Anda di halaman 1dari 125

MAKALAH KATARAK DAN ASUHAN

KEPERAWATAN

MAKALAH KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun oleh:
LUTHFI TRIANAWATI (J200140003)
WULAN AGUSTINA S (J200140012)
HESTI PUTRI ROZANA (J200140013)
WAYA AYISNA W (J200140027)

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “KONSEP KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN”. Dalam menulis
makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan
kami dalam mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan
makalah ini.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah yang kami susun.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................


Daftar Isi ................................................................................................................................ 1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................................... 3
BAB II Tinjaun Teori
A. Pengertian Katarak ............................................................................................................... 5
B. Faktor dan Penyebab terjadinya Katarak .......................................................................... 5
C. Patofisiologi............................................................................................................................ 7
D. Tanda dan Gejala ................................................................................................................. 8
E. Pathway Katarak................................................................................................................... 9
F. Jenis dan Stadium Katarak .................................................................................................. 9
G. Cara Mencegah terjadinya Katarak .................................................................................... 11
H. Penatalaksanaan Keperawatan ............................................................................................ 14
I. Diagnosa, Intervensi dan Kriteria Hasil Keperawatan ..................................................... 15
J. Evaluasi .................................................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang
buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan
dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar 18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali.
Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti
trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan &
Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun
adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun
(Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena
katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak
merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh
kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita
kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera
1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%. Katarak
memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak.
Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama
pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E,
niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan
myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada yang dapat dihindari masyarakat
untuk mencegah percepatan terjadinya katarak, misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari katarak?


2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi katarak?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya katarak?
4. Bagaimana tanda dan gejala katarak?
5. Bagaimana pathway katarak?
6. Apa saja jenis dan stadium katarak?
7. Bagaimana cara mencegah katarak?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan katarak?
9. Bagaimana diagnosa, intervensi dan criteria hasil keperawatan?
10. Bagaimana evaluasi hasil nya?

C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisi dari katarak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) PENGERTIAN KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011)
Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi
keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan seperti
penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa
atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga
penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang
berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al.
2014).

2) FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK


Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan
katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit
diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari),
konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan (Tana dkk., 2009)
1. Umur
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara
berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat. Hal ini
dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan sendirinya
jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis (lebih dari 40
tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan pada orang usia
lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi katarak sekitar 50 %
pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada usia di atas 75 tahun
(Wisnujono, 2004).
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada perempuan
dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114 orang (71,7%)
penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang (63,4%) penderita
katarak berjenis kelamin laki-laki.
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung, dimana sinar
ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi
juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan
dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga
munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena
dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi tempat
pelayanan kesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu juga
penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar
menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya adalah
katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi sorbitol, hal
ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama-kelamaan akan
menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya adalah merokok.
Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu, pertama paparan
asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel dan serat-serat yang
ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-enzim
di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata (United For Sigth,
2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus-kontrol, di mana kasus sebanyak 54
orang dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat (OR=2,287) menunjukkan hubungan
merokok dapat meningkatkan kejadian katarak 2 kali dibandingkan dengan yang tidak
merokok.

C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut
masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi
protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu
pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata
mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus
akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan lensa
mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk
yang memberikan tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara
kimiawi pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta protein menjadi
berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan
air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi
tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada
lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di berbagai bagian
lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana 2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini
khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau ( test
glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan
dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah ini
dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini
kadang – kadang menyebabkan diplopia monokular atau polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi
pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh
karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24 sering
dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif
tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi
variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal
kontras, luminance dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontras dapat menunjukkan
penurunan fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut
bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak
nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia
akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik, sehingga kacamata baca
atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut “second sight”. Namun, seiring
dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut akhirnya hilang juga.(Mata
2010)
E. PATHWAY

