Aaaaa Aaaaaaaaaaaaaaa
Aaaaa Aaaaaaaaaaaaaaa
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah membandingkan daya hantar kalor berbagai
zat
B. LANDASAN TEORI
Konduksi adalah perpindahan panas antara dua substansi dari sustansi yang bersuhu
tinggi ke sustansi yang bersuhu rendah dengan adanya kontak kedua sustansi secara
langsung. Ketika tangan kamu memegang gelas panas, maka telapak tangan kamu akan
menerima panas dari gelas tersebut. Konduksi disebut juga perpindahan kalor tanpa disertai
perpindahan partikel karena adanya selisih suhu. Sebuah benda padat panjang dipanaskan
pada salah satu ujungnya, akan menyebabkan pada ujung tersebut partikel-partikelnya akan
bergetar lebih cepat karena suhunya naik. Partikel yang energi kinetiknya lebih besar akan
dingin dimasukkan ke sup yang panas, maka ujung sendok yang lain akan panas. Dan logam,
kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebasnya. Elektron bebas adalah elektron yang
dengan mudah dapat berpindah dari satu atom ke atom lain. Di tempat yang dipanaskan,
energi elektron bertambah besar dan dapat diberikan dengan tumbukan elektron disekitarnya
Logam disebut juga sebagai konduktor. Benda yang sukar menghantarkan panas
menggunakan panci logam; (2) metrika menggunakan logam untuk menghantarkan panas; (3)
solder listrik dan lain-lain. Laju hantaran kalor tiap satu satuan waktu dituliskan dengan
persamaan :
...........................................................................................................(1)
Keterangan :
Laju hantaran kalor antara dua titik pada suatu benda tergantung pada: (1) panjang
benda; (2) luas penampang benda; (3) jenis bahan; (4) selisih suhu (Anonim, 2013).
Energi termis ditransfer dari satu tempat ke tempat lain lewat tiga proses yaitu :
konduksi, konveksi, dan radiasi. Pada konduksi, energi termis ditransfer lewat interaksi
antara atom-atom atau molekul, Walaupun atom-atom molekulnya sendiri tidak berpindah.
Pada konveksi, panas dipindahkan langsung lewat perpindahan massa. Contohnya yaitu bila
udara dekat lantai dipanaskan , udara memuai dan naik karena kerapatannya yang lebih
rendah. Jadi energi termis di udara panas ini dipindahkan dari lantai ke langit-langit bersama
dengan massa udara panas. Pada radiasi, energi dipancarkan dan diserap oleh benda-benda
dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Radiasi ini bergerak lewat ruang dengan kelajuan
cahaya. Radiasi termis, gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang televisi dan sinar-X,
semuanya adalah bentuk radiasi elektromagnetik yang saling berbeda hanya dalam panjang
elektromagnetik. Bila benda ada dalam kesetimbangan termis dengan sekitarnya, benda
Namun, jika benda dipanaskan sampai temperatur yang lebih tinggi daripada sekitarnya,
maka benda meradiasi keluar lebih banyak energi daripada yang diserapnya, dengan
demikian benda menjadi lebih dingin sementara sekitarnya menjadi lebih panas (Bueche,
2006: 216).
Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu bahan. Kalor
hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu tempat ke yang lain. Kalor
adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan temperatur. Sedangkan energi
dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya. Kalor merupakan bentuk energi yang
berasal dari perubahan energi bentuk lain, seperti : (1) energi listrik berubah menjadi energi
kalor, contohnya pada strika listrik; (2) energi gerak berubah menjadi energi kalor, contohnya
Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari
benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga
Ketika salah satu bagian logam bersentuhan dengan nyala lilin atau nyala api, secara
otomatis kalor mengalir dari nyala lilin (suhu tinggi) menuju bagian logam tersebut (suhu
rendah). Walaupun hanya salah satu bagian logam yang bersentuhan dengan nyala api,
semua bagian logam tersebut akan kepanasan juga. Tanganmu bisa terasa panas,
karena kalor mengalir dari logam (suhu tinggi) menuju tanganmu (suhu rendah). Kalor itu
energi yang berpindah. Kita bisa mengatakan bahwa ketika salah satu bagian benda yang
bersuhu tinggi bersentuhan dengan benda yang bersuhu rendah, energi berpindah dari benda
yang bersuhu tinggi menuju bagian benda yang bersuhu rendah. Ketika benda yang
memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan, terdapat sejumlah kalor yang mengalir dari
benda atau tempat yang bersuhu tinggi menuju benda atau tempat yang bersuhu rendah.
Ketika mengalir, kalor juga membutuhkan selang waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa
setiap benda (khususnya benda padat) yang dilewati kalor pasti mempunyai bentuk dan
ukuran yang berbeda. Ada benda padat yang panjang, ada juga benda padat yang pendek.
Ada yang gemuk (luas penampangnya besar), ada juga yang kurus (luas penampangnya
kecil). Untuk mengetahui secara pasti hubungan antara jumlah kalor yang mengalir melalui
suatu benda selama selang waktu tertentu akibat adanya perbedaan suhu, maka kita perlu
Benda yang terletak di sebelah kiri memiliki suhu yang lebih tinggi (T1) sedangkan
benda yang terletak di sebelah kanan memiliki suhu yang lebih rendah (T2). Karena adanya
perbedaan suhu (T1- T2), kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang
bersuhu rendah (arah aliran kalor ke kanan). Benda yang dilewati kalor memiliki luas
penampang (A) dan panjang (l). Jumlah kalor yang mengalir selama selang waktu tertentu
(Q/t) berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T1 – T2), luas penampang (A), sifat suatu
benda (k = konduktivitas termal) dan berbanding terbalik dengan panjang benda. Secara
Keterangan :
Berikut ini nilai konduktivitas termal beberapa benda yang diperoleh melalui
percobaan.
Benda yang memiliki konduktivitas termal (k) besar merupakan penghantar kalor
yang baik (konduktor termal yang baik). Sebaliknya, benda yang memiliki konduktivitas
termal yang kecil merupakan merupakan penghantar kalor yang buruk (konduktor termal
berikut ini.
D. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja pada percobaan yang kami lakukan adalah sebagai berikut.
1. Pasang pipa aluminium, pipa tembaga dan pipa baja pada masing-masing klem universal
dengan jarak 6 – 25 cm dari ujung batang dan kedua ujung logam didekatkan. Posisi kedua
2. Meneteskan lilin pada jarak 3 cm, kemudian menyalakan pembakar spiritus. Setelah nyala
api stabil (6 – 10 detik) letakkan tepat di bawah ujung ketiga batang pipa.
E. DATA PENGAMATAN
Adapun data pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Pengamatan membandikan daya hantar yang paling cepat atau paling lambat secara konduksi
pada tiga jenis logam
No. Jenis Logam Waktu lilin meleleh (sekon) (jarak 3 cm)
1 Aluminium 0,28
2 Tembaga 0,34
3 Baja 0,47
F. PEMBAHASAN
Konduksi adalah proses perpindahan kalor secara langsung melalui zat perantara
tanpa disertai perpindahan molekul zat. Atau dengan kata lain konduksi merupakan
perpindahan panas antara dua subtansi dari subtansi yang bersuhu tinggi dimana panas
berpindah ke substansi yang bersuhu rendah dengan adanya kontak kedua sustansi secara
langsung. Perpindahan energi secara konduksi banyak terjadi pada zat padat, sehingga
konduksi dapat juga dikatakan sebagai perpindahan kalor pada zat padat.
Adapun yang menjadi tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui daya hantar
kalor berbagai zat. Digunakan tiga jenis bahan berupa logam yang berbeda sebagai medium
perpindahan kalor secara konduksi yakni logam aluminium, tembaga, dan baja. Ketiga logam
tersebut memiliki daya hantar kalor yang masing-masing berbeda. Untuk dapat mengamati
secara langsung terjadinya perpindahan kalor secara konduksi, maka pada ujung masing-
masing bahan ditetesi lilin dengan ketebalan yang sama yang nantinya ketikan lilin tersebut
meleleh maka mengindikasikan bahwa proses konduksi telah berlangsung pada bahan
Dari hasil pengamatan terhadap ketiga bahan tersebut diperoleh bahwa logam jenis
aluminium mengalami konduksi tercepat di antara kedua jenis logam lainnya. Sedangkan
logam baja merupakan bahan yang paling lambat mengalami konduksi dari kedua bahan
lainnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah kalor yang terkandung pada logam jenis aluminium
lebih besar dibandingkan dengan jumlah kalor yang terkandung pada jenis logam baja, dan
besarnya suhu termal pada logam aluminium lebih kecil dibandingkan dengan logam
tembaga sehingga logam aluminium lebih cepat menghantarkan kalor secara konduksi
dibandingkan dengan logam lainnya. Hal tersebut tentunya sesuai dengan teori bahwa
besarnya kalor yang dipindahkan secara konduksi dipengaruhi pada jenis mediumnya.
Selanjutnya, dilakukan percobaan pada dua buah logam baja dengan cara yang sama
pada prosedur sebelumnya tetapi dengan menambahkan dua jenis fluida yang berbeda pada
masing-masing logam, yang mana logam baja yang diketahui sebagai logam dengan daya
hantar kalor paling rendah di antara ketiga logam tersebut. Oleh karena itu, kami mencoba
mengoleskan kedua logam tersebut dengan fluida yag berbeda sehingga dapat mempengaruhi
daya hantar kalor (konduksi) pada logam baja tersebut. Kedua fluida tersebut yakni oli dan
minyak. Dari pengamatan terhadap kedua logam baja tersebut, diperoleh pada logam baja
yang diolesi oli lebih cepat melelehkan lilin dibandingkan dengan logam baja yang diolesi
minyak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa logam baja yang diolesi oli mengalami
konduksi lebih cepat dibandingkan dengan logam baja yang diolesi minyak. Kejadian
tersebut dikarenakan jenis fluida yang dioleskan pada kedua logam tersebut memiliki rapat
jenis yang berbeda, yang mana fluida dengan jenis oli memiliki rapat jenis yang lebih besar
dibandingkan dengan fluida jenis minyak sehingga logam baja yang diolesi oli lebih cepat
mengalami perpindahan kalor secara konduksi. Sesuai denagn teori bahwa kerapatan suatu
G. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah dari hasil pengamatan yang kami
lakukan jenis logam yang paling cepat menghantarkan panas adalah aluminium kemudian
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Frederich J., 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Pengukuran Konduktivitas Termal Material Serbuk Kayu
I. PENDAHULUAN
Terdapat tiga macam proses perpindahan energi panas. Proses tersebut adalah perpindahan
energi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan energi panas secara konduksi
merupakan perpindahan energi panas yang disalurkan secara langsung antar molekul tanpa
adanya perpindahan dari molekul yang bersangkutan. Proses konduksi terjadi pada benda
padat, cair maupun gas jika terjadi kontak secara langsung dari ketiga macam benda tersebut.
Jika zat mendapat energi panas maka energi panas tersebut digunakan untuk menggetarkan
partikel-partikel zat tersebut. Partikel-partikel yang bergetar mempunyai energi kinetik lebih
besar ini, memberikan sebagian energi kinetiknya kepada partikel tetangganya melalui
tumbukan sehingga partikel tetangga bergetar dengan energi kinetik lebih besar pula. Begitu
seterusnya partikel tetangga ini memindahkan energi ke partikel tetangga berikutnya. Sampai
semua material telah rata mendapatkan panas. Perpindahan panas dengan proses konveksi
terjadi hanya pada benda cair. Perpindahan ini disertai dengan perpindahan benda cair secara
fisik. Pada saat energi panas yang diterima oleh benda cair tersebut melebihi titik batas maka
benda cair itu akan mengalami perubahan phasa. Perpindahan panas dengan proses radiasi
berbeda dengan proses konduksi maupun konveksi. Energi radiasi dirambatkan menggunakan
gelombang elektromagetik diantara dua objek yang dipisahkan oleh jarak dan perbedaan
temperatur dan tanpa medium penghantar[1].
Konduktivitas panas (k) merupakan perhitungan kapasitas hantar panas suatu material.
Konduktivitas panas merupakan property dari suatu material yang menentukan kemampuan
suatu benda menghantarkan panas. Materi yang memiliki konduktivitas panas rendah dapat
disebut dengan isolator yang baik. Setiap materi memiliki lebar batasan dari konduktivitas
panas. Konsep dasar dari konduktivitas panas adalah kecapatan dari proses difusi energi
kinetic molekuler pada suatu material yang menghantarkan panas[2].
Konsuktivitas termal logam murni, pada umumnya berkurang sesuai dengan suhunya.
Konduktivitas termal bahan yang homogen biasanya sangant bergantung pada densitas, yaitu
massa bahan dibagi dengan volume total. Dalam volume total ini termasuk juga volume
rongga, seperti kantong-kantong udara yang terdapat di dalam batas-batas bahan itu.
Konduktivitas bergantung juga pada suhu. Sebagai kaidah umum k bahan-bahan tak homogen
bertambah tinggi jika suhu dan densitas makin tinggi. Atom-atom dalam zat padat bergetar
disekitar posisi pertengahan ketika temperaturnya dinaikkan. Frekuensi dari getaran
berjumlah terbatas dan di atas temperatur karakteristik tidak tergantung pada temperaturnya.
Saat temperature naik, hanya amplitudo getarannya saja yang dapat naik. Kenaikan amplitude
getaran ini mempunyai beberapa efek yang menarik. Setiap mode getaran dapat dibayangkan
sebagai sebuah tipe ketidaksempurnaan dalam periodisitas kristal yang sebenarnya, yang
dapat direpresentasikan dengan sebuah fonon dengan energi hv berpropagasi melalui kristal.
Fonon adalah fenomena yang muncul dari kuantisasi system Fisika. Fonon dapat ditemui
dalam sistem kristal. Jadi, Fonon adalah partikel yang terdapat dalam gelombang elastik.
Konduktivitas termal zat menunjukkan bahwa logam merupakan konduktor termal yang baik
daripada non logam, seperti kayu, karena mobilisasi elektron ikut berpartisipasi dalam
konduktivitas listrik dan juga ikut berperan dalam transfer energi panas[3].
II. METODE
Dalam praktikum ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut, yaitu dua silinder logam
alumunium dengan panjang masing-masing 3 cm, padatan serbuk kayu, kompor listrik,
pirometer, air, penjepit dan stopwatch. Pyrometer merupakan sebuah alat dengan sensor suhu
yang berfungsi untuk mengukur suhu suatu benda dengan mengarahkan pointer tepat pada
titik tengah benda yang akan diukur suhunya. Al adalah sebagai material referensi yang telah
diketahui koefisien konduktivitasnya, sebagai pembanding untuk material sampel agar dapat
diketahui koefisien konduktivitasnya. Serbuk kayu adalah sebagai material sampel yang akan
dicari konduktivitasnya. Langkah awal pada percobaan ini yaitu disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Kemudian diukur panjang masing-masing untuk material referensi dan
material sampel. Diletakkan kasa diatas api sebagai alas. Lalu disusun material seperti
tampak pada gambar 1 dan ditentukan T1, T2, T3, dan T4 nya. Kemudian dinyalakan kompor
listrik, dan bahan dipanaskan selama 5 menit. Setelah 5 menit, bahan diangkat satu persatu
dengan penjepit dan diukur masing-masing suhunya dengan menggunakan pyrometer seperti
pada gambar 2. Setelah suhu diukur, bahan didinginkan dengan cara memasukkannya ke
dalam gelas beker yang telah diisi air, kemudian bahan dikeringkan dengan tisu. Diulangi
langkah diatas sebanyak 3 kali untuk material sampel dengan panjang 1 cm dan 1.5 cm.
Selesai
Mulai
Disiapkan alat dan bahan
Diukur panjang material sampel dan material referensi
Sampel disusun berada diantara 2 alumunium
No T1 T2 T3 T4
1 35 47 51 52
2 34 73 53 62
3 37 47 57 67
Dari tabel diatas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai konduktivitas termal
sampel yaitu sebagai berikut:
Diketahui : = T4-T3 = 52-51
= T2-T1 = 47-35
Ls = 0.005 m
Lr = 0.03 m
K referensi = 202 W/m
q =1
Ditanyakan : konduktivitas termal sampel?
Jawab :
W/m
Untuk data perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3.4, 3.5 dam 3.6 di bawah
ini:
Dari tabel hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa erorr data yang
cukup tinggi, karena seharusnya nilai konduktivitas termal sampel sekitar 0,17 W/m , namun
dari hasil perhitungan lebih dari 10 bahkan sampai 60. Kayu merupakan bahan yang isolator
dimana elektron bebasnya sedikit, sehingga sulit menghantarkan listrik. Error data yang
cukup besar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya waktu pemanasan yang
kurang lama, pengukuran suhu menggunakan pirometer yang kurang akurat karena harus
ditembakkan, sehingga belum tentu tepat pada titik pengukuran ataupun bisa mengenai
penjepit yang terbuat dari logam. Hubungan panjang sampel dengan nilai konduktivitas yang
didapatkan adalah semakin panjang sampel, maka konduktivitas termal yang dihasilkan juga
semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan konduktivitas termal dimana besar panjang
sampel akan sebanding dengan konduktivitas termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap
tetap terhadap suhu, meskipun disadari bahwa pada umumnya konduktivitas panas
dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan pengaruh suhu pada konduktivitas panas tidak begitu
besar.
Proses perpindahan kalor dari kompor yang menghasilkan api hingga sampai ke ujung alumunium paling atas
adalah energi dari api mengenai salah satu ujung alumunium yang paling bawah, kemudian karena electron pada
alumunium mendapat energi dari api, maka, elektron-elektron tersebut akan bergetar dan menyebabkan electron
disampingnya mendapat energy dari electron yang bergetar tersebut sehingga terus menyalurkan energy sampai
ujung alumunium paling atas.
Dalam praktikum ini diperoleh nilai konduktivitas termal pada kayu l = 0,5 cm sebesar
14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1 cm diperoleh 35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm
sebesar 65,1690 W/moC.
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
konduktivitas termal pada kayu l = 0,5 cm sebesar 14,7472 W/moC , sedangkan pada l = 1
cm diperoleh 35,3386 W/moC, dan pada l = 1.5 cm sebesar 65,1690 W/moC. Hubungan
panjang sampel dengan nilai konduktivitas yang didapatkan adalah semakin panjang sampel,
maka konduktivitas termal yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan
persamaan konduktivitas termal dimana besar panjang sampel akan sebanding dengan
konduktivitas termalnya. Konduktivitas panas selalu dianggap tetap terhadap suhu, meskipun
disadari bahwa pada umumnya konduktivitas panas dipengaruhi oleh suhu, tetapi kenyataan
pengaruh suhu pada konduktivitas panas tidak begitu besar.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kunti Nailazzulfa, Setiawan Abdillah, Yovanita
Narsisca selaku asisten, rekan-rekan praktikum dan semua pihak yang terkait praktikum
konduktivitas termal dalam melakukan percobaan dan penyelesaian laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA