Anda di halaman 1dari 64

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan menyajikan hasil dan analisa dari pengujian
laboratorium yang dilakukan terhadap benda uji yang telah dilakukan
pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Diponegoro.
Pengujian laboratorium yang dilakukan adalah pengujian indeks properties
yang meliputi pengujian soil test, batas-batas atterberg, analisa saringan dan
hydrometer, kadar air, berat jenis tanah, berat volume basah, engineering
properties meliputi pengujian uji geser langsung (direct shear test), pengujian
ketahanan batuan (slake durability test) dan pengujian lainnya seperti
pemeriksaan mineralogy test dan free swelling test.
Selanjutnya data-data tersebut (indeks properties) dikorelasikan dengan
data yang diperoleh dari pengujian engineering test (direct shear test) untuk
melihat hubungan dari data-data soil properties berupa LL, PI, PL, % fraksi
lempung, dry density, kadar air, dan activity terhadap parameter efektif kuat
geser residual (’r) yang diperoleh dari pengujian direct shear dan parameter
tahanan batuan dari pengujian slake durability serta pemeriksaan free swelling
test dan mineralogi terhadap sampel

4.2 Hasil dan Analisis Pengujian Indeks Properties


Pada bagian ini akan disajikan hasil pengujian indeks properties beserta
analisisnya dari tiap-tiap lokasi pengambilan, dimana nilai-nilainya diperoleh
dari masing-masing jenis pengujian indeks properties yang telah dijelaskan
pada BAB III.

4.3.1 Indeks Properties Sampel TTK 2 dan TTK 3


Hasil dari pengujian indeks properties yang dilakukan pada benda
uji dari titik pengambilan pada TTK 2 dan TTK 3 ditampilkan pada Tabel
4.1. Secara visual, benda uji dapat digolongkan tanah berbutir kasar (sand
stones).

81
Tabel 4.1 Indeks Properties Sampel TTK 2 dan TTK 3
TTK 2 TTK 3
Sample
Parafin Non-Parafin Parafin Non-Parafin
Kadar air (%) 13.30 9.24 12.25 8.20
Specific Gravity (Gs) 2.730 2.707 2.833 2.821
Gravel (%) 67.41 63.04 71.99 66.86
Sand (%) 32.59 36.96 28.01 33.14
Silt and Clay (%) 1.33 1.28 1.87 0.84
Lolos saringan No. 4 (%) 64.07 82.05 64.05 66.17
Lolos saringan No. 10 (%) 32.59 36.96 28.01 33.14
Lolos saringan No. 40 (%) 20.93 13.45 13.61 18.87
Lolos saringan No. 200 (%) 1.33 1.28 1.87 0.84
D10 (mm) 0.153 0.200 0.284 0.157
D30 (mm) 1.500 1.500 2.250 1.160
D60 (mm) 4.350 3.000 4.500 4.100
Cu 44.231 16.750 18.182 35.333
Cc 2.261 2.522 1.823 2.361

Persentase kumulatif tanah yang tertahan pada saringan No. 200


adalah 98%, dan persentase butiran yang lolos saringan No. 4 secara
keseluruhan lebih dari 50% pada TTK 2 maupun TTK 3. Berdasarkan
penjelasan sebelumnya pada BAB II Tabel 2.7 “Sistem Klasifikasi USCS”,
TTK 2 dan TTK 3 termasuk kelompok pasir. Nilai koefisien keseragaman
(Cu) berkisar antara 16.750 sampai 44.231 (Cu > 4), dan nilai koefisien
gradasi (Cc) berkisar antara 1.823 sampai 2.522 (1  Cc  3).
Plot nilai koefisien keseragaman (Cu) dan nilai koefisien gradasi
(Cc) pada Sistem Klasifikasi USCS. Sehingga klasifikasi TTK 2 dan TTK 3
menurut Sistem Klasifikasi USCS dapat diketahui.
Dapat disimpulkan dari sistem klasifikasi USCS, TTK 2 dan TTK 3
termasuk kedalam kelompok GW, yaitu kerikil bergradasi baik dan
campuran kerikil pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran
halus.
Dari hasil pengujian analisa saringan didapatkan persentase butiran
yang lolos saringan No. 40 secara keseluruhan kurang dari 30%.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya pada BAB II Tabel 2.8 “Sistem
Klasifikasi AASHTO”, TTK 2 dan TTK 3 termasuk kelompok A-1a, yaitu
dengan tipe material pokok pada umumnya adalah pecahan batu, kerikil,
dan pasir.

82
4.3.2 Indeks Properties Sampel TTK 1 dan TTK 4
Hasil dari pengujian indeks properties yang dilakukan pada benda
uji dari titik pengambilan pada TTK 1 dan TTK 4 ditampilkan pada Tabel
4.2. Secara visual, banda uji dapat digolongkan tanah berbutir halus (clay
shale).
Tabel 4.2 Indeks Properties Sampel TTK 1 dan TTK 4
TTK 1 TTK 4
Sample
Parafin Non-Parafin Parafin Non-Parafin
Kadar air (%) 18.38 13.25 16.39 11.63
Wet density (ɣb) 2.091 2.08 2.098 2.094
Specific Gravity (Gs) 2.66 2.65 2.63 2.65
Liquid Limit (%) 57.63 57.85 57.85 57.00
Plastic Limit (%) 29.31 29.74 29.5 28.58
Plasticity Index (%) 28.32 28.11 28.35 28.42
Lolos saringan No. 40 (%) 100 100 99.9 99.89
Lolos saringan No. 200 (%) 97.89 91.83 89.86 91.69
Fraksi lempung (%) 78.26 70.71 75.87 53.54

Persentase lolos saringan No. 200 untuk sampel TTK 1 dan TTK 4
lebih dari 50%, dengan persentase masing-masing 97,89% - 91.83% untuk
sampel TTK 1 dan 89.86% - 91.69% untuk sampel TTK 4. Nilai Liquid
Limid (LL) dan Plasticity Index (PI) berturut-turut untuk sampel TTK 1 dan
TTK 4 adalah 57.63% - 57.85% dan 28.11% - 28.32% (TTK 1) dan 57.00%
- 57.85% dan 28.35% - 28.42% (TTK 4).
Dari nilai Liquid Limid (LL) dan Plasticity Index (PI) jika diplotkan
kedalam Grafik Plastisitas menurut USCS, kedua benda uji berada diatas
garis A seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1.
70
60
Plasticity Index (%)

CH
50
40 CL
30
20 MH
10
ML
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Liquid Limit (%)
A-line PI = 0.73(LL-20) Batas LL TTK 1 TTK 4

Gambar 4.1 Grafik Plastisitas sampel TTK 1 dan TTK 4 menurut


Klasifikasi USCS (Braja et al, 2012)

83
Berdasarkan Sistem Klasifikasi USCS, sampel TTK 1 dan TTK 4
termasuk kelompok OH, yaitu lempung organik dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi.
Persentase lolos saringan No. 200 untuk sampel TTK 1 dan TTK 4
lebih dari 35%, dengan persentase masing-masing 91.83% - 97.89% untuk
sampel TTK 1 dan 89.86% - 91.69% untuk sampel TTK 4. Nilai Liquid
Limid (LL) untuk masing-masing kedalaman adalah 57.63% - 57.85% (TTK
1) dan 57.00% - 57.85% (TTK 4). Nilai tersebut lebih dari 41% (LL > 41%).
Dan nilai Plasticity Index (PI) untuk masing-masing kedalaman adalah
28.11% - 28.32% (TTK 1) dan 28.35% - 28.42% (TTK 4). Nilai tersebut
lebih dari 11% (PI > 11%). Jika nilai-nilai tersebut (LL dan PI) diplotkan
kedalam Grafik Plastisitas menurut AASHTO, dapat dilihat seperti Gambar
4.2 berikut.

A-2-6
A-7-6
A-6

A-2-7
A-7-5

A-2-4, A-4 A-2-5 A-5

Gambar 4.2 Grafik Plastisitas sampel TTK 1 dan TTK 4 menurut AASHTO
(Braja et al, 2012)

Berdasarkan Sistem Klasifikasi AASHTO, sampel TTK 1 dan TTK


4 termasuk kelompok A-7-6, yaitu tanah berlempung.

4.3 Hasil Pengujian Geser Langsung


Pengujian geser langsung (direct shear test) bertujuan untuk
mengetahui nilai-nilai parameter efektif kuat geser residual (kohesi dan sudut
geser). Pengujian geser langsung yang dilakukan pada penelitian clay shale

84
sama seperti halnya pada pengujian tanah lempung dimana permeabilitas yang
rendah yaitu pengujian dilakukan dengan tipe slow test dengan mengacu pada
“residual test procedure” penjelasan BAB II sebelumnya 2.7.5. Jenis
pengujian geser langsung yang digunakan untuk clay shale adalah uji geser
langsung terkonsolidasi dan terdrainase (consolidated drained).

4.3.1 Perhitungan Tegangan Normal


Sebelum proses penggeseran dilakukan, maka terlebih dahulu perlu
ditentukan besar tegangan normal pada benda uji yang sekaligus berfungsi
sebagai tegangan konsolidasi dengan menggunakan persamaan berikut :

Gaya normal yang diberikan tergantung dari kedalaman benda uji atau
tekanan overburdennya. Gaya normal untuk tiap-tiap sampel berbeda Tabel
4.3, karena memiliki berat volume basah yang berbeda dan berada pada
kedalaman yang berbeda. Luas penampang lintang sampel tanah dihitung
menggunakan rumus luas lingkaran, dengan diameter sampel tanah 65 mm.
Berikut tegangan normal yang diberikan saat pengujian geser langsung.

85
Tabel 4.3 Tegangan Normal
Normal Stress,
Sample σn
(kN/m²)
σn 1 45.23
PL σn 2 90.45
σn 3 135.68
σn 1 45.23

TTK 1 PL + 5% σn 2 90.45
σn 3 135.68
σn 1 45.23
PL + 10% σn 2 90.45
σn 3 135.68
σn 1 45.23
PL σn 2 90.45
σn 3 135.68
σn 1 45.23
TTK 4

PL + 5% σn 2 90.45
σn 3 135.68
σn 1 45.23
PL + 10% σn 2 90.45
σn 3 135.68

4.3.2 Perhitungan Kecepatan Penggeseran Horizontal


Untuk menentukan kecepatan penggeseran, terlebih dahulu benda uji
harus dikonsolidasi dan hasilnya digunakan untuk menghitung kecepatan
penggeseran. Pada buku K.H. Head Manual of Soil Laboratory Testing
Volume 2 Permeability, Shear Strength, Compressibility Test dilakukan
pendekatan dalam kecepatan penggeseran untuk tanah residual pada
pengujian geser langsung pada kondisi teralirkan atau consolidation drained
yaitu sebesar 0.0070 mm/menit.
Untuk tanah dengan permeabilitas kecil, kecepatan penggeseran
didapat dari grafik konsolidasi seperti yang telah dijelaskan pada BAB II
sebelumnya Gambar 2.23. Pada pengujian ini, grafik konsolidasi dibuat
dengan menggunakan metode akar waktu. Grafik ini menggambarkan
hubungan akar waktu terhadap penurunan vertical. Berikut sebagai contoh

86
dijelaskan perhitungan kecepatan penggeseran untuk sampel uji sampel
TTK 4 dengan tegangan normal 135.68 kPa.

Gambar 4.3 Grafik Konsolidasi Akar Waktu (Head, 1994)

Nilai √ didapat dari perpotongan garis linier yang menyinggung

pembacaan awal dengan garis horizontal. Nilai dari √ adalah 9.40


menit, t100 = 88.362 = 7807.490 menit. Waktu yang dibutuhkan untuk
terjadinya kegagalan, tf = 12,7 × t100 = 1122.17 menit. Dengan mengacu pada
BAB II 2.7.5 Tabel 2.11. Kecepatan geser yang dibutuhkan dalam pengujian
adalah ⁄ ⁄ .
Nilai yang diperoleh untuk kecepatan geser dari masing-masing
percobaan berbeda. Karena keterbatasan alat uji, digunakan kecepatan geser
yang mendekati dengan kecepatan geser aslinya. Dalam hal ini (Table 4.4)
pada sampel dengan tumbukan energi sebanyak 15x tumbukan digunakan
rata-rata kecepatan 0.00651 mm/menit dengan formasi gear B5. Sedangkan
(Table 4.5) pada sampel dengan tumbukan energi sebanyak 25x tumbukan
digunakan rata-rata kecepatan 0.00969 mm/menit dengan formasi gear A5.
Berikut nilai kecepatan geser dari masing-masing percobaan.

87
Tabel 4.4 Kecepatan Penggeseran Tabel 4.5 Kecepatan Penggeseran
untuk 15x tumbukan untuk 25x tumbukan

4.3.3 Perhitungan Tegangan Geser Waktu Pengujian


Untuk dapat menghitung perubahan tegangan geser pada waktu
penggeseran, maka perlu ditentukan besarnya beban penggeseran atau gaya
geser dengan membaca alat ukur pembebanan pada alat baca load cell.
Tegangan geser diperoleh dari persamaan :

Selama pengujian, pembacaan tegangan geser diambil setiap


pergeseran 0.01 mm. Tidak ada batasan yang pasti untuk pembacaan
tegangan geser. Untuk grafik pembacaan tegangan geser setiap pengujian
dilampirkan pada BAB LAMPIRAN. Dari masing-masing percobaan
diperoleh tagangan geser maksimum. Dalam pengujian clay shale yang
ditentukan adalah kekuatan geser residual dari clay shale. Dalam pengujian,
penentuan kekuatan geser residual dilakukan dengan penggeseran ke-3 dari
sampel, prosedur pengujian seperti yang dijelaskan dalam BAB II 2.7.5

88
Nilai tegangan geser residual maksimum dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan
Tabel 4.7.

Tabel 4.6 Residual Shear Stress Tabel 4.7 Residual Shear Stress
15x tumbukan 25x tumbukan

89
4.3.4 Grafik Hubungan Uji Geser Langsung
Dari hasil pengujian geser langsung, kemudian dibuat grafik
hubungan tegangan geser (kN/m2) terhadap perpindahan horizontal (mm)
dengan tegangan geser sebagai ordinat (sumbu-y). Pada skala horizontal
yang sama, dibuat grafik hubungan deformasi vertical (mm) terhadap
perpindahan horizontal (mm) dengan deformasi vertical sebagai ordinat
(sumbu-y). Untuk menentukan nilai parameter-parameter efektif kuat geser
residual clay shale yaitu (c’ dan ’r), dibuat grafik hubungan tegangan geser
residual maksimum terhadap tegangan normal dari masing-masing
pengujian. Grafik ini merupakan satu set dari tiga pengujian yang dilakukan
dengan tegangan normal yang berbeda.
Grafik hubungan deformasi vertical terhadap perpindahan horizontal
pada pengujian sampel clay shale berfungsi untuk menetukan apakah tanah
tersebut mengalami normally consolidated atau over consolidated. Berikut
grafik hasil pengujian geser langsung untuk sampel clay shale diambil
contoh pada sampel TTK 1 dengan kode 1PL15x dan 1PL25x dan sampel
TTK 4 dengan kode 4PL15x dan 4PL25x. Selanjutnya pengujian secara
lengkapnya dapat dilihat didalam BAB LAMPIRAN.

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


100
90
Shear Stress (kN/m²)

80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)


Gambar 4.4 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement
1PL15x Beban Normal 45.23 kN/m2

90
SHEAR STRESS - DISPLACEMENT
100
90

Shear Stress (kN/m²)


80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement


1PL15x Beban Normal 90.45 kN/m2

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


110
100
Shear Stress (kN/m²)

90
80
70
60
1st Cycle
50
40 2nd Cycle
30 3rd Cycle
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)


Gambar 4.6 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement
1PL15x Beban Normal 135.68 kN/m2

Grafik diatas merupakan hasil yang diperoleh pada pengujian kode


sampel 1PL15x. Dalam mencari residual shear stress maksimum dilakukan
pada pembacaan pergeseran langsung yang ke-3 pada setiap pembebanan
seperti pada Tabel 4.8. Tegangan geser maksimun terjadi pada pergeseran
horizontal kurang dari 5 mm. Jika dirata-rata, pergeseran terjadi saat benda
uji telah bergeser sejauh 3.767 mm atau mengalami regangan sebesar ±
5.795 %.

91
Selanjutnya dibuat grafik dimana hubungan tegangan geser residual
maksimum terhadap tegangan normal dari masing-masing pengujian, seperti
gambar dibawah ini.

Tabel 4.8 Residual Shear Stress Sampel 1PL15x


SPECIMEN 15kg 30kg 45kg
Normal Stress σn kN/m² 45.23 90.45 135.68
Residual
Shear kN/m² 16.20 25.72 30.49
Failure

Stress
Displ. mm 30.00 30.00 30.00
Settlement mm - - -
Shear Stress at Failure (kN/m²)

100
y = 0.1580x + 9.8463
80
R² = 0.9645
60

40
[CELLREF]
[CELLREF]
20 [CELLREF]
0
0 50 100 150 200
Normal Stress (kN/m²)

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Residual Shear Stress terhadap Tegangan


Normal 1PL15x

Dengan menggunakan Microsoft Excel, ke-3 titik tersebut dibuat


trendline-nya, dan didapat persamaan y = 0,1580x + 9.8463. Diketahui
gradient yang melalui ke-3 titik tersebut, m = 0.1580. Menggunakan
persamaan garis lurus, m = tan ϕ’ sehingga diperoleh besaran sudut geser
residual ϕ’r = 8.98°. Nilai kohesi merupakan perpotongan trendline terhadap
sumbu-y. Jika garis tersebut diperpanjang, akan memotong sumbu-y pada
ordinat 9.8463. Sehingga nilai c’ = 9.85 kN/m2.

92
SHEAR STRESS - DISPLACEMENT
100

Shear Stress (kN/m²)


80

60
1st Cycle
40
2nd Cycle
20 3rd Cycle

0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement 1PL25x
Beban Normal 45.23 kN/m2

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


100
90
Shear Stress (kN/m²)

80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement 1PL25x
Beban Normal 90.45 kN/m2

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


100
Shear Stress (kN/m²)

90
80
70
60
50 1st Cycle
40
30 2nd Cycle
20
10 3rd Cycle
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)


Gambar 4.10 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement
1PL25x Beban Normal 135.68 kN/m2

93
Grafik diatas merupakan hasil yang diperoleh pada pengujian kode
sampel 1PL25x. Dalam mencari residual shear stress maksimum dilakukan
pada pembacaan pergeseran langsung yang ke-3 pada setiap pembebanan
seperti pada Tabel 4.9. Tegangan geser maksimun terjadi pada pergeseran
horizontal kurang dari 2 mm. Jika dirata-rata, pergeseran terjadi saat benda
uji telah bergeser sejauh 1.567 mm atau mengalami regangan sebesar ±
2.410 %.
Selanjutnya dibuat grafik dimana hubungan tegangan geser residual
maksimum terhadap tegangan normal dari masing-masing pengujian, seperti
gambar di bawah ini.
Tabel 4.9 Residual Shear Stress Sampel 1PL25x
SPECIMEN 15kg 30kg 45kg

Normal Stress σn kN/m² 45.23 90.45 135.68


Residual
Shear kN/m² 11.27 16.98 22.08
Failure

Stress
Displ. mm 23.60 23.30 22.50
Settlement mm - - -
ShearS stress at Failure (kN/m²)

100

80
y = 0.1195x + 5.9663
60 R² = 0.9989

40
[CELLREF]
20 [CELLREF]
[CELLREF]
0
0 50 100 150 200 250
Normal Stress (kN/m²)

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Residual Shear Stress terhadap Tegangan


Normal 1PL25x

Dengan menggunakan Microsoft Excel, ke-3 titik tersebut dibuat


trendline-nya, dan didapat persamaan y = 0,1195x + 5.9663. Diketahui
gradient yang melalui ke-3 titik tersebut, m = 0.1195. Menggunakan

94
persamaan garis lurus, m = tan ϕ’ sehingga diperoleh besaran sudut geser
residual ϕ’r = 6.81°. Nilai kohesi merupakan perpotongan trendline terhadap
sumbu-y. Jika garis tersebut diperpanjang, akan memotong sumbu-y pada
ordinat 5.9663. Sehingga nilai c’ = 5.97 kN/m2.

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


100
90
Shear Stress (kN/m²)

80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
3rd Cycle
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.12 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal


Displacement 4PL15x Beban Normal 45.23 kN/m2

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


100
90
Shear Stress (kN/m²)

80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.13 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal


Displacement 4PL15x Beban Normal 90.45 kN/m2

95
SHEAR STRESS - DISPLACEMENT
100
90

Shear Stress (kN/m²)


80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.14 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement


4PL15x Beban Normal 135.68 kN/m2

Grafik diatas merupakan hasil yang diperoleh pada pengujian kode


sampel 4PL15x. Dalam mencari residual shear stress maksimum dilakukan
pada pembacaan pergeseran langsung yang ke-3 pada setiap pembebanan
seperti pada Tabel 4.10. Tegangan geser maksimun terjadi pada pergeseran
horizontal kurang dari 5.5 mm. Jika dirata-rata, pergeseran terjadi saat
benda uji telah bergeser sejauh 4.233 mm atau mengalami regangan sebesar
± 6.513 %.
Selanjutnya dibuat grafik dimana hubungan tegangan geser residual
maksimum terhadap tegangan normal dari masing-masing pengujian, seperti
gambar di bawah ini.

Tabel 4.10 Residual Shear Stress Sampel 4PL15x


SPECIMEN 15kg 30kg 45kg

Normal Stress σn kN/m² 45.23 90.45 135.68


Residual
Shear kN/m² 24.80 32.94 40.39
Failure

Stress
Displ. mm 30.00 30.00 25.70
Settlement mm - - -

96
Shear Stress at Failure (kN/m²)
100
y = 0.1724x + 17.1195
80 R² = 0.9993

60
[CELLREF]
40 [CELLREF]
[CELLREF]
20

0
0 50 100 150 200 250
Normal Stress (kN/m²)

Gambar 4.15 Grafik Hubungan Residual Shear Stress terhadap Tegangan


Normal 4PL15x
Dengan menggunakan Microsoft Excel, ke-3 titik tersebut dibuat
trendline-nya, dan didapat persamaan y = 0,1724x + 17.1195. Diketahui
gradient yang melalui ke-3 titik tersebut, m = 0.1724. Menggunakan
persamaan garis lurus, m = tan ϕ’ sehingga diperoleh besaran sudut geser
residual ϕ’r = 9.78°. Nilai kohesi merupakan perpotongan trendline terhadap
sumbu-y. Jika garis tersebut diperpanjang, akan memotong sumbu-y pada
ordinat 17.1195. Sehingga nilai c’ = 17.12 kN/m2.

