Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan :

1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar.


2. Mampu melakukan dan menentukan ketidakpastian pada pengukuran
tunggal dan berulang.
3. Mengerti arti Angka Berarti.

1.2 Peralatan Penunjang


1. Mistar plastik.
2. Jangka sorong.
3. Mikrometer.
4. Termometer.
5. Voltmeter.
6. Amperemeter.
7. Stopwatch.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.3 Teori Dasar
1. Pendahuluan
Dalam melakukan percobaan, pengetahuan tentang Teori Ketidakpastian
sangat penting. Engan teori tersebut kita dapat memberikan penilaian yang
wajar dari percobaan kita. Jelas bahwa hasil percobaan kita tidak dapat
diharapkan tepat sama dengan hasil riset, dimana hasil benar adalah X o
.Namun,selama harga Xo berada pada
Xo – Δx < Xo < Xo + Δx (1)
dengan :
Xo = nilai terbaik,sebagai pengganti nilai benar
Δx = kesalahan pada hasil pengukuran yang disebabkan oleh
kesalahan alat pengamat, waktu dan lain-lain.
maka percobaan kita sungguh-sungguh mempunyai arti dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Sumber Kesalahan
Setiap hasil pengukuran selalu di hinggapi suatu kesalahan. Hal ini
disebabkan oleh adanya tiga sumber kesalahan, yaitu :
1. Kesalahan Bersistem, misalnya :kesalahan kalibrasi,zero
error,geserkan paralaks, keadaaan fisis yang berbeda.
2. Kesalahan Acak, misalnya : Gerak Brown, fluktuasi tegangan listrik,
background noise, landasan bergetar.
3. Tingkat Keakuratan Alat Ukur Modern, misalnya : osiloskop,
mikrometr dan sebagainya.
2. Nilai Skala Terkecil (Least Count) Alat Ukur
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan suatu alat ukur, dimana untuk
setiap alat ukur akan memiliki nilai skala terkecil (nst).
Setiap alat ukur memiliki skala yakni berupa panjang atau busur. Pada skala
tersebut terdapat goresan besar dan kecil yang berfungsi sebagai pembagi
serta dibubuhi nilai tertentu. Secara fisik, jarak antara dua goresan kecil yag
berdekatan tidak pernah kurang dati 1 mm. Hal tersebut disebabkan karena
mata manusia (tanp alat bantu)agar sukar melihat jarak kurang dari 1 mm
denga tepat (1 mm adalah daya resolusi amat yang maksimum). Keadaan
menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir dari obyek yang diukur tidak
tajam.

0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 1. Skala Utama Suatu Alat Ukur dengan nst = 0.25 Satuan

Nonius Alat Ukur


Nonius merupakan alat bantu pada alat ukur untuk menghasilkan pengukuran
yang lebih teliti dari yang dapat ditunjukan oleh nst. Alat bantu ini membuat
alat ukur menjadi lebih besar kemampuannya dalam pengukuran, karena
jarak antara dua garis skala yang berdekatan seolah-olah menjadi lebih kecil.
0 5 10

0 7 8 9
0 5 10

0 7 8 9
Gambar 2. Skala Utama dan Nonius

Kesalaha pada Hasil Pengukuran


Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada cara
pengukuran yang dilakukan,yaitu :
1. Pengukuran tunggal (tidak dapat diulang)
2. Pengukuran berulang

3. Pengukuran Tunggal
Sebab-sebab pengukuran tidak diulang :
1. Peristiwa idak apat diulang, contoh pengukuran kecepatan komet,
lamanya gerhana matahari total dan lain-lain.
2. Walaupun diulang,hasilnya tetap sama: hal ini biasanya akibat alat ukur
kasar yang dipakai untuk mengukur yang halus,contoh : tebal buku
dengan mistar dan lain-lain.
Dalam hal demikian hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :

X = x±Δx (2)
dengan
x = hasil pengkuran tunggal
Δx = ketidakpastiannya = 12 nst
Sedangkan yang dikenal sebagai Ketidakpastian (KTP) Relatif adalah :
𝛥𝑥
KTP relatif = (3)
𝑥

Apabila menggunakan KTP Relatif maka hasil pngukuran dilaporkan


sebagai berikut :
X = x ± KTP relative x 100% (4)

4. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang


Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi x,yaiu
x1,x2,x3,….,xn untuk menyatakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai benar
xo dari pengukuran di atas, maka dipakai nilai rata-rata sampel x,yaitu :

− ∑𝑥𝑖 𝑥1,𝑥2,𝑥3,…𝑥𝑛
𝑋 = 𝑛
= 𝑛
(5)

Sedangkan untuk menyatakan deviasi hasil pengukuran dapat di pakai


deviasi standard nilai rata-rata sampel, yaitu:

(𝑛 ∑ 𝑥12 )−(∑ 𝑥1 )2
Δx = Sx = √ (6)
𝑛2 (𝑛−1)

Hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :

x =−
𝑥 ± Δx (7)

dengan Δx : kesalahan mutlak,satu dimensi dengan x

Makin kecil kesalahan mutlak, maka makin halus alat ukurnya

Hasil pengukuran −𝑥± Δx hendaknya di tulis dengan :


1. Angka baku
2. Menggunakan angka signifikan atau angka berarti dengan benar.

Contoh :
Diameter x sekeping mata uang di ukur 10 kali menggunakan jangka sorong.
Sampel yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
x = 11.7 ; 11.8 ;11.9 ;12.0 ; 12.0 ;12.0 ;12.0 ;12.0 ;12.3 mm
Angka desimal terakhir dalam bilangan ini adalah taksiran.
Berapakah −𝑥± 𝛥𝑥 menurut pengukuran ini ?

Jawab:
Untuk memudahkan perhitungan ,data dituangkan dalam bentuk table,dan
perhitungan dilakukan dengan kalkulator.

i xi 𝒙𝟐𝟏
1 11.7 136.89
2 11.8 139.34
3 11.9 141.61
4 12.0 144.00
5 12.0 144.00
6 12.0 144.00
7 12.0 144.00
8 12.0 144.00
9 12.3 151.29
10 12.3 151.29
Jumlah 120.0 1440.42

Perhitungan :
− 120.0
𝑥= 10 = 12
Dengan memasukkan harga-harga tadi ke persamaan (3) kita akan
mendapatkan :
(10𝑥1440.42)−(120)2
Δx = √ 102 (10−1)


𝑥± Δx = (12.00 ± 0.07)
Jika x hanya diukur sekali saja hasilnya mungkin (12±0.5)mm
Interval x= (11.5 – 12.5) tampak memang mencakup seluruh nilai pada tabel
di atas. Namun berkat pengulangan, kita dapat mengetahui x n dengan baik.
Selang ketidakpastian menjadi x = (12±0,07) mm atau dari 11.93 mm sampai
dengan 12.07 mm.
Inilah hasil jerih payah kita mengadakan pengukuran berulang. Arti statistic
ketidakpastian disii adalah :Kita cukup yakin besar (keyakinan 68%,belum
mencapai 100%) bahwa nilai benar xo ada selang yang sempit (11,92 – 12,07)
mm itu atau dengan kata lain, kita cukup yakin simpangan x terhadap xo tidak
lebih dari 0.07 mm(lihat Gambar 4)

68%

11,93 12,07
Gambar 4. Tingkat Keyakinan Akan Kebenaran Hasil Pengukuran

Perhatikan penulisan hasil pengukuran arus sebagai I =(12±0.5) A dan I =


(12.00±0.07) A sedangkan yang kedua mempunyai makna nilai benar arus
berada dalam sedang (11.93 – 12.07) A.
Dikatakan bahwa arus yang pertama diketahui dengan dua angka berarti.
Semakin banyak angka berarti semakin tepat pengukuran itu telah dilakukan.
Hal ini menjadi lebih jelas lagi dengan menggunakan pengertian ketelitian
pengukuran sebagai berikut.
Bila x = −𝑥± Δx, maka Δx disebut KTP Mutlak besaran x
KTP Mutlak menggambarkan peningkatanmutu alat ukur.Semakin kecil
harga Δx yang dilaporkan,emakin tinggi mutu alat ukur.
𝛥𝑥
Adapun disebut KTP Relatif besaran x
𝑥

KTP Relatif menyatakan pengertian ketelitian pengukuran. Semakin kecil


KTP Relatif, semakin besar kelitian dalam pengukuran tersebut.
Ketelitian Menggambarkan Mutu Pengukuran
𝛥𝐼 𝛥𝐼
Dari contoh di atas, = 0,5x12x100% = 4 % untuk arus pertama dan =
𝐼 𝐼
0.07
x 100%
12.00

Untuk arus kedua.