F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK


Stadium katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks
berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya
biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal
dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa
pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang


telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair.
Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat
lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan
kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam
didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak
morgagni.(Masyarakat 2012)
G. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan:
1. Menjaga kadar gula darah selalu normal
Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi
makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti
buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau,
kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan
dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat
memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat
meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak.
(Masyarakat 2012).
2. Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan
pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada mata seperti
topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra violet.
3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol. Upaya
pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak pada usia dini.
H. PENATA LAKSANAAN MEDIS
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan
lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat
konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk
diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan
antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah
ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir
bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material,
dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,
glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra
ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema. Pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran
ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif
pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau
akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra
okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh
dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa
penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut: kacamata
afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang
ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang
telah diangkat(Klinis & Protein 2010)
I. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
b. Anamnesis
Kaji keluhan utama pasien saat itu. Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji riwayat
penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009).
c. Pemeriksaan fisik.
Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat ditemukan
gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya
diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata pasien juga mengalami penurunan
(myopia).
d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas penglihatan pasien.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang pandang.
e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi
Katarak Intra Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan
pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit dan pembedahan ini tidak akan
terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004).
J. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan (Tamsuri, 2011). Tujuan: pasien melaporkan kemampuan yang lebih baik
untuk rangsang penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria hasil:
Pasien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan
penerimaan rangsang penglihatan. Intervensi dan Rasional; Kaji ketajaman penglihatan;
untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien. Orientasikan pasien akan lingkungan
fisik sekitarnya; untuk meningkatkan kemampuan persepsi sensori. Anjurkan penggunaan
alternative rangsang lingkungan; untuk meningkatkan kemampuan respons stimulus
lingkungan. Cegah sinar yang menyilaukan; untuk mencegah distress. Optimalisasi
lingkungan untuk menurunkkan resiko cedera.
2. Diagnosa: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi
(Tamsuri, 2011). Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria hasil: Pasien mengungkapkan
kecemasan berkurang Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat kecemasan, untuk mengetahui
kecemasan klien. Mendorong klien mengungkapkan perasaannya, hal ini dapat
mengurangi rasa cemas pada klien. Menjelaskan gambaran yang terjadi pada saat
pembedahan, peningkatan pemahaman tentang kejadian yang mungkin terjadi dapat
menurunkan kecemasan. Memberikan kesempatan bertanya, dapat memerjelas
pemahaman.
3. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi (Tamsuri,2011). Tujuan: nyeri
berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang atau
terkontrol. Intervensi dan Rasional; Kaji nyeri klien, untuk mengetahui derajat nyeri
klien. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat menurunkan intensitas nyeri. Berikan posisi
yang nyaman, posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri. Lakukan kolaborasi
pemberian antalgesik, untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan ambang nyeri. Monitor
kenyamanan manajemen nyeri, untuk memantau perkembanagan.
4. Diagnosa: Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan, sekunder
akibat interupsi bedah pada permukaan mata Tujuan: bebas dari infeksi. Kriteria hasil:
Tanda infeksi selama fase perawatan tidak muncul. Intervensi dan Rasional; Anjurkan
istirahat yang cukup meminimalisir terjadi infeksi. Berikan asupan nutrisi cukup, untuk
meningkatkan imunitas tubuh. Ajarkan teknik aseptik, untuk mencegah infeksi. Monitor
tanda infeksi, untuk memantau perkembangan klien. Kolaborasi pemberian antibiotic,
meningkatkan imun.
5. Diagnosa: Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi. Tujuan: memahami cara
perawatan dirumah. Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi kegiatan perawatan
rumah yang diperlukan. Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat pengetahuan keluarga,
untuk mengetahui pemahaman keluarga. Menjelaskan tentang proses penyakit,
memberikan gambaran dari penyakit yang diderita klien. Menjelaskan tindakan yang
diperbolehkan dan yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman keluarga. Memberika
kesempatan bertanya, untuk memperluas cakupan diskusi pembahasan.(Anon 2012)

K. EVALUASI
1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal
2. Pasien tampak tenang
3. Skala nyeri setelah operasi berkurang

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Faktor-
faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status sosial,
nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak Insipien,
Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran,
sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2012. No Title.
Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
, 1(5), pp.58–64.
Klinis, S. & Protein, A., 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis.
, (December), pp.1–15.
Masyarakat, S.K., 2012. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KATARAK DEGENERATIF DI RSUD BUDHI ASIH TAHUN
2011 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA.
Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli
selatan tesis dokter spesialis mata.
Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title.
Pascasarjana, P. & Udayana, U., 2013. Kadar malondialdehyde serum pasien
katarak senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.1–4.
Diposting 28th September 2015 oleh wulan agustina
0

Tambahkan komentar

wulanagustina22

1.

