Anda di halaman 1dari 5

bahwa pengujian dan kalibrasi bertujuan untuk :

o Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari


suatu bahan ukur atau instrumen.
o Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan
suatu instrumen ukur atau deviasi dimensi nominal yang
seharusnya untuk suatu bahan ukur.
o Menjamin hasil - hasil pengukuran sesuai dengan standar
Nasional maupun Internasional

Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan kalibrasi adalah :
kondisi instrumen ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan
spesifikasinya.

Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan


Sebagaimana ditetapkan pada Permenkes No. 363/Menkes/Per/IV/1998 alat
kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan wajib diuji
atau dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 kali setiap tahun.
Pengujian atau kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan
kriteria :

1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau


kalibrasi.
2. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi
telah habis.
3. Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kine rjanya
(perlormance) atau keamanannya (sajety) tidak sesuai lagi,
walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
4. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda
masih berlaku.
5. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun
sertifikat dan tanda masih berlaku.

Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak,
sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenamya.
Tingkat teknologi, beban kerja dan umur sangat mempengaruhi kinerja alat
kesehatan, baik untuk akurasi, ketelitian maupun keamanannya. Oleh
karena itu
selang waktu pengujian atau kalibrasi ulang peralatan kesehatan,
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Alat kesehatan dinyatakan lulus pengujian atau kalibrasi apabila :


1. Penyimpangan hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang
diabadikan pada alat kesehatan tersebut, tidak melebihi
penyimpangan yang diijinkan
2. Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai ambang
batas yang diijinkan.

Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan hanya dapat dilaksanakan oleh


tenaga profesional, menggunakan alat ukur dan besaran standar yang
terkalibrasi.

Pengujian Alat Kesehatan.


Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan meliputi
pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat
kesehatan, sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap
keselamatan ke rja dan spesifikasinya.
Dengan pelaksanaan kegiatan pengujian, dapat dijamin peralatan kesehatan
bersangkutan aman dan laik pakai dalam pelayanan kesehatan.
Kegiatan pengujian dilakukan terhadap alat kesehatan yang tidak memiliki
standar besaran yang terbaca. berarti tidak terdapat nilai yang diabadikan
pada alat kesehatan bersangkutan, sehingga pengujian dilaksanakan
mengacu pada :

 nilai standar yang ditetapkan secara nasional maupun internasional,


misalnya : arus bocor, fiekuensi kerja dan paparan radiasi
 fungsi alat dalam pelayanan kesehatan, misalnya : kuat cahaya, daya
hisap, sterilitas, putaran, energi dan temperatur

Pengujian alat kesehatan dilaksanakan dengan kegiatan sebagai


berikut:

 Pengukuran kondisi lingkungan.


 Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat.
 Pengukuran keselamatan kerja.
 Pengukuran kinerja.
Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan
meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan
karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat
kesehatan terhadap keselamatan kerja dan spesifikasinya. Dengan
pelaksanaan kegiatan pengujian, dapat dijamin peralatan kesehatan
bersangkutan aman dan laik pakai dalam pelayanan kesehatan. Hal ini di
atur dalam UU Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan
yang ditegaskan pada pasal 39 yang berisi “ Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan di selenggarakan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau keamanan dan atau
kemanfaatan ”.

Pasal ini dengan tegas menuntut institusi kesehatan sebagai pemberi


layanan kesehatan bagi masyarakat baik pihak swasta maupun pemerintah
harus mengutamakan mutu, keamanan, dan manfaat penggunaan alat
kesehatan.

Dalam menjaga mutu peralatan kesehatan dibagi menjadi dua kegiatan


perawatan, yaitu :

1. Proactive Maintenance

 Kebersihan Udara
 Suhu dan kelembaban
 Tegangan Listrik
 Kalibrasi
 Pemeriksaan berkala

2. Reactive Maintenance

 Repair
 Penggantian Spare Part yang rusak
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
Bagian Ketujuh
Peralatan

Pasal 16

1. Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(1)


meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keselamatan dan laik pakai.
2. Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan
/ atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
3. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi
ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
4. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus
dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.
5. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya.
6. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan.
7. Ketentuan mengenai pengujian dan / atau kalibrasi peralatan medis ,
standar yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai