Anda di halaman 1dari 15

KONDUKSI

A. TUJUAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah membandingkan daya hantar kalor berbagai

zat

B. LANDASAN TEORI

Konduksi adalah perpindahan panas antara dua substansi dari sustansi yang bersuhu

tinggi ke sustansi yang bersuhu rendah dengan adanya kontak kedua sustansi secara

langsung. Ketika tangan kamu memegang gelas panas, maka telapak tangan kamu akan

menerima panas dari gelas tersebut. Konduksi disebut juga perpindahan kalor tanpa disertai

perpindahan partikel karena adanya selisih suhu. Sebuah benda padat panjang dipanaskan

pada salah satu ujungnya, akan menyebabkan pada ujung tersebut partikel-partikelnya akan

bergetar lebih cepat karena suhunya naik. Partikel yang energi kinetiknya lebih besar akan

memberikan energinya kepada pertikel tetangganya melalui tumbukan. Misalnya sendok

dingin dimasukkan ke sup yang panas, maka ujung sendok yang lain akan panas. Dan logam,

kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebasnya. Elektron bebas adalah elektron yang

dengan mudah dapat berpindah dari satu atom ke atom lain. Di tempat yang dipanaskan,

energi elektron bertambah besar dan dapat diberikan dengan tumbukan elektron disekitarnya

dengan panas lebih cepat.

Logam disebut juga sebagai konduktor. Benda yang sukar menghantarkan panas

disebut isolator. Manfaat konduktor dalam kehidupan sehari-hari: (1) memasak

menggunakan panci logam; (2) metrika menggunakan logam untuk menghantarkan panas; (3)

solder listrik dan lain-lain. Laju hantaran kalor tiap satu satuan waktu dituliskan dengan

persamaan :

...........................................................................................................(1)
Keterangan :

= Kelajuan hantaran kalor (joule/sekon)


Q = Banyaknya kalor yang mengalir (joule)
t = Lamanya kalor mengalir (sekon)

Laju hantaran kalor antara dua titik pada suatu benda tergantung pada: (1) panjang

benda; (2) luas penampang benda; (3) jenis bahan; (4) selisih suhu (Anonim, 2013).

Energi termis ditransfer dari satu tempat ke tempat lain lewat tiga proses yaitu :

konduksi, konveksi, dan radiasi. Pada konduksi, energi termis ditransfer lewat interaksi

antara atom-atom atau molekul, Walaupun atom-atom molekulnya sendiri tidak berpindah.

Pada konveksi, panas dipindahkan langsung lewat perpindahan massa. Contohnya yaitu bila

udara dekat lantai dipanaskan , udara memuai dan naik karena kerapatannya yang lebih

rendah. Jadi energi termis di udara panas ini dipindahkan dari lantai ke langit-langit bersama

dengan massa udara panas. Pada radiasi, energi dipancarkan dan diserap oleh benda-benda

dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Radiasi ini bergerak lewat ruang dengan kelajuan

cahaya. Radiasi termis, gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang televisi dan sinar-X,

semuanya adalah bentuk radiasi elektromagnetik yang saling berbeda hanya dalam panjang

gelombang dan frekuensinya. Semua benda memancarkan dan menyerap radiasi

elektromagnetik. Bila benda ada dalam kesetimbangan termis dengan sekitarnya, benda

memancarkan dan menyerap energi pada laju yang sama.

Namun, jika benda dipanaskan sampai temperatur yang lebih tinggi daripada sekitarnya,

maka benda meradiasi keluar lebih banyak energi daripada yang diserapnya, dengan

demikian benda menjadi lebih dingin sementara sekitarnya menjadi lebih panas (Bueche,

2006: 216).

Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu bahan. Kalor

hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu tempat ke yang lain. Kalor

adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan temperatur. Sedangkan energi
dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya. Kalor merupakan bentuk energi yang

berasal dari perubahan energi bentuk lain, seperti : (1) energi listrik berubah menjadi energi

kalor, contohnya pada strika listrik; (2) energi gerak berubah menjadi energi kalor, contohnya

saat orang menggergaji logam.

Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari

benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga

tercapainya kesetimbangan termal. Proses perpindahan panas ini berlangsung dalam 3

mekanisme, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi (Anonim, 2012)

Ketika salah satu bagian logam bersentuhan dengan nyala lilin atau nyala api, secara

otomatis kalor mengalir dari nyala lilin (suhu tinggi) menuju bagian logam tersebut (suhu

rendah). Walaupun hanya salah satu bagian logam yang bersentuhan dengan nyala api,

semua bagian logam tersebut akan kepanasan juga. Tanganmu bisa terasa panas,

karena kalor mengalir dari logam (suhu tinggi) menuju tanganmu (suhu rendah). Kalor itu

energi yang berpindah. Kita bisa mengatakan bahwa ketika salah satu bagian benda yang

bersuhu tinggi bersentuhan dengan benda yang bersuhu rendah, energi berpindah dari benda

yang bersuhu tinggi menuju bagian benda yang bersuhu rendah. Ketika benda yang

memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan, terdapat sejumlah kalor yang mengalir dari

benda atau tempat yang bersuhu tinggi menuju benda atau tempat yang bersuhu rendah.

Ketika mengalir, kalor juga membutuhkan selang waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa

setiap benda (khususnya benda padat) yang dilewati kalor pasti mempunyai bentuk dan

ukuran yang berbeda. Ada benda padat yang panjang, ada juga benda padat yang pendek.

Ada yang gemuk (luas penampangnya besar), ada juga yang kurus (luas penampangnya

kecil). Untuk mengetahui secara pasti hubungan antara jumlah kalor yang mengalir melalui

suatu benda selama selang waktu tertentu akibat adanya perbedaan suhu, maka kita perlu

menurunkan persamaan . Amati gambar di bawah ini.


Gambar 1. Laju aliran kalor secara konduksi

Benda yang terletak di sebelah kiri memiliki suhu yang lebih tinggi (T1) sedangkan

benda yang terletak di sebelah kanan memiliki suhu yang lebih rendah (T2). Karena adanya

perbedaan suhu (T1- T2), kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang

bersuhu rendah (arah aliran kalor ke kanan). Benda yang dilewati kalor memiliki luas

penampang (A) dan panjang (l). Jumlah kalor yang mengalir selama selang waktu tertentu

(Q/t) berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T1 – T2), luas penampang (A), sifat suatu

benda (k = konduktivitas termal) dan berbanding terbalik dengan panjang benda. Secara

matematis bisa ditulis sebagai berikut :

(persamaan laju aliran kalor dengan konduksi) .......................(2)

(persamaan konduktivitas termal) ............................................(3)

Keterangan :

Q = Kalor (kilokalori (k) atau Joule (J) )


t = Waktu (sekon (s) )
Q/t = Laju aliran kalor ((kkal/s) atau (J/s). 1 J/s = 1 watt )
A = Luas penampang benda (m2 )
T1 – T2 = Perbedaan suhu (Kelvin (K) atau (0C))
T1 = Suhu alias Temperatur tinggi ((K) atau (0C))
T2 = Suhu alias Temperatur rendah ((K) atau (0C))
L = Panjang benda ((m))

= Gradien suhu ((K/m) atau derajat celcius (0C/m))

k = Konduktivitas termal benda

Berikut ini nilai konduktivitas termal beberapa benda yang diperoleh melalui

percobaan.

Tabel 1. Konduktifitas termal beberapa benda


Jenis Benda Konduktivitas Termal (k)
J/m.s.C Derajat Kkal/m.s.C0
Perak 420 1000 x 10-4
Tembaga 380 920 x 10-4
Aluminium 200 550 x 10-4
Baja 40 110 x 10-4
Es 2 5 x 10-4
Kaca (biasa) 0,84 2 x 10-4
Bata 0,84 2 x 10-4
Air 0,56 1,4 x 10-4
Tubuh Manusia 0,2 0,5 x 10-4
Kayu 0,08-0,16 0,2 x 10-4 – 0,4 x 10-4
Gabus 0,042 0,1 x 10-4
Wol 0,040 0,1 x 10-4
Busa 0,024 0,06 x 10-4
Udara 0,023 0,055 x 10-4

Benda yang memiliki konduktivitas termal (k) besar merupakan penghantar kalor

yang baik (konduktor termal yang baik). Sebaliknya, benda yang memiliki konduktivitas

termal yang kecil merupakan merupakan penghantar kalor yang buruk (konduktor termal

yang buruk) (Anonim, 2013).

C. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada table 2

berikut ini.

Tabel 2. Alat dan bahan pada percobaan konduksi


No. Nama Alat/Bahan Jumlah Fungsi
1 Dasar statif 2 Sebagai penyangga statif
2 Batang statif pendek 1 Sebagai tempat melekatnya klem
3 Batang statif panjang 2 Sebagai tempat berdirinya klem
4 Pipa baja 1 Sebagai obyek pengamatan
5 Pipa aluminium 1 Sebagai obyek pengamatan
6 Pipa tembaga 1 Sebagai obyek pengamatan
Sebagai mengukur waktu
7 Stopwatch 1
melelehnya lilin
Untuk menggambungkan batang
8 Boss head 2 statif panjang dan batang statif
pendek
9 Pembakar spiritus 1 Sebagai sumber panas
Sebagai penjepit obyek
10 Klem universal 2
pengamatan
Sebagai bahan untuk menandai
12 Lilin - adanya perpindahan panas secara
konduksi pada logam

D. PROSEDUR KERJA

Adapun prosedur kerja pada percobaan yang kami lakukan adalah sebagai berikut.

1. Pasang pipa aluminium, pipa tembaga dan pipa baja pada masing-masing klem universal

dengan jarak 6 – 25 cm dari ujung batang dan kedua ujung logam didekatkan. Posisi kedua

ujung logam berada 5 cm di atas api pembakar spiritus (Gambar 2).


Gambar 2. Rangkaian alat dan bahan percobaan konduksi

2. Meneteskan lilin pada jarak 3 cm, kemudian menyalakan pembakar spiritus. Setelah nyala

api stabil (6 – 10 detik) letakkan tepat di bawah ujung ketiga batang pipa.

3. Setelah semua tetesan lilin meleleh, mematikan api pembakar spiritus.

4. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan.

E. DATA PENGAMATAN

Adapun data pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Pengamatan membandikan daya hantar yang paling cepat atau paling lambat secara konduksi
pada tiga jenis logam
No. Jenis Logam Waktu lilin meleleh (sekon) (jarak 3 cm)
1 Aluminium 0,28
2 Tembaga 0,34
3 Baja 0,47

F. PEMBAHASAN

Konduksi adalah proses perpindahan kalor secara langsung melalui zat perantara

tanpa disertai perpindahan molekul zat. Atau dengan kata lain konduksi merupakan
perpindahan panas antara dua subtansi dari subtansi yang bersuhu tinggi dimana panas

berpindah ke substansi yang bersuhu rendah dengan adanya kontak kedua sustansi secara

langsung. Perpindahan energi secara konduksi banyak terjadi pada zat padat, sehingga

konduksi dapat juga dikatakan sebagai perpindahan kalor pada zat padat.

Adapun yang menjadi tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui daya hantar

kalor berbagai zat. Digunakan tiga jenis bahan berupa logam yang berbeda sebagai medium

perpindahan kalor secara konduksi yakni logam aluminium, tembaga, dan baja. Ketiga logam

tersebut memiliki daya hantar kalor yang masing-masing berbeda. Untuk dapat mengamati

secara langsung terjadinya perpindahan kalor secara konduksi, maka pada ujung masing-

masing bahan ditetesi lilin dengan ketebalan yang sama yang nantinya ketikan lilin tersebut

meleleh maka mengindikasikan bahwa proses konduksi telah berlangsung pada bahan

tersebut. Ketiga bahan tersebut dipanaskan pada suhu yang sama.

Dari hasil pengamatan terhadap ketiga bahan tersebut diperoleh bahwa logam jenis

aluminium mengalami konduksi tercepat di antara kedua jenis logam lainnya. Sedangkan

logam baja merupakan bahan yang paling lambat mengalami konduksi dari kedua bahan

lainnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah kalor yang terkandung pada logam jenis aluminium

lebih besar dibandingkan dengan jumlah kalor yang terkandung pada jenis logam baja, dan

besarnya suhu termal pada logam aluminium lebih kecil dibandingkan dengan logam

tembaga sehingga logam aluminium lebih cepat menghantarkan kalor secara konduksi

dibandingkan dengan logam lainnya. Hal tersebut tentunya sesuai dengan teori bahwa

besarnya kalor yang dipindahkan secara konduksi dipengaruhi pada jenis mediumnya.

Selanjutnya, dilakukan percobaan pada dua buah logam baja dengan cara yang sama

pada prosedur sebelumnya tetapi dengan menambahkan dua jenis fluida yang berbeda pada

masing-masing logam, yang mana logam baja yang diketahui sebagai logam dengan daya

hantar kalor paling rendah di antara ketiga logam tersebut. Oleh karena itu, kami mencoba
mengoleskan kedua logam tersebut dengan fluida yag berbeda sehingga dapat mempengaruhi

daya hantar kalor (konduksi) pada logam baja tersebut. Kedua fluida tersebut yakni oli dan

minyak. Dari pengamatan terhadap kedua logam baja tersebut, diperoleh pada logam baja

yang diolesi oli lebih cepat melelehkan lilin dibandingkan dengan logam baja yang diolesi

minyak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa logam baja yang diolesi oli mengalami

konduksi lebih cepat dibandingkan dengan logam baja yang diolesi minyak. Kejadian

tersebut dikarenakan jenis fluida yang dioleskan pada kedua logam tersebut memiliki rapat

jenis yang berbeda, yang mana fluida dengan jenis oli memiliki rapat jenis yang lebih besar

dibandingkan dengan fluida jenis minyak sehingga logam baja yang diolesi oli lebih cepat

mengalami perpindahan kalor secara konduksi. Sesuai denagn teori bahwa kerapatan suatu

bahan sebanding dengan daya hantar kalornya.

G. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah dari hasil pengamatan yang kami

lakukan jenis logam yang paling cepat menghantarkan panas adalah aluminium kemudian

disusul oleh tembaga dan kemudian yang terakhir adalah baja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. http://soal.yavenu.info/?p=14 (diakses pada 22 November 2013).

______, 2012. http://3gplus.wordpress.com/2008/05/20/radiasikonveksi-dan


konduksi/ (diakses pada 22 November 2013).

______, 2013. http://www.gurumuda.com/ (diakses pada 22 November 2013).

Bueche, Frederich J., 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Pengukuran Konduktivitas Termal Material Serbuk Kayu

Seni Ramadhanti S, Kunti Nailazzulfa, Setiawan Abdillah, Yovanita Narsisca


Lapres Konduktivitas Termal

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)