Boleh dikatakan, bahwa kedua diketahui dengan ketelitian yang kira-kira 10
kali lebih besar daripada arus pertama.
5. Angka Berarti(Significant Figures)
Angka Berarti(AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan
pada hasil akhir pengukuran. AB menyatakan denganKTP relative (dalam
%). Semakin kecil KTP relatif, maka semakin tinggi mutu pengukuran, atau
semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis
yang menghubungkan antara KTP relative dan AB adalah sebagai berikut :
𝛥𝑥
AB = 1- log( 𝑥 )

Contoh:
x = 1202 ± 1% berarti angka x = 1202 = 12.02
Dengan 3 AB, hasil pengukuran ini dilaporkan sebagai x = (1,20 ± 0,01) x
103
y =1202 ± 0,1 % menjadi y = (1,202 ± 0,1 ) x 103
z = 1202 ± 10 % menjadi z = (1,2 ± 0,1) x 103

Tabel 1. Contoh Penggunaan AB


Nilai KTP AB Hasil
yang Relatif Penulisan
terukur (%)
0,1 % 4 (1.202 ±
1.202 0,001) x
x103 103
1% 3 (1,20 ±
0,01) x 103
10 % 2 (1,2 ± 0,1)
x 103

6. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan


Ketidakpastian)
Jika suatu variabel merupakan suatu fungsi dari variabel lain yang disertai
oleh ketidakpastian, maka variabel ini akan disetai pula oleh ketidakpastian.
Hal ini disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Untuk jelasnya
ketidakpastian variabel yang merupakan hasil operasi variabel-variabel lain
yang disertai oleh ketidakpastian akan disajikan dalam Tabel 2 berikut ini.
Misalnya dari suatu pengukuran diperoleh (a ± Δa ) dan (b ± Δb). Kepada
kedua hasil pengukuran tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar
memperoleh besaran baru.

Variab Operasi Ha Ketidakpast


el yang sil ian
dilibatk
an
Penjumla p = Δp = Δa +
a ± Δa han a + Δb
b ± Δb b
Penguran q = Δq = Δa +
gan a – Δb
b
Perkalian r = 𝛥𝑟
𝑟
a x 𝛥𝑎 𝛥𝑏
= 𝑎
+ 𝑏
b
Pembagia s = 𝛥𝑠
𝑠
𝑎
n 𝛥𝑎 𝛥𝑏
𝑏 = 𝑎
+ 𝑏

Pangkat t = 𝛥𝑡 𝛥𝑎
𝑡
=𝑛 𝑎
𝑎𝑛

2.2 Teori Tambahan


Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan
yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan
sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus
melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan
dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi
dengan kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran
fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan
nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Alat Ukur Dasar

Gambar 1
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi
dua, yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu
sistem analog dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran
yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukkan temperatur yang ditunjukkan
oleh skala, petunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala
elektronik (Gambar 1). Alat ukur digital memberikan hasil pengukuran yang
bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari meter digital
merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu yang ditunjukkan pada
panel display-nya (Gambar 2).

Gambar 2
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST),
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran, dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-beda. Dengan demikian amat
sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran seteliti
mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan ketidakpastian yang
menyertainya.
Beberapa alat ukur dasar yang sering digunakan dalam praktikum adalah
jangka sorong, mikrometer skrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur
derajat, stopwatch, dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing masing
alat ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk
membaca hasil yang terukur.
Nilai Skala Terkecil
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi, inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat
ukur bergantung pada NST ini. Pada Gambar 3 dibawah ini tampak bahwa
NST = 0.25 satuan.
Gambar 3 - Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0.25 satuan
Nonius
Pada gambar dibawah ii, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 17 satuan dan
dengan nonius adalah 16.5 + 4 x 0.1 = 17.4 satuan, karena skala nonius yang
berimpit dengan skala utama adalah skala ke-4 atau N1=4

