dari makanan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, kandungan air dalam bahan
makanan itu harus dikurangi dengan cara pengeringan (Revitasari, 2010).
(http://westryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeringan.html)

a.) Dry Bulb temperature (Temperatur bola kering),

Yaitu suhu yang ditunjukkan dengan thermometer bulb biasa, dengan bulb dalam keadaan
kering. Satuan untuk suhu ini biasa dalam Celcius, Kelvin, Fahrenheit. Seperti yang diketahui
bahwa thermometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika kita ingin
mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi perpindahan kalor dari udara ke
bulb thermometer. Karena mendapatkan kalor maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di
dalam thermometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan
ketinggian cairan ini yang di konversika dengan satuan suhu (celcius, Fahrenheit, dll).
(https://catatanabimanyu.wordpress.com/2011/08/14/termometer-bola-kering-dan-termometer-
bola-basah/)

b.) Titik Embun

Titik embun adalah suhu yang harus didinginkan, pada tekanan udara malar supaya uap air
yang dikondensasikan menjadi air. Air yang dikondensasi dinamakan embun (Anonim, 2011).

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, embun diartikan titik-titik air yang jatuh dari udara
(pada malam hari). Secara umum, embun adalah nama yang diberikan untuk bintik-bintik air
yang sering dijumpai menempel pada daun-daunan, dan rumput. Embun ialah air dalam bentuk
titik-titik kecil yang kelihatan pada objek yang terdedah pada waktu pagi atau malam. Sepanjang
hari, objek akan menyerap haba dari matahari manakala pada waktu malam, objek akan
kehilangan haba melalui suatu proses yang disebut radiasi termal. Maka, embun akan terbentuk
apabila udara yang berada pada permukaan tanah menjadi dingin mendekati titik embun dimana
udara tidak dapat lagi menahan semua wap air. Wap air itu kemudian terkondensasi pada objek
dan terbentuklah titik-titik kecil di atas objek tersebut.
Embun adalah titik-titik air yang jatuh dari udara (terutama pada malam hari). Embun adalah
uap yang menjadi titik-titik air. Embun merupakan endapan tetes air yang terdapat pada benda
dekat atau di permukaan tanah yang terbentuk akibat pengembunan uap air dari udara
disekitarnya. Embun biasanya muncul di pagi hari, di sela-sela kaca jendela atau di balik daun.
Embun lebih mengarah ke bentuk cair di bandingkan dengan kabut (Amanda, 2011).

Suhu titik embun adalah suhu pada udara ketika didinginkan, tanpa mengubah kadar air atau
tekanan, hanya kejenuhan. Dengan kata lain, tekanan uap jenuh pada suhu titik embun adalah
sama pada tekanan uap air lingkungan. (https://melinarahmaw15.wordpress.com/bahan-
kuliah/agroklimatologi/makalah-agroklimatologi-kejenuhan-dan-titik-embun/)

c.) Kelembaban

Kelembapan atau kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini
dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif.
Alat untuk mengukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk
mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembab
(dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostatuntuk suhu udara.
Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi
air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak
melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F). (https://id.wikipedia.org/wiki/Kelembapan)

d.) Kadar Air

Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat
basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan
berat kering dapat lebih dari 100 persen (Anonim, 2010). Air yang terdapat dalam suatu sampel
bahan terdapat dalam tiga bentuk:

1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori yang
terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid
makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di
antara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada
dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada
proses pembekuan.
3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya berifat ionik
sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada
suhu 00 C.

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan.
Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu
berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam
penentuan kadar air bahan pangan biasanya dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam
perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut: KA = (Wa / Wb) x 100% (Taib, 1988).
(https://www.mallardsgroups.com/kadar-air/)

e.) Kecepatan pengeringan

Untuk mengetahui laju pengeringan perlu mengetahui waktu yang dibutuhkan


untuk mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu sampai kadar air yang diinginkan
pada kondisi tertentu , maka bisa dilakukan dengan cara :

1. Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs waktu
pengering pada temperatur, humidity, dan kecepatan pengering tetap. Kandungan
air dari suatu bahan akan menurun karena adanya pengeringan, sedangkan
kandungan air yang hilang akan semakin meningkat seiring dengan penambahan
waktu.
2. Kurva Laju Pengeringan menunjukkan hubungan antara laju pengeringan vs
kandungan air, kurva ini terdiri dari 2 bagian yaitu periode kecepatan tetap dan
pada kecepatan menurun. Jika mula-mula bahan sangatlah basah bila dikontakkan
dengan udara yang relatif kering maka akan terjadi penguapan air yang ada pada
permukaan bahan tersebut.

Rumus laju pengeringan massa menurut Treybal,1995 dinyatakan:

−𝑆𝑠 . 𝑑𝑥
𝑁=
𝐴. 𝑑Θ

Keterangan:
N = laju pengeringan (Lb H2O yang diuapkan / jam ft2 )
Ss = berat bahan kering (lb)
A = Luas permukaan pengeringan (ft2 )
X = moisture content dry basis (lb H2O / lb bahan kering)
Θ = waktu (jam)

Dimana dx/dθ dicari dengan :


−𝑑𝑥 𝜋 2 𝐷′ 𝑣
=( ) 𝑥 ( 2) 𝑥 𝑋
𝑑Θ 2 𝑆
Keterangan :
D’v = free moisture
S = setengah tebal bahan yang dikeringkan
X = kadar air yang teruapkan
Persamaan ini menunjukkan bahwa bila difusi menjadi faktor penentu, laju
pengeringan berbending lurus dengan kandungan free moiture dan berbanding terbalik
dengan pangkat dua ketebalan. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika waktu dipetakan
terhadap kandungan free moisture akan didapatkan garis lurus dan D’v dapat dihitung
dari gradiennya
(http://eprints.undip.ac.id/44622/3/BAB_II.pdf)

Tray Dryer

Pengering Rak (Tray Dryer) disebut juga pengering Baki, Pengering Rak atau Pengering
Cabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang ditebarkan
pada baki logam dengan ketebalan 10 - 100 mm. Tray Dryer digunakan
untuk mengeringkan bahan-bahan yang tidak boleh diaduk dengan cara termal, sehingga
didapatkan hasil berupa zat padat yang kering. Tray Dryer sering digunakan untuk laju produksi
kecil. Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan
dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan
panas yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga
dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
Rangka bak pengering terbuat dari besi, rangka bak pengerik di bentuk dan dilas,
kemudian dibuat dinding untuk penyekat udara dari bahan plat seng dengan tebal 0,3 mm.
Dinding tersebut dilengketkan pada rangka bak pengering dengan cara di Revet serta dilakukan
pematrian untuk menghindari kebocoran udara panas. Kemudian plat seng dicat dengan warna
hitam buram,agar dapat menyerap panas dengan lebih cepat. Pada bak pengering dilengkapi
dengan pintu yang berguna untuk memasukan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan. Di
pintu tersebut dibuat kaca yang mamungkinkan kita dapat mengetahui temperature tiap Rak,
dengan cara melihat Thermometer yang sengaja digantungkan pada setiap Rak pengering. Di
bagian atas bak pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara
pada proses pengeringan.
1. Prinsip Kerja

Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7-15 ft/det diantara Rak


dengan bantuan kipas dan motor, mengalir melalui pemanas. Sekat-sekat membagikan udara itu
secara seragam diatas susunan Rak. Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui Rak
pembuang, sedangkan udara segar masuk melalui pemasuk.
Pengering ini dapat beroperasi dalam vakum dan dengan pemanasan tak langsung. Uap
dari zat padat dikeluarkan dengan ejector atau pompa vakum. Pengeringan dengan sirkulasi
udara menyilang lapisan zat padat memerlukan waktu sangat lama dan siklus pengeringan
panjang yaitu 4-8 jam per tumpak
selain itu dapat juga digunakan sirkulasi tembus, tetapi tidak ekonomis karena pemendekan
siklus pengeringan tidak akan mengurangi biaya tenagakerja yang diperlukan untuk setiap
tumpak.
Alat tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa biji-bijian.
Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya berlubang-lubang untuk melewatkan udara
panas. Bentuk bak yang digunakan ada yang persegi panjang dan ada juga yang bulat. Bak yang
bulat biasanya digunakan apabila alat pengering menggunakan pengaduk, karena pengaduk
berputar mengelilingi bak. Kecepatan pengadukan berputar disesuaikan dengan bentuk bahan
yang dikeringkan, ketebalan bahan, serta suhu pengeringan. Biasanya putaran pengaduk sangat
lambat karena hanya berfungsi untuk menyeragamkan pengeringan.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan bahan (kadar air akhir),
yaitu:
a. Struktur bahan beserta parameter pengeringan
b. Dimensi bahan yang akan dikeringkan
c. Suhu medium pemanas
d. Berbagai laju perpindahan pada permukaan
e. Kesetimbangan kadar air (Hudaya, 2000)

Keuntungan dari alat pengering jenis itu sebagai berikut:


a. Laju pengeringan lebih cepat
b. Kemungkinan terjadinya Over Drying lebih kecil
c. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan yang dikeringkan.

2. Spesifikasi Alat

Alat pengering tipe Rak (Tray Dryer) mempunyai bentuk persegi dan di dalamnya berisi
Rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Terdiri dari sebuah ruang
dari logam lembaran yang berisidua buah truk yang mengandung Rak-rak (H), setiap Rak
memiliki sebuah Rak dangkal, sekitar 30 in persegi dan tebal 2 - 6 in, yang penuh dengan bahan
yang akan dikeringkan. Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7 - 15 ft/det diantara Rak
dengan bantuan kipas (C) dan motor (D), mengalir melalui pemanas (E). Sekat-sekat (G)
membagikan udara itu secara seragamdiatas susunan Rak. Sebagian udara basah diventilasikan
keluar melalui Rak pembuang (B), sedangkan udara segar masuk melalui pemasuk (A). Rak-
Rak itu disusun diatas roda truk (I) sehingga pada akhir siklus pengeringan truk didapat ditarik
keluar dari kamar dan dibawa ke stasiun penumpahan Rak. Pada umumnya Rak tidak dapat
dikeluarkan. Beberapa alat pengering jenis itu Rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat
dikeluarkan dari alat pengering. Ikan-ikan diletakkan di atas Rak yang terbuat dari logam dengan
alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang tersebut untuk mengalirkan udara panas dan
uap air.
Ukuran Rak yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya 200 cm2 dan ada juga
yang 400 cm2. Luas Rak dan besar lubang-lubang Rak tergantung pada bahan yang akan
dikeringkan. Selain alat pemanas udara, biasanya juga digunakan kipas (Fan) untuk mengatur
sirkulasi udara dalam alat pengering. Kipas yang digunakan mempunyai kapasitas aliran 7 - 15
feet per detik. Udara setelah melewati kipas masuk ke dalam alat pemanas, pada alat tersebut
udara dipanaskan lebih dahulu kemudian dialirkan diantara Rak-rak yang sudah berisi bahan.
Arah aliran udara panas di dalam alat pengering dapat dari atas ke bawah dan juga dari bawah ke
atas. Suhu yang digunakan serta waktu pengeringan ditentukan menurut keadaan bahan.
Biasanya suhu yang digunakan berkisar antara 80 - 180 0C. Tray dryer dapat digunakan untuk
operasi dengan keadaan vakum dan seringkali digunakan untuk operasi dengan pemanasan tidak
langsung. Uap air dikeluarkan dari alat pengering dengan pompa vakum.

Tray Dryer dapat digunakan untuk mengeringkan segala macam bahan,


Pengering Rak ini digunakan untuk pengeringan bahan bernilai tinggi seperti zat-zat warna dan
bahan farmasi.
Alat pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut :
a. Bak Pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak pengering dengan
ruang tempat penyebaran udara panas (Plenum Chamber).
b. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke Plenum Chamber dan
melewati tumpukan bahan di atasnya.
c. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar kelembapan nisbi udara
pengering menjadi turun sedangkan suhunya naik.

3. Jenis-jenis Tray Dryer


Pengering Rak (Tray Dryer ) terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Parallel Flow Tray
Parallel Flow Tray atau disebut Compartment Dryer adalah terdiri dari satu ruang
atauCabinet yang didalamnya tersusun atas Rak-rak yang
digunakan untuk tempat meletakkan bahan yang akan dikeringkan. Parallel Flow Tray ini
dilengkapi dengan Fan atau pemanas uap (Steam Heater). Bahan yang dikeringkan
berbentuk Sheet (lembaran) atau Cake hasil filtrasi yang diletakkakn diatas Rak-rak
yang dapat diambil dan dipasang kembali. Udara pengering disirkulasikan dan
mengalir Parallel atau sejajar dengan permukaan Rak.
Tebal pengisian bahan, Tray Spacing dan kecepatan media pengering harus dibuat seragam pada
tiapTray. Tebal pengisian bahan pada tiap Tray antara 2 - 10 cm dengan kecepatan gas 1 - 10
m/det. Makin tebal pengisian bahan pada Tray akan menguarangi ongkos tenaga kerja
tetapi kapasitas pengeringan secara keseluruhan akan turun karena dengan bertambahnya tebal
akan menyebabkan Critical Moisture Content naik sehingga waktu pengeringan akan bertambah.
Bahan Rak terbuat dari logam akan membantu perpindahan panas melalui bagian bawah Rak.
Laju pengeringan total sekitar 0,2 - 2 kg air yang diuapkan tiap jam tiap m2 permukaan bahan.
Effisiensi Thermal dari pengering ini adalah 20 - 50.

b. Through Circulation Tray.


Pada Through Circulation Tray hampir mirip dengan Parallel Flow Tray tetapi
pada ThroughCirculation Tray arah aliran media pengering tegak lurus terhadap
permukaan Tray. Pada Tray ini bentuknya berlubang atau merupakan saringan yang dilengkapi
dengan sekat (Baffle) sehingga gas dapat menembus bahan.
Pengering ini dapat digunakan untuk mengeringkan bahan makanan Filter
Cake. Laju pengeringan total dalah 1 - 10 kg air yang diuapkan tiap jam tiap m2 luas
permukaan Tray. Effisiensi Thermal = 50.
(http://www.alifmh-shagir.com/2017/02/Tray-Dryer-Prinsip-Kerja-Spesifikasi-Alat-dan-
Jenisnya.html)

Batu Bara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus
dan C240H90O4NS untuk antrasit. Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu
dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif di mana
hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara
terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke
Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit
dan gambut.

 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon(C) dengan kadar air kurang dari 8%.
 Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-
75% dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan
istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

 Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga
lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air,
tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara)
2.1. Pengertian Pengeringan (Drying)
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari
bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai
suatu nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan biasanya merupakan alat terakhir
dari sederetan operasi, dan hasil pengeringan biasanya siap untuk dikemas.(McCabe,
2002)

2.2. Klasifikasi Pengering Ada pengering yang beroperasi secara kontinyu (sinambung)
dan batch.Untuk mengurangi suhu pengeringan, beberapa pengering beroperasi dalam
vakum.Beberapa pengering dapat menangani segala jenis bahan, tetapi ada pula yang
sangat terbatas dalam hal umpan yang ditanganinya.
Pembagian pokok pengering (dryer) : 1 Pengering (dryer) dimana zat yang dikeringkan
bersentuhan langsung dengan gas panas (biasanya udara) disebut pengering adiabatik
(adiabatic dryer) atau pengering langsung (direct dryer). 2 Pengering (dryer) dimana
kalor berpindah dari zat ke medium luar, misalnya uap yang terkondensasi, biasanya
melalui permukaan logam yang bersentuhan disebut pengering non adiabatik (non
adiabatic dryer) atau pengering tak langsung (indirect dryer). (Mc. Cabe, 2002) 4 2.3.
Konsep Dasar Sistem Pengeringan Proses pengeringan merupakan proses perpindahan
panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda
berkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang
signifikan antara dua permukaan. Perbedaan temperatur ini ditimbulkan oleh adanya
aliran udara panas diatas permukaan benda yang akan dikeringkan yang mempunyai
temperatur lebih dingin. (http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/2009/02/modul-202-
pengeringan.pdf.) 2.4. Prinsip-prinsip Pengeringan Banyaknya ragam bahan yang
dikeringkan di dalam peralatan komersial dan banyaknya macam peralatan yang
digunakan orang, maka tidak ada satu teori pun mengenai pengeringan yang dapat
meliputi semua jenis bahan dan peralatan yang ada.Variasi bentuk dan ukuran bahan,
keseimbangan kebasahannya (moisture) mekanisme aliran bahan pembasah itu, serta
metode pemberian kalor yang diperlukan untuk penguapan. Prinsip – prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan alat pengering antara lain : 1. Pola suhu di dalam
pengering 2. Perpindahan kalor di dalam pengering 3. Perhitungan beban kalor 4. Satuan
perpindahan kalor 5. Perpindahan massa di dalam pengering (Mc. Cabe, 2002) 5 2.5.
Rotary Dryer Rotary Dryer merupakan suatu alat pengering yang berbentuk silinder dan
bergerak secara berputar yang berfungsi untuk mengurangi kadar air dari bahan solid
dengan cara mengontakkannya dengan udara kering. Bahan yang akan dikeringkan
masuk ada ujung pengering yang tinggi, dengan adanya putaran dari pengering maka
produk akan keluar secara perlahan lahan pada ujung yang lebih rendah. Sumber panas
untuk pengering berupa udara panas yang mengalir di dalam pengering disebut direct-
heated dryer, panas tersebut dapat disuplai dari luar shell dryer disebut indirect heated
dryer. Gambar 1. Rotary Dryer Pada alat Rotary Dryer panas diperoleh dari pembakaran
bahan bakar atau memanaskan udara dengan steam. Pemanasan dilakukan dengan kontak
langsung dengan udara panas yang mengalir secara berlawanan arah dengan aliran zat 6
padat. Rotary Dryer tepat digunakan untuk proses pengeringan zat padat. Material yang
ditangani harus berupa granular atau kristal, dalam keadaan awal sudah cukup kering,
tidak bersifat lengket agar tidak menempel pada dinding serta pemindahannya secara
biasa. Umpan secara kontinyu dimasukkan pada salah satu ujung sedangkan udara
pemanas dari ujung yang lain. Silinder ditempatkan memanjang dengan kemiringan
tertentu sehingga umpan dapat bergerak melewati peralatan. Dalam silinder terdapat
lufting flights yang menempel pada dinding yang berfungsi untuk mengangkat umpan
dan menebarkannya melewati udara panas. Pada dryer, gejala perubahan suhu
didalamnya tergantung pada sifat bahan umpandan kandungan zat cairnya, suhu medium
pemanas, waktu pengeringan, serta suhu akhir yang diperbolehkan dalam pengeringan zat
padat itu. Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Rotary Dryer No Keunggulan Kekurangan
1 Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan Dapat
menyebabkan reduksi ukuran karena erosi atau pemecahan 2 Proses pencampuran yang
baik, memastikan bahwa terjadinya proses pengeringan bahan yang seragam/merata
Karakteristik produk kering yang inkonsisten 3 Operasi sinambung Efisiensi energi
rendah 4 Instalasi yang mudah Perawatan alat yang susah 5 Menggunakan daya listrik
yang sedikit Tidak ada pemisahan debu yang jelas Rotary Dryer banyak digunakan untuk
mengeringkan garam, gula, dan segala macam biji bijian dan bahan kristal yang harus
selalu bersih dan tidak boleh terkena langsung pada gas pembakaran yang sangat panas.
(Brooker, et al. 1992) 7 2.6. Pengaruh Suhu pada Proses Pengeringan Laju penguapan air
bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh kenaikan suhu. Semakin besar
perbedaan antara suhu media pemanas dengan bahan yang dikeringkan, semakin besar
pula kecepatan pindah panas ke dalam bahan pangan, sehingga penguapan air dari bahan
akan lebih banyak dan cepat. Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering
makin cepat pulaproses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering
makin besarenergi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan
yangdiuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran
udarapengering makin tinggi maka makin cepat pula massa uap air yang dipindahkan
daribahan ke atmosfir. Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengeringan, makin
tinggi energiyang disuplai dan makin cepat laju pengeringan.Akan tetapi pengeringan
yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan terlalu cepat kering,
sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan air bahan ke permukaan.Hal ini
menyebabkan pengerasan permukaan bahan.Selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi
menguap karena terhalang.Disamping itu penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat
merusak daya fisiologik biji-bijian/ benih. Pengeringan bahan hasil
pertanianmenggunakan aliran udara pengering yang baik adalah antara 45oC sampai
75oC. Pengeringan pada suhu dibawah 45oC mikroba dan jamur yang merusak
produkmasih hidup, sehingga daya awet dan mutu produk rendah. Namun pada suhu
udarapengering di atas 75oC menyebabkan 8 struktur kimiawi dan fisik produk rusak,
karenaperpindahan panas dan massa air yang berdampak perubahan struktur sel (Setiyo,
2003). 2.7. Laju Pengeringan Untuk mengetahui laju pengeringan perlu mengetahui
waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu sampai
kadar air yang diinginkan pada kondisi tertentu , maka bisa dilakukan dengan cara : 1.
Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs waktu pengering pada
temperatur, humidity, dan kecepatan pengering tetap. Kandungan air dari suatu bahan
akan menurun karena adanya pengeringan, sedangkan kandungan air yang hilang akan
semakin meningkat seiring dengan penambahan waktu. 2. Kurva Laju Pengeringan
menunjukkan hubungan antara laju pengeringan vs kandungan air, kurva ini terdiri dari 2
bagian yaitu periode kecepatan tetap dan pada kecepatan menurun. Jika mula-mula bahan
sangatlah basah bila dikontakkan dengan udara yang relatif kering maka akan terjadi
penguapan air yang ada pada permukaan bahan tersebut. Rumus laju pengeringan massa
menurut Treybal,1995 dinyatakan: Keterangan: N = laju pengeringan (Lb H2O yang
diuapkan / jam ft2 ) Ss = berat bahan kering (lb) N = 9 A = Luas permukaan pengeringan
(ft2 ) X = moisture content dry basis (lb H2O / lb bahan kering) Θ = waktu (jam) Dimana
dx/dθ dicari dengan : Keterangan D’v = free moisture S = setengah tebal bahan yang
dikeringkan X = kadar air yang teruapkan Persamaan ini menunjukkan bahwa bila difusi
menjadi faktor penentu, laju pengeringan berbending lurus dengan kandungan free
moiture dan berbanding terbalik dengan pangkat dua ketebalan. Persamaan ini
menunjukkan bahwa jika waktu dipetakan terhadap kandungan free moisture akan
didapatkan garis lurus dan D’v dapat dihitung dari gradiennya. (Treyal R E. 1981)

Anda mungkin juga menyukai