SGD KMB Katarak Semester 2
SGD KMB Katarak Semester 2
KEPERAWATAN
Disusun oleh:
LUTHFI TRIANAWATI (J200140003)
WULAN AGUSTINA S (J200140012)
HESTI PUTRI ROZANA (J200140013)
WAYA AYISNA W (J200140027)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “KONSEP KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN”. Dalam menulis
makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan
kami dalam mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan
makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah yang kami susun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang
buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan
dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar 18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali.
Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti
trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan &
Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun
adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun
(Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena
katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak
merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh
kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita
kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera
1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%. Katarak
memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak.
Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama
pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E,
niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan
myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada yang dapat dihindari masyarakat
untuk mencegah percepatan terjadinya katarak, misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisi dari katarak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) PENGERTIAN KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011)
Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi
keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan seperti
penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa
atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga
penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang
berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al.
2014).
C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut
masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi
protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu
pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata
mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus
akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan lensa
mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk
yang memberikan tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara
kimiawi pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta protein menjadi
berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan
air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi
tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada
lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di berbagai bagian
lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana 2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini
khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau ( test
glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan
dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah ini
dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini
kadang – kadang menyebabkan diplopia monokular atau polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi
pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh
karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24 sering
dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif
tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi
variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal
kontras, luminance dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontras dapat menunjukkan
penurunan fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut
bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak
nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia
akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik, sehingga kacamata baca
atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut “second sight”. Namun, seiring
dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut akhirnya hilang juga.(Mata
2010)
E. PATHWAY
K. EVALUASI
1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal
2. Pasien tampak tenang
3. Skala nyeri setelah operasi berkurang
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Faktor-
faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status sosial,
nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak Insipien,
Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran,
sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2012. No Title.
Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
, 1(5), pp.58–64.
Klinis, S. & Protein, A., 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis.
, (December), pp.1–15.
Masyarakat, S.K., 2012. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KATARAK DEGENERATIF DI RSUD BUDHI ASIH TAHUN
2011 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA.
Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli
selatan tesis dokter spesialis mata.
Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title.
Pascasarjana, P. & Udayana, U., 2013. Kadar malondialdehyde serum pasien
katarak senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.1–4.
Diposting 28th September 2015 oleh wulan agustina
0
Tambahkan komentar
wulanagustina22
1.
Nov
30
Tambahkan komentar
2.
Nov
30
makalah katarak
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “KONSEP KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN”. Dalam menulis
makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan
kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat
menyajikan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah yang kami susun.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
Kesimpulan .................................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan.Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta
orangbuta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang
berhubungandengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar
18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadiakibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewatilensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hinggahilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan
yang serius karena katarak dapatmengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun
2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48%
dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia
menderita kebutaan akibat katarak.Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey
kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu
sebesar 52%.Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya
katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada
yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak,
misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata.Kekeruhan lensa
atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga
penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap
lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang berarti
”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al. 2014).
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan
katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit diabetes
melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari), konsumsi
alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan
(Tana dkk., 2009)
1. Umur
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada perempuan
dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114 orang
(71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang (63,4%)
penderita katarak berjenis kelamin laki-laki.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi
juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan
dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga
munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena
dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi tempat
pelayanankesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu juga
penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar
menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).
C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein
dan mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan
penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein
larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang
pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai
di berbagai bagian lensa atau kapsulnya.(Pascasarjana & Udayana 2013)
P
ATHWAY
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular
psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda
morgagni) pada katarak insipien Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai
pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaukoma sekunder
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama
kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik
mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
3. Phakoemulsifikasi
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena
lebih cepat sembuh dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa
permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk
mengganti lensa mata asli yang telah diangkat(Klinis & Protein 2010)
1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
b. Anamnesis
Kaji keluhan utama pasien saat itu.Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji
riwayat
penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009).
c. Pemeriksaan fisik.
Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat
ditemukan gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan
mengeluhkan adanya diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata
pasien juga mengalami penurunan (myopia).
d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas
penglihatan pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang
pandang.
e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular
(EKEK) Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan
pengeluaran isi
lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi Katarak Intra
Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit
dan pembedahan ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004).
K. EVALUASI
PENUTUP
KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Faktor-
faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status sosial,
nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak Insipien,
Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normalpada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran,
sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. , 1(5),
pp.58–64.
Klinis, S. & Protein, A., 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis. ,
(December), pp.1–15.
Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli selatan tesis
dokter spesialis mata.
Pascasarjana, P. & Udayana, U., 2013. Kadar malondialdehyde serum pasien katarak
senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
Tambahkan komentar
3.
Nov
30
KELOMPOK 4
Slide 1
Slide 3
1. Untukmenambahkangambarklik-insert-shapes-oval-tentukanwarna.
2. Untukmenganimasiklik-animation-costume animation-add effect-entrance-
bounce-with previous-medium-automatically
Slide 4
1. Untukmenambahkangambarwajahklik-insert-shapes-oval-tentukanwarna.
Buatlingkarankeciluntukmatadanhidungdengancara yang sama
2. Untukmenganimasiklik-animation-costume animation-add effect-entrance-bounce-with
previous-medium-automatically
Slide 5
1. Untukmenambahkangambarwajahklik-insert-shapes-oval-tentukanwarna.
Buatlingkarankeciluntukmatadanhidungdengancara yang sama,
dantambahkangambaruntukmulutdenganklik-insert-shapes-moon-dirotasi agar
membentuksebuahsenyuman.
2. Untukmenganimasiklik-animation-costume animation-add effect-entrance-bounce-with
previous-medium-automatically.
3. Untukmenganimasibagianmulutnyadenganklik-animation-add effect-entrance-pinwheel-
with previous-medium-automatically
Slide 6 dan 7
Tambahkan komentar
4.
Nov
30
Tambahkan komentar
5.
Nov
30
Tambahkan komentar
6.
Nov
30
0
Tambahkan komentar
7.
Oct
11
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “EPISTEMOLOGI ILMU DALAM ISLAM”. Dalam menulis makalah ini,
kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam
mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Azhar Alam, S.E.,Lc.,M.SEI. sebagai dosen mata kuliah Islam dan Iptek yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah yang kami susun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................. 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUA
A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan.............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian........................................................................................ 6
B. Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Islam.......................... 7
C. Keterkaitan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi......................... 8
D. Model Pemikiran Epistemologi dalam Islam................................... 12
BAB III PENTUP
Kesimpulan.................................................................................................. 14
Daftar Pustaka............................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal era modern, para pemikir modern dan pemimpin muslim,
mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan sebagai upaya memajukan umat,
terutama untuk menghadapi hegemoni sosial, ekonomi dan kebudayaan Barat. Tokoh-
tokoh seperti Sayyed Ahmad Khan di India dan Muhammad Abduh di Mesir, dua tokoh
reformis dan berpengaruh, tidak hanya menjadikan pendidikan sebagai cara yang paling
efektif untuk menghadapi persoalaan kejumudan dan kemunduran umat selama ini.
Mereka bahkan mengusahakan interpretasi ulang terhadap (pengetahuan) agama Islam
secara internal. Supaya umat Islam bisa mengakomodasikan perkembangan-
perkembangan baru di Barat.
Oleh karena itu, kebangkitan umat Islam tidak hanya dipahami dan diawali
pengetahuan dan legalitasnya dalam khazanah pemikiran Islam. Namun tulisan ini tidak
membahas secara terperinci mengenai konsep ilmu, pengertian dan sumber validitasnya.
B. Rumusan Masalah
1. AL QURAN adalah kitab Allah yang terakhir, sumber asasi Islam yang pertama dan
utama, kita kodifikasi Firman Allah SWT kepada manusia, diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW berisi petunjuk Ilahi yang abadi untuk manusia, untuk kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran Islam yang utama Al Quran diyakini
berasal dari Allah dan mutlak benar yang keberadaannya sangat dibutuhkan manusia
Sebagaimana Firman Allah SWT. :
ٍ } َﻦﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟا ﱢ َﺑﺮ ُﻞﻳِﺰﻨَﺘَﻟ192{ } ُﻦﻴِﻣَﺄْﻟا ُحﻮﱡﺮﻟا ِﻪِﺑ َ َلﺰَﻧ193{ } َﻦﻳِ ِرﺬﻨُﻤْﻟا َﻦِﻣ َنﻮُﻜَﺘِﻟ َﻚِﺒْﻠَﻗ ﻰَﻠَﻋ194{ نﺎَﺴِﻠِﺑ
ٍُ } ﻦ ﻴِﺒﱡﻣ ﱟﻲِﺑَﺮَﻋ195{ ﻪﱠﻧِإَو
2. Epistemologi
3. Aksiologi
Kajian pemikiran Islam terdapat juga beberapa aliran besar dalam kaitannya
dengan teori pengetahuan (epistemologi). Setidaknya ada tiga model sistem berfikir
dalam Islam, yakni bayani, burhani dan irfani, yang masing-masing mempunyai
pandangan yang sama sekali berbeda tentang pengetahuan. Metode berfikir dalam
paradigma ahkamy yang terdapat dalam ilmu tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu kalam oleh al-
Jabari disebut dalil al-Bayani. Sedangkan metode dalam filsafat Islam yang membahas
paradigma falsafy disebut dengan istilah dalil al-Burhany. Dan metode berfikir yang
membahas paradigma wijdany dalam ilmu tasawuf disebut al-‘irfany. Produk pikir yang
diperoleh oleh masing-masing metode berpikir juga berbeda. Jika dalil al-Bayani
menghasilkan al-‘Ilm al- Tauqify, maka dalil al-Burhani menghasilkan al-‘Ilm al-
Husuli dan dalil ‘irfani menghasilkan al-‘Ilm al-Hudury.
Kata burhani diambil dari bahasa Arab, al-burhan yang berarti argumentasi yang
kuat dan jelas. Sedangkan kata yang memiliki makna sama dengan al-
burhan dalam bahasa Inggris adalah demonstration. Arti dari kata
demonstration adalah berfikir sesuai dengan alur tertentu atau penalaran yang
dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pengetahuan demonstratif
merupakan pengetahuan yang integratif, sistemik, dan sistematis. Ciri daripada
pengetahuan demonstratif ada tiga. Pertama, pokok bahasannya jelas dan pasti
.Kedua, universal dan tidak partikular. Ketiga, memiliki peristilahan teknis
tertentu. Menurut Abid al-Jabiri, burhan dalam logika adalah aktivitas intelektual
untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi dengan cara konklusi atau deduksi.
Sedangkan dalam pengertian umum, burhan merupakan semua aktivitas
intelektual untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi.
Irfani adalah pendekatan yang bersumber pada intuisi (kasf/ilham). Dari irfani
muncul illuminasi. Prosedur penelitian irfaniah berdasarkan literatur tasawuf,
secara garis besar langkah-langkah penelitian irfaniah sebagai berikut:
Jika dilihat dari skema spider web (jaring laba-laba) merupakan peta konsep, di
mana dapat dimaknai bahwa setiap item yang terdapat dalam peta tersebut memiliki
hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, inilah yang disebut dengan keilmuan
integratif. Kemudian dari jaringan laba-laba tersebut bisa dipahami bahwa, keilmuan itu
berpusat pada Al Quran dan Sunah yang secara hirarkis berkaitan dengan sejumlah
pengetahuan sesuai dengan tingkat abstraksi dan aplikasinya. Item-item yang terdapat
satu lapis lingkaran menunjukan kesetaraan dilihat dari tingkat teoritisnya. Satu hal yang
sangat menarik dari teori spider web (jaringan laba-laba) keilmuan tersebut adalah
penempatan Alquran di tengah kompeksitas perkembangan keilmuan. Hal ini merupakan
penegasan yang sangat penting bagi setiap Muslim, karena bagi umat Islam Al Quran
diyakini sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, dan pengetahuan. Pendekatan
integratif-interkonektif merupakan usaha untuk menjadikan sebuah keter-hubungan
antara keilmuan agama dan keilmuan umum yang tergabung dalam ilmu alam, ilmu
sosial dan humaniora. Muara dari pendekatan integratif-interkonektif adalah menjadikan
keilmuan. Pendekatan keilmuan integratif-interkonektif menegaskan bahwa antara
keilmuan umum dan
agama (Islamic Studies) akan saling tegur sapa dalam hal materi, metodologi, dan
pendekatannya. Kedua keilmuan tersebut tidak akan merasa asing satu sama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Epistemologi adalah ilmu pengetahuan sumber-sumber ilmu pengetahuan
menurut Islam ada 2 yaitu: Al Quran adalah kitab Allah yang terakhir, sumber asasi Islam
yang pertama dan utama, berisi petunjuk Ilahi yang abadi untuk manusia, untuk
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran Islam yang utama Al
Quran diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar yang keberadaannya sangat
dibutuhkan manusia. As Sunnah sebagai sumber ajaran Islam ke dua, setelah Al Quran.
Keterkaitan ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan suatu kesatuan yang utuh
yang meliputi objek ilmu yang membahas tentang bagaimana ilmu bisa diperoleh serta
manfaat dari setiap ilmu yang ada. Model pemikiran epistemologi ilmu dalam Islam di
bagi menjadi beberapa model seperti: model berpikir bayani secara bahasa, bayani
bermakna sebagai penjelasan, ketetapan, pernyataan. model berpikir burhani yang berarti
argumentasi yang kuat dan jelas. Model Berpikir Irfani adalah pendekatan yang
bersumber pada intuisi (kasf/ilham). Epistemologi ilmu dalam Islam secara keseluruhan
digambarkan seperti jaringan laba-laba tersebut bisa dipahami bahwa, keilmuan itu
berpusat pada Al Quran dan Sunah yang secara hirarkis berkaitan dengan sejumlah
pengetahuan sesuai dengan tingkat abstraksi dan aplikasinya. Item-item yang terdapat
satu lapis lingkaran menunjukan kesetaraan dilihat dari tingkat teoritisnya. Satu hal yang
sangat menarik dari teori spider web (jaringan laba-laba) keilmuan tersebut adalah
penempatan Al Quran di tengah kompeksitas perkembangan keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Junaedi, Mahfud. 2010. Ilmu Pendidikan Islam: Filsafat dan Pengembangan. Semarang:
RaSAIL Media Group.
Tambahkan komentar
8.
Oct
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Cerai Mati
Agama : Islma
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
No. Register : 00 11 07
Diagnosa Medik : DM tipe II
Tanggal Masuk : 31-05-2015
Tanggal Pengkajian : 01-06-2015
Alamat : Lawong, Sawit
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada tangan dengan skala 7 dan tangan terasa nyeri dan kaku, pasien kurang nafsu
makan, mual dan pasien susah tidur karena bising.
Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada tangan, nafsu makan berkurang, pusing dan
lemas setelah itu pasien dibawa ke RSUD Banyudono untuk mendapatkan pengobatan
Pasien Mengatakan kebiasaan dahulu mengkonsumsi gula berlebih dalam 1hari bisa
menghabiskan 1/2Kg Gula pasir untuk di konsumsi.
F. DATA FISIK
1) Nutrisi
a. Makanan
Dirumah : Makan dirumah 3x/hari tidak ada pantangan
Di RS : Makan di RS 2x/hari dengan makanan diit bubur dan diit
glukosa hanya mau makan dengan porsi ¼ piring
b. Minuman
Dirumah : Minum 7gelas/hari tidak ada pantangan
Di RS : Minum 5 gelas/hari tidak dibantu
2) Istirahat dan Tidur
a. Malam
Dirumah : Pasien tidur 7-8 jam/hari dengan penerangan lampu
Di RS : Pasien susah tidur, hanya bisa tidur 2-3
jam/hari karena bising
b. Siang
Di rumah : Pasien jarang tidur siang
Di RS : Pasien jarang tidur siang
3) Eliminasi
a. BAK
Di rumah : Pasien BAK 2-3x/hari dengan warna kuning jernih tidak
ada kesulitan BAK
Di RS : Pasien BAK 2-3x/hari dengan warna kuning jernih BAK
di tempat tidur dg kateter
b. BAB
Di rumah : Pasien BAB 2-3x/hari tidak cair tidak ada konstipasi
Di RS : Pasien BAB 2-3x/hari tidak cair tidak ada konstipasi
4) Personal Hygine
a. Mandi
Di rumah : Pasien mandi 2x/hari menggunakan sabun menggosok
gigi
Di RS : Pasien mandi ditempat tidur hanya dibilas dengan air
hangat
b. Berpakaian
Di rumah : Pasien ganti pakaian 2x/hari setelah mandi
Di RS : Pasien ganti pakaian setelah mandi sibin ditempat tidur
5) Mobilitas dan Aktivitas tidur
Di rumah : Pasien mapu mengerjakan aktivitas sehari-hari
Di RS : Pasien terganggu aktivitasnya akibat nyeri pada
tangannya
PEMERIKSAAN FISIK.
a. Keaadan umum.
1) Tingkat kesadaran : Composmentis
2) Orientasi waktu : 10:00 wib
Cara masuk : Dengan kelurga
Tempat : Dahlia kelas III
3) Bahasa dan memori
Bahasa : Mudah dipahami
Memori : daya ingat masih bagus
4) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70mmHg
Nadi : 116x/menit
Respirasi : 48x/menit
Suhu : 38̊C
b. Berat badan dan tinngi badan
Berat badan : 45kg
Tinggi badan : 150cm
c. Kulit,rambut,kuku
1) Kulit
Inspeksi : warna coklat,tidak kusam
Palpasi : kulit hangat, kering,turgor ‹3detik
2) Rambut
Inspeksi : warna hitam,sedikit kotor.
Palpasi : mudah rontok.
3) Kuku
Inspeksi : bersih, pendek, normal
Palpasi : kuku sedikit kasar
G. DATA PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL.
1. Psikososial.
a. Non verbal
Ekspresi wajah : sedih
Sikap : gerakan tidak bermakna
b. Verbal : bicara terputus-putus
c. Emosi : stabil
d. Interaksi sosial : dapat berinteraksi secara normal.
2. Spiritual :pasien merasa tergangu ibadahnya selama sakit
H. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium.
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hemoglobin 10,6 Gr/dl P 14-18
W 12-16
Eritrosit 3,8 X106/mm3 P 4,5-6
W 3,5-5
Leukosit 9.100 X103/mm3 4-10
Hematokrit 31 % P 40-50
W 36-47
Trombosit 502 X103/mm3 150-400
Retikulosit %0 8-20
Eosinofil mm3 50-350
M.Pembekuan menit <7
M.Pendarahan menit 1-3
Laju endap darah mm P 13-18
W 10-15
Golongan darah
Hitung jenis
Normal % Bas Eos Bat Seg Lim Mon
01 14 3 5 35 70 20 40 2 10
Hasil 0 0 0 77 23 0
Morfologi darah tepi
KIMIA
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Glukosa Puasa Mg/dl 70-110
Glukosa 2 Jpp <160
Glukosa sewaktu 167 70-150
Bilirubin total Mg/dl <1,10
Direk 0,25
Indirek <0,85
Protein total Gr/dl 0,7-8,7
Albumin 3,5-5,0
Globulin 2,3-3,5
SGOT 17 U/L P<37
W<31
SGPT 15 U/L P<42
W<32
Gamma GT U/L P 6-28
W 4-18
Alkali Fosfatase U/L 60-170
Acid Fosfatase U/L <10
Ureum 23 Mg/dl 10-50
Kreatinin 0,5 Mg/dl P 0,6-1,1
W 0,5-0,9
Asam urat 3,9 Mg/dl P 3,4-7,0
W 2,4-5,7
Kolesterol total 134 Mg/dl 150-220
Trig Lyserida 141 Mg/dl 220
HDL Mg/dl P>55
W>65
LDL 48 Mg/dl <150
Natrium Meq/dl 135-147
Kalium Meq/dl 3,6-5,4
Khlorida Mg/dl 334-394
Kalsium Mg/dl 8,1-10,4
Magnesium Mg/dl 1,9-2,5
Phospat Mg/dl 2,5-5,0
2. RADIOLOGI
Tanggal Pemeriksaan : 31-05-2015
Pemeriksaan : Thorax
Foto Thorax : AP, Simetris, Inspirasi dan kondisi cukup
Hasil :
Tampak corakan vaskuler meningkat dan mengabur di kedua pulmo
Kedua sinus c.f lancip
Kedua diafragma licin
Cor : CTR>0,5
Sistema tulang yang tervisualisasi baik
Kesan
Cardiomegali dengan awal odem pulmonum
2. TERAPI OBAT
a. Tanggal 31-05-2015
Inj. Ranitidin 1A/12jam
Inj. Furosemid 1-0-0
G G 3x1
b. Tanggal 01-06-2015
Inj. Ranitidin 1A/12jam
Inj. Furosemid 1-0-0
G G 3x1
c. Tanggal 02-06-2015
Cefotaxim 1gr/12jam
Inj. Ranitidin 1A/12jam
Methylprednisolonen 1x1,5
I. DATA FOKUS
Data Subjektif
J. ANALISIS DATA
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
L. INTERVENSI
1. Mengobservasi tanda-
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tanda vital
nyaman tindakan keperawatan 1x82. Kaji nyeri pasien
berhubungan jam, nyeri pada tangan 3. Jelaskan penyebab nyeri
dengan nyeri pasien berkurang dengan 4. Ajarkan relaksasi distraksi
kriteria hasil: 5. Kolaborasi dengan dokter
-Nyeri dengan skala 3 tentang analgesik
-Pasien menjadi rileks
1. Mengobservasi tanda-
tanda vital
2. Memberikan pendekatan
lingkungan baru pada
3. Gangguan Setelah dilakukan pasien
istirahat dan tidur tindakan keperawatan3. Memberikan relaksasi
berhubungan 1x12 jam, pasien dapat guide imagury
dengan istirahat dengan kriteria
lingkungan bising hasil:
-Tidur malam kurang
lebih 8 jam
-Pasien merasa nyaman
M. IMPLEMENTASI
DS: Pasien
mengatakan bersedia
untuk di kaji nyerinya
DO: Nyeri pasien
pada skala 7 yang
4. Rabu -Mengukur tanda-tanda vital masuk dalam nyeri
3 juni 2015 -Memberikan relaksasi berat pada tangan
distraksi
DS: Pasien
mengatakan bersedia
untuk melakukan
relaksasi distraksi
DO:
-Pasien terlihat
antusias untuk
melakukan tindakan
keperawatan
-setelah dilakukan
relaksasi distraksi
nyeri pasien
berkurang menjadi
skala nyeri 3
N. EVALUASI
P: Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV
- Relaksasi distraksi
- Berkolaborasi dengan dokter
3. Rabu 3 Juni 2015
P: Intervensi dilanjutkan:
- Observasi TTV
- Melakukan tindakan relaksasi distraksi
- Berkolaborasi dengan dokter
Tambahkan komentar
9.
Oct
7
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI
Disusun Oleh:
A. PENGERTIAN
Nutrisi adalah zat zat dan zat lain yang berhubungandengan kesehatan dan
penyakit termasuk keseluruhanproses proses dalam tubuh manusia untuk makanan/bahan
bahanlain lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan bahan tersebut untuk aktifitas
penting dalam gizi dan zat lainnya terkandung aksi reaksi dan keseimbanganyang
berhubungan dengan kesehatan dan pemyakit.nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang akanan zat zat lain yg terkandung aksi dan keseimbangan yg berhubungan dg
kesehatan penyakit.
B. ETIOLOGI
1. Fsiologi
a. Intake nutrient
Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
Pengetahuan
Gangguan penelan / menelan
Perasaan tidak nyaman setelah makan
Anoreksia
Nausea & vomitus
Intake kalori & lemak yg berlebihan
2. Kemampuan mencerna nutrient
3. Kebutuhan metabolisme
a. Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia foddierlusia menginjak 1
thn b.Kebiasaan makanan lansia menghindari yg penting untuk dimakan
5. Jenis kelamin
Metabolisme basal pada laki laki lebih besar dibandingkan dengan wanita pada
laki laki dibutuhkan BMRIO Kkal /kg/bb/jam dan pada wanita oigkkal/kg/bb/jam
8. Ekonomi
C. PATOFISIOLOGI
4. Dengn proses menua terjadi gngguan mobilitas otot polos esofagus.dari proses proses
perubahan pada proses penuaan pada lansia menyebabkan intake makanan pada lansia
berkurang yg nantinya akan mempengaruhi status gizi pada lansia berkurang yg
nantinya akan mempengaruhi status gizi pada lansia
Pathway nutrisi
kurang nutrisi
intake makanan tidak adekuat
Kondisi fisiollogis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktivitas
keadaan penyakit ,kemampuan dayaa beli dan menyiapkan makanan serta prosedur dan
pengobtan yg dilakukan bergantung pada tingkat aktivitas maka nutrisi dan
kilokaloridiperlukan untuk meningkatkan sehingga tingkat aktivitas akan meningkat
/menurun .sementara status penyakitdan prosedur /pengobatanyang dilakukan
mempunyai dampak pada asupan makanan ,pencernan absorbsi metabolisme dan ekskresi
1. Kwarshiorkor adalah gangguan yang disebabkan olrh kekurangan protein atau defisiensi
yg disertai nutrient lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak pra
sekolah (balita)
2. Marasmus adalah salah satu adalah salah satu benuk kekurangan gizi yang paling buruk
sering ditemui pada baliya penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang
sangat kuraang ,infeksi pembawa lahir prematunitas penyakit pada masa neonatus serta
kesehatan lingkungan
3. Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga
menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan dan meningkatkan masalah kesehatan
4. Under weight adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler /dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yg tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh
RUMUS IMT
23,0-24,9=resiko obes
25,0-29,9=obes I
1. SUBJEKTIF
Pengkajian
1. Riwayat keperawatan dan diet
a. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
b. Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
dietnya?
d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan
demam?
2. Faktormyang mempengaruhi diet
a. Kesehatan/Status kesehatan
b. Kultur dan kepercayaan
c. Status sosial ekonomi
d. Faktor psikologis
1.PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan fisik: apatis,lesu
b) Berat badan : obesitas,kurus
c) Otot :flaksia/lemah,tonus berkurng,tendernes,tidak mampu bekerja
d) Sistem saraf :bingung,rasa terbakar,paresthesia,refleks menurun
e) Fungsi gastrointesial : anoreksia,konstipasi,diare,flaktuslen,pembesaran
liver atau lien
f) Kardiovaskular : denyut nadi lebih dari 10x/menit,irama
abnormal,tekanan darah rendah/tinggi
2.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
F. TERAPI MEDIS
2. Terapi non farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi untuk nafas
dalam dan memenuhi nutrisi cairan dengan minum sedikit-sedikit tapi sering. Serta
memenuhi nutrisi makanan dengan makan sedikit –sedikit tapi sering.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC :
NIC :
Nutritional management.
Monitor kadar
Albumin
Total protein.
Hb.
Kadar Hz.
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor menekan kesukaan.
- Monitor pertumbuhan&perkembangan.
- Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva.
- Timbang BB klien
- Beri motivasi agar menurunkan BB
- Bantu klien menentukan pola makan tentang apa, kapan, dan dimana pasien makanan
- Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat dan bagaimana
dapat memenuhi kebutuhan tersebut
- Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan yang manis dan
beralkohol
- Diskusikan dengan ahli gizi program penurunan BB yang meliputi pengolaan diit dan
pengeluaran energi
EVALUASI
Langkah-langkah pasien:
4. Diskusikan kepada pasien apakah tujuan dapat tercapai/tidak. Jika tujuan tidak dapat
tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluar yang terbaik,
kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan
intervensi
I. DAFTAR PUSTAKA
Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9
Diagnosa Nanda, Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku
Kedoteran.
Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Interverention Classification (NIC). Edition 4
United States Of America: Masby Elsever Acadamic Press.
NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
Aksara Publisher.
Uliyah, Musfifatul.2006. Keterampilan Dasa Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Diposting 7th October 2015 oleh wulan agustina
Tambahkan komentar
10.
Oct
7
MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN
LUKA DEKUBITUS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN
MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN LUKA
DEKUBITUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun oleh:
Putri Dewi Suciningtyas (J200140004)
Linda Kurniawati P (J200140008)
Wulan Agustina S (J200140012)
Rizky Setiawati A (J200140016)
Marzuki Setyo W
Kamila Amaliya (J200140024)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “KONSEP PERAWATAN LUKA DEKUBITUS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan.
Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan makalah
ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah yang kami susun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Pendahuluan .................................................................................................. 4
Pembahasan................................................................................................... 5
Penutup .........................................................................................................18
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dan angka kejadian Luka Dekubitus (ulkus) di Indonesia mencapai 33,3%. Angka
ini lebih tinggi dari Negara Asia lainnya. Langkah pertama dalam mencegah terjadinya
luka adalah mengidentifikasi faktor resiko luka dekubitus. Usia juga dapat mempengaruhi
terjadinya luka dekubitus. Usia lanjut atau lansia (>50th) mudah sekali untuk terjadi luka
dekubitus. Hal ini karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya
penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi darah pada dermis, Ketika pasien
berbaring atau duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan tulang. Semakin lama
tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit (Suriadi, 2004)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisidari dekubitus
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi lukadekubitus
3. Mengetahui cara mencegah terjadinya dekubitus
4. Mengetahui proses terjadinya dekubitus
5. Mengetahui cara melakukan perawatan luka dekubitus
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan luka dekubitus
7. Mengetahui intervensi dan implementasi yang di berikan pada klien
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN DEKUBITUS
Dekubitus adalah suatu keadaan dimana timbul ulkus sebagai akibat penekanan
yang lama yang mengenai suatu tempat pada permukaan tubuh penderita (Bouwhuizen,
1986). Hal ini dapat terjadi karena terjepitnya pembuluh darah antara tulang penderita
dan papan tempat tidurnya. Akibat terjepitnya pembuluh darah tersebut, maka jaringan
yang terdapat pada daerah itu tidak bisa memperoleh bahan makanan dan oksigen,
akibatnya jaringan tersebut mengalami kematian.
1. Faktor Dekubitus
a. Tekanan
b. Gesekan dan pergeseran
c. Kelembaban dan kebersihan tempat tidur
Salah satu cara yang paling dini untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah
dengan menggunakan system nilai atau tahapan menurut (Patricia A.potter &
Anne Griffin Perry,2006)
1. Tahap I
Eritema tidak pucat pada kulit utuh,lesi ulkus kulit yang di perbesar.kulit tidak
berwarna,hangat,atau keras juga dapat menjadi indikator.
2. Tahap II
Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis atau dermis.ulkus
superfisial dan secara klinis terlihat seperti abrasi,lecet,atau lobang yang
dangkal.
3. Tahap III
Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan yang rusak atau
nekrotik yang mungkin akan melebar ke bawah,tapi tidak melampaui fascia
yang berada di bawahnya.ulkus secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4. Tahap IV
Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destrubsi ekstensif;nekrosis
jaringan;atau kerusakan otot,tulang,atau struktur penyangga(misal
tendon,kapsul sendi).
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun dengan
tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi lebih cepat.
Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatkan antara
lain sebagai berikut menurut (Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006):
1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan
tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan
sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang
berlebihan dan terus menerus.
2. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut
akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal
tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan
pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan
NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
3. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan
menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga
menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu
pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat proses penyembuhan ulkus.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis perawatan luka dekubitus (Doengoes,2000),
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
d. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji
perawat yaitu: Kapan pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi,Waktu
berakhirnya minum obat(Asmadi, 2008).
e. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan
makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka
yang lama(Asmadi, 2008).
f. Status Sosial Ekonomi
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat perekonomian
yang dapat mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini
memungkinkan dapat menyebabkan penyakit kulit(Asmadi, 2008).
g. Status nutrisi
Kondisi malnutrisi atau kakesia dan berat badan kurang dari 90 %
berat badan ideal lebih eresiko terjadinya dekubitus(Asmadi, 2008).
h. Aktivitas Sehari- Hari
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi
ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada
daerah kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan
kerusakan kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang
gerak dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka
akan terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas bawah),
penurunan peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu makan menurun
dan defisit sensori pada daerah yang paraplegi(Asmadi, 2008).
i. Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien
yaitu: Perasaan depresi , Frustasi , Ansietas/kecemasan ,Keputusasaan
(Asmadi, 2008)
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
iii. Kelembaban
iv. Hipertermia
v. Hipotermia
vii. Medikasi
viii. Lembap
x. Radiasi
b. Internal
i. Perubahan status cairan
x. Tonjolan tulang
I. INTERVERENSI KEPERAWATAN
1. Kesejahteraan fisik
2. Pengendalian gejala
3. Hubungan sosial
4. Tingkat kemandirian
5. Pengendalian nyeri
K. EVALUASI
Berikut evaluasi menurut (Anthony, 1985)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa dekubitus adalah luka yang terjadi karena
adanya tekanan eksternal pada penonjolan tulang.
DAFTAR PUSTAKA
EGC: Jakarta.
https://rudizr.wordpress.com/2012/05/20/angkakejadian-dekubitus/