Anda di halaman 1dari 22

TUTORIAL BLOK 4.

2
KELOMPOK 3A
SKENARIO 2

Tutor : dr. M. Qathar Refa Tulandi

Anggota :
Septia Puji Mayasari G1A112075
R. M. Andriyan G1A112076
Alvin Pratama G1A112083
Shintia Bela Bangsa G1A113004
Hani Ledly Norvitasari G1A113005
Alnesti Purnama. Y G1A113006
Sandi Putra Perdana G1A113009
Floera Finalita G1A113011
Frizka Primadewi. F G1A113012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
SKENARIO

Seorang laki-laki Tn. A, umur 65 tahun, datang ke IGD RS Raden Mattaher, dengan keluhan
nyeri dan rasa panas terbakar pada telinga kiri, telah dirasakan sejak 5 hari yang lalu,
didapatkan keluar cairan dari telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, pendengaran telinga kiri
dirasa berkurang sejak 2 hari yang lalu, tidak ada riwayat mengorek telinga, pasien tidak
demam, pasien tidak ada riwayat batuk/pilek, riwayat penyakit sebelumnya : DM (-),
hipertensi (-), pernah menderita sakit cacar (varicella) 10 tahun yang lalu.

Dari pemeriksaan fisik dijumpai :


 Os tampak kesakitan.
 Kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, RR
24x/menit, temperatur 38(0C).
 Status lokalisata :
- Wajah : terlihat tidak simetris, dengan sudut mulut kiri tertinggal pada saat os
diminta tersenyum, dan mata kiri os tidak bisa tertutup.
- Pada pipi kiri sampai aurikula sinistra dijumpai ruam kulit berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa terdapat ekskotiasi dan krusta.
- Liang telinga kiri : hiperemis, ditemukan vesikel, ditemukan sekret. Membran
timpani kiri : perforasi central.
- Hidung : tidak ada septum deviasi, mukosa tidak hiperemis, tidak ada sekret.
- Tenggorok : Tonsil Ti –Ti, tidak hiperemis.
- Faring : tidak hiperemis, tidak didapatkan granul.
 Pemeriksaan penala :
- Rinne test : telinga kanan (+), telinga kiri (+)
- Weber test : lateralisasi ke telinga kanan
- Swabach test : telinga kanan sama dengan pemeriksa, telinga kiri : memendek
KLARIFIKASI ISTILAH(5)

1. Varicella : Cacar air/penyakit infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus
varicella Zoster yang sering menyerang kulit dan mukosa.
2. Ruam : Bintik-bintik dan benjolan kecil kemerahan pada kulit.
3. Komposmentis : Tingat kesadaran yang normal, orang tersebut sadar sepenuhnya
atas diri sendiri dan dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
Sekelilingnya.
4. Vesikel : Tonjolan epidermis, berbatas tegas, mengandung cairan serosa.
5. Eritemaosa : Kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh
darah kapiler reversibel.
6. Ekskotiasi : Kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit
tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan.
7. Krusta : Ruam sekunder berupa cairan eksudat pada kulit yang mengering
dan dapat bercampur dengan kotoran.
8. Hiperemis : Vasodilatasi dan peningkatan jumlah darah di bagian organ
tubuh/ekses darah pada bagian tubuh tertentu.
9. Septum deviasi : Suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidak sejajaran dari
septum.
10. Granul : Gumpalan-gumpalan dari partikel yang kecil.
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi telinga?


2. Apa makna klinis rasa nyeri dan rasa terbakar pada telinga kiri sejak 5 hari yang lalu?
3. Apa makna klinis keluar cairan dan berkurangnya pendengaran pada telinga kiri sejak
2 hari yang lalu?
4. Apa saja penyakit yang ditandai dengan rasa nyeri dan rasa terbakar pada telinga kiri?
5. Apa makna klinis pasien tidak ada riwayat mengorek telinga, tidak demam, tidak
batuk/pilek?
6. Apa hubungan riwayat Tn.A pernah menderita penyakit cacar (varisella) 10 tahun
yang lalu dengan keluhan?
7. Jelaskan interpretasi dari hasil vital sign?
8. Jelaskan interpretasi dari hasil status lokalisata?
9. Mengapa pada Tn.A, perforasi yang terjadi terletak di central, bukan di marginal?
10. Jelaskan interpretasi dari pemeriksaan penala?
11. Apa saja macam-macam pembesaran tonsil?
12. Apa diagnosis banding dari penyakit Tn. A?
13. Bagaimana alur diagnosa dari penyakit Tn. A?
14. Apa yang terjadi pada Tn. A?
15. Apa definisi dari keluhan Tn.A?
16. Apa saja klasifikasi dari keluhan Tn.A?
17. Apa epidemiologi dari keluhan Tn. A?
18. Apa etiologi dari keluhan Tn.A?
19. Apa saja faktor resiko dari keluhan Tn. A?
20. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis dari keluhan Tn. A?
21. Apa saja manifestasi klinis dari keluhan Tn. A?
22. Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari keluhan Tn. A?
23. Apa komplikasi dari keluhan Tn.A?
24. Bagaimana prognosis dari keluhan Tn.A?
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi telinga?
Anatomi Telinga
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
a. Telinga luar : Auricula/pinna, Meatus Akustikus Eksternus
b. Telinga tengah : Membran timpani, cavum timpani yang berisi tulang-tulang
pendengaran (malleus, incus, stapes).
c. Telinga dalam : Tulang labirin (vestibula dan cochlea)

Auricula/pinna :

Membran timpani :
Telinga dalam :

Telinga dalam terdiri dari 2 bagian penting, yaitu cochlea (untuk pendengaran) dan
vestibula (untuk keseimbangan tubuh).(18)

Histologi Telinga
1. Telinga Luar
Terdiri atas:
- Daun telinga
- Meatus akustikus eksternus
- Membran Timpani

a. Daun telinga /aurikula/pinna


 Lempeng Tulang rawan elastis tebal ± 0,5-1mm, di lapisi perikondrium
dan serat elastis.
 Kulit tipis pada kedua sisi mempunyai rambut halus sedikit, kelenjar
sebasea, dan sedikit kelenjar keringat.
 Otot skelet dalam jaringan subkutan.

b. Meatus akustikus eksternus


 Mulai dari aurikula sampai membrana timpani.
 1/3 luar, terdiri dari rangka tulang rawan elastis, dilapisi epitel berlapis
gepeng pada bagian yang berhubungan langsung dengan kulit
 2/3 dalam, terdiri dari tulang temporal
Meatus akustikus eksternus (bagian luar):
 Terdapat rambut yang fungsinya mencegah masuknya benda asing 
protektif.
 kelenjar sebasea.
 kelenjar serumina.

c. Membrana timpani
 Bentuk oval dan semi transparan.
 Berfungsi meneruskan getaran suara ke osikula telinga tengah.
 Terdiri atas 3 lapis:
a. Luar
Epidermis yang sangat tipis tidak mengandung rambut dan kelenjar.
b. Tengah
- Serat kolagen radier & sirkuler.
- Serat elastin dan fibroblast.
Serat elastin terutama terdapat di bagian sentral dan perifer
mebrana timpani
c. Dalam
Dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis kubis dan lamina
propria yang tipis Kwadran anterosuperior membrana timpani
terdapat bagian yang lunak dan lebih transparan, yang tidak
mengandung serat kolagen. Bagian ini disebut membran Shrapnell,
dan mengandung pembuluh darah.

2. Telinga Tengah
Kavum/ruang timpani, beserta isinya:
- Osikula auditoris
- Tuba faringotimpani (tuba Eustachii)

a. Kavum Timpani
 Adalah ruang berisi udara,bentuk tidak beraturan,terdapat dalam os
temporal.
 Pada tulang yang memisahkan kavum timpani dan telinga dalam terdapat
2 celah yang disebut foramen ovalis (oval window) dan foramen
rotundum (round window), yang masing masing ditutup suatu membran .

b. Tuba Faringotimpani (tuba Eustachii)


 Merupakan saluran antara bag anterior kavum timpani dan bag
lateroposterior nasofaring.
 Lumen sempit berbentuk gepeng dalam bidang vertikal.
 Akan terbuka saat menelan sehingga tekanan udara telinga tengah
seimbang dg tekanan udara luar.
 2/3 bag sebelah nasofaring sebagian besar merupakan tulang rawan
elastis.
 1/3 bag lainya mempunyai kerangka tulang.

