PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
Sumber Kesalahan
Setiap hasil pengukuran selalu di hinggapi suatu kesalahan. Hal ini
disebabkan oleh adanya tiga sumber kesalahan, yaitu :
1. Kesalahan Bersistem, misalnya :kesalahan kalibrasi,zero
error,geserkan paralaks, keadaaan fisis yang berbeda.
2. Kesalahan Acak, misalnya : Gerak Brown, fluktuasi tegangan listrik,
background noise, landasan bergetar.
3. Tingkat Keakuratan Alat Ukur Modern, misalnya : osiloskop,
mikrometr dan sebagainya.
2. Nilai Skala Terkecil (Least Count) Alat Ukur
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan suatu alat ukur, dimana untuk
setiap alat ukur akan memiliki nilai skala terkecil (nst).
Setiap alat ukur memiliki skala yakni berupa panjang atau busur. Pada skala
tersebut terdapat goresan besar dan kecil yang berfungsi sebagai pembagi
serta dibubuhi nilai tertentu. Secara fisik, jarak antara dua goresan kecil yag
berdekatan tidak pernah kurang dati 1 mm. Hal tersebut disebabkan karena
mata manusia (tanp alat bantu)agar sukar melihat jarak kurang dari 1 mm
denga tepat (1 mm adalah daya resolusi amat yang maksimum). Keadaan
menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir dari obyek yang diukur tidak
tajam.
0 1 2 3 4 5 6 7
Gambar 1. Skala Utama Suatu Alat Ukur dengan nst = 0.25 Satuan
0 7 8 9
0 5 10
0 7 8 9
Gambar 2. Skala Utama dan Nonius
3. Pengukuran Tunggal
Sebab-sebab pengukuran tidak diulang :
1. Peristiwa idak apat diulang, contoh pengukuran kecepatan komet,
lamanya gerhana matahari total dan lain-lain.
2. Walaupun diulang,hasilnya tetap sama: hal ini biasanya akibat alat ukur
kasar yang dipakai untuk mengukur yang halus,contoh : tebal buku
dengan mistar dan lain-lain.
Dalam hal demikian hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :
X = x±Δx (2)
dengan
x = hasil pengkuran tunggal
Δx = ketidakpastiannya = 12 nst
Sedangkan yang dikenal sebagai Ketidakpastian (KTP) Relatif adalah :
𝛥𝑥
KTP relatif = (3)
𝑥
− ∑𝑥𝑖 𝑥1,𝑥2,𝑥3,…𝑥𝑛
𝑋 = 𝑛
= 𝑛
(5)
(𝑛 ∑ 𝑥12 )−(∑ 𝑥1 )2
Δx = Sx = √ (6)
𝑛2 (𝑛−1)
x =−
𝑥 ± Δx (7)
Contoh :
Diameter x sekeping mata uang di ukur 10 kali menggunakan jangka sorong.
Sampel yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
x = 11.7 ; 11.8 ;11.9 ;12.0 ; 12.0 ;12.0 ;12.0 ;12.0 ;12.3 mm
Angka desimal terakhir dalam bilangan ini adalah taksiran.
Berapakah −𝑥± 𝛥𝑥 menurut pengukuran ini ?
Jawab:
Untuk memudahkan perhitungan ,data dituangkan dalam bentuk table,dan
perhitungan dilakukan dengan kalkulator.
i xi 𝒙𝟐𝟏
1 11.7 136.89
2 11.8 139.34
3 11.9 141.61
4 12.0 144.00
5 12.0 144.00
6 12.0 144.00
7 12.0 144.00
8 12.0 144.00
9 12.3 151.29
10 12.3 151.29
Jumlah 120.0 1440.42
Perhitungan :
− 120.0
𝑥= 10 = 12
Dengan memasukkan harga-harga tadi ke persamaan (3) kita akan
mendapatkan :
(10𝑥1440.42)−(120)2
Δx = √ 102 (10−1)
−
𝑥± Δx = (12.00 ± 0.07)
Jika x hanya diukur sekali saja hasilnya mungkin (12±0.5)mm
Interval x= (11.5 – 12.5) tampak memang mencakup seluruh nilai pada tabel
di atas. Namun berkat pengulangan, kita dapat mengetahui x n dengan baik.
Selang ketidakpastian menjadi x = (12±0,07) mm atau dari 11.93 mm sampai
dengan 12.07 mm.
Inilah hasil jerih payah kita mengadakan pengukuran berulang. Arti statistic
ketidakpastian disii adalah :Kita cukup yakin besar (keyakinan 68%,belum
mencapai 100%) bahwa nilai benar xo ada selang yang sempit (11,92 – 12,07)
mm itu atau dengan kata lain, kita cukup yakin simpangan x terhadap xo tidak
lebih dari 0.07 mm(lihat Gambar 4)
68%
11,93 12,07
Gambar 4. Tingkat Keyakinan Akan Kebenaran Hasil Pengukuran
Contoh:
x = 1202 ± 1% berarti angka x = 1202 = 12.02
Dengan 3 AB, hasil pengukuran ini dilaporkan sebagai x = (1,20 ± 0,01) x
103
y =1202 ± 0,1 % menjadi y = (1,202 ± 0,1 ) x 103
z = 1202 ± 10 % menjadi z = (1,2 ± 0,1) x 103
Pangkat t = 𝛥𝑡 𝛥𝑎
𝑡
=𝑛 𝑎
𝑎𝑛
Gambar 1
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi
dua, yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu
sistem analog dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran
yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukkan temperatur yang ditunjukkan
oleh skala, petunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala
elektronik (Gambar 1). Alat ukur digital memberikan hasil pengukuran yang
bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari meter digital
merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu yang ditunjukkan pada
panel display-nya (Gambar 2).
Gambar 2
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST),
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran, dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-beda. Dengan demikian amat
sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran seteliti
mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan ketidakpastian yang
menyertainya.
Beberapa alat ukur dasar yang sering digunakan dalam praktikum adalah
jangka sorong, mikrometer skrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur
derajat, stopwatch, dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing masing
alat ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk
membaca hasil yang terukur.
Nilai Skala Terkecil
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi, inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat
ukur bergantung pada NST ini. Pada Gambar 3 dibawah ini tampak bahwa
NST = 0.25 satuan.
Gambar 3 - Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0.25 satuan
Nonius
Pada gambar dibawah ii, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 17 satuan dan
dengan nonius adalah 16.5 + 4 x 0.1 = 17.4 satuan, karena skala nonius yang
berimpit dengan skala utama adalah skala ke-4 atau N1=4
Ketidakpastian Mutlak
Suatu nilai ketidakpastia yang disebabkan karena keterbatasan alat
ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya
digunakan bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X maka
ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:
Δx = ½NST
dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai
X = x ± Δx
Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dantaranya adalah menggunakan kesalahan ½ – rentang atau bisa juga
menggunakan standar deviasi.
Kesalahan ½ – Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan idak lagi seperti
pada pengukuran tunggal. Kesalahan ½ – Rentang merupakan salah satu cara
untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk
melakukannya adalah sebagai berikut:
Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x. Misalnya n buah, yaitu
x1, x2, x3, … xn
Cari nilai rata-ratanya yaitu x-bar
x-bar = (x1 + x 2 + … + xn)/n
Tentukan x-mak dan x-min dari kumpulan data x tersebut dan
ketidakpastiannya dapat dituliskan
Δx = (xmax – xmin)/2
Penulisan hasilnya sebagai:
x = x-bar ± Δx
Standar Deviasi
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan
terkumpul data x1, x2, x3, … xn, maka rata-rata dari besaran ini adalah:
Kesalahn dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x (yang
tidak mungkin kita ketahui nilai benarnya x0) dinyatakan oleh standar
deviasi.
Standar deviasi diberikan oleh persamaan diatas, sehingga kita hanya dapat
menyatakan bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (x – σ)
sampai (x + σ). Dan untuk penulisan hasil pengukurannya adalah x = x ± σ
Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan
hasil pengukuran. Hubungan hasil pengukurun terhadap KTP
(ketidakpastian) yaitu:
KTP relatif = Δx/x
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan
sebagai
X = x ± (KTP relatif x 100%)
Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)
Jika suatu variable merupakan fungsi dari variable lain yng disertai oleh
ketidakpastin, maka variable ini akan diserti pula oleh ketidakpastian. Hal ini
disebut sebagai permbatan ketidakpastian. Untuk jelasnya, ketidakpastian
variable yang merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai
oleh ketidakpastian akan disajikan dalam tabel berikut ini.
Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (a ± Δa) dan (b ± Δb). Kepada
kedua hasil pengukuran tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar
untuk memperoleh besaran baru.
Sumber Kesalahan
Setiap hasil pengukuran selalu dihinggapi suatu kesalah. Hal ini
disebabkan oleh adanya sumber-sumber kesalahan, yaitu :
1. Kesalahan Sistematis
a. Kesalahan Kalibrasi (Faktor alat)
Penyesuaian kembali perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari
standar akurasi semula.
b. Kesalahan Titik Nol (0)
Hal ini terjadi karena titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum
penunjuk.
c. Kelelahan Alat
Dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga alat tidak akurat lagi.
Contoh: pegas yang mulai mengendur; jarum penunjuk pada voltmeter
bergesekan dengan garis skala.
d. Kesalahan Paralaks/Paralax (Sudut Pandang)
Ketika membaca nilai skala, pembaca berpindah tempat / tidak tepat
melihatnya / obyek yang dilihat berbeda dengan obyek pertama yang diamati.
e. Kondisi Lingkungan
Ketika melakukan pengukuran, kondisi lingkungan berubah sehingga tidak
bisa dilakukan pengukuran seperti biasa.