Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Ca Mammae Sinistra

Oleh:

Irianty A. Pemasela
15014101187

Residen Pembimbing
dr. Hanny

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Victor Pontoh, Sp.B(K)Onk

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:


Ca Mammae Sinistra
telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal Juli 2017.

Mengetahui Supervisor Pembimbing,

Dr. dr. Victor Pontoh, Sp.B(K)Onk


BAB I
PENDAHULUAN

Kanker payudara adalah suatu jenis kanker yang berkembang dari sel-sel
payudara.1 Kanker ini merupakan jenis kanker mengancam nyawa yang paling sering
terdiagnosis pada wanita.2
Pada tahun 2011 diperkirakan 508.000 perempuan meninggal dengan kanker
payudara. Walaupun selama ini penyakit ini dianggap merupakan masalah kesehatan
negara-negara maju, hampir 50% kasus dan 58% kematian terkait penyakit ini terjadi
di negara-negara yang sedang berkembang.3
Tingkat insidensi kanker payudara di berbagai belahan dunia sangat bervariasi
dari 19,3 per 100.000 perempuan di Afrika Timur sampai 89,7 per 100.000
perempuan di Eropa Barat. Pada kebanyakan negara berkembang tingkat insidensi
kanker payudara adalah dibawah 40 per 100.000. 3
Banyak kanker payudara tahap awal yang asimtomatik; nyeri atau rasa tidak
nyaman biasanya bukanlah gejala yang dirasakan. Kanker ini biasanya terdeteksi
pertama kali sebagai suatu abnormalitas pada mammogram sebelum pasien dan
penyedia jasa kesehatan merasakan.2
Pendekatan umum evaluasi kanker payudara formalnya adalah pendekatan
“triple” yaitu pemeriksaan klinis, pencitraan (misalnya mammografi, USG, atau
keduanya) dan biopsy jarum. Peningkatan kewaspadaan public dan peningkatan
dalam screening mengarah kepada diagnosis yang lebih dini pada stage yang masih
memungkinkan reseksi bedah dan terapi kuratif komplit.2
Pembedahan dan radioterapi bersama dengan kemoterapi atau hormone
adjuvant saat diindikasikan sekarang dianggap sebagai penanganan primer untuk
kanker payudara. Pembedahan dengan radiasi local cukup sebagai tindakan kuratif
bagi pasien dengan kanker payudara low-risk early-stage.2
Terapi adjuvant kanker payudara didesain untuk mengangani mikrometastasis
atau sel-sel kanker payudara yang lolos dari payudara serta nodus limfa regional tapi
belum diketahui tempat metstasisnya. Tergantung dari model risk-reduction terapi
adjuvant diperkirakan berhubungan dengan penurunan mortalitas kanker payudara
sebesar 35-72%.2
Selama 3 dekade terakhir penelitian tentang kanker payudara mengarah ke
proses luar biasa pemahaman tentang penyakit ini. Terkait pemahaman ini timbullah
perkembangan penanganan-penganan yang lebih tepat sasaran dan kurang toksik
untuk kanker payudara. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Payudara wanita dewasa adalah kelenjar penghasil susu yang berada di depan
dinding dada. Kelenjar ini menempel di otot pektoralis mayor dan ditopang serta
dilekatkan ke bagian depan dinding dada pada tiap sisi sternum oleh ligament.2
Setiap payudara memiliki 15-20 lobus yang tersusun sirkular. Setiap lobus
memiliki banyak lobulus, kelenjar yang memproduksi susu pada wanita menyusui.
Lobus dan lobules tersambung oleh ductus, yang berfungs sebagai pipa pembawa
susu ke putting susu.2,4
B. Patologi dan Patofisiologi
Pemahaman tentang etiopatogenesis kanker payudara saat ini adalah kanker
invasive timbul melalui suatu serial gangguan molekuler pada level selular.
Gangguan ini menimbulkan sel-sel epithelial payudara dengan karakteristik immortal
dan pertumbuhan yang tak terkendali.2
Reseptor estrogen dan progesterone terdapat di beberapa kanker payudara.
Reseptor ini memicu replikasi DNA dan pembelahan sel saat berikatan dengan
hormone yang sesuai.5 Sekitar 2/3 pasien-pasien postmenopause memiliki neoplasma
estrogen-receptor + (ER+). 5
Kanker payudara menginvasi jaringan sekitarnya dan menyebar melalui nodus
limfa regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker yang bermetastasis dapat timbul
hampir di semua organ tubuh – paling sering paru-paru, hati, tulang, otak, dan kulit.5

C. Faktor Risiko

1. Umur
Kasus kanker payudara sporadic relatif jarang diantara perempuan yang lebih
muda dari 40 tahun tetapi jumlahnya meningkat secara signfikan setelah usia 40
tahun. Insidens total dan spesifik-umur bimodal, dengan puncak pertama pada umur
50 tahunan dan puncak kedua pada umur 70 tahunan.2

2. Riwayat keluarga menderita kanker payudara


Risiko menderita kanker payudara meningkat jika:2
 Dua atau lebih keluarga dengan kanker payudara atau kanker ovarium
 Kanker payudara terjadi pada keluarga di saat usia keluarga itu lebih muda dari
50 tahun.
 Keluarga laki-laki dengan kanker payudara
 Mutasi BRCA1 dan BRCA2.
3. Faktor reproduksi dan hormone steroid
Hamil pertama di usia tua, nulliparitas, onset menstruasi yang lebih dini, dan
mulai menopause pada usia yang lebih lanjut berhubungan dengan peningkatan risiko
kanker payudara. 2

4. Obesitas
Peningkatan risiko kanker payudara postmenopausal berhubungan dengan: 2
 Weight-gain orang dewasa 20-25 kg diatas berat badan pada saat umur 18 tahun.

5. Faktor lingkungan dan gaya hidup2

 Sedentary lifestyle
 Konsumsi alkohol regular, moderat
 Pola diet barat.
 Merokok aktif maupun pasif
 Daging bakar atau olahan
 Paparan pestisida, radiasi, serta estrogen

D. Tanda dan gejala klinis2


Jika pasien belum menyadari akan adanya benjolan, tanda dan gejala yang
mengindikasikan kemugkinan adanya kanker payudara antara lain:
 Perubahan ukuran dan bentuk payudara
 Perubahan kulit atau munculnya kerutan di payudara
 Abnormalitas putting susu yang baru muncul.
 Adanya discharge nipple, khususnya bercak darah.
 Adanya benjolan di ketiak
Untuk mendeteksi perubahan “halus” pada payudara musti dilakukan
pemeriksaan payudara dengan posisi pasien tegak dan kedua tangan diangkat.
Temuan berikut musti meningkatkan kewaspadaan:
 Perubahan benjolan atau kontur
 Kekakuan kulit
 Inversi putting
 Dilatasi vena
 Ulserasi
 Penyakit Paget
 Edema atau peau d’orange
Jika benjolan dapat dipalpasi hal-hal berikut musti menaikkan kewaspadaan:
 Kekerasan
 Iregularitas
 Focal nodularity
 Asimetris dengan payudara yang lain
 Fiksasi terhadap kulit atau otot (diperiksa dengan cara khusus).
Pemeriksaan lengkap yaitu dengan memeriksa axila dan fosa supraklavikular,
memeriksa dada dan tempat nyeri otot, dan memeriksa status neurologis dan
abdomen. Klinisi musti waspada terhadap gejala metastasis, misalnya:
 Sesak nafas
 Nyeri tulang
 Gejala hyperkalemia
 Distensi abdomen
 Ikterus
 Gejala neurologis local
 Gangguan fungsi kognitif
 Sakit kepala

E. Screening2
Modalitas screening yaitu:
 Pemeriksaan payudara sendiri
 Pemeriksaan klinis payudara
 Mammografi
 USG
 Magnetic resonance imaging (MRI)
USG dan MRI lebih sensitive daripada mammografi untuk kanker invasive
pada nonfatty breasts. Kombinasi mammografi, pemeriksaan fisik, dan MRI lebih
sensitive daripada tes-tes individual atau kombinasi yang lain.
Rekomendasi American Cancer Society 2015 untuk screening dengan
mammografi pada perempuan dengan risiko rata-rata kanker payudara yaitu:
 Screening regular mammografi mulai umur 45 tahun.
 Screening per tahun pada umur 45-54 tahun.
 Screening 2 tahun sekali pada umur 55 tahun keatas.
 Meneruskan screening selama kesehatan baik.

F. Diagnosis2
Evaluasi kanker payudara seharusnya dilakukan secara bertahap yang dimulai
dengan gejala-gejala dan riwayat medis umum. Hal ini diikuti dengan tahap-tahap
yang secara formal disebut triple assessment, yaitu:
 Pemeriksaan klinis
 Pencitraan (biasanya mammografi, ultrasonografi (USG, atau keduanya)
 Biopsi jarum
Hasil mammograf yang mensugestikan adanya malignansi adalah asimetris,
mikrokalsifikasi, dan distorsi massa atau arsitektural.
Percutaneous vacuum-assisted large-gauge core-needle biopsy (VACNB)
dengan tuntunan imaging adalah pendekatan diagnosis yang direkomendasikan untuk
neoplasma payudara yang baru didiagnosis. Eksisi biopsy diperuntukkan untuk lesi
dengan diagnosis yang asih ambigu walaupun telah dilakukan pemeriksaan radiologis
dan core biopsy.

Jenis-jenis kanker payudara adalah:


 Infiltrating ductal carcinoma adalah kanker payudara yang paling sering
didiagnosis dan memiliki kecenderungan bermetastasis via aliran limfa.
 Lobular carcinoma in situ (LCIS)
 Infiltrating lobular carcinoma
 Medullary carcinoma
 Mucinous (colloid) carcinoma
 Tubular carcinoma
 Papillary carcinoma
 Metaplastic breast cancer
 Mammary Paget disease
Sistim staging American Joint Committee on Cancer (AJCC) mengelompokkan
pasien ke dalam 4 stages berdasarkan sistim TNM, yang berdasarkan ukuran tumor
(T), status nodus limfa (N), dan metastasis jauh (M).

Tabel 1. Klasifikasi AJCC edisi ke-7 (2010)


 Tumor Primer (T)
Definisi ukuran tumor adalah sebagai berikut:
 Tx – Tumor primer tidak dapat diidentifikasi
 T0 – Tidak ada bukti adanya tumor primer
 Tis – DCIS
 Tis – LCIS
 Tis – Penyakit Paget puting tanpa tumor
 T1 – Tumor dengan diameter terbesar ≤ 2 cm
 T1mic – Mikroinvasi dengan diameter terbesar ≤0,1cm
 T1a – Tumor >0,1 tapi tidak >0,5cm pada diameter terbesarnya
 T1b – Tumor >0.5 tapi tidak > 1 cm pada diameter terbesarnya
 T1c – Tumor >1cm tapi tidak > 2cm pada diameter terbesarnya
 T2 – Tumor >2cm tapi tidak >5cm pada diameter terbesarnya
 T3 – Tumor >5cm pada diameter terbesarnya
 T4 – Tumor ukuran apa saja, dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau hanya
kulit
 T4a – Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk pektoralis
 T4b – Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau nodul
kulit satelit terbatas pada payudara yang sama).
 T4c: Kedua T4a dan T4b
 T4d: Penyakit inflamasi
 Nodus limfa

 Nx – Nodus limfa regional tidak bisa diperiksa (misalnya sebelumnya diangkat).


 N0 – Tidak terdapat metastasis ke nodus limfa regional
 N1 – Metastasis dalam nodus limfa axila ipsilateral yang movable
 N2 – Metastasis dalam nodus limfa axila ipsilateral yang terfiksir, atau secara
klinis gambaran nodus mammae internal ipsilateral dalam absennya bukti klinis
metastasis modus limfa axila.
 N2a - Metastasis dalam nodus limfa axila ipsilateral yag terikat satu sama lain atau
ke struktur lainnya.
 N2b – Metastasis hanya dalam penampakan klinis nodus mammae internal
ipsilateral dan tidak adanya bukti klinis nodus limfa axillaris.
 N3 – Metastasis dalam nodus infraclaviula ipsilateral atau nodus limfa
supraklavikuler dengan atau tanpa keterlibatan nodus limfa axila, atau nodus limfa
mammae internal ipsilateral yang muncul secara klinis
 N3a – Metastasis dalam nodus limfa infraklavikular ipsilateral
 N3b – Metastasis dalam nodus limfa mamae internal ipsilateral dan nodus limfa
aksillaris.
 N3c – Metastasis dalam nodus limfa supraklavikular ipsilateral.
 Metastasis
 Mx – Metastasis distant tidak bisa diperiksa
 M0 - Tidak ada metastasis jauh
 M1- Metastasis jauh,

G. Tatalaksana
Terapi pembedahan dan radiasi, disertai dengan hormone atau kemoterapi
adjuvant jika diindikasikan, adalah penanganan primer untuk kanker payudara. Terapi
bedah dapat terdiri dari lumpektomi atau mastektomi total. Terapi hormone dan
kemoterapi adalah 2 intervensi utama untuk menangani kanker payudara yang
bermetastasis.2
 Lumpektomi (mastectomy parsial atau segmental) 6
Lumpektomi didefinisikan sebagai reseksi bedah komplit tumor primer dengan
tujuan mendapatkan margin negative yang luas (idealnya 1cm). Dapat dilakukan
dengan tuntunan palpasi atau pencitraan dan dapat dipraktekkan pada hampir semua
pasien dengan karsinoma invasive stage I atau II.
Kontraindikasi absolut lumpektomi yaitu:
 Penyakit multifocal
 Riwayat terapi radiasi sebelumnya pada area yang akan ditangani
 Tidak mampu menjalani terapi radiasi untuk penyakit invasive
 Kehamilan trimester pertama atau kedua
 Margin positif yang persisten setelah usaha konservatif

 Mastectomi6
Mastektomi total yaitu pengangkatan komplit semua jaringan payudara sampai
clavicula di bagian atas, sternum di bagian tengah, lipatan inframammae di bagian
bawah, dan axila anterior di bagian lateral, dengan reseksi en bloc fascia pectoralis
mayor. Variannya adalah sebagai berikut:
 Modified radical mastectomy : Suatu mastektomi total dengan diseksi nodus limfa
axillaris (ALND).
 Matektomi radikal : Suatu mastektomi total ditambah reseksi en bloc pektoralis
mayor dan ALND.
 Extended radical mastectomy : Suatu mastektomi radikal dengan reseksi nodus
limfa mammae internal.
 Skin-sparing total mastectomy (SSM).
 Nipple – sparing total mastectomy (NSM).

 Penanganan Post operative6


Penanganan post operatif yaitu:
1. Pemastian penyembuhan luka yang baik
2. Evaluasi dan tatalaksana komplikasi postoperative seperti seroma, infeksi luka,
perdarahan, dan kerusakan saraf.
3. Follow up specimen patologik.
4. Mobilisasi pasien dan latihan range of motion dini.
Rekomendasi untuk follow up jangka panjang:
1. Mammmografi postoperative baseline kedua payudara atau payudara yang tersisa
pada bulan ke-6.
2. Pemeriksaan klinis setiap 4 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 6 bulan sampai
tahun kelima, dan setiap tahun untuk berikutnya.
3. Mammografi dan radiografi dada tahunan.

BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : KG
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 42 tahun
Tanggal lahir : 17 Januari 1975
Agama : Islam
Alamat : Lawangirung
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Pekerjaan : IRT
MRS : 18 Juni 2017
RM : 33.87.67

B. ANAMNESIS PASIEN
Keluhan Utama: Benjolan di payudara kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Benjolan di payudara kiri dirasakan pasien sejak ± 4 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Benjolan dirasakan keras dan tidak mobile. Pasien pertama
kali merasakan adanya benjolan saat memeriksa payudara sendiri. Benjolan
tidak dirasakan semakin membesar dan tidak nyeri. Tidak dirasakan adanya
benjolan di ketiak. Perubahan ukuran dan bentuk payudara disangkal.
Perubahan kulit sekitar payudara disangkal.

Pasien merasa pegal-pegal tangan kiri sejak ± 2 minggu. Riwayat Tangan kiri
bengkak disangkal. .

Sesak nafas, nyeri tulang, sakit perut, riwayat icterus, sakit kepala disangkal.
Riwayat obstetric dan ginekologi:
P3A1. Pasien telah menikah. Haid pertama kali umur 15 tahun. Hamil pertama
kali usia 19 tahun. Ketiga anak diberikan ASI eksklusif selama 2 tahun.
Riwayat discharge seperti mentega 6 th yll 1 tahun setelah menyusui terakhir.
Riwayat penggunaan KB: KB suntik, KB tablet (yang terakhir) ± 8 tahun.

Lifestyle:
Pasien sering mengonsumsi daging ayam potong serta makanan cepat saji.
Alkohol (-), merokok (-).

Riwayat Penyakit Dahulu:


Darah tinggi ± 4 tahun, diobati dengan amlodipine 10 mg secara teratur

Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat paparan radiasi:


Rontgen perut ± 15 th yll.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Nenek: Kanker kandungan (jenis tidak diketahui)
Ibu: Ca mammae
Kakak: Ca cervix

C. PEMERIKSAAN FISIK
a) Status Generalis
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 80x/menit, regular
Suhu : 36,5 °C

Kepala : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil bulat


isokor, diameter 3 mm x 3 mm, refleks cahaya +/+,
bibir tidak ada sianosis.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, trakea
letak normal.
Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : bunyi pernapasan vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan dan kiri dalam batas normal
Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : teraba lemas, NT (-).
Perkusi : timpani

Status Gizi
TB : 152 cm
BB : 61 kg
BMI : 26.4
b) Status Lokalis
Regio mammae dextra
Inspeksi : bentuk normal, benjolan(-), kerutan kulit (peau
d’orange) (-), retraksi papilla mama (-), keluar
cairan dari putting (-).
Palpasi : tidak teraba massa

Regio Mamma sinistra


Inspeksi : tidak tampak benjolan, tidak tampak ulkus, tidak
ada retraksi puting, tidak ada gambaran Peau
d’orange, tidak ada skin dimpling.
Palpasi : teraba benjolan bulat pada daerah superior lateral,
soliter, tidak mobile, keras, batas tidak tegas,
diameter ukuran 2 cm x 1 cm, NT (-).

KGB Axilla Sinistra


Inspeksi : tidak tampak benjolan.
Palpasi : tidak teraba massa
KGB Axilla Dextra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa
KGB Infraklavikula Sinistra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

KGB Infraklavikula Dextra


Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa
KGB Supraklavikula Sinistra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa
KGB Supraklavikula Dextra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa
KGB Mammaria interna sinistra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa
KGB Mammaria interna dextra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa
Regio Abdomen
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi:tidak teraba pembesaran hepar, nyeri tekan (-).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium 9 Juni 2017 (Pre operatif)
Leukosit : 8400/uL
Eritrosit : 4.57 10^6/uL
Hemoglobin : 13.4 g/dL
Hematokrit : 39 %
Trombosit : 388 10^3/uL
MCH : 29.3 pg
MCHC : 34,4 g/dL
MCV : 85,3 fL
Gula Darah Puasa : 78 mg/dL
SGOT : 19 U/L
SGPT : 11 U/L
Ureum darah : 14 mg/dL
Creatinin darah : 0.72 mg/dL
Hemostasis :
BT : 1 menit 3 detik
CT : 11 menit
Tumor marker :
CA 15-3 (Breast) : <2
Hepatitis marker :
HBsAg Elisa : Non reaktif

b. Pemeriksaan Laboratorium 21 Juni 2017 (Pasca Eksisi tumor)


Leukosit : 17350/uL
Eritrosit : 4.23 10^6/uL
Hemoglobin : 12.5 g/dL
Hematokrit : 38.7 %
Trombosit : 356 10^3/uL
MCH : 29.7 pg
MCHC : 32.4 g/dL
MCV : 91,5 fL
Ur : 17 mg/dL
Cr : 0,6 mg/dL
GDS : 103
Na : 140 mEq/L
K : 4.27 mEq/L
Cl : 103.4 mEq/L

c. Pemeriksaan EKG 9/6/17 : dalam batas normal

d. Pemeriksaan Patologi Anatomi (Blok Parafin) 26-5-2017: Papillary


carcinoma dengan radang supuratif.
e. Pemeriksaan Radiologi 9-6-2017(X-foto thoraks) kesimpulan: dalam batas
normal.

E. DIAGNOSA
Ca mammae sinistra T2N0M0

F. TATALAKSANA/TINDAKAN
Rencana MRM sinistra

G. FOLLOW UP
18/06/2017
S: benjolan di payudara kiri
O: regio mammae sinistra: luka bekas operasi uk 2x1 cm, luka terawat, tidak
ada darah, pus (-).
A: Ca mammae sinistra
P: rencana MRM sinistra

19/06/2017
S: benjolan di payudara kiri
O: regio mammae dextra: massa ukuran 2x1 cm, keras, pembesaran KGB (-).
A: Ca mammae sinistra
P: Pro MRM sinistra 20-6-2017.
Konsul Anastesi
Cross match

Laporan Operasi (20-6-2017):


a. Pasien tidur terlentang di meja operasi dengan general anestesi
b. Asepsis dan antiseptik lapangan operasi, dipersempit dengan doek steril,
lengan diabduksi kiri 900
c. Dilakukan insisi Willy Mayer, gali insisi 2cm dari tepi tenon untuk flap.
d. Flap atas sampai clavicular, flap medial pastural upsi laper, flap bawah
sampai inflamatomy felpl, flap lateral sampai tepi anterior m. D megulofler
vasa R N thoracalis derl.
e. Mastektomi dari medial ke lateral.
f. Kontrol perdarahan.
g. M. pectoralis mayor dilepaskan dari m pectoralis minor dan serata atas.
h. Diseksi axila – cek pembesaran KGB – pembesaran KGB level IIIA –
diseksi dibawah vasa anterior.
i. Indufkan vasa dan venum thoracalis longii, verke dorsalis lengan dan
thoracalis dorsalis.
j. Cuci lapangan operasi dengan NaCl 0.9%
k. Kontrol perdarahan.
l. Pasang drain 2 buah.
m. Jahit luka lapis demi lapis
n. Operasi selesai.

Gambar 1. Foto mammae sinistra pre-operasi


Gambar 2. MRM mammae sinistra

21/06/2017
S: nyeri luka operasi (+)
O: regio mammae sinistra : luka operasi trawat, perdarahan.
Drain I: 98 cc serohemoragic.
Drain II: 35 cc serohemoragic
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h1).
P: Aff kateter
Diet bebas TKTP
Rawat drain
IVFD NaCl 0,9% 18tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv

22/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat
Drain I: 50cc
Drain II: 40cc
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h2)
P: IVFD NaCl 0,9% 18tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Diet bebas

23/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat
Drain I: 30cc hemoragic
Drain II: 30cc serous
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h3)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 amp iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Rawat luka
Diet bebas
Mobilisasi

24/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat
Drain I: 8cc hemoragic
Drain II: 40cc hemoragic
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h4)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 amp iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Rawat luka
Diet TKTP
Mobilisasi
Aff drain atas

25/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat, hematom (-), pus (-)
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h5)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv Rawat luka
Ketorolac inj 3x1 amp iv Diet TKTP
Ranitidin inj 2x1 amp iv Mobilisasi

26/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat, hematom (-), pus (-)
Drain: 80cc hemoragic
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h6)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 amp iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Rawat luka
Diet TKTP
Mobilisasi
BAB IV
DISKUSI
Kanker payudara adalah suatu jenis kanker yang berkembang dari sel-sel
payudara.1 Kanker ini merupakan jenis kanker mengancam nyawa yang paling sering
terdiagnosis pada wanita dan jumlahnya meningkat secara signifikan setelah usia 40
tahun.2 Data ini sesuai dengan identitas pasien yakni seorang perempuan dan berusia
42 tahun.
Telah terdapat penelitian-penelitian yang mengidentifikasi faktor-faktor risiko
kanker payudara. Salah satu faktor risiko yang ditemukan adalah adanya mutase
BRCA1 dan BRCA2 pada gen keluarga. Pada kasus ini ibu pasien memiliki riwayat
kanker payudara dan dari anamnesis ditemukan kemungkinan adanya metastasis ke
paru pada ibu pasien. Temuan ini mengindikasikan kemungkinan adanya salah satu
faktor risiko kanker payudara pada gen pasien yakni mutasi BRCA1 dan BRCA2.
Faktor risiko yang lain pada pasien ini yaitu riwayat pemakaian KB yang
mengandung estrogen dan sering mengonsumsi daging olahan (ayam potong dan
ayam cepat saji).2
Banyak kanker payudara tahap awal yang asimtomatik; nyeri atau rasa tidak
nyaman biasanya bukanlah gejala yang dirasakan. Kanker ini biasanya terdeteksi
pertama kali sebagai suatu abnormalitas pada mammogram sebelum pasien dan
penyedia jasa kesehatan merasakan. Jika benjolan dapat dipalpasi hal-hal berikut musti
menaikkan kewaspadaan, yaitu : kekerasan, Iregularitas, Focal nodularity, Asimetris
dengan payudara yang lain, Fiksasi terhadap kulit atau otot (diperiksa dengan cara
2
khusus). Pada pasien ini bisa dikatakan kanker payudara masih dalam tahap awal
yang asimtomatik karena pasien tidak merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman. Pasien
hanya merasakan adanya benjolan kecil pada payudara kiri yang tidak nyeri dan
imobile.
Pendekatan umum evaluasi kanker payudara formalnya adalah pendekatan
“triple” yaitu pemeriksaan klinis, pencitraan (misalnya mammografi, USG, atau
keduanya) dan biopsy jarum. Peningkatan kewaspadaan public dan peningkatan
dalam screening mengarah kepada diagnosis yang lebih dini pada stage yang masih
memungkinkan reseksi bedah dan terapi kuratif komplit.2
Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi kanker payudara yaitu dengan memeriksa
axila dan fosa supraklavikular, memeriksa dada dan tempat nyeri otot, dan memeriksa
status neurologis dan abdomen.2 Pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan benjolan
ukuran 2x1cm, keras, immobile, batas tidak tegas pada payudara kiri. Tidak
ditemukan benjolan pada supraklavikula dan axila.
Walapun pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan benjolan pada axila pasien,
terdapat keluhan pegal-pegal otot tangan kiri pasien yang sesisi dengan mammae
yang terdapat benjolan. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan penjalaran
kanker ke axilla.
Setelah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi didapatkan hasil papillary
carcinoma dengan radang supuratif. Temuan ini menegakkan diagnosis kanker
payudara pada pasien. Berdasarkan klasifikasi American Joint Committee on Cancer
pasien berada pada stage IIA (T2N0M0).2
Tatalaksana yang dilakukan pada pasien adalah dengan mastektomi radikal +
kemoterapi post-operative sebanyak 6 kali. Follow up dilakukan dengan :
 Mammmografi postoperative baseline kedua payudara atau payudara yang tersisa
pada bulan ke-6.
 Pemeriksaan klinis setiap 4 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 6 bulan sampai
tahun kelima, dan setiap tahun untuk berikutnya.
Mammografi dan radiografi dada tahunan.6

DAFTAR PUSTAKA
1. Nordqvist C. Breast cancer: causes symptoms and treatments.
http://www.medicalnewstoday.com/articles/ 37136.php. Diakses tanggal 21
Juni 2017.

2. Chalasani P. Breast Cancer.


Medscape.http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#a1.
Diakses tanggal 21 Juni 2017.

3. Breast cancer: prevention and control. WHO.


http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1..html. Diakses
tanggal 21 Juni 2017.

4. Breast Anatomy. National Breast Cancer Foundation.


http://www.nationalbreastcancer.org/breast-anatomy. Diakses tanggal 22 Juni
2017.

5. Kosir MA. Breast Cancer. MSD Manual Professional Version.


http://www.msdmanuals.com/profesional/gynecology-and-obstetrics/breast-
disorders/breast-cancer. Diakses tanggal 23 Juni 2017.

6. Long JN. Surgical Treatment of Breast Cancer. Medscape.


http://emedicine.medscape.com/article/1276001-overview. Diakses tanggal 23
Juni 2017.

7. Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara:


Komite Penanggulangan Kanker Nasional; 2014.

8. Pal SK, Sean KL, Kruper L, Uzoamaka N, Garberoglio C, Gupta RK, Paz B,
Lalit V,Guzman E, Artinyan A. Papillary carcinoma of the breast: an
overview. Breast Cancer Res Treat. 2010 August; 122 (3):637–645.

9. Mulligan AM, O’Malley FP. Papillary lesions of the breast: a review. Adv
Anat Pathol. 2007 Mar; 14(2):108–19.

10. Clement Z, Jones M. Solid papillary carcinoma of the breast: a review.


International Journal of Surgery and Medicine. 2017 (1):57-59.
11. Ni Y-B, Tse GM. Pathological criteria and practical issues in papillary lesions
of the breast - a review. Histopathology. 2016 (68):22-32.

12. Rakha EA, Ahmed MA, Ellis IO. Papillary carcinoma of the breast: diagnostic
agreement and management implications. Histopathology. 2016;69(5):862-
870.

Anda mungkin juga menyukai