Nov

30

Ketahui dan cegah katarak


Diposting 30th November 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

2.

Nov

30

makalah katarak

MAKALAH KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN


Disusun oleh:

LUTHFI TRIANAWATI (J200140003)

WULAN AGUSTINA S (J200140012)

HESTI PUTRI ROZANA (J200140013)

WAYA AYISNA W (J200140027)

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “KONSEP KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN”. Dalam menulis
makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan
kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat
menyajikan makalah ini.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.

2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah yang kami susun.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. 1

Kata Pengantar ............................................................................................................ 2

Daftar Isi ..................................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II Tinjaun Teori
A. Pengertian Katarak ........................................................................................... 6
B. Faktor dan Penyebab terjadinya Katarak ......................................................... 6
C. Patofisiologi..................................................................................................... 8
D. Tanda dan Gejala ........................................................................................................ 9
E. Pathway Katarak .......................................................................................................... 11
F. Jenis dan Stadium Katarak .......................................................................................... 12
G. Cara Mencegah terjadinya Katarak ............................................................................. 12
H. Penatalaksanaan Medis ................................................................................................ 14
I. Penatalaksanaan Keperawatan..................................................................................... 16
J. Diagnosa, Intervensi dan Kriteria Hasil Keperawatan ................................................ 17
K. Evaluasi........................................................................................................................ 19
BAB III PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................................. 20

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan.Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta
orangbuta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang
berhubungandengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar
18 juta orang.

Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadiakibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewatilensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hinggahilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan
yang serius karena katarak dapatmengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun
2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48%
dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia
menderita kebutaan akibat katarak.Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey
kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu
sebesar 52%.Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia.

Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya
katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada
yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak,
misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari katarak?


2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi katarak?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya katarak?
4. Bagaimana tanda dan gejala katarak?
5. Bagaimana pathway katarak?
6. Apa saja jenis dan stadium katarak?
7. Bagaimana cara mencegah katarak?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan katarak?
9. Bagaimana diagnosa, intervensi dan criteria hasil keperawatan?
10. Bagaimana evaluasi hasil nya?

C. Tujuan

1. Mengetahuidefinisi dari katarak


2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN KATARAK

Katarak merupakan kekeruhanlensa mata atau kapsul lensa yang

mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut


Nugroho (2011) Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam
mata,akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri
diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup airterjunakibat kerunhya lensa
(Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)

Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata.Kekeruhan lensa
atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga
penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap
lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang berarti
”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al. 2014).

B. FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK

Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan
katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit diabetes
melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari), konsumsi
alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan
(Tana dkk., 2009)

1. Umur

Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara berkembang,


menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat. Hal ini dapat
menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan sendirinya jumlah
kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis (lebih dari 40 tahun)
merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan pada orang usia lanjut. Pada
penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi katarak sekitar 50 % pada usia
antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada usia di atas 75 tahun(Wisnujono,
2004).

2. Jenis kelamin

Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada perempuan
dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114 orang
(71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang (63,4%)
penderita katarak berjenis kelamin laki-laki.

4. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luargedung,


dimana sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.

5. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.

Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi
juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan
dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga
munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena
dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi tempat
pelayanankesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu juga
penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar
menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).

8. Diabetes Melitus Diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai macam


komplikasi,salah satunya adalah katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat
mereduksi gula menjadi sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik
sehingga serat lensa lama-kelamaan akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak
(Pollreisz dan Erfurth, 2010).

9. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya


adalahmerokok. Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu,
pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel
dan serat-serat yang ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan
antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat
merusak mata (United For Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus-
kontrol, di mana kasussebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat
(OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok dapat meningkatkan kejadian katarak 2
kali dibandingkan dengan yang tidak merokok.

C. PATOFISIOLOGI KATARAK

Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasimenurut


masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya
agregasi protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah
lensa, selain itu pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis
lensa ketika lensa mata mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan
mekanisme katarak komplikasi bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai
contoh pada penyakit diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa
dalam lensa yang kemudian menyebabkan lensa mata menyerap air (Kowalak,
2011) sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk yang memberikan
tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi
pembentukankatarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.Kandungan
natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta protein
menjadi berkurang.

Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein
dan mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan
penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein
larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang
pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai
di berbagai bagian lensa atau kapsulnya.(Pascasarjana & Udayana 2013)

D. TANDA DAN GEJALA KATARAK

Kekeruhan lensadapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai


padapemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :

1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi


keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan
yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu
mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai
pada tipe katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau ( test glare )
dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang disebabkan
oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.

2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak


pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel
di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi
atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang – kadang menyebabkan
diplopia monokular atau polyopia.Hal-hal ini bisa terjadi pada beberapa
pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh
karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.

3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24


sering dijumpai pada stadium awal katarak.

4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan


progresiftanpa rasa nyeri.

5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien


untuk mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan
benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial.
Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang
tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indikator
spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.

6. Myopic shift Perkembangan katarak dapatterjadi peningkatan dioptri


kekuatan lensa, yangumumnya menyebabkan miopia ringan atau
sedang.Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia akibat peningkatan
kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut “second sight”. Namun,
seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut
akhirnya hilang juga.(Mata 2010)
E
.

P
ATHWAY

F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK

Stadiumkatarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular
psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda
morgagni) pada katarak insipien Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai
pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaukoma sekunder

3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama
kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik
mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses


degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa
yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut
disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa
karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak
morgagni.(Masyarakat 2012)
G. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan:

1. Menjaga kadar gula darah selalu normal

Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,


mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada
mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin
C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur,
hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E,
selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat memperjelas
penglihatan.Vitamin C dan E merupakan antioksidanyang dapat
meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab
katarak.(Masyarakat 2012).

2. Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan

pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada


mata seperti topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra violet.
3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol.
Upaya pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak pada
usia dini.

H. PENATA LAKSANAAN MEDIS

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi.Akan tetapi jika


gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata.Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh.Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya
sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin,
agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9. Penatalaksanaan
definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.Lebih dari bertahun-tahun,
tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga
tehnik hari ini phacoemulsifikasi.Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi.Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa
yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi
pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama


kapsul.Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi


lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa
dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata
dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah
mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata
dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada
saat melakukan pembedahan katarak pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.

3. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal


lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif
pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang
kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering
digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi
kecil seperti itu.

4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena
lebih cepat sembuh dan murah.

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa
permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk
mengganti lensa mata asli yang telah diangkat(Klinis & Protein 2010)

I. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
b. Anamnesis
Kaji keluhan utama pasien saat itu.Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji
riwayat
penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009).
c. Pemeriksaan fisik.
Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat
ditemukan gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan
mengeluhkan adanya diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata
pasien juga mengalami penurunan (myopia).
d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas
penglihatan pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang
pandang.
e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular
(EKEK) Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan
pengeluaran isi
lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi Katarak Intra
Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit
dan pembedahan ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004).

J. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN

1. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan


penurunan tajam penglihatan (Tamsuri, 2011). Tujuan: pasien melaporkan
kemampuan yang lebih baik untuk rangsang penglihatan dan
mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria hasil: Pasien
mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan
penerimaan rangsang penglihatan. Intervensi dan Rasional; Kaji ketajaman
penglihatan; untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien. Orientasikan
pasien akan lingkungan fisik sekitarnya; untuk meningkatkan kemampuan
persepsi sensori. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan;
untuk meningkatkan kemampuan respons stimulus lingkungan. Cegah sinar
yang menyilaukan; untuk mencegah distress. Optimalisasi lingkungan untuk
menurunkkan resiko cedera.
2. Diagnosa: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi (Tamsuri, 2011). Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria
hasil: Pasien mengungkapkan kecemasan berkurang Intervensi dan Rasional;
Kaji tingkat kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien. Mendorong
klien mengungkapkan perasaannya, hal ini dapat mengurangi rasa cemas
pada klien. Menjelaskan gambaran yang terjadi pada saat pembedahan,
peningkatan pemahaman tentang kejadian yang mungkin terjadi dapat
menurunkan kecemasan. Memberikan kesempatan bertanya, dapat
memerjelas pemahaman.

3. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi (Tamsuri,2011).


Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: pasien melaporkan
nyeri berkurang atau terkontrol. Intervensi dan Rasional; Kaji nyeri klien,
untuk mengetahui derajat nyeri klien. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat
menurunkan intensitas nyeri. Berikan posisi yang nyaman, posisi yang tepat
mempengaruhi perasaan nyeri. Lakukan kolaborasi pemberian antalgesik,
untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan ambang nyeri. Monitor
kenyamanan manajemen nyeri, untuk memantau perkembanagan.

4. Diagnosa: Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan


kerentanan, sekunder akibat interupsi bedah pada permukaan mata Tujuan:
bebas dari infeksi. Kriteria hasil: Tanda infeksi selama fase perawatan tidak
muncul. Intervensi dan Rasional; Anjurkan istirahat yang cukup
meminimalisir terjadi infeksi. Berikan asupan nutrisi cukup, untuk
meningkatkan imunitas tubuh. Ajarkan teknik aseptik, untuk mencegah
infeksi. Monitor tanda infeksi, untuk memantau perkembangan klien.
Kolaborasi pemberian antibiotic, meningkatkan imun.

5. Diagnosa: Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi. Tujuan:


memahami cara perawatan dirumah. Kriteria hasil: Pasien mampu
mengidentifikasi kegiatan perawatan rumah yang diperlukan. Intervensi dan
Rasional; Kaji tingkat pengetahuan keluarga, untuk mengetahui pemahaman
keluarga. Menjelaskan tentang proses penyakit, memberikan gambaran dari
penyakit yang diderita klien. Menjelaskan tindakan yang diperbolehkan dan
yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman keluarga. Memberika
kesempatan bertanya, untuk memperluas cakupan diskusi pembahasan.(Anon
2012)

K. EVALUASI

1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal

2. Pasien tampak tenang

3. Skala nyeri setelah operasi berkurang


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Faktor-
faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status sosial,
nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak Insipien,
Imatur, Matur, Hipermatur.

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normalpada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran,
sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Anon, 2012. No Title.

Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. , 1(5),
pp.58–64.

Klinis, S. & Protein, A., 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis. ,
(December), pp.1–15.

Masyarakat, S.K., 2012. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KATARAK DEGENERATIF DI RSUD BUDHI ASIH TAHUN 2011 SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA.

Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli selatan tesis
dokter spesialis mata.

Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title.

Pascasarjana, P. & Udayana, U., 2013. Kadar malondialdehyde serum pasien katarak
senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.

Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.1–4.


Diposting 30th November 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

3.

Nov

30

Ppt animasi katarak dan cara pembuatan

KELOMPOK 4

Luthfi Trianawati (J200140003)

Wulan Agustina S (J200140012)

Hesti Putri R (J200140013)


Waya Ayisna W (J200140027)

CARA PEMBUATAN POWER POINT ANIMASI

Slide 1

1. Tentukan background untuk power point dg klikdesain-browse for theme


untukmenggunakanbagrounddariluarlaluanimasidenganklik animation-pilih new flash
lalugunakan automatically after 2 detik
2. Tuliskannamaaggotakelompokdanberianimasidenganbloksemuatulisan-klik animation-
costume animation-pilihanimasi-change-entrance-color wave-gunakan start with
previous-speed-medium
3. Buatrekamansuaradengan background lagu yang sesuai.
Masukkandalampowerpointdenganklik-insert-sound-automatically-with previous
Slide 2

