Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN

KEGAWATDARURATAN
PERNAPASAN
Ns. Paula Krisanty, S.Kep, MA
ASUHAN
KEGAWATDARURATAN
TRAUMA DADA
PENGKAJIAN TRAUMA
1. Observasi
 Warna, sianosis, atau pallor

 Posisi yg nyaman utk pasien: duduk tegak,


menolak berbaring
 Kerja napas: m’gunakan otot2 bantu

pernapasan, gelisah
 Dyspnea

 Respirasi: rate, irama, kedalaman, usaha


 Kesimetrisan p’gerakan dinding dada vs gerakan
paradoksal
 Nyeri dada: terlokalisir atau menyebar

 Distensi vena jugularis (*hipovolemia = tdk muncul)

 Trauma penetrasi: lokasi, ukuran, bubbling/sucking


2. Auskultasi
 Gurgling atau stridor

 Vokalisasi normal, serak, tdk ada suara

 Auskultasi paru: bunyi napas terdengar sama


dikedua dada, bunyi napas tambahan: rales,
rhonchi, hilangnya bunyi napas
 Auskultasi bunyi jantung: rate, irama, murmur

 Tekanan Darah: setiap 5 menit bila selesai resusitasi


3. Palpasi: krepitus (empisema subkutis), pergerakan
dada (simetris, paradoksal), trachea midline, nadi
sentral dan nadi perifer
4. Perkusi:
• Dull: jika ada cairan

• Hyperresonan atau Hipersonor: jika ada udara


5. Pemeriksaan diagnostik:
1) Pulse oximetry: mencegah hipoksia, terganggu jika ada
hipotermia dan hipovolemia
2) Chest x-ray (CXR): portable, supine; anteroposterior (A-P)
3) CT scan dada: helical CT = gold standard  evaluasi
aorta
4) Angiography: jika helical multislice CT tidak ada
5) Arterial blood gas (ABG): Normal? Acidosis? Alkalosis?
6) EKG: 12-lead  observasi ggn irama & perubahan S-T
PNEUMOTHORAX & HEMOTHORAX
Tanda dan Gejala
Pneumothorax—Open Pneumothorax
 Hypoxia
 Respirasi berat, dyspnea, tachypnea
 Tidak ada atau penurunan bunyi napas pada sisi injuri
 Ekspansi dada asimetris
 Perkusi: hipersonor atau hiperresonan
 Kelemahan, tachycardia, nyeri, tidak nyaman
 Open  “sucking” chest wound evident
 Krepitus
 Sianosis (tanda lanjut)
Tanda dan Gejala
Hemothorax
 Hipoksia, sianosis
 Respirasi berat, dispnea, tachypnea
 Tidak ada atau penurunan bunyi napas pada sisi
injuri
 Ekspansi dada tidak simetris
 Perkusi: Dull
 Membutuhkan transfusi darah 200-300 ml sebelum
ditegaskan dengan hasil CXR
Tanda dan Gejala
Tension Pneumothorax
 Perubahan tanda-tanda vital (hipotensi, tachycardia,
tachypnea)
 Hipoksia, nyeri dada
 Peningkatan tekanan airway, kesulitan bagging
 Pernapasan berat, air hunger
 Disorientasi, bingung
 Tidak ada atau penurunan bunyi napas pada sisi yang
injuri
 Distensi vena leher (tidak ada jika ada hipovolemia)
 Deviasi trakea menjauh sisi dada yang injuri
Manajemen Keperawatan Gadar
1. Open sucking chest wound
 Stabilisasi benda2 yang tertancap; jgn dicabut

 Segera tutup dgn kassa oklusi tiga sisi  guna:


mengeluarkan udara dari dalam keluar saat
ekshalasi tetapi tidak membiarkan udara dari luar
masuk saat inhalasi
 Pasien membutuhkan pemasangan WSD segera

 Luka terbuka pada dinding dada dijahit


2. Needle thoracostomy:
 IV kateter no. 14-16 ditempatkan di midklavikula,
antara ICS 2-3 menghadap ke kranial
 VTTV akan langsung berubah normal (jika hal-2
lain yg mempengaruhi TTV juga dikoreksi)
3. Chest tube
 Chest tube ukuran 32 – 40: mengalirkan udara &
darah tanpa menimbulkan obstruksi
 Sambung tube dengan tempat drain dengan water
seal environtment
 Pengkajian setelah pemasangan: CXR, bunyi napas,
TTV, fluktuasi pada botol drain, monitor output—
1500 mL saat insersi atau 200 ml/jam dalam 2-4
jam pasca pemasangan
FRAKTUR COSTAE & STERNUM,
FLAIL CHEST
Tanda dan Gejala

Fraktur Iga
 Nyeri inspirasi, palpasi: tenderness, nyeri saat
pergerakan
 Hipoventilasi pada atelektasis, splint chest

 Terlihat di CXR atau CT

 Kontusio dada mungkin muncul


Tanda dan Gejala
Flail Chest
 Gerakan dinding dada paradoksal terlihat
 Hipoksemia disebabkan tdk efektifnya respirasi &
berhubungan dg kontusio paru
 Peningkatan kerja bernapas, gagal napas

 Nyeri, krepitus

 Rendahnya tidal volume, kolaps alveoli

 Terlihat pada CXR atau CT dada


Tanda dan Gejala
Fraktur Sternum
 Nyeri
 Pergerakan sternum dengan respirasi

 Terpalpasi krepitasi

 Kepekakan bunyi napas, stridor, perubahan kualitas

bunyi yg m’indikasikan trauma jalan napas


Manajemen Keperawatan Gadar
1. Fiksasi internal: fr sternum biasanya tdk mbutuhkan
fiksasi dg pembedahan tetapi dokter bedah biasanya
memilihnya; fr iga tmsk flail chest jika menunjukkan
ggn ventilasi berat  dilakukan prosedur ini
2. Ventilasi: pertahankan ventilasi & pasang intubasi jika
psn tdk dpt bernapas secara efektif
3. Manajemen nyeri: berikan analgesik tanpa over-
sedasi atau depresi napas
4. JANGAN membebat (traksi) flail chest  risiko:
Pneumothorax!
KONTUSIO PARU
Tanda dan Gejala
 Dyspnea
 Tidak efektifnya batuk, hemoptysis

 Hipoksia, PO2 < 65 mmHg, saturasi < 90%

 Kontusio dada

 Nyeri

 Peningkatan pulmonary vascular resistance (PVR),


penurunan compliance paru
 CXR: Konsolidasi, dlm 24-48 jam setelah injuri
Manajemen KeperawatanTrauma
1. Pulmonary hygiene: spirometri; chest fisiotherapi;
pemberian posisi & ambulasi awal
2. Oksigenasi & ventilasi: suplemen oksigen, ventilasi
dg continous positive airway pressure (CPAP);
intubasi dg ventilasi mekanik (ventilator)—positive
end-expiratory pressure (PEEP)
3. Lakukan resusitasi segera diperlukan tetapi
HINDARI pemberian cairan yg berlebihan
4. Analgesik: manajemen nyeri terutama bila ada
flail chest, hindari oversedasi
TAMPONADE JANTUNG
Tanda dan Gejala
 Pulsus paradoxus: drop TD Sistolik > 10 mmHg selama
inspirasi
 Beck’s triad (terjadi 10%-40%): 1) muffled heart tones,
2) distensi vena jugularis, 3) penyempitan tekanan nadi
(normal = 40 mmHg; tamponade = < 30 mmHg
 Kecemasan, merasa spt terkurung
 Menolak tidur telentang, dyspnea
 Tanda Kussmaul—peningkatan tekanan vena saat
inspirasi spontan
 Tidak adanya aktivitas listrik (pulseless) tanpa adanya
tension pneumothorax atau hypovolemia
Manajemen Keperawatan Gadar
1. Penanganan  definitive operative treatment
(langsung operasi)
2. Pemeriksaan Echocardiogram mempunyai 5 –
10% false negative untuk diagnosis
3. Selama resusitasi  pengkajian cepat utk
m’identifikasi injuri jantung & abdomen 
penegakan diagnosa apakah betul tamponade
jantung!
4. Pericardiocentesis  mengurangi congestion
 Elevasi kepala tempat tidur 45 derajat

 IV kateter no. 14-16 dg stopcock atau syringe

 Masukan + 1 – 2 cm subxiphoid dg sudut 15


derajat pd kulit pd skapula kiri
 Aspirasi ke perikardium  darah tanpa bekuan
harus keluar
 Biarkan IV kateter tetap terpasang sebagai segel
perikardium yg akan menutup area penusukan saat
dilepas & tamponade sdh teratasi
 Pericardiocentesis hanya prosedur temporer 
manajemen pembedahan tetap diperlukan utk
membuat jendela pericardial & dibutuhkan
perbaikan jantung
ASUHAN
KEGAWATDARURATAN
ASTHMA AKUT
 Asma: kondisi pernapasan kronis yang
dikarakteristikan dengan peradangan jalan napas
(hipersekresi mukus), peningkatan respon jalan
napas terhadap stimulus (edema jalan napas), dan
obstruksi jalan napas reversible (Fultz & Sturt,
2005).
 Tujuan tindakan  mengurangi peradangan
sehingga menurunkan obstruksi!
Perhatikan!
 Pasien dgn Asma cenderung memiliki tanda alergi
lainnya  lingkar hitam sekitar mata, mata berair,
sekret hidung bening, eksim, & dermatitis.
 Penggunaan agen beta-bloker (mis. Propanolol,
timolol & pindolol) cause bronkokonstriksi 
kontraindikasi!
Gejala
 Wheezing
 Nadi paradoksal
 PEFR (peak expiratory
flow rate) < 400
L/menit
 Dispnea nokturnal
terkait asma berat
Manajemen Keperawatan Gadar
 Inhalasi agen beta-agonist (mis. Albuterol) inhaler
atau nebulizer.
 Agen beta-adrenergic agonist sistemik (mis.
Epineprin subkutan)  pasien Asma < 35 th dg
airway sangat sempit akibat bronkokonstriksi
dimana obat inhalasi tdk dpt sampai ke paru-paru.
 Pasien dg penggunaan steroid jangka panjang hrs
dimonitor KETAT thdp tanda supresi
adrenal.
Manajemen (lanjutan)
 Pasien harus dirawat apabila:
• RR > 30 x/menit
• Nadi > 120 x/menit
• PEFR < 120 L/menit
• O2 saturasi < 91%
 Indikator keberhasilan tindakan: peningkatan PEFR
atau FEV1 (forced expiratory volume 1: fungsi
volume paru) dalam 2 jam tindakan!
THANK YOU…

Anda mungkin juga menyukai