PARAMETER ALAT UKUT


Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:
1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari
variable yang diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau
derajat untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input
atau variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi
oleh alat ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang
diukur.
KETIDAKPASTIAN
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa
penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil
(NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, kesalahan
paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan yang
mempengaruhi hasil pengukuran, dan karena hal-hal seperti ini pengukuran
mengalami gangguan. Dengan demikian sangat sulit untuk mendapatkan
nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap
pengukuran harus dilaporkan dengan ketidakpastiannya.
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua,yaitu ketidakpastian mutlak
dan relatif. Masing masing ketidakpastian dapat digunakan dalam
pengukuran tunggal dan berualang.

Ketidakpastian Mutlak
Suatu nilai ketidakpastia yang disebabkan karena keterbatasan alat
ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya
digunakan bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X maka
ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:
Δx = ½NST
dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai
X = x ± Δx
Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dantaranya adalah menggunakan kesalahan ½ – rentang atau bisa juga
menggunakan standar deviasi.

Kesalahan ½ – Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan idak lagi seperti
pada pengukuran tunggal. Kesalahan ½ – Rentang merupakan salah satu cara
untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk
melakukannya adalah sebagai berikut:
 Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x. Misalnya n buah, yaitu
x1, x2, x3, … xn
 Cari nilai rata-ratanya yaitu x-bar
x-bar = (x1 + x 2 + … + xn)/n
 Tentukan x-mak dan x-min dari kumpulan data x tersebut dan
ketidakpastiannya dapat dituliskan
Δx = (xmax – xmin)/2
 Penulisan hasilnya sebagai:
x = x-bar ± Δx
Standar Deviasi
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan
terkumpul data x1, x2, x3, … xn, maka rata-rata dari besaran ini adalah:

Kesalahn dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x (yang
tidak mungkin kita ketahui nilai benarnya x0) dinyatakan oleh standar
deviasi.

Standar deviasi diberikan oleh persamaan diatas, sehingga kita hanya dapat
menyatakan bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (x – σ)
sampai (x + σ). Dan untuk penulisan hasil pengukurannya adalah x = x ± σ
Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan
hasil pengukuran. Hubungan hasil pengukurun terhadap KTP
(ketidakpastian) yaitu:
KTP relatif = Δx/x
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan
sebagai
X = x ± (KTP relatif x 100%)
Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)
Jika suatu variable merupakan fungsi dari variable lain yng disertai oleh
ketidakpastin, maka variable ini akan diserti pula oleh ketidakpastian. Hal ini
disebut sebagai permbatan ketidakpastian. Untuk jelasnya, ketidakpastian
variable yang merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai
oleh ketidakpastian akan disajikan dalam tabel berikut ini.
Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (a ± Δa) dan (b ± Δb). Kepada
kedua hasil pengukuran tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar
untuk memperoleh besaran baru.
Sumber Kesalahan
Setiap hasil pengukuran selalu dihinggapi suatu kesalah. Hal ini
disebabkan oleh adanya sumber-sumber kesalahan, yaitu :
1. Kesalahan Sistematis
a. Kesalahan Kalibrasi (Faktor alat)
Penyesuaian kembali perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari
standar akurasi semula.
b. Kesalahan Titik Nol (0)
Hal ini terjadi karena titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum
penunjuk.
c. Kelelahan Alat
Dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga alat tidak akurat lagi.
Contoh: pegas yang mulai mengendur; jarum penunjuk pada voltmeter
bergesekan dengan garis skala.
d. Kesalahan Paralaks/Paralax (Sudut Pandang)
Ketika membaca nilai skala, pembaca berpindah tempat / tidak tepat
melihatnya / obyek yang dilihat berbeda dengan obyek pertama yang diamati.
e. Kondisi Lingkungan
Ketika melakukan pengukuran, kondisi lingkungan berubah sehingga tidak
bisa dilakukan pengukuran seperti biasa.

2. Kesalahan Rambang (Kesalahan yang Tidak Dapat Dikendalikan)


Disebabkan karena adanya sedikit fluktuasi pada kondisi-kondisi
pengukuran . contoh fluktuasi tegangan listrik; gerak brown molekul udara;
landasan obyek bergetar.
3. Keteledoran Pengamat
Keterbatasan pengamat dalam membaca hasil pengukuran.

1. Alat Ukur Mikrometer


Mikrometer Skrup merupakan alat ukur panjang yang memiliki
ketelitian 0,01 mm. Mikrometer terdiri atas tiga jenis yaitu:
a. Mikrometer luar (Outside micrometer /aka micrometer caliper) digunakan
untuk mengukur diameter kawat, tebal plat, dan tebal batang.

Gambar 1 Jangka Sorong Outside Micrometer


b. Mikrometer dalam (Inside micrometer) digunakan untuk mengukur diamter
dari suatu lubang.
Gambar 2 Jangka Sorong Inside Micrometer
c. Mikrometer kedalaman (Depth micrometer) digunakan untuk mengukur
kedalaman dari suatu lubang.

Gambar 3 Jangka Sorong Depth Micrometer


Pada kesempatan kali ini yang akan dibahas adalah mikrometer luar
karena memang sering digunakan dan pada prinsipnya cara menggunakan
mikrometer dalam dan mikrometer kedalaman pun sama. Sebelum
menggunakan, kita harus mengenal terlebih dahulu bagian - bagian dari
mikrometer skrup.

Gambar 4 Bagian dari Mikrometer


BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
1.4 CARAKERJA
1. Cara menggunakan mikrometer skrup:
a) Membuka pengunci mikrometer skrup kemudian membuka celah antara
spindle dan anvil sedikit lebih besar dari benda yang akan diukur
dengan cara memutar Ratchet Knob
b) Masukan benda yang akan diukur diantara spindle dan anvil.
c) Geserkan spindle ke arah benda dengan cara memutar ratchet knob
sampai terdengar bunyi klik. Jangan sampai terlalu kuat, cukup sampai
benda tidak jatuh saja.
d) Kunci mikrometer skrup agar spindle tidak bergerak.
e) Keluarkan benda dari mikrometer skrup dan baca skalanya.

2. Cara membaca mikrometer skrup:


a) Posisikan mikrometer skrup tegak lurus terhadap arah pandangan.
b) Bacalah skala utama pada mikrometer skrup. Garis bagian atas
menunjukan angka bulat dalam mm contohnya 1 mm, 2 mm, 3 mm, dst.
Sedangan garis skala bagian bawah menunjukan bilangan 0,5.
Perhatikan gambar berikut!
c) Dari gambar tersebut, garis skala atas menunjukan angka 7 mm dan
garis skala bagian bawahnya menunjukan 0,5 mm maka skala utama
pada mikrometer skrup tersebut menunjukan angka 7,5 mm.
d) Bacalah skala nonius yaitu garis yang tepat segaris dengan garis
pembagi pada skala utama. Setiap satu garis pada skala nonius
menunjukan 0,01 mm. Pada gambar di atas, skala nonius menunjukan
angka 22 dikalikan dengan 0,01 mm sehingga skala noniusnya
menunjukan 0,22 mm.
e) Jumlahkan hasil pengukuran dari skala utama dengan hasil pengukuran
dari skala nonius. Sehingga dari gambar diatas diperoleh hasil
pengukuran 7,5 mm + 0,22 mm = 7,72 mm.
3. Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan metris
a) Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius puluhan

Gambar 5 Cara Pembacaan Nonius Puluhan


Dari gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 31,4 mm, yakni
diperoleh dari:
31 [a]+ 4(0,1) [b]= 31,4
b) Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius dua puluhan

Gambar 6 Pembacaan Jangka Sorong


c) Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius lima puluhan

Gambar 7 Skala Ukur Jangka Sorong


d) Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan inchi
Dalam paparan ini hanya akan disajikan cara pembacaan jangka
sorong untuk sauan inchi dengan tingkat ketelitian 1/128 inchi.

Gambar 8 Pembacaan Satuan Inchi Jangka Sorong


Dari gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 4 1/32”
yakni diperoleh dari:
4 + 6/8 + 2(1/128) = 4 + 22/128 + 2/128
4 + 24/128 = 4 1/32”
BAB IV
ANALISA DATA

Anda mungkin juga menyukai