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


100
90
Shear Stress (kN/m²)

80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.16 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal


Displacement 4PL25x Beban Normal 45.23 kN/m2

97
SHEAR STRESS - DISPLACEMENT
100
90

Shear Stress (kN/m²)


80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement (mm)

Gambar 4.17 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement


4PL25x Beban Normal 90.45 kN/m2

SHEAR STRESS - DISPLACEMENT


100
90
Shear Stress (kN/m²)

80
70
60
50 1st Cycle
40 2nd Cycle
30
20 3rd Cycle
10
0
0 5 10 15 20 25 30

Horizontal Displacement mm)

Gambar 4.18 Grafik Hubungan Shear Stress dan Horizontal Displacement


4PL25x Beban Normal 135.68 kN/m2

Grafik diatas merupakan hasil yang diperoleh pada pengujian kode


sampel 4PL25x. Dalam mencari residual shear stress maksimum dilakukan
pada pembacaan pergeseran langsung yang ke-3 pada setiap pembebanan
seperti pada Tabel 4.11. Tegangan geser maksimun terjadi pada pergeseran
horizontal kurang dari 3.5 mm. Jika dirata-rata, pergeseran terjadi saat
benda uji telah bergeser sejauh 2.833 mm atau mengalami regangan sebesar
± 4.359 %.

98
Selanjutnya dibuat grafik dimana hubungan tegangan geser residual
maksimum terhadap tegangan normal dari masing-masing pengujian, seperti
gambar di bawah ini.

Tabel 4.11 Residual Shear Stress Sampel 4PL25x


SPECIMEN 15kg 30kg 45kg

Normal Stress σn kN/m² 45.23 90.45 135.68


Residual
Shear kN/m² 20.58 31.06 33.41
Failure

Stress
Displ. mm 30.00 26.40 24.90
Settlement mm - - -
Shear Stress at Failure (kN/m²)

100

y = 0.1418x + 15.5198
80
R² = 0.8819

60

[CELLREF]
40
[CELLREF]
20 [CELLREF]

0
0 50 100 150 200 250
Normal Stress (kN/m²)

Gambar 4.19 Grafik Hubungan Residual Shear Stress terhadap Tegangan


Normal 4PL25x

Dengan menggunakan Microsoft Excel, ke-3 titik tersebut dibuat


trendline-nya, dan didapat persamaan y = 0.1418x + 15.5198. Diketahui
gradient yang melalui ke-3 titik tersebut, m = 0.1418. Menggunakan
persamaan garis lurus, m = tan ϕ’ sehingga diperoleh besaran sudut geser
residual ϕ’r = 8.07°. Nilai kohesi merupakan perpotongan trendline terhadap
sumbu-y. Jika garis tersebut diperpanjang, akan memotong sumbu-y pada
ordinat 15.5198. Sehingga nilai c’ = 15.52 kN/m2.

4.3.5 Grafik Vertical Movement


Grafik vertical movement menunjukkan penurunan tinggi benda uji
selama proses geser berlangsung. Selama proses geser, benda uji mengalami

99
penurunan volume. Ini dibuktikan dengan menurunnya tinggi benda uji
selama proses geser berlangsung. Berkurangnya volume benda uji ini
diakibatkan oleh air yang berada di dalam benda uji keluar selama
penggeseran berlangsung.
Berikut akan ditampilkan grafik perpindahan vertical pada pengujian
sampel TTK 1 kode 1PL15x dan 1PL25x dan sampel TTK 4 kode 4PL15x
dan 4PL25x.

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0

0.2
Vertical Movement (mm)

VERTICAL MOVEMENT
1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.20 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 1PL15x Beban Normal 45.23 kN/m2

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0

0.2
Vertical Movement (mm)

VERTICAL MOVEMENT
1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.21 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 1PL15x Beban Normal 90.45 kN/m2

100
Horizontal Displacement (mm)
0 2 4 6 8 10
0.0

0.2
VerticalMovement (mm)
VERTICAL MOVEMENT
1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.22 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 1PL15x Beban Normal 135.68 kN/m2

Dari hasil pengujian pada kode sampel 1PL15x diatas dapat


disimpulkan bahwa sampel uji mengalami normally consolidated
berdasarkan Gambar 2.25 pada BAB II 2.7.6.

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0

0.2
Vertical Movement (mm)

1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8
VERTICAL MOVEMENT
1.0

1.2

Gambar 4.23 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 1PL25x Beban Normal 45.23 kN/m2

101
Horizontal Displacement (mm)
0 2 4 6 8 10
0.0

0.2

Vertical Movement (mm)


1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0 VERTICAL MOVEMENT

1.2

Gambar 4.24 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 1PL25x Beban Normal 90.45 kN/m2

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0

0.2
Vertical Movement (mm)

1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0 VERTICAL MOVEMENT


1.2

Gambar 4.25 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 1PL25x Beban Normal 135.68 kN/m2

Dari hasil pengujian pada kode sampel 1PL25x diatas dapat disimpulkan
bahwa sampel uji mengalami normally consolidated berdasarkan Gambar
2.25 pada BAB II 2.7.6.

102
Horizontal Displacement (mm)
0 2 4 6 8 10
0.0

Vertical Movement (mm)


0.2
VERTICAL MOVEMENT1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.26 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 4PL15x Beban Normal 45.23 kN/m2

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0
Vertical Movement (mm)

0.2
VERTICAL MOVEMENT
1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.27 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 4PL15x Beban Normal 90.45 kN/m2

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0
Vertical Movement (mm)

0.2 VERTICAL MOVEMENT


1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.28 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 4PL15x Beban Normal 135.68 kN/m2

103
Dari hasil pengujian pada kode sampel 4PL15x diatas dapat disimpulkan
bahwa sampel uji mengalami normally consolidated berdasarkan Gambar
2.25 pada BAB II 2.7.6.

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0

0.2
Vertical Movement (mm)

VERTICAL MOVEMENT
1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.29 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 4PL25x Beban Normal 45.23 kN/m2

Horizontal Displacement (mm)


0 2 4 6 8 10
0.0

0.2
Vertical Movement (mm)

VERTICAL MOVEMENT
1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.30 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 4PL25x Beban Normal 90.45 kN/m2

104
Horizontal Displacement (mm)
0 2 4 6 8 10
0.0

0.2

Vertical Movement (mm)


VERTICAL MOVEMENT
1st Cycle
0.4
2nd Cycle
0.6 3rd Cycle

0.8

1.0

1.2

Gambar 4.31 Grafik Hubungan Horizontal Displacement dan Vertical


Movement 4PL25x Beban Normal 135.68 kN/m2

Dari hasil pengujian pada kode sampel 4PL25x diatas dapat disimpulkan
bahwa sampel uji mengalami normally consolidated berdasarkan Gambar
2.25 pada BAB II 2.7.6.

4.3.6 Rekapitulasi Nilai Kohesi Efektif (c’) dan Sudut Geser Residual
Efektif (’r)
Rekapitulasi dari nilai kohesi efektif dan sudut geser residual efektif
untuk masing- masing sampel diberikan pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13
pada pengujian direct shear test.

Tabel 4.12 Nilai kohesi efektif (c’) dan sudut geser residual efektif
(’r) untuk 15x tumbukan
'r c'
Sample
(°) (kN/m²)
1PL15x 8.98 9.85
TTK 1

1PL+5%15x 8.08 8.88


1PL+10%15x 5.43 10.11
4PL15x 9.78 17.12
TTK 4

4PL+5%15x 8.27 16.98


4PL+10%15x 7.44 17.95

105
Tabel 4.13 Nilai kohesi efektif (c’) dan sudut geser residual efektif (’r)
untuk 25x tumbukan
'r c'
Sample
(°) (kN/m²)
1PL25x 6.81 5.97

TTK 1
1PL+5%25x 5.80 7.69
1PL+10%25x 4.77 9.37
4PL25x 8.07 15.52

TTK 4
4PL+5%25x 7.25 13.51
4PL+10%25x 6.43 12.59

Dari hasil pengujian sampel dalam kondisi terdrainase pada clay


shale jenuh air didapatkan nilai kohesi efektif (c’) sekitar 5.97 - 17.95
kN/m², dari grafik oleh (Gartung 1986) dalam residual shear strength
didapatkan nilai kohesi efektif (c’) adalah 0 (nol). Berdasarkan penjelasan
dalam BAB II 2.7.6 Tabel 2.12, klasifikasi nilai-nilai kohesi efektif (c’) oleh
(Wesley, 2012) nilai kohesi efektif (c’) umumnya sama dengan 12 - 25 kPa
termasuk jenis tanah lempung yang dipadatkan, karena didalam penelitian
ini pembuatan benda uji dilakukan dengan proses pemadatan pada 15x dan
25x tumbukan menggunakan standart proctor serta kondisi sampel
mengalami proses penjenuhan atau soaked didalam bak air.

Sedangkan sudut geser residual efektif (’r) clay shale untuk residual
shear strength didapatkan hasil pengujian 4.77 - 9.78° dalam penjelasannya
(Gartung, 1986) shale merupakan material yang sensitive terhadap proses
pelapukan. Kekuatan mekaniknya sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan. Clay shale mempunyai sifat yang keras apabila ditemukan pada
tempat asalnya. Ketika telah mengalami kontak dengan lingkungan,
perubahan tekanan, perubahan suhu, dan mengalami swelling yang besar
akibat adanya air, maka kekuatan yang besar akan mengalami reduksi yang
sangat besar.

Plot hasil pada pengujian geser langsung dengan kondisi teralirkan


(drained) Gambar 4.32 dengan data yaitu nilai kohesi efektif (c’) dan sudut
geser residual efektif (’r) kedalam grafik kuat geser oleh (Gartung, 1986).

106
Plot Hasil Pengujian
Direct Shear

Gambar 4.32 Plot Hasil Pengujian Geser Langsung ke Grafik Kuat Geser oleh
(Gartung, 1986)

4.4 Analisa Pengujian Lainnya


Data pengujian lainnya yang berupa data hasil mineralogical study
(X-Ray Diffraction) dan data hasil pemeriksaan free swelling test. Data
yang diperoleh pada pengujian lainnya dapat melengkapi hasil dalam
penelitian ini dan dapat digunakan sebagai bahan referensi tambahan.

4.4.1 Analisa Data Mineralogi


Data-data hasil mineralogical study (X-Ray Diffraction) dapat
dilakukan pembacaan melalui program Match! Copyright © 2003-2014
CRYSTAL IMPACT, Bonn, Germany dan hasilnya sebagai berikut.

107
Gambar 4.33 Hasil Pengujian XRD Laboratorium Pusat Geologi UGM

Dari hasil mineralogical study Laboratorium Pusat Geologi UGM


didapatkan persentase komposisi sebagai berikut:
- Montmorillonite = 7.9%
- Kaolinite = 34%
- Mica = 0.00%

Gambar 4.34 Hasil Pengujian XRD Laboratorium Terpadu UNDIP

Dari hasil mineralogical study Laboratorium Terpadu Undip


didapatkan persentase komposisi sebagai berikut:
- Montmorillonite = 24.7%
- Kaolinite = 31.2%
- Mica = 10.3%

108
4.4.2 Pengujian Free Swelling Test
Pengujian pengembangan bebas atau free swelling test diperkenalkan
oleh (Holtz et al, 1956) sebagaimana oleh dikutip (Chen, 1975), yaitu
dengan cara memasukkan tanah lempung kering yang telah diketahui
volumenya kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur yang diisi air tanpa
pembebanan. Pengamatan dilakukan setelah lempung mengendap.
Perbedaan tinggi air atau volume awal pengamatan dengan akhir
pengamatan menunjukkan perubahan volume material tanah. Persentase free
swelling test adalah perbandingan perubahan volume tanah dengan volume
tanah awal. Dalam penelitian didapatkan hasil sebagai berikut.

Gambar 4.35 Pengujian Free Swelling TTK 4 (kiri) aquades dan (kanan)
minyak tanah

Dari hasil pengamatan TTK 4 didapatkan PB =

= 50%

109
Gambar 4.36 Pengujian Free Swelling TTK 1 (kiri) aquades dan (kanan)
minyak tanah

Dari hasil pengamatan TTK 1 didapatkan PB =

= 50%

4.5 Hasil Pengujian Ketahanan Batuan


Tes daya tahanan batuan pertama kali diusulkan oleh (Franklin et
al, 1972), dimana tes yang dimaksudkan untuk menilai resistensi yang
ditimbulkan oleh sampel batuan untuk melemah dan atau disintegrasi
ketika dilakukan siklus dari pengeringan dan pembasahan dalam penelitian
slake durability test. Ini adalah pengukuran standar dari berat hilangnya
properti batuan ketika berulang kali diputar melalui antar muka udara dan
air. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standard uji pada ASTM D-
4644 “Test Method for Slake Durability of Shale and Similar Weak
Rocks”. Hasil sampel batuan yang dilakukan pengujian Tabel 4.14 kondisi
parafin, sedangkan Tabel 4.15 kondisi non-parafin.

110
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Slake Durability Parafin
Berat Berat
Berat
Tertahan 1st Tertahan 2nd % Tertahan % Tertahan
No.Titik Awal
Siklus Siklus 1st Siklus 2nd Siklus
(gram)
(gram) (gram)

1 568.43 437.355 172.97 76.964 30.438

2 527.865 452.86 322.675 85.812 61.154

3 565.925 547.335 538.695 96.723 95.187

4 537.065 417.985 169.35 77.861 31.574

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Slake Durability Non-Parafin


Berat Berat
Berat Awal Tertahan 1st Tertahan 2nd % Tertahan % Tertahan
No.Titik
(gram) Siklus Siklus 1st Siklus 2nd Siklus
(gram) (gram)

1 556.33 420.37 167.395 75.536 30.087

2 492.295 400.11 298.36 81.278 60.608

3 576.115 556.235 541.65 96.556 94.008

4 570.96 432.77 175.52 75.818 30.768

Dari hasil penelitian didapatkan klasifikasi batuan menurut


Gamble's Slake Durability Classification oleh (Goodman, 1980) adalah
sebagai berikut. Dari data diatas TTK 1 % Tertahan 1st Siklus 75.536% -
nd
76.954% dan % Tertahan 2 Siklus 30.087% - 30.438% menunjukkan “Low
Durability”. Pada TTK 4 pada % Tertahan 1st Siklus 75.818% - 77.861%
dan % Tertahan 2nd Siklus 30.768% - 31.574% menunjukkan “Low
Durability”.
Sedangkan pada TTK 2% Tertahan 1st Siklus 81.278% - 85.812%
dan % Tertahan 2nd Siklus 60.608% - 61.154% menunjukkan “Medium
Durability”. Pada TTK 3 menunjukkan “Medium High Durability”
dengan % Tertahan 1st Siklus 96.556% - 96.723% dan % Tertahan 2nd Siklus
94.008% - 95.187%.

111
4.6 Hubungan Index Properties terhadap Parameter Efektif Kuat Geser
Residual
Dari pengujian laboratorium yang telah dilakukan, didapatkan data
soil properties dan engineering properties dari masing-masing sampel.
Data engineering properties berupa parameter efektif kuat geser residual
yaitu sudut geser residual efektif (’r) dari pengujian direct shear.
Selanjutnya dibuat hubungan korelasi indeks properties terhadap
parameter efektif kuat geser residual clay shale yaitu sudut geser residual
efektif (’r) didalam penelitian ini.

4.6.1 Analisis Sudut Geser Residual Efektif Terhadap Liquid Limit (LL)
Nilai Liquid Limit (LL) dan kuat geser residual efektif (’r) untuk clay
shale dengan kepadatan 15x dan 25x tumbukan dapat dilihat pada Tabel
4.16. (Stark et al, 1994) menjelaskan adanya korelasi grafik hubungan
Liquid Limit (LL) terhadap sudut geser residual efektif (’r). Oleh karena itu
didalam penelitian ini dicari hubungan korelasi antara nilai Liquid Limit
(LL) dan kuat geser residual efektif (’r). Grafik hubungan korelasi dapat
dilihat seperti grafik dibawah ini.

Tabel 4.16 Nilai LL dan Kuat Geser Residual ’r


Titik LL
Klasifikasi Samp le ' r
Samp el (%)
dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi) sampai dengan tinggi) sampai dengan tinggi) sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik OH (lempung organik OH (lempung organik OH (lempung organik

1PL15x 8.98 52.45


TTK 1

1PL+5%15x 8.08 54.5

1PL+10%15x 5.43 56.03

4PL15x 9.78 53.35


TTK 4

4PL+5%15x 8.27 55.35

4PL+10%15x 7.44 56.85

1PL25x 6.81 53.45


TTK 1

1PL+5%25x 5.8 55.85

1PL+10%25x 4.77 57.25

4PL25x 8.07 53.85


TTK 4

4PL+5%25x 7.25 55.45

4PL+10%25x 6.43 57.15

112
12.00
4PL15x
10.00 4PL+5%15x
4PL+10%15x
8.00
1PL15x

ϕ' (°)
6.00 1PL+5%15x

4.00 y = -0.661x + 44.19 1PL+10%15x


2.00 R² = 0.5388

0.00
52 53 54 55 56 57 58
LL (%)

10.00
4PL25x
8.00
4PL+5%25x 4PL+10%25x
6.00 1PL25x
ϕ' (°)

1PL+5%25x
4.00
y = -0.5182x + 35.284 1PL+10%25x
2.00 R² = 0.5216

0.00
53 54 55 56 57 58
LL (%)

Gambar 4.37 Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap Liquid
Limit (LL)

Plot Hubungan Korelasi


(’r) - LL

Gambar 4.38 Plot Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap
Liquid Limit (LL) oleh (Stark et al, 1994)

113
Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai Liquid
Limit (LL), nilai kuat geser residual efektif (’r) hasil percobaan uji geser
langsung menurun. Rumus pendekatan untuk hubungan LL dengan kuat
geser residual efektif (’r) adalah  

dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.7222 - 0.7340. Nilai


koefisien korelasi termasuk pada kategori kuat. Jadi, nilai LL memberikan
pengaruh yang kuat terhadap nilai kuat geser residual efektif (’r) untuk
pengujian uji geser langsung terkonsolidasi terdrainase. Semakin besar nilai
LL, nilai kuat geser residual efektif (’r) semakin kecil.

4.6.2 Analisis Sudut Geser Residual Efektif Terhadap Persentase Kadar


Air
Hubungan % kadar air dan kuat geser residual efektif (’r)
memberikan pengaruh yang signifikan pada pengujian direct shear, pada
sampel TTK 1 dan TTK 4 dengan 15x dan 25x tumbukan dapat dilihat pada
Tabel 4.17. Grafik hubungan % kadar air terhadap kuat geser residual
efektif (’r) dapat dilihat seperti grafik dibawah ini.

Tabel 4.17 Nilai % Kadar Air dan Kuat Geser Residual ’r
Titik Kadar Air
Klasifikasi Samp le ' r
Samp el (%)
dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi) sampai dengan tinggi) sampai dengan tinggi) sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik OH (lempung organik OH (lempung organik OH (lempung organik

1PL15x 8.98 27.725


TTK 1

1PL+5%15x 8.08 32.445

1PL+10%15x 5.43 37.655

4PL15x 9.78 31.015


TTK 4

4PL+5%15x 8.27 33.125

4PL+10%15x 7.44 37.215

1PL25x 6.81 27.545


TTK 1

1PL+5%25x 5.8 31.846

1PL+10%25x 4.77 36.366

4PL25x 8.07 30.627


TTK 4

4PL+5%25x 7.25 32.596

4PL+10%25x 6.43 36.813

114
12.00
4PL15x
10.00 4PL+5%15x
8.00 4PL+10%15x
1PL15x

ϕ' (°)
6.00 1PL+5%15x

4.00 1PL+10%15x
y = -0.3231x + 18.722
2.00 R² = 0.6688

0.00
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kadar Air (%)

10.00

8.00 4PL25x 4PL+5%25x


1PL25x 4PL+10%25x
6.00
ϕ' (°)

1PL+5%25x
1PL+10%25x
4.00
y = -0.1768x + 12.292
2.00 R² = 0.2931

0.00
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kadar Air (%)

Gambar 4.39 Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap % Kadar
Air

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai persentase


kadar air, nilai kuat geser residual efektif (’r) hasil percobaan uji geser
langsung menurun. Rumus pendekatan untuk hubungan % kadar air dengan
kuat geser residual efektif (’r) adalah sebagai berikut 
 dengan nilai
koefisien korelasi (R) sebesar 0.5414 - 0.8178. Nilai koefisien korelasi
termasuk pada kategori kuat. Jadi, % kadar air memberikan pengaruh yang
kuat terhadap nilai kuat geser residual efektif (’r) untuk pengujian uji geser
langsung terkonsolidasi terdrainase. Semakin besar % kadar air, nilai kuat
geser residual efektif (’r) semakin kecil.

4.6.3 Analisis Sudut Geser Residual Efektif Terhadap Persentase Butir


Fraksi Lempung
Nilai % fraksi lempung dan kuat geser residual efektif (’r) untuk
sampel dengan 15x dan 25x tumbukan dapat dilihat pada Tabel 4.18. Fraksi
lempung dan jenis mineral clay juga memainkan peran penting. Pada

115
sebagian besar tanah alami mengandung berbagai jenis mineral lempung
dalam proporsi yang berbeda, agak sulit untuk mengisolasi efek individu,
oleh karena itu (Skempton, 1985) memberikan gambaran mengenai grafik
hubungan % fraksi lempung terhadap kuat geser efektif (’r). Grafik
hubungan % fraksi lempung terhadap kuat geser residual efektif (’r) dapat
dilihat seperti grafik dibawah ini.

Tabel 4.18 % Fraksi Lempung dan Kuat Geser Residual ’r


Titik Fraksi Lempung
Klasifikasi Sample ' r
Sampel (%)
dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

1PL15x 8.98 72.125


TTK 1

1PL+5%15x 8.08 74.235

1PL+10%15x 5.43 76.482


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL15x 9.78 63.128


TTK 4

4PL+5%15x 8.27 65.575

4PL+10%15x 7.44 67.71


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

1PL25x 6.81 72.815


TTK 1

1PL+5%25x 5.8 74.215

1PL+10%25x 4.77 76.15


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL25x 8.07 62.875


TTK 4

4PL+5%25x 7.25 64.245

4PL+10%25x 6.43 66.45

116
12.00
4PL15x
10.00 1PL15x
1PL+5%15x
8.00

ϕ' (°)
6.00 4PL+5%15x
4PL+10%15x
4.00 y = -0.1934x + 21.511 1PL+10%15x
R² = 0.4586
2.00
0.00
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Fraksi Lempung (%)

10.00 4PL25x
8.00 1PL25x
4PL+5%25x 1PL+5%25x
6.00
ϕ' (°)

4PL+10%25x
4.00 1PL+10%25x
y = -0.1763x + 18.769
2.00 R² = 0.7444

0.00
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Fraksi Lempung (%)

Gambar 4.40 Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap % Fraksi
Lempung

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar persentase


fraksi lempung, nilai kuat geser residual efektif (’r) hasil percobaan uji
geser langsung semakin kecil. Rumus pendekatan untuk hubungan
persentase fraksi lempung dengan kuat geser residual efektif (’r) adalah
 
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.6772 - 0.8628. Nilai
koefisien korelasi termasuk pada kategori kuat. Jadi, nilai % fraksi lempung
memberikan pengaruh yang kuat terhadap nilai kuat geser residual efektif
(’r) untuk pengujian uji geser langsung terkonsolidasi terdrainase. Semakin
besar nilai % fraksi lempung, nilai kuat geser residual efektif (’r) semakin
kecil.

4.6.4 Analisis Nilai Kohesi Efektif (c’) Terhadap Persentase Butir Fraksi
Lempung
Menurut (Wesley, 2012) nilai kohesi (c’) umumnya makin keras
tanahnya, akan semakin tinggi nilai c’-nya. Oleh karena itu didalam
penelitian ini dicari hubungan antara nilai % fraksi lempung dan nilai kohesi

117
efektif (c’) untuk sampel TTK1 dan TTK 4 dapat dilihat pada Tabel 4.19.
Grafik hubungan % fraksi lempung terhadap nilai kohesi efektif (c’) dapat
dilihat seperti grafik dibawah ini.

Tabel 4.19 Nilai % Fraksi Lempung dan Kohesi (c’)


Titik с' Fraksi Lempung
Klasifikasi Sample
Sampel (kN/m²) (%)
dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

1PL15x 9.85 72.125


TTK 1
1PL+5%15x 8.88 74.235

1PL+10%15x 10.11 76.482


sampai dengan tinggi) sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL15x 17.12 63.128


TTK 4

4PL+5%15x 16.98 65.575

4PL+10%15x 17.95 67.71


OH (lempung organik

1PL25x 5.97 72.815


TTK 1

1PL+5%25x 7.69 74.215

1PL+10%25x 9.37 76.15


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL25x 15.52 62.875


TTK 4

4PL+5%25x 13.51 64.245

4PL+10%25x 12.59 66.45

118
20.00 4PL+5%15x
4PL+10%15x
15.00 4PL15x

c' (kN/m²)
1PL+10%15x
10.00 1PL15x
y = -0.7314x + 64.586 1PL+5%15x
5.00 R² = 0.8004

0.00
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Fraksi Lempung (%)

20.00
4PL25x
15.00 4PL+10%25x
c' (kN/m²)

4PL+5%25x 1PL+10%25x
10.00

5.00 1PL25x 1PL+5%25x


y = -0.5761x + 50.789
R² = 0.7738
0.00
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Fraksi Lempung (%)

Gambar 4.41 Grafik Hubungan Kohesi (c’) terhadap % Fraksi Lempung

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar % fraksi


lempung, nilai kohesi efektif (c’) hasil percobaan semakin menurun. Rumus
pendekatan untuk hubungan % fraksi lempung nilai kohesi efektif (c’)
adalah sebagai berikut
nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0.8797 - 0.8947. Nilai koefisien korelasi termasuk pada kategori sangat kuat.
Jadi, % fraksi lempung memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap
nilai kohesi efektif (c’) untuk pengujian uji geser langsung terkonsolidasi
terdrainase. Semakin besar % fraksi lempung, nilai kohesi efektif (c’)
semakin menurun.

4.6.5 Analisis Sudut Geser Residual Efektif Terhadap Plasticity Index (PI)
Nilai Plasticity Index (PI) dan kuat geser residual efektif (’r) untuk
clay shale dengan kepadatan 15x dan 25x tumbukan dapat dilihat pada
Tabel 4.20. (Voight, 1973) mengidentifikasi bahwa adanya hubungan
korelasi antara kuat geser residual efektif (’r) terhadap Plasticity Index

119
(PI). Oleh karena itu didalam penelitian ini dicari hubungan antara kuat
geser residual efektif (’r) terhadap Plasticity Index (PI). Grafik Plasticity
Index (PI) terhadap kuat geser residual efektif (’r) dapat dilihat seperti
grafik dibawah ini.

Tabel 4.20 Nilai PI dan Kuat Geser Residual ’r


Titik PI
Klasifikasi Sample ' r
Sampel (%)
dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

1PL15x 8.98 27.9


TTK 1

1PL+5%15x 8.08 28.59

1PL+10%15x 5.43 28.86


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL15x 9.78 27.85


TTK 4

4PL+5%15x 8.27 27.75

4PL+10%15x 7.44 27.9


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

1PL25x 6.81 27.45


TTK 1

1PL+5%25x 5.8 28.15

1PL+10%25x 4.77 28.79


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL25x 8.07 27.45


TTK 4

4PL+5%25x 7.25 27.5

4PL+10%25x 6.43 27.85

120
12.00
4PL15x
10.00 1PL15x
8.00 1PL+5%15x
4PL+5%15x
ϕ' (°) 6.00 4PL+10%15x
4.00 1PL+10%15x
y = -2.368x + 74.635
2.00 R² = 0.5382
0.00
27 28 29
PI (%)

10.00
4PL25x
8.00 4PL+5%25x

6.00 1PL25x
ϕ' (°)

4PL+10%25x 1PL+5%25x 1PL+10%25x


4.00
2.00 y = -2.0234x + 62.901
R² = 0.8707
0.00
27 28 29
PI (%)

Gambar 4.42 Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap


Plasticity Index (PI)

Dari grafik di atas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai Plasticity


Index (PI), nilai kuat geser efektif (’r) hasil percobaan uji geser langsung
menurun. Rumus pendekatan untuk hubungan PI dengan kuat geser efektif
(’r) adalah   nilai
koefisien korelasi (R) sebesar 0.7336 - 0.9331. Nilai koefisien korelasi
termasuk pada kategori sangat kuat. Jadi, nilai PI memberikan pengaruh
yang sangat kuat terhadap nilai kuat geser residual efektif (’r) untuk
pengujian uji geser langsung terkonsolidasi terdrainase. Semakin besar nilai
PI, nilai kuat geser residual efektif (’r) semakin kecil.

4.6.6 Analisis Sudut Geser Residual Efektif Terhadap Activity (A)


(Skempton, 1953) menyatakan bahwa Indeks Plastisitas (PI) dan sifat
perubahan volume tanah berhubungan erat dengan jumlah partikel yang
berukuran lebih kecil dari 0.001 mm, yaitu partikel yang sifatnya
bergantung pada gaya permukaan dan bukan gaya gravitasi. Oleh karena itu
(Skempton, 1953) mengemukakan rumus dari parameter Aktifitas (A). Data

121
Tabel 4.21 dan grafik hubungan korelasi Activity (A) terhadap kuat geser
residual efektif (’r) menurut (Yatabe et al, 1991) dapat dilihat seperti grafik
dibawah ini.

Tabel 4.21 Nilai Activity (A) dan ’r


Titik Activity
Klasifikasi Sample ' r
Sampel (A)

sedang sampai dengan


OH (lempung organik
1PL15x 8.98 0.433
dengan plastisitas

tinggi)

TTK 1
1PL+5%15x 8.08 0.445

1PL+10%15x 5.43 0.450


dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL15x 9.78 0.435


TTK 4

4PL+5%15x 8.27 0.438

4PL+10%15x 7.44 0.428


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

1PL15x 6.81 0.537


TTK 1

1PL+5%15x 5.8 0.512

1PL+10%15x 4.77 0.510


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL15x 8.07 0.430


TTK 4

4PL+5%15x 7.25 0.445

4PL+10%15x 6.43 0.450

122
12.00
4PL15x
10.00 4PL+5%15x
1PL15x
8.00 1PL+5%15x

ϕ' (°)
6.00 4PL+10%15x
1PL+10%15x
4.00
y = -105.72x + 54.324
2.00 R² = 0.3303
0.00
0
A (Activity)

10.00
4PL25x
8.00 4PL+5%25x
1PL+5%25x 1PL25x
6.00 4PL+10%25x
ϕ' (°)

1PL+10%25x
4.00
y = -16.373x + 14.391
2.00 R² = 0.3951
0.00
0
A (Activity)

Gambar 4.43 Grafik Hubungan Kuat Geser Residual (’r) terhadap Activity (A)

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai Activity


(A), nilai sudut geser residual efektif (’r) hasil percobaan uji geser
langsung menurun. Rumus pendekatan untuk hubungan PI dengan sudut
geser efektif (’r) adalah  

nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.5747 - 0.6286. Nilai koefisien


korelasi termasuk pada kategori cukup kuat. Jadi, nilai Activity (A)
memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap nilai kuat geser residual
efektif (’r) untuk pengujian uji geser langsung terkonsolidasi terdrainase.
Semakin besar nilai Activity (A), nilai sudut geser residual efektif (’r)
semakin kecil.

4.6.7 Analisis Plasticity Index (PI) Terhadap % Fraksi Lempung


Nilai Plasticity Index (PI) dan % fraksi lempung untuk sampel clay
shale dapat dilihat Tabel 4.22. Pada penelitian sebelumnya oleh (Kong et al,
1998) menunjukkan bahwa adanya hubungan korelasi antara Plasticity
Index (PI) dan % fraksi lempung. Oleh karena itu, didalam penelitian clay
shale ini dicari hubungan korelasi antara nilai Plasticity Index (PI) dan %

123
fraksi lempung. Grafik Plasticity Index (PI) terhadap % fraksi lempung
dapat dilihat seperti grafik dibawah ini.