3. Telinga Dalam/Labirin
Terdiri dari 2 labirin:
- Labirin tulang (labyrinthus osseus) : terdiri atas sejumlah rongga di dalam pars
petrosus tulang temporal  berisi perilimfe
- Labirin membranosa (labyrinthus membranaceus) : sederetan rongga yang
berlapiskan ep. selapis gepeng dg jar ikat tipis  berisi endolimfe
- Diantara labirin tulang dan membranosa terdapat sistem perilimfatik 
subarachnoid otak

a. Labirin tulang (labyrinthus osseus)


1. Vestibulum
 Ruangan berbentuk ovoid.
 Ditempati oleh 2 struktur memanjang yg berbeda yaitu, sakulus dan
utrikulus Posterior dari vestibulum tdp 3 kanalis semisirkularis 
membungkus duktus semisirkularis.

2. Kanalis Semisirkularis
 Duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng, mendekati sakus
endolimfatikus berubah menjadi epitel silindris tinggi, dimana terdiri
atas 2 jenis sel yang salah satunya memiliki mikrovili pada permukaan
apikalnya dan banyak vesikel dan vakuol pinositotik.

3. Koklea
 Fungsi untuk menerima suara.
 Merupakan saluran tulang berbentuk spiral dengan 2 ½ -2 ¾ putaran,
panjang ±35 mm yang disebut modiolus, didalam nya terdapat serat
saraf dan pembuluh darah.
 Dalam modiolus terdapat ganglion spiralis.
 Di bag lateral modiolus terdapat rigi tulang disebut lamina spiralis
ossea.
 Organ Corti tampak di atas lamina spiralis, terdiri atas sel-sel sensoris
untuk pendengaran.
 Koklea di bagi menjadi 3 saluran oleh lamina spiralis dan membrana
vestibuli, yaitu:
- Skala vestibuli
- Skala media ( duktus koklearis), termasuk labirin membranosa
yg terisi endolimf.
- Skala timpani

b. Labirin membranosa
 Utrikulus, Sakulus, Kanalis semisirkularis membranosa dilapisi oleh epitel
selapis gepeng , kecuali daerah sensoris pada utrikulus dan sakulus
(makula) dan di kanalis semisirkularis membranosa (krista ampularis).
 Makula dan krista ampularis terdiri atas penebalan jaringan penyambung
perilimfatik , dilapisi oleh epitel yg terdiri dari sel reseptor (sel rambut)
dan sel penyokong.
a. Sel rambut : silindris, strereosilia kaku yang sebenarnya merupakan
mikrovili khusus.
- Sel rambut ada 2 jenis (dipisahkan oleh bentuk persarafan
aferen): Tipe I (ujung berbentuk mangkuk besar, mengelilingi
sebagian besar basis sel). Tipe II (memiliki banyak ujung aferen
kecil)  keduanya juga memiliki ujung saraf eferen.
b. Sel penyokong:
- Terletak diantara sel rambut.
- Bentuk silindris dg inti pada dasar sel dan mikrovili pada
permukaan apikal  menghasilkan glikoprotein berbentuk
agar-agar yang ditaburi kristal kalsium karbonat (Otolit). (14)

Fisiologi Pendengaran
Suara masuk melalui auricula (pinna) meatus akustikus eksternus gelombang
menggetarkan membran timpani gelombang diperkuat oleh tulang-tulang
pendengaran (malleus, incus, stapes) gelombang masuk menggetarkan scala
vestibuli scala media (organ corti) depolarisasi dari ujung saraf.(23)

2. Apa makna klinis rasa nyeri dan rasa terbakar pada telinga kiri sejak 5 hari yang lalu?
Rasa nyeri dan terbakar merupakan nyeri radikuler dimana terjadi infeksi atau
iritasi pada saraf. Tn. A merasa nyeri dan terbakar dikarenakan telah terjadi infeksi di
persarafan sekitar telinga.(15)