Abstrak—Telah dilakukan percobaan pengukuran konduktivitas termal material serbuk
kayu. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konduktivitas termal material pada
pengaplikasiannya. Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain pyrometer,
kompor listrik, kassa, gelas, air, tisu, timer, 2 buah Alumunium (l = 3cm), dan 3 buah
material sampel (serbuk kayu)
Jl. Arief dengan
Rahman l masing-masing
Hakim, = Indonesia
Surabaya 60111 0,5 cm, 1 cm, 1,5 cm. Dari
praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai konduktivitas
termal pada kayu l = 0,5 cm sebesar 14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1 cm diperoleh
35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm sebesar 65,1690 W/moC. Hubungan panjang sampel
dengan nilai konduktivitas yang didapatkan adalah semakin panjang sampel, maka
konduktivitas termal yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan
Email: ramadhanti.seni12@mhs.physics.its.ac.id
konduktivitas termal dimana besar panjang sampel akan sebanding dengan konduktivitas
termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap tetap terhadap suhu, meskipun disadari
bahwa pada umumnya konduktivitas panas dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan pengaruh
suhu pada konduktivitas panas tidak begitu besar.
Kata Kunci— Alumunium, Kayu, Konduktivitas termal, Suhu

I. PENDAHULUAN
Terdapat tiga macam proses perpindahan energi panas. Proses tersebut adalah perpindahan
energi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan energi panas secara konduksi
merupakan perpindahan energi panas yang disalurkan secara langsung antar molekul tanpa
adanya perpindahan dari molekul yang bersangkutan. Proses konduksi terjadi pada benda
padat, cair maupun gas jika terjadi kontak secara langsung dari ketiga macam benda tersebut.
Jika zat mendapat energi panas maka energi panas tersebut digunakan untuk menggetarkan
partikel-partikel zat tersebut. Partikel-partikel yang bergetar mempunyai energi kinetik lebih
besar ini, memberikan sebagian energi kinetiknya kepada partikel tetangganya melalui
tumbukan sehingga partikel tetangga bergetar dengan energi kinetik lebih besar pula. Begitu
seterusnya partikel tetangga ini memindahkan energi ke partikel tetangga berikutnya. Sampai
semua material telah rata mendapatkan panas. Perpindahan panas dengan proses konveksi
terjadi hanya pada benda cair. Perpindahan ini disertai dengan perpindahan benda cair secara
fisik. Pada saat energi panas yang diterima oleh benda cair tersebut melebihi titik batas maka
benda cair itu akan mengalami perubahan phasa. Perpindahan panas dengan proses radiasi
berbeda dengan proses konduksi maupun konveksi. Energi radiasi dirambatkan menggunakan
gelombang elektromagetik diantara dua objek yang dipisahkan oleh jarak dan perbedaan
temperatur dan tanpa medium penghantar[1].
Konduktivitas panas (k) merupakan perhitungan kapasitas hantar panas suatu material.
Konduktivitas panas merupakan property dari suatu material yang menentukan kemampuan
suatu benda menghantarkan panas. Materi yang memiliki konduktivitas panas rendah dapat
disebut dengan isolator yang baik. Setiap materi memiliki lebar batasan dari konduktivitas
panas. Konsep dasar dari konduktivitas panas adalah kecapatan dari proses difusi energi
kinetic molekuler pada suatu material yang menghantarkan panas[2].
Konsuktivitas termal logam murni, pada umumnya berkurang sesuai dengan suhunya.
Konduktivitas termal bahan yang homogen biasanya sangant bergantung pada densitas, yaitu
massa bahan dibagi dengan volume total. Dalam volume total ini termasuk juga volume
rongga, seperti kantong-kantong udara yang terdapat di dalam batas-batas bahan itu.
Konduktivitas bergantung juga pada suhu. Sebagai kaidah umum k bahan-bahan tak homogen
bertambah tinggi jika suhu dan densitas makin tinggi. Atom-atom dalam zat padat bergetar
disekitar posisi pertengahan ketika temperaturnya dinaikkan. Frekuensi dari getaran
berjumlah terbatas dan di atas temperatur karakteristik tidak tergantung pada temperaturnya.
Saat temperature naik, hanya amplitudo getarannya saja yang dapat naik. Kenaikan amplitude
getaran ini mempunyai beberapa efek yang menarik. Setiap mode getaran dapat dibayangkan
sebagai sebuah tipe ketidaksempurnaan dalam periodisitas kristal yang sebenarnya, yang
dapat direpresentasikan dengan sebuah fonon dengan energi hv berpropagasi melalui kristal.
Fonon adalah fenomena yang muncul dari kuantisasi system Fisika. Fonon dapat ditemui
dalam sistem kristal. Jadi, Fonon adalah partikel yang terdapat dalam gelombang elastik.
Konduktivitas termal zat menunjukkan bahwa logam merupakan konduktor termal yang baik
daripada non logam, seperti kayu, karena mobilisasi elektron ikut berpartisipasi dalam
konduktivitas listrik dan juga ikut berperan dalam transfer energi panas[3].

II. METODE
Dalam praktikum ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut, yaitu dua silinder logam
alumunium dengan panjang masing-masing 3 cm, padatan serbuk kayu, kompor listrik,
pirometer, air, penjepit dan stopwatch. Pyrometer merupakan sebuah alat dengan sensor suhu
yang berfungsi untuk mengukur suhu suatu benda dengan mengarahkan pointer tepat pada
titik tengah benda yang akan diukur suhunya. Al adalah sebagai material referensi yang telah
diketahui koefisien konduktivitasnya, sebagai pembanding untuk material sampel agar dapat
diketahui koefisien konduktivitasnya. Serbuk kayu adalah sebagai material sampel yang akan
dicari konduktivitasnya. Langkah awal pada percobaan ini yaitu disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Kemudian diukur panjang masing-masing untuk material referensi dan
material sampel. Diletakkan kasa diatas api sebagai alas. Lalu disusun material seperti
tampak pada gambar 1 dan ditentukan T1, T2, T3, dan T4 nya. Kemudian dinyalakan kompor
listrik, dan bahan dipanaskan selama 5 menit. Setelah 5 menit, bahan diangkat satu persatu
dengan penjepit dan diukur masing-masing suhunya dengan menggunakan pyrometer seperti
pada gambar 2. Setelah suhu diukur, bahan didinginkan dengan cara memasukkannya ke
dalam gelas beker yang telah diisi air, kemudian bahan dikeringkan dengan tisu. Diulangi
langkah diatas sebanyak 3 kali untuk material sampel dengan panjang 1 cm dan 1.5 cm.

Gambar 2 Dua Alumunium dan serbuk kayu


Gambar 2 pengukuran suhu menggunakan pyrometer
Gambar 3 pyrometer

Berikut adalah flow chart percobaan:

Kompor listrik dinyalakan selama 5 meint

Selesai
Mulai
Disiapkan alat dan bahan
Diukur panjang material sampel dan material referensi
Sampel disusun berada diantara 2 alumunium

Semua sampel sudah dipakai?


Dilakukan pengulangan 3 kali

Diukur suhu menggunakan pirometer

Gambar 3 Flow chart


Rumus untuk mencari k sampel:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini, telah didapatkan data hasil percobaan masing-masing sampel yang
ditampilkan pada tabel di bawah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data hasil percobaan untuk panjang sampel l=0.5 cm

No T1 T2 T3 T4
1 35 47 51 52
2 34 73 53 62
3 37 47 57 67

Tabel 3.2 Data hasil percobaan untuk panjang sampel l=1 cm


No T1 T2 T3 T4
1 36 45 49 51
2 34 42 45 50
3 37 48 51 59

Tabel 3.3 Data hasil percobaan untuk panjang sampel l= 1.5 cm


No T1 T2 T3 T4
1 32 36 45 46
2 35 45 56 60
3 34 41 51 60

Dari tabel diatas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai konduktivitas termal
sampel yaitu sebagai berikut:
Diketahui : = T4-T3 = 52-51
= T2-T1 = 47-35
Ls = 0.005 m
Lr = 0.03 m
K referensi = 202 W/m
q =1
Ditanyakan : konduktivitas termal sampel?
Jawab :

W/m

Untuk data perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3.4, 3.5 dam 3.6 di bawah
ini:

Tabel 3.4 Data hasil perhitungan k sampel l=0.5 cm


No ∆Tr Lr Ls ∆Ts k Al Ksampel(W/moC)

1 1 0.03 0.005 12 202 2,8055


2 9 0.03 0.005 39 202 7,76923
3 10 0.03 0.005 10 202 33,6666
Rata-Rata 14,7472

Tabel 3.5 Data hasil perhitungan k sampel l=1 cm


No ∆Tr Lr Ls ∆Ts k Al Ksampel(W/moC)

1 2 0.03 0.01 9 202 14,9629


2 5 0.03 0.01 8 202 42,0833
3 8 0.03 0.01 11 202 48,9696
Rata-Rata 35,3386

Tabel 3.6 Data hasil perhitungan k sampel l=1.5 cm


No ∆Tr Lr Ls ∆Ts k Al Ksampel(W/moC)

1 1 0.03 0.015 4 202 25,25


2 4 0.03 0.015 10 202 40,4
3 9 0.03 0.015 7 202 129,8571
Rata-Rata 65,1690

Dari tabel hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa erorr data yang
cukup tinggi, karena seharusnya nilai konduktivitas termal sampel sekitar 0,17 W/m , namun
dari hasil perhitungan lebih dari 10 bahkan sampai 60. Kayu merupakan bahan yang isolator
dimana elektron bebasnya sedikit, sehingga sulit menghantarkan listrik. Error data yang
cukup besar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya waktu pemanasan yang
kurang lama, pengukuran suhu menggunakan pirometer yang kurang akurat karena harus
ditembakkan, sehingga belum tentu tepat pada titik pengukuran ataupun bisa mengenai
penjepit yang terbuat dari logam. Hubungan panjang sampel dengan nilai konduktivitas yang
didapatkan adalah semakin panjang sampel, maka konduktivitas termal yang dihasilkan juga
semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan konduktivitas termal dimana besar panjang
sampel akan sebanding dengan konduktivitas termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap
tetap terhadap suhu, meskipun disadari bahwa pada umumnya konduktivitas panas
dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan pengaruh suhu pada konduktivitas panas tidak begitu
besar.
Proses perpindahan kalor dari kompor yang menghasilkan api hingga sampai ke ujung alumunium paling atas
adalah energi dari api mengenai salah satu ujung alumunium yang paling bawah, kemudian karena electron pada
alumunium mendapat energi dari api, maka, elektron-elektron tersebut akan bergetar dan menyebabkan electron
disampingnya mendapat energy dari electron yang bergetar tersebut sehingga terus menyalurkan energy sampai
ujung alumunium paling atas.
Dalam praktikum ini diperoleh nilai konduktivitas termal pada kayu l = 0,5 cm sebesar
14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1 cm diperoleh 35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm
sebesar 65,1690 W/moC.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
konduktivitas termal pada kayu l = 0,5 cm sebesar 14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1
cm diperoleh 35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm sebesar 65,1690 W/moC. Hubungan
panjang sampel dengan nilai konduktivitas yang didapatkan adalah semakin panjang sampel,
maka konduktivitas termal yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan
persamaan konduktivitas termal dimana besar panjang sampel akan sebanding dengan
konduktivitas termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap tetap terhadap suhu, meskipun
disadari bahwa pada umumnya konduktivitas panas dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan
pengaruh suhu pada konduktivitas panas tidak begitu besar.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kunti Nailazzulfa, Setiawan Abdillah, Yovanita
Narsisca selaku asisten, rekan-rekan praktikum dan semua pihak yang terkait praktikum
konduktivitas termal dalam melakukan percobaan dan penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Djaprie, Sriati. “Teknologi Mekanik” jilid 1 Erlangga, Jakarta. 1992.


[2] Bradbury, “Dasar Metalurgi Untuk Rekasasawan” PT. Gramedia Pustaka Utama. 1997
[3] Serway Jewett. 2004. Fisika Untuk Science dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika

Anda mungkin juga menyukai