Tabel 4.22 Nilai PI dan % Fraksi Lempung


Titik PI Fraksi Lempung
Klasifikasi Sample
Sampel (%) (%)

dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang dengan plastisitas sedang
sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik
1PL15x 27.9 72.125

TTK 1
1PL+5%15x 28.59 74.235

1PL+10%15x 28.86 76.482


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL15x 27.85 63.128


TTK 4

4PL+5%15x 27.75 65.575

4PL+10%15x 27.9 67.71


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

1PL25x 27.45 72.815


TTK 1

1PL+5%25x 28.15 74.215

1PL+10%25x 28.79 76.15


sampai dengan tinggi)
OH (lempung organik

4PL25x 27.45 62.875


TTK 4

4PL+5%25x 27.5 64.245

4PL+10%25x 27.85 66.45

124
29.00
28.80 1PL+10%15x
1PL+5%15x
28.60
28.40 y = 0.0756x + 22.859
R² = 0.7299

PI
28.20
28.00 4PL15x
4PL+10%15x 1PL15x
27.80
27.60 4PL+5%15x
27.40
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Fraksi Lempung (%)

29.00 1PL+10%25x
28.80
28.60 y = 0.0682x + 23.124
28.40 R² = 0.5243
28.20
PI

28.00 4PL+10%25x 1PL+5%25x


27.80 4PL25x
27.60
27.40 4PL+5%25x 1PL25x
27.20
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Fraksi Lempung (%)

Gambar 4.44 Grafik Hubungan PI terhadap % Fraksi Lempung

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar % fraksi


lempung, nilai PI hasil percobaan semakin besar pula. Rumus pendekatan
untuk hubungan PI dengan % fraksi lempung adalah

dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.7241 - 0.8543. Nilai koefisien
korelasi termasuk pada kategori kuat. Jadi, % fraksi lempung memberikan
pengaruh yang kuat terhadap nilai PI untuk pengujian pemadatan pada
sampel benda uji. Semakin besar % fraksi lempung, nilai PI semakin besar
pula.

4.6.8 Analisis Dry Density (ρd) Terhadap Pengujian Atterberg


Dari hasil pengujian terdapat korelasi hubungan antara dry density
(ρd) dan pengujian atterberg. Dari study sebelumnya oleh (Alcott et al,
1970) menunjukkan korelasi diantara hubungan dry density (ρd) dan
pengujian atterberg. Data pada Tabel 4.23 menunjukkan nilai dry density
(ρd) dan pengujian atterberg. Sedangkan grafik dry density (ρd) terhadap
pengujian atterberg dapat dilihat seperti grafik dibawah ini.

125
Tabel 4.23 Nilai Dry Density (ρd) dan Pengujian Atterberg
Titik Dry Density LL PL PI
Klasifikasi Sample
Sampel (ρd) (%) (%) (%)

OH (lempung organik

sedang sampai dengan


1PL15x 1.765 52.45 24.55 27.90

dengan plastisitas

tinggi)

TTK 1
1PL+5%15x 1.715 54.5 25.91 28.59

1PL+10%15x 1.725 56.03 27.17 28.86


OH (lempung organik

sedang sampai dengan

4PL15x 1.785 53.35 25.50 27.85


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 4
4PL+5%15x 1.750 55.35 27.60 27.75

4PL+10%15x 1.700 56.85 28.95 27.90


OH (lempung organik

sedang sampai dengan

1PL25x 1.772 53.45 26.00 27.45


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 1

1PL+5%25x 1.720 55.85 27.70 28.15

1PL+10%25x 1.736 57.25 28.47 28.79


OH (lempung organik

sedang sampai dengan

4PL25x 1.795 53.85 26.40 27.45


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 4

4PL+5%25x 1.769 55.45 27.95 27.50

4PL+10%25x 1.711 57.15 29.30 27.85

1.800 4PL15x
y = -0.0154x + 2.5838
Dry Density (gr/cm3)

1.780 R² = 0.6267
1.760
1PL15x 4PL+5%15x
1.740
1PL+10%15x
1.720
1PL+5%15x
1.700 4PL+10%15x
1.680
52 53 54 55 56 57 58
LL (%)

1.800 4PL25x
y = -0.0171x + 2.6993
Dry Density (gr/cm3)

1.780 R² = 0.6899
4PL+5%25x
1.760 1PL25x

1.740 1PL+10%25x

1.720
1PL+5%25x 4PL+10%25x
1.700
53 54 55 56 57 58
LL (%)

Gambar 4.45 Grafik Hubungan Dry Density (ρd) terhadap LL

126
1.800 4PL15x

Dry Density (gr/cm3)


1.780 y = -0.0138x + 2.1079
R² = 0.4681
1.760
1PL15x 4PL+5%15x
1.740
1PL+5%15x
1.720
1PL+10%15x
1.700 4PL+10%15x
1.680
24 25 26 27 28 29 30
PL (%)

1.800 y = -0.0211x + 2.3339


4PL25x
Dry Density (gr/cm3)

R² = 0.6364
1.780
1PL25x 4PL+5%25x
1.760
1.740 1PL+10%25x
1.720 4PL+10%25x
1PL+5%25x
1.700
25 26 27 28 29 30
PL (%)

Gambar 4.46 Grafik Hubungan Dry Density (ρd) terhadap PL

1.800
4PL15x y = -0.0331x + 2.6716
Dry Density (gr/cm3)

1.780 R² = 0.2251
1.760 1PL15x

1.740 1PL+10%15x
4PL+5%15x
1.720
1.700 4PL+10%15x 1PL+5%15x

1.680
27 28 29 30
PI (%)

1.800 4PL25x
Dry Density (gr/cm3)

1.780 1PL25x y = -0.0395x + 2.8511


4PL+5%25x R² = 0.4033
1.760

1.740
1PL+10%25x
1.720 4PL+10%25x
1PL+5%25x
1.700
27 28 29 30
PI (%)

Gambar 4.47 Grafik Hubungan Dry Density (ρd) terhadap PI

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh


pengujian atterberg dengan nilai LL, PL dan PI, nilai dry density (ρd) hasil

127
percobaan semakin kecil. Rumus pendekatan untuk hubungan pengujian
atterberg dengan dry density (ρd) adalah
,
, dan dengan
nilai koefisien korelasi (R) berturut-turut sebesar 0.7916 - 0.831, 0.6842 -
0.7977 dan 0.4744 - 0.6351. Nilai koefisien korelasi termasuk pada kategori
kuat. Jadi, pengujian atterberg memberikan pengaruh yang kuat terhadap
dry density (ρd) untuk pengujian pemadatan sampel benda uji. Semakin
besar pengaruh pengujian atterberg, dry density (ρd) semakin kecil.

4.6.9 Analisis Dry Density (ρd) Terhadap Persentase Kadar Air


Nilai % kadar air dan dry density (ρd) menunjukkan korelasi
hubungan menurut (Alcott, 1970). Oleh karena itu pada penelitian clay shale
ini dicari hubungan nilai % kadar air dan dry density (ρd) untuk sampel
TTK 1 dan TTK 4 dengan 15x dan 25x tumbukan, data-data dapat dilihat
pada Tabel 4.24. Grafik hubungan % kadar air terhadap dry density (ρd)
dapat dilihat seperti grafik dibawah ini.

Tabel 4.24 Nilai Dry Density (ρd) dan % Kadar Air


Titik Dry Density Kadar Air
Klasifikasi Samp le
Samp el (ρd) (%)
OH (lempung organik OH (lempung organik OH (lempung organik OH (lempung organik

sedang sampai dengan sedang sampai dengan sedang sampai dengan sedang sampai dengan

1PL15x 1.765 27.725


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 1

1PL+5%15x 1.715 32.445

1PL+10%15x 1.725 37.655

4PL15x 1.785 31.015


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 4

4PL+5%15x 1.750 33.125

4PL+10%15x 1.700 37.215

1PL25x 1.772 27.545


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 1

1PL+5%25x 1.720 31.846

1PL+10%25x 1.736 36.366

4PL25x 1.795 30.627


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 4

4PL+5%25x 1.769 32.596

4PL+10%25x 1.711 36.813

128
1.800 4PL15x
y = -0.0062x + 1.947

Dry Density (gr/cm3)


1.780 R² = 0.533
1.760
1PL15x 4PL+5%15x
1.740
1PL+10%15x
1.720
1.700 1PL+5%15x 4PL+10%15x
1.680
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Kadar Air (%)

1.800 4PL25x
Dry Density (gr/cm3)

y = -0.0064x + 1.9583
1.780 R² = 0.4628
4PL+5%25x
1.760 1PL25x
1.740 1PL+10%25x

1.720
1PL+5%25x 4PL+10%25x
1.700
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Kadar Air (%)

Gambar 4.48 Grafik Hubungan Dry Density (ρd) terhadap % Kadar Air

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai


persentase kadar air, nilai dry density (ρd) hasil percobaan sampel menurun.
Rumus pendekatan untuk hubungan korelasi % kadar air dengan nilai dry
density (ρd) adalah
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.6803 -
0.7301. Nilai koefisien korelasi termasuk pada kategori kuat. Jadi, % kadar
air memberikan pengaruh yang kuat terhadap nilai dry density (ρd) untuk
pengujian pemadatan pada sampel benda uji. Semakin besar % kadar air,
nilai dry density (ρd) semakin kecil.

4.6.10 Analisis Persentase Kadar Air Terhadap Pengujian Atterberg


Nilai % kadar air dan pengujian atterberg menunjukkan korelasi
hubungan menurut (Alcott, 1970) didalam studynya. Oleh karena itu dalam
pengujian clay shale ini dicari hubungan antara nilai % kadar air dan
pengujian atterberg. Data-data dapat dilihat pada Tabel 4.25. Grafik
hubungan % kadar air terhadap pengujian atterberg dapat dilihat seperti
grafik dibawah ini.

129
Tabel 4.25 Nilai % Kadar Air terhadap Pengujian Atterberg
Titik Kadar Air LL PL
Klasifikasi Sample
Sampel (%) (%) (%)

OH (lempung organik OH (lempung organik

sedang sampai dengan sedang sampai dengan


1PL15x 27.725 52.45 24.55

dengan plastisitas

tinggi)

TTK 1
1PL+5%15x 32.445 54.5 25.91

1PL+10%15x 37.655 56.03 27.17

4PL15x 31.015 53.35 25.50


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 4
4PL+5%15x 33.125 55.35 27.60

4PL+10%15x 37.215 56.85 28.95


OH (lempung organik

sedang sampai dengan

1PL25x 27.545 53.45 26.00


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 1

1PL+5%25x 31.846 55.85 27.70

1PL+10%25x 36.366 57.25 28.47


OH (lempung organik

sedang sampai dengan

4PL25x 30.627 53.85 26.40


dengan plastisitas

tinggi)

TTK 4

4PL+5%25x 32.596 55.45 27.95

4PL+10%25x 36.813 57.15 29.30

40.000 1PL+10%15x
4PL15x 4PL+10%15x
35.000
Kadar Air (%)

30.000 4PL+5%15x
1PL+5%15x
25.000
20.000 1PL15x
15.000
10.000 y = 2.1813x - 86.241
5.000 R² = 0.9157
0.000
52 53 54 55 56 57 58
LL (%)

40.000 4PL+10%25x
35.000 4PL+5%25x
4PL25x 1PL+10%25x
30.000
Kadar Air (%)

1PL+5%25x
25.000
1PL25x
20.000
15.000
y = 2.0956x - 83.673
10.000
R² = 0.9099
5.000
0.000
53 54 55 56 57 58
LL (%)

Gambar 4.49 Grafik Hubungan % Kadar Air dan LL

130
40.000 1PL+10%15x
35.000 4PL15x
4PL+10%15x
30.000 4PL+5%15x

Kadar Air (%)


1PL+5%15x
25.000
1PL15x
20.000
15.000
y = 2.0459x - 21.253
10.000
R² = 0.7479
5.000
0.000
24 25 26 27 28 29 30
PL (%)
40.000 1PL+10%25x
35.000 4PL25x
4PL+10%25x
30.000 4PL+5%25x
Kadar Air (%)

1PL+5%25x
25.000
1PL25x
20.000
15.000
y = 2.6783x - 41.385
10.000
R² = 0.899
5.000
0.000
25 26 27 28 29 30
PL (%)

Gambar 4.50 Grafik Hubungan % Kadar Air dan PL

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh


pengujian atterberg dengan nilai LL dan PL, nilai % kadar air hasil
percobaan semakin besar juga. Rumus pendekatan untuk hubungan korelasi
pengujian atterberg dengan nilai % kadar air adalah
dan
, dengan nilai koefisien
korelasi (R) sebesar 0.9539 - 0.9569 dan 0.8648 - 0.9482. Nilai koefisien
korelasi termasuk pada kategori sangat kuat. Jadi, pengujian atterberg
memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap nilai % kadar air untuk
pengujian pemadatan sampel benda uji. Semakin besar pengaruh pengujian
atterberg, nilai % kadar air semakin besar.

4.7 Hubungan Slake Durability Index terhadap Parameter Efektif Kuat


Geser Residual
Dari pengujian laboratorium yang telah dilakukan sebelumnya,
didapatkan data soil properties, engineering properties dan durability
properties dari masing-masing sampel. Data engineering properties berupa
parameter efektif kuat geser residual yaitu sudut geser residual efektif (’r)

131
dari pengujian direct shear test dan data durability properties berupa
parameter ketahanan batuan yang dinyatakan dalam Slake Durability Index
(SDI) dari pengujian slake durability test. Selanjutnya dibuat hubungan
korelasi dari data indeks properties terhadap parameter efektif kuat geser
residual yaitu sudut geser residual efektif (’r) dan terhadap parameter
ketahanan batuan dalam Slake Durability Index (SDI).

4.7.1 Analisis Natural Water Content Terhadap Slake Durability Index 2nd
Siklus
Sebagai kelanjutan dari studi sebelumnya (Hopkins, 1988) dilakukan
berbagai tes pada beberapa sampel shale atau serpih yang berbeda dalam
upaya untuk menyajikan persamaan prediksi parameter rekayasa dari
berbagai tes indeks. Misalnya, dalam penelitian menemukan bahwa
kandungan air alami atau natural water content dari unweathered shale
adalah prediktor yang baik dari sifat rekayasa penting dalam geologi teknik.
Dalam penelitian ini dicari korelasi antara hubungan natural water content
dengan Slake Durability Index 2nd siklus dalam pengujian slake durability
dapat dilihat pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26 Nilai % Wnatural dan SDI 2nd Siklus


SDI SDI
Keterangan Keterangan
Sampel Wnatural Sampel Wnatural
Sampel 2 Siklus Sampel
nd
2nd Siklus

1 18.381 30.438 1 13.248 30.087


NON-PARAFIN

2 13.302 61.154 2 9.24 60.608


PARAFIN

3 12.25 95.187 3 8.205 94.008

4 16.386 31.574 4 11.634 30.768

132
100
NP3 P3
80

SDI 2nd Siklus


60 P2
y = -5.2814x + 121.99 NP2
40 R² = 0.4008 NP4
P1
20 NP3 P4

0
0 5 10 15 20
Wnatural (%)

Gambar 4.51 Grafik Hubungan Wnatural terhadap SDI 2nd Siklus

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa terjadi hubungan terbalik


antara daya tahan batuan terhadap kadar air alami. Semakin besar nilai
tahanan batuan, semakin menurun kadar air alaminya. Dapat disimpulkan
bahwa natural water content merupakan prediktor yang baik terhadap daya
tahan. (Ghafoori, 1995) menyimpulkan bahwa semakin meningkatkan kadar
air alami dan dengan demikian dapat mengurangi kekuatan dan
durabilitasnya batuan tersebut. Rumus pendekatan untuk hubungan nilai
Wnatural terhadap Slake Durability Index 2nd siklus adalah
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0.6331. Nilai koefisien korelasi termasuk pada kategori kuat. Jadi, nilai
Wnatural memberikan pengaruh yang kuat terhadap nilai durabilitas batuan
untuk pengujian slake durability dengan standart “Test Method for Slake
Durability of Shale and Similar Weak Rocks”. Semakin besar nilai Wnatural,
nilai durabilitasnya semakin kecil.

4.7.2 Analisis Natural Water Content Terhadap Slake Durability Index 1st
Siklus
Nilai Slake Durability Index 1st cycle dan natural water content untuk
sampel kondisi parafin dan non-parafin didapatkan korelasi hubungan
sebagai kelanjutan dari study (Vishal et al, 2015). Hubungan nilai Slake
Durability Index 1st cycle dan natural water content dapat dilihat pada Tabel
4.27. Grafik hubungan nilai Slake Durability Index 1st cycle terhadap
natural water content dapat dilihat seperti grafik dibawah ini.

133
Tabel 4.27 Nilai % Wnatural dan SDI 1st Siklus
SDI SDI
Keterangan Keterangan
Sampel Wnatural st
Sampel Wnatural st
Sampel 1 Siklus Sampel 1 Siklus

1 18.381 76.964 1 13.248 75.536

NON-PARAFIN
2 13.302 85.812 2 9.24 81.278
PARAFIN

3 12.25 96.723 3 8.205 96.556

4 16.386 77.861 4 11.634 75.818

120
P3
NP3
100 P2
P4
P1
SDI 1st Siklus

80 NP2
y = -1.3698x + 100.89 NP1
60 NP4
R² = 0.2715
40

20

0
0 5 10 15 20

Wnatural (%)

Gambar 4.52 Grafik Hubungan Wnatural terhadap SDI 1st Siklus

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar persentase


natural water content, nilai Slake Durability Index 1st cycle hasil percobaan
slake durability semakin kecil. Rumus pendekatan untuk hubungan
persentase natural water content dengan nilai Slake Durability Index 1st
cycle adalah berikut dengan
memberikan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.5211. Nilai koefisien
korelasi termasuk pada kategori cukup kuat. Jadi, nilai Wnatural memberikan
pengaruh yang cukup kuat terhadap nilai Slake Durability Index 1st cycle
untuk pengujian slake durability dengan standart “Test Method for Slake
Durability of Shale and Similar Weak Rocks”. Semakin besar nilai Wnatural,
nilai Slake Durability Index 1st cycle semakin kecil.

134
4.7.3 Analisis Sudut Geser Residual Efektif Terhadap Slake Durability
Index 1st dan 2nd Cycle
Nilai Slake Durability Index (SDI) terhadap sudut geser residual
efektif (’r) sebelumnya telah dibahas oleh (Koncagul et al, 1999) dimana
menunjukkan peningkatan yang linear hubungan korelasi antara kekuatan
dengan durability. Dalam penelitian ini dicoba untuk mengetahui hubungan
sudut geser residual efektif (’r) dengan nilai Slake Durability Index (SDI),
data-data dapat dilihat pada Tabel 4.28. Grafik hubungan Slake Durability
Index (SDI) terhadap sudut geser residual efektif (’r) dapat dilihat seperti
grafik dibawah ini.

Tabel 4.28 Nilai Slake Durability Index dan ’r


' r ' SDI SDI
Titik
Klasifikasi Sample 2nd
Sampel st
(°) 1 Cycle
Cycle
OH (lempung organik dengan plastisitas

1PL15x 8.98 76.25 30.26


sedang sampai dengan tinggi)

TTK 1

1PL+5%15x 8.08 76.25 30.26

1PL+10%15x 5.43 76.25 30.26


OH (lempung organik dengan plastisitas

4PL15x 9.78 76.84 31.17


sedang sampai dengan tinggi)

TTK 4

4PL+5%15x 8.27 76.84 31.17

4PL+10%15x 7.44 76.84 31.17


OH (lempung organik dengan plastisitas sedang

1PL25x 6.81 76.25 30.26


sampai dengan tinggi)

TTK 1

1PL+5%25x 5.80 76.25 30.26

1PL+10%25x 4.77 76.25 30.26


OH (lempung organik dengan plastisitas

4PL25x 8.07 76.84 31.17


sedang sampai dengan tinggi)

TTK 4

4PL+5%25x 7.25 76.84 31.17

4PL+10%25x 6.43 76.84 31.17

135
12.00
4PL15x
10.00 1PL15x
8.00 4PL+5%15x
1PL+5%15x

ϕ' (°)
6.00 4PL+10%15x
4.00 1PL+10%15x
y = 1.6964x - 121.85
2.00 R² = 0.1348

0.00
76 76 76 77 77 77 77 77 77
Slake Durability 1st Cycle (%)

9.00 4PL25x
8.00 1PL25x
7.00 4PL+5%25x
6.00
1PL+5%25x 4PL+10%25x
ϕ' (°)

5.00
4.00 1PL+10%25x
3.00
2.00 y = 2.471x - 182.62
1.00 R² = 0.4816
0.00
76 76 76 77 77 77 77 77 77
Slake Durability 1st Cycle (%)

Gambar 4.53 Grafik Hubungan ’r terhadap SDI 1st Cycle


12.00 4PL15x
10.00 1PL15x
8.00 4PL+5%15x
1PL+5%15x
ϕ' (°)

6.00 4PL+10%15x
4.00 1PL+10%15x y = 1.101x - 25.822
R² = 0.1348
2.00
0.00
30 30 31 31 31 31 31
Slake Durability 2nd Cycle (%)

10.00
4PL25x
8.00 1PL25x
4PL+5%25x
6.00
ϕ' (°)

1PL+5%25x 4PL+10%25x
4.00
1PL+10%25x y = 1.6038x - 42.741
2.00 R² = 0.4816

0.00
30 30 31 31 31 31 31
Slake Durability 2nd Cycle (%)

Gambar 4.54 Grafik Hubungan ’r terhadap SDI 2nd Cycle

136
Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai Slake
Durability Index (SDI), nilai sudut geser residual efektif (’r) hasil
percobaan kuat geser langsung besar pula. Rumus pendekatan untuk
hubungan nilai Slake Durability Index (SDI) dengan sudut geser efektif (’r)
adalah sebagai berikut  

dan  

dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.3672 -


0.6940. Nilai koefisien korelasi termasuk pada kategori cukup kuat. Jadi,
nilai Slake Durability Index (SDI) memberikan pengaruh yang cukup kuat
terhadap nilai kuat geser residual efektif (’r) untuk pengujian uji geser
langsung terkonsolidasi terdrainase. Semakin besar Slake Durability Index
(SDI), nilai sudut geser residual efektif (’r) semakin besar.

4.7.4 Analisis Slake Durability Index Terhadap Number of Cycle


Dari hasil study didalam artikel “Weathering Influence on Properties
of Siltstones from Istria, Croatia” didapatkan korelasi hubungan nilai Slake
Durability Index (SDI) terhadap number of cycle pada pengujian slake
durability. Dimana pengaruh waktu selama pengujian ketahanan batuan
memainkan peran penting terhadap proses disintegrasi melalui standard
putaran dalam kondisi basah - kering dengan 2 (siklus) selama pengujian.
Hubungan korelasi dapat dilihat pada data-data Tabel 4.29. Grafik nilai
Slake Durability Index (SDI) terhadap number of cycle dapat dilihat seperti
grafik dibawah ini.

137
Tabel 4.29 Nilai Slake Durability Index dan Number of Cycle
Slake Durability Number
Keterangan Index
Sample of
Sampel
(%) Cycle
P1 76.964 1

PARAFIN
P2 85.812 1
P3 96.723 1
P4 77.861 1
P1 30.438 2

PARAFIN
P2 61.154 2
P3 95.187 2
P4 31.574 2
NON PARAFIN NON PARAFIN

NP1 75.536 1
NP2 81.278 1
NP3 96.556 1
NP4 75.818 1
NP1 30.087 2
NP2 60.608 2
NP3 94.008 2
NP4 30.768 2

120.00

100.00
Slake Durability Index

NP-P3 NP-P3
NP-P2
80.00 NP-P4
NP-P1 NP-P2
60.00

40.00 NP-P4
y = -29.091x + 112.41
20.00 R² = 0.3564 NP-P1
0.00
0 1 2 3
Number of Cycle

Gambar 4.55 Grafik SDI terhadap Number of Cycle

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai


number of cycle, nilai Slake Durability Index (SDI) hasil percobaan slake
durability test menurun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Slake Durability
Index (SDI) sangat tergantung terhadap beberapa siklus pada pengujian
slake durability test. Rumus pendekatan untuk hubungan nilai Slake
Durability Index (SDI) dengan number of cycle adalah
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0.5970. Nilai koefisien korelasi termasuk pada kategori cukup kuat. Jadi,
number of cycle memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap nilai

138
Slake Durability Index (SDI) pada pengujian slake durability. Semakin
besar number of cycle, nilai Slake Durability Index (SDI) semakin menurun.

4.7.5 Analisis Liquid Limit (LL) Terhadap Slake Durability Index


Menurut (Gamble, 1971) menemukan sebuah metode yang berguna
dimana kekuatan batuan lemah dapat diklasifikasi untuk tujuan rekayasa.
(Morgenstern et al, 1974) juga telah menetapkan skema klasifikasi yang
bisa menilai jumlah slaking sesuai dengan kisaran batas cair mereka. Dalam
penelitiannya, batas cair digunakan untuk menyelidiki daya tahan sampel
berdasarkan tingkat pelapukan dan jumlah siklus selama pengujian. Oleh
karena itu pada Tabel 4.30 dicari hubungan korelasi nilai Slake Durability
Index (SDI) dan batas cair pada pengujian atterberg. Grafik hubungan nilai
Slake Durability Index (SDI) dan batas cair pada pengujian atterberg dapat
dilihat seperti grafik dibawah ini.

Tabel 4.30 Nilai Slake Durability Index dan Liquid Limit (LL)
T it ik LL SDI
Sampel
Sampel (%) (%)

1P L15x 52.45

76.964
TTK 1

1P L+5%15x 54.5
85.812

96.723
1P L+10%15x 56.03

77.861

4P L15x 53.35
75.536
TTK 4

81.278
4P L+5%15x 55.35

96.556

4P L+10%15x 56.85
75.818

30.438
1P L25x 53.45

61.154
TTK 1

1P L+5%25x 55.85
95.187

31.574
1P L+10%25x 57.25

30.087

4P L25x 53.85
60.608
TTK 4

94.008
4P L+5%25x 55.45

30.768

4P L+10%25x 57.15

139
58
1PL+5%25x 4PL+10%15x
57 4PL+10%25x
1PL+5%25x 1PL+10%15x
56
4PL+5%25x

LL
55 4PL+5%15x
54 y = -0.0325x + 57.521
4PL25x) 1PL+5%15x
R² = 0.2074
1PL25x
53 4PL15x)
1PL15x
52
0 20 40 60 80 100 120
Slake Durability Index

Gambar 4.56 Grafik Hubungan Slake Durability Index dan LL

Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa semakin besar nilai Slake


Durability Index (SDI), batas cair atau Liquid Limit (LL) hasil percobaan
semakin menurun. Rumus pendekatan untuk hubungan besar nilai Slake
Durability Index (SDI) dengan batas cair atau Liquid Limit (LL) adalah
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0.4554. Nilai koefisien korelasi termasuk pada kategori cukup kuat. Jadi,
nilai Slake Durability Index (SDI) memberikan pengaruh yang cukup kuat
terhadap batas cair atau Liquid Limit (LL). Semakin besar nilai Slake
Durability Index (SDI), batas cair atau Liquid Limit (LL) semakin kecil.

4.8 Rekap Hasil Pengujian


Hasil analisa pengujian seluruh benda uji di laboratorium Mekanika
Tanah Universitas Diponegoro diantaranya adalah pengujian indeks
properties, pembuatan sampel uji dengan standart proctor, direct shear test,
slake durability test serta data korelasi hubungan dalam pengujian,
lengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

140
Tabel 4.31 Rekapitulasi Data Korelasi Pengujian Sampel Clay Shale

Keterangan: TTK 1PL = 27.888 %


TTK 4PL = 32.395 %

141
Tabel 4.32 Rekapitulasi Data Korelasi Pengujian Sampel Batuan
Keterangan Titik SDI 2nd SDI 1st LL ' r
Wnatural
Sampel Sampel Cycle Cycle
(%) (°)

52.45 8.98
P1 18.381 30.438 76.964

54.5 8.08

P2 13.302 61.154 85.812 56.03 5.43


PARAFIN

53.35 9.78
P3 12.25 95.187 96.723

55.35 8.27

P4 16.386 31.574 77.861 56.85 7.44

53.45 6.81
NP1 13.248 30.087 75.536

55.85 5.8
NON PARAFIN

NP2 9.24 60.608 81.278 57.25 4.77

53.85 8.07
NP3 8.205 94.008 96.556

55.45 7.25

NP4 11.634 30.768 75.818 57.15 6.43

142
Tabel 4.33 Rekap Hasil Analisa Pengujian
Location TTK 1 TTK 4 TTK 2 TTK 3

NON- NON-
Keterangan Sampel PARAFIN NON-PARAFIN PARAFIN NON-PARAFIN PARAFIN PARAFIN
PARAFIN PARAFIN

Cu 44.231 16.75 18.182 35.333


Cc 2.261 2.522 1.823 2.361
USCS - - GW GW
Saringan No. 40 20.93 13.45 13.61 18.87
Classification

AASHTO A-1a A-1a


LL 57.63 57.85 57.85 57
PI 28.32 28.11 28.35 28.42
USCS OH OH - -
Saringan No. 200 97.89 91.83 89.86 91.69
AASHTO A-7-6 A-7-6
st
Durability

SDI 1 75.536% - 76.954% 75.818% - 77.861% 81.278% - 85.812% 96.556% - 96.723%


Index
Slake

nd 30.087% - 30.438% 30.768% - 31.574% 60.608% - 61.154% 94.008% - 95.187%


SDI 2
Klasifikasi Batuan Low Durability Low Durability Medium Durability Medium High Durability
Kode Sampel
1PL 1PL+5% 1PL+10% 4PL 4PL+5% 4PL+10%
Jenis Uji
3
Dry Density (gr/cm ) 1.739 1.763 1.751 1.776 1.733 1.694
Kadar Air (%) 27.725 32.445 37.655 31.015 33.125 37.215
Nilai e (%) 0.53 0.5 0.52 0.49 0.52 0.56
LL (%) 52.45 54.5 56.03 53.35 55.35 56.85
PL (%) 24.55 25.91 27.173 25.45 27.4 27.81
PI (%) 27.9 28.59 28.857 27.9 27.95 29.04
Pembuatan Benda Uji

E (kN/m²) 543.51 543.51 543.51 543.51 543.51 543.51


Sampel Preparation 15 x Tumbukan
Dry Density (gr/cm3) 1.772 1.72 1.736 1.795 1.769 1.711
Kadar Air (%) 27.545 31.846 36.366 30.627 32.596 36.813
-
Nilai e (%) 0.5 0.54 0.53 0.47 0.49 0.54
LL (%) 53.45 55.85 57.25 53.85 55.45 57.15
PL (%) 26 27.7 28.47 26.4 27.95 29.3
PI (%) 27.45 28.15 28.785 27.45 27.5 27.85
E (kN/m²) 905.85 905.85 905.85 905.85 905.85 905.85
Sampel Preparation 25 x Tumbukan
c' (kN/m²) 9.85 8.88 10.11 17.12 16.98 17.95
Direct shear test

ϕ'r (°) 8.98 8.08 5.43 9.78 8.27 7.44


Soil Condition Cosolidation Drained, Normally Consolidated
c' (kN/m²) 5.97 7.69 9.37 15.52 13.51 12.59
ϕ'r (°) 6.81 5.8 4.77 8.07 7.25 6.43
Soil Condition Consolidation Drained, Normally Consolidated

143
Tabel 4.34 Rekapitulasi Hasil Korelasi Pengujian
Dependent variable - y Independent variable - x R Equation
ϕ'r LL (%) 0.7222 - 0.7340 y = -0.661x + 44.19 dan y = -0.5182x + 35.284
ϕ'r Fraksi Lempung (%) 0.6772 - 0.8628 y = -0.1934x + 21.511 dan y = -0.1763x + 18.769
ϕ'r Kadar air (%) 0.5414 - 0.8178 y = -0.3231x + 18.722 dan y = -0.1768x + 12.292
ϕ'r PI (%) 0.7336 - 0.9331 y = -2.368x + 74.635 dan y = -2.0234x + 62.901
ϕ'r Activity (A) 0.5747 - 0.6286 y = -105.72x + 54.324 dan y = -16.373x + 14.391
c' Fraksi Lempung (%) 0.8797 - 0.8947 y = -0.7314x + 64.586 dan y = -0.5761x + 50.789
PI Fraksi Lempung (%) 0.7241 - 0.8543 y = 0.0756x - 22.859 dan y = 0.0682x - 23.124
Dry Density LL (%) 0.7916 - 0.831 y = -0.0154x + 2.5838 dan y = -0.0171x + 2.6993
Dry Density PL (%) 0.6842 - 0.7977 y = -0.0138x + 2.1079 dan y = -0.0211x + 2.3339
Dry Density PI (%) 0.4744 - 0.6351 y = -0.0331x + 2.6716 dan y = -0.0395x + 2.8511
Dry Density Kadar Air (%) 0.6803 - 0.7301 y = -0.0062x + 1.947 dan y = -0.0064x + 1.9583
Kadar Air LL (%) 0.9539 - 0.9569 y = 2.1813x - 86.241 dan y = 2.0956x - 83.673
Kadar Air PL (%) 0.8648 - 0.9482 y = 2.0459x - 21.252 dan y = 2.6783x - 41.385

Single Variable Linier Correlations for Slake Durability


Dependent variable - y Independent variable - x R Equation
nd
SDI 2 Siklus Kadar Air Alami (%) 0.6331 y = -5.2814x + 121.99
st
SDI 1 Siklus Kadar Air Alami (%) 0.5211 y = -1.3698x + 100.89
Slake Durability Index Number of Cycle 0.5970 y = -29.091x + 112.41
LL Slake Durability Index 0.4554 y = -0.0325x + 57.521
ϕ'r st
SDI 1 Cycle 0.3672 - 0.6940 y = 1.6964x - 121.85 dan y = 2.471x - 182.62
ϕ'r nd
SDI 2 Cycle 0.3672 - 0.6940 y = 1.101x- 25.822 dan y = 1.6038x- 42.741

144

Anda mungkin juga menyukai