3. Apa makna klinis keluar cairan dan berkurangnya pendengaran pada telinga kiri sejak 2
hari yang lalu?
 Sekret dari telinga luar dan tengah : konsistensinya cair
 Sekret dari telinga dalam : sekret mukoid (berbentuk seperti benang)

Pada skenario tidak dijelaskan konsistensi dari sekret sehingga belum bisa
diprediksi asal sekretnya. Kemungkinan, cairan yang keluar disebabkan oleh Virus
varicella yang berjalan melalui persarafan. Kemudian, virus menginfeksi membran
timpani sehingga timbul vesikel. Apabila vesikel pecah menyebabkan perforasi
membaran timpani dan keluarnya cairan vesikel.(21,22)

Penurunan pendengaran juga disebabkan oleh perforasi membran timpani, yang


mana membran timpani berperan dalam proses penghantaran suara ke telinga bagian
tengah dan dalam.

4. Apa saja penyakit yang ditandai dengan rasa nyeri dan rasa terbakar pada telinga kiri?
a. Trauma : Menyebabkan kerusakan di nervus sensoris
b. Infeksi :
 Otitis media
Tuba eustachi menghubungankan telinga tengah dengan tenggorokkan dan
untuk drainase cairan dari telinga tengah. Jika tuba diblokir cairan akan
terakumulasi di telinga tengah. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan infeksi
sehingga menyebabkan rasa nyeri dan terbakar ditelinga.
 Otitis eksterna/ swimming ear
Air kaporit masuk ke telinga sehingga menyebabkan lingkungan yang baik
untuk pertumbuhan kuman
 Sinusitis
Sinus tersumbat sehingga terhambatnya drainase. Cairan terakumulasi di sinus
menyebabkan kondisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
c. Herpes zoster Otikus : Infeksi di nervus trigeminus cabang I
d. Penyakit kulit : Eczema, psoriasis, neurodermatitis
e. Alergi(3)

5. Apa makna klinis pasien tidak ada riwayat mengorek telinga, tidak demam, tidak
batuk/pilek?
 Makna klinis pasien tidak demam, suhu pasien 38 celcius (subfebris), kemungkinan
keluhan tidak terlalu mengganggu pasien.
 Makna klinis pasien tidak batuk dan pilek, menyingkirkan faktor resiko penyakit
yang dapat disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas.

6. Apa hubungan riwayat Tn.A pernah menderita penyakit cacar (varisella) 10 tahun yang
lalu dengan keluhan?
 Kemungkinan penyebab keluhan Tn.A adalah virus Varisela zoster yang juga
merupakan penyebab cacar 10 tahun yang lalu.
 Infeksi primer Varisela zoster partikel virus dapat tetap tinggal di ganglion
sensoris saraf spinalis selama tahunan respon imunitas seluler dan antibodi
menurun reaktivasi virus ruam kulit yang terlokalisir di satu dermatom.(23)

7. Jelaskan interpretasi dari hasil vital sign?


a. Tekanan darah : 120/80 mmHg = normal
b. Nadi : 80x/menit = normal
c. Respiratory rate : 24x/menit = normal
d. Temperatur : 380C = Sub Febris (N = 36,5 – 37,20C)

8. Jelaskan interpretasi dari hasil status lokalisata?


a. Wajah : Paralisis Nervus Facialis
b. Pipi-auricula sinistra : setelah 2 hari timbul berupa erupsi kulit, nyeri terlokalisir
dengan makula kemerahan.
- Lokasi : preaurikular
- Warna : eritema dan vesikel krusta
c. Liang telinga :
- Hiperemis ( Terjadi inflamasi {erupsi kulit})
- Vesikel
- Adanya sekret (cairan)
d. Perforasi sentral membran timpani : Terjadi pada pars tensa (tegang), sedangkan di
seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani.
e. Hidung : Normal
f. Tenggorok :
- T1= Masih terdapat dalam fossa tonsilaris (normal)
- Faring = Normal(21)

9. Mengapa pada Tn.A, perforasi yang terjadi terletak di central, bukan di marginal?
Karena kalau perforasi marginal disebabkan oleh barotrauma (bunyi yang keras),
sedangkan pada skenario tidak dipaparkan bahwa pasien mengalami barotrauma.(21)

10. Jelaskan interpretasi dari pemeriksaan penala?


a. Rinne test : telinga kanan (+), telinga kiri (+) = normal atau tuli sensorineural
b. Weber test : lateralisasi ke telinga kanan = tuli sensori neural
c. Swabach test : telinga kanan = normal, telinga kiri swabach memendek = tuli sensori
neural.
Kesimpulan = telinga kanan normal, telinga kiri tuli sensorineural.(21)

 Tuli sensorineural terjadi karena virus Varisela zoster menyerang sistem saraf,
bukan hantaran (konduksi) dari pendengaran.
 Virus tetap tinggal di ganglion geniculata sistem imun pasien menurun terjadi
reaktivasi virus Varisela zoster virus menyerang saraf-saraf sekitarnya tuli
sensorineural.(9)

11. Apa saja macam-macam pembesaran tonsil?


a. T0 : Tonsil telah diangkat
b. T1 : Dalam arcus anterior
c. T2 : Tidak melebihi ½ dari jarak arcus anterior dan uvula
d. T3 : Lebih dari ½ jarak arcus anterior dan uvula
e. T4 : Bila besarnya mencapai uvula

12. Apa diagnosis banding dari penyakit Tn. A?

Diagnosa Banding Gejala


Bell’s Palsy Terdapat kelamahan separuh otot wajah.
Hal yang sangat membedakan adalah
adanya ruam pada SRH
Miringitis Bullosa - Tiba-tiba mengalami sakit telinga
yang parah atau otalgia sifatnya
berdenyut.
- Nyeri biasanya terletak di dalam
telinga, tetapi dapat menyebar ke
ujung mastoid, tengkuk,
temporomandibula hingga ke
seluruh wajah.(11)
- Terdapat bulla pada membran
timpani, pada sisi posterior atau
postero inferior membran timpani
atau pada dinding kanalis
posterior.
- Penurunan pendengaran.
Otitis eksterna - Otalgia, pruritus, keluarnya cairan
dan hilangnya pendengaran.
-
Terdapat nyeri tekan tragus dan
liang telinga hiperemis dan
bengkak.(1)

Trigeminal neuralgia Muncul secara tiba-tiba, unilateral, nyeri


yang berat terasa tertusuk dan rasa nyeri
rekuren sesuai dengan saraf trigeminal
tetapi trigeminal neuralgia tidak
menyebabkan adanya deficit nerologis.(13)

13. Bagaimana alur diagnosa dari penyakit Tn. A?


Diagnosis SRH ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fungsi nervus VII diperlukan untuk menentukan letak lesi, beratnya
kelumpuhan dan evaluasi pengobatan. Pemeriksaan meliputi fungsi motorik otot wajah,
tonus otot wajah, gustatometri dan tes Schimer.
Dari dalam anamnesis riwayat penyakit dahulu bisa didapatkan ada riwayat terkena
penyakit cacar air. Penyakit ini didahului dengan gejala prodromal berupa nyeri kepala,
nyeri telinga, lesu, demam, sakit kepala, mual dan muntah. Lesi terdapat di telinga luar
dan sekitarnya, kelainan berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang eritema, edema
dan disertai rasa nyeri seperti terbakar pada telinga dan kulit sekitarnya (nyeri radikuler).
Pemeriksaan dan otoscopy menunjukkan vesikel-vesikel di dalam saluran atau di
membrana tympani. Derajat kelumpuhan saraf fasialis dapat dinilai secara subjektif
dengan menggunakan sistim House-Brackmann selain itu derajat dapat digunakan untuk
evaluasi.

Tabel 1. House – Brackman(2)


(tabel juga)

Disamping itu juga dapat dilakukan tes topografi untuk menentukan letak lesi saraf
fasialis dengan tes Schirmer dan tes gustometri. Pemeriksaan N. VII dimulai dari fungsi
saraf motorik dengan cara menggerakkan otot-otot wajah utama di muka, mulai dari
mengankat alis (m. frontalis), mengerutkan alis (m. soucilier), mengakat serta
mengeruktan hidung ke atas (m. piramidalis), memejamkan mata kuat-kuat (m.
orbicularis okuli), tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi (m. zygomatikus),
memoncongkan mulut ke depan sambil memperlihatkan gigi (m. relever komunis),
meggembungkan kedua pipi (m. businator), bersiul (m. orbicularis oris), menarik kedua
sudut bibir ke bawah (m. triangularis), dan memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke
depan ( m. mentalis). Setiap gerakkan yang dilakukan dibandingkan kanan dan kiri.
Penilaiain yang diberikan adalah angka 3 jika gerakkan normatl serta simetris, angka 1
jika sedikit ada gerakkan, angka 2 gerakkan yang berada diantara angka 3 dan 1, angka 0
jika tidak ada gerakkan sama sekali. Tes gustatomeri ini digunakan untuk menilai n.corda
timpani, dengan cara membandingkan ambang rasang antara sisi lidah kanan dan kiri.
Tes Schrimer digunakan untuk mengetahui fungsi serabut serabut pada simpatis dari
N.VII yang disalurkan melalui nervus petrosus superfisialis mayor setinggi genikulatum,
dengan cara meletekkan kertas lakmus pada bagian inferior konjungtiva dan dihitung
berapa banyak sekresi kelenjar lakrimalis.(20)

14. Apa yang terjadi pada Tn. A?


Ramsay Hunt Syndrome
15. Apa definisi dari keluhan Tn.A?
Ramsay Hunt Symdrome adalah facial neurophaty perifer akut yang ditandai
dengan adanya ruam-ruam vesikel erithemotous pada kulit di saluran telinga, auricula,
dan/atau membran mukosa dari orofaring.(2)

16. Apa saja klasifikasi dari keluhan Tn.A?


Berdasarkan gejala klinis.
a. Penyakit yang menyerang bagian sensoris.
b. Penyakit yang menyerang bagian sensoris dan motorik.
c. Penyakit yang menyerang bagian sensoris, motorik, dan gangguan pendengaran.
d. Penyakit yang menyerang bagian sensoris, motorik, gangguan pendengaran dan
gangguan keseimbangan.(16)

17. Apa epidemiologi dari keluhan Tn. A?


Ramsay Hunt Syndrome merupakan komplikasi yang jarang dari infeksi virus
Varisela zoster. Ramsay Hunt Syndrome diperkirakan sebesar 16% merupakan penyebab
kelumpuhan wajah unilateral pada anak-anak dan 18% pada dewasa. Ramsay Hunt
Syndrome jarang berhubungan dengan mortalitas. Keberhasilan penyembuhan Ramsay
Hunt Syndrome dilihat dari keadaan wajah pasien.
Selain itu SRH juga dikatakan menjadi penyebab dari Bell’s Palsy sebanyak 20%
dari kasus yang ada.(9)

18. Apa etiologi dari keluhan Tn.A?


Ramsay Hunt Syndrome disebabkan oleh infeksi varicella zoster yang reaktivasi
kembali, menyebabkan kelainan neurologik. Menyerang beberapa saraf sekitar kepala
sehingga menyebabkan paralisis fasial, ruam pada telinga, lidah atau langit2 mulut.

19. Apa saja faktor resiko dari keluhan Tn. A?


a. Usia lebih dari 60 tahun
b. Pernah terinfeksi virus varicella
c. Memiliki Imunitas yang lemah
d. Malnutrisi
e. Orang dengan riwayat pemakaian obat imunosupressan jangka panjang(4)
20. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis dari keluhan Tn. A?
Penyebab SRH adalah virus varisela zoster yang merupakan jenis virus
neurotropik. Virus ini termasuk dalam anggota family dari Herpesviridae dan penyebab
utama dari penyakit cacar air. Penyakit cacar air biasanya dapat sembuh sempurna tanpa
sequele, namun virus tetap dapat mengalami masa dormansi di neuron. SRH terjadi
akibat reaktivasi dari infeksi virus varisela zoster sebelumnya. Pada tahap awal virus
varisela zoster masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas atas dan mukosa
konjungtiva, kemudian bereplikasi pada kelenjar limfe regional dan tonsil. Virus
kemudian menyebar melalui aliran darah dan berkembang biak di organ dalam.
Fokus replikasi virus terdapat pada sistem retikuloendotelial hati, limpa dan organ
lain. Pada saat titer tinggi, virus dilepaskan kembali ke aliran darah (viremia kedua) dan
membentuk vesikel pada kulit dan mukosa saluran nafas atas. Kemudian berkembang
dan menyebar melalui saraf sensoris dari jaringan kutaneus, menetap pada ganglion
serebrospinalis dan ganglion saraf kranial. Parese nervus VII timbul akibat reaktivasi
virus varisela zoster yang menetap pada ganglion genikulatum dan proses ini disebut
dengan ganglionitis. Ganglionitis menekan selubung jaringan saraf, sehingga
menimbulkan gejala pada nervus VII. Peradangan dapat meluas sampai ke foramen
stilomastoid. Gejala kelainan nervus VIII yang juga dapat timbul akibat infeksi pada
ganglion yang terdapat di telinga dalam atau penyebaran proses peradangan dari nervus
VII.(8,10,19)

21. Apa saja manifestasi klinis dari keluhan Tn. A?


Kriteria diagnosa dari Ramsay Hunt Syndrome dikenal adanya trias ramsay hunt
syndrome: ipsilateral facial paralysis, nyeri pada telinga, dan vesikel pada aurikula dan
kanal auditori.
Manifestasi klinis lainnya, yaitu:
- Ruam-ruam bisa mendahului onset paralisis n. Facial.
- Vertigo dan kehilangan pendengaran ipsilateral.
- Tinnitus
- Sakit kepala
- Dysarthria
- Gait ataxia
- Demam
- Cervical adenopathy.(17)

22. Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari keluhan Tn. A?


Sistemik:
a. Obat antiviral, lebih baik diberikan pada 3 hari pertama sejak timbulnya lesi. Pilhan
obat:
- Asiklovir 5x800 mg per oral selama 7 hari
- Valasiklovir 3x1000 mg per oral selama 1 hari. Namun, bila lesi baru tetap
muncul, obat ini dapat diteruskan hingga 2 hari bebas lesi.
b. Analgesik, untuk mengatasi keluhan nyeri. Pilihan obat:
- Asam mefenamat 3x 1500 mg/hari
- Agen antikovulsan, ex: carbamazepine
c. Kortikosteroid diberikan apabila terjadi sindrom Ramsay-Hunt untuk mencegah
terjadinya paralisis:
- Prednison 3x20 mg per hari, setelah seminggu dosis dapat diturunkan secara
bertahap.
d. Diazepam, untuk menekan vertigo.

Topikal:
a. Obat tetes mata agar tidak kering
- Artifical tears: cendolytex (ED) 6x/ hari
b. Bedak jika vesikel belum pecah dan obat salep antibotik jika vesikel pecah

Follow up : Setelah inisial terapi medis, pasien harus di follow up setelah 2 minggu, 6
minggu, dan 3 bulan.

Jika terjadi penekanan saraf wajah, dilakukan pembedahan untuk memperlebar


lubang yang dilalui oleh saraf wajah. Setelah pembedahan biasanya kelumpuhan wajah
akan menghilang.
Bila parese menetap lebih dari 60 hari tanpa tanda-tanda perbaikan, tindakan
dekompresi harus dilakukan. Dekompresi dilakukan pada segmen horizontal dan
ganglion genikulatum.(9,12,15)

23. Apa komplikasi dari keluhan Tn.A?


a. Neuralgia pascaherpetik: rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan
lebih dari sebulan setelah penyakit sembuh. Komplikasi ini kebanyakan timbul pada
usia di atas 40 tahun.
b. Komplikasi herpes zoster oftalmikus: ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis,
koriorenitis, neuritis optik.
c. Paralisis motorik muncul dalam 2 minggu pasca-awitan lesi.(12)

24. Bagaimana prognosis dari keluhan Tn.A?


Prognosis bergantung pada:
- Umur : jika lebih dari 60 tahun prognosis buruk
- Penyakit autoimun: jika dengan penyakit autoimun prognosis buruk
- Kerusakan saraf : jika kerusakan safar parah prognosis buruk
- Pada kehilangan pendengaran umumnya penyembuhan baik, tapi buruk pada
pria tua.(6)
DAFTAR PUSTAKA

1. Agius AM, Pickles JM, Burch KL. A prospective study of otitis externa. Clin
Otolaryngol 1992;17:150-4.
2. Bhupal HK. Ramsay hunt syndrome presenting in primary care. In: ThePrectitioner
casebook:2010;254:33-35.
3. Bora, chandramita. 2013. Burning Sensation in the Ear. Diakses tanggal 25 Mei 2015
(http://www.www.buzzle.com) .
4. Davis, Charles Patrick. 2015. Ramsay Hunt Syndrome. Diunduh 25 Mei 2015
(http://www.MedicineNet.com)
5. Dorland, W A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC
6. Draper, Richard. 2011. Herpes Zoster Oticus (Ramsay Hunt Syndrome). Diunduh 25 Mei
2015 (http://www.Patient.co.uk)
7. Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
8. Honda, Nobumitsu et al. Swelling of the intratemporal facial nerve in Ramsay Hunt
syndrome. Acta Otolaryngol. 2002; 122:348-52.
9. http://emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 28 Mei 2015
10. Kim HJ, et al. Ramsay Hunt syndrome complicated by a brainstem lesion. Journal of
Clinical virology 39 (2007) 322-325.
11. Kotikosi, M. Acute miringitis in children less than two years of age. Acta University
Tamperensis 991. Finland. 2004. p.7, 15-20, 24-42.
12. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI: 2014
13. Merskey H, Bogduk N. Classification of chronic pain. Descriptions of chronic pain
syndromes and definitions of pain terms. Seattle (WA): IASP Press; 1994. p. 59-71.
14. Mescher,Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas, Edisi 12. 2011. Jakarta :
EGC
15. Munilson, Jacky, et all. 2014. Diagnosis dan Penatalaksanaan Sindrom Ramsay Hunt.
Universitas Andalas.
16. Ramussen et all. 2014. Virology Discovery. Diakses tanggal 25 Mei 2015
(http://www.hoajonline.com/journals/pdf/2052-6202-2-2.pdf)
17. Ryu EW, Lee HY, Lee SY, Park MS, Yeo SG. Clinical manifestations and prognosis of
patients with Ramsay Hunt syndrome. Am J Otolaryngol. November 8th 2011.
18. Saladin, Kenneth S. 2008. Human Anatomy, 2nd edition. Jakarta: EGC
19. Sjaiful dkk. Infeksi Virus Herpes. Jakarta: kelompok studi herpes Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2002.p196-7.
20. Sjarifudin, Bashirudin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. Dalam:
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher Edisi 6. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2007.p114 -17
21. Soepardi, Eflaty Arsyad, Prof., Dr., Sp.THT-KL (K), et al. 2012. Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher, Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
22. Thompson, Dennis. 2015. A Shingles Complication That Can Damage Hearing. Diunduh
25 Mei 2015 (http://www.EverydayHealth.com)
23. www.nejm.org. Diakses tanggal 26 Mei 2015.
MIND MAPING
- Nyeri
- Rasa panas terbakar
- Keluarnya sekret
- Pendengeran Tn.A
berkurang 65 tahun
- Rriwayat sakit cacar
(Varicella)
- Perforasi central
Anamnesis
membran timpani

Anatomi
Pemeriksaan Fisik
- Tanda vital
Histologi - Status lokalisata
a. Kulit
b. THT
Fisiologi
- Pemeriksaan pelana

Diagnosis
Banding

Pemeriksaan
Penunjang

Diagnosis

Ramsay Hunt Syndrome

Definisi Klasifikasi Epidemiologi Etiologi Faktor Patofisiologi


Resiko dan
Patogenesis

Manifestasi Tatalaksana Komplikasi Prognosis


Klinis dan
Edukasi

Anda mungkin juga menyukai