1. Mengisidengantulisan yang di inginkan-dansesuaikan font dengankebutuhan

Slide 3

1. Untukmenambahkangambarklik-insert-shapes-oval-tentukanwarna.
2. Untukmenganimasiklik-animation-costume animation-add effect-entrance-
bounce-with previous-medium-automatically
Slide 4

1. Untukmenambahkangambarwajahklik-insert-shapes-oval-tentukanwarna.
Buatlingkarankeciluntukmatadanhidungdengancara yang sama
2. Untukmenganimasiklik-animation-costume animation-add effect-entrance-bounce-with
previous-medium-automatically
Slide 5
1. Untukmenambahkangambarwajahklik-insert-shapes-oval-tentukanwarna.
Buatlingkarankeciluntukmatadanhidungdengancara yang sama,
dantambahkangambaruntukmulutdenganklik-insert-shapes-moon-dirotasi agar
membentuksebuahsenyuman.
2. Untukmenganimasiklik-animation-costume animation-add effect-entrance-bounce-with
previous-medium-automatically.
3. Untukmenganimasibagianmulutnyadenganklik-animation-add effect-entrance-pinwheel-
with previous-medium-automatically
Slide 6 dan 7

1. Copy gambardari slide 5 dan paste di slide 6 dan 7


Slide 8

1. Copy gambar slide 7 lalu di paste ke slide 8.


2. Tambahkangambarmataharidengankli-insert-picture-ok
3. Tambahkangambarlingkaransebagaigambaransinar UV nyadenganklik insert-
shapes-oval alau di animasidenganklik animation-costume animation-add effect-
entrance-bounce left-with previous- very slow-automatically 3 detik
Slide 9

1. Copy gambar slide 8 dan paste di slide 9


2. Tambahkangambarkatarakdenganklik-insert-picture- ok
Slide 10

1. Tambahkangambardenganklik insert-picture-pilihgambar (Matahari, wanita, diabetes,


orang meroko-anime usialanjut)-ok
2. Animasidenganklik animation-costume animation-add effect-entrance-(random
bass(untmatahari), fold(unt orang merokok), random effect(untwanita), random effect
(utn anime usialanjut), pinwheel(untgambar diabetes))-after previous-medium-
automatically 10 detik
Slide 11

1. Tambahkangambardenganklik insert-picture-pilihgambar (topi, dilarangmeroko, control


guladarahdankacamata)-ok
2. Animasidenganklik animation-costume animation-add effect-entrance-(phinwhee
(untgambartopi, fade (untgambardialarangmeroko, strips (untgambar control guladarah,
fly in (untgambarkacamata))-after previous-medium-automatically 16 detik
Slide 12

1. Tambahkantulisanterimakasih di blokpilihukurandanjenis font. Berianimasidenganklik


animation-costume aniamation-add effect-entrance-contrasing color-ok
2. Tambahkan 2 gambardenganklik insert-picture-pilihgambar-ok

MARI DOWNLOAD PPT ANIMASI YANG KEREN ABIS!


https://docs.google.com/presentation/d/1hqGXPXdfwVji-Y4Q02HIuHCH9-
PfuADUJLnU8oWM0HQ/pub?start=false&loop=false&delayms=10000

Diposting 30th November 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

4.

Nov

30

Video Prasat mandiri pasien pemberian


tetes mata
Yuk download Video Prasat mandiri pasien dalam pemberian tetes mata, dijamin akan
menambah ilmu pengetahuan kalian :)
https://www.youtube.com/watch?v=Mv_8Pl0ChBM
Diposting 30th November 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

5.

Nov

30

Video Pencegahan katarak


Mari download video Pencegahan katarak, agar kita semua terhindar dari katarak :)
https://www.youtube.com/watch?v=07tsoPLYEKc

Diposting 30th November 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

6.

Nov

30

PPT Tentang Katarak


Klik disini untuk melihat ppt tentang penyakit katarak, agar kita semua terhindar dari
katarak :)
https://docs.google.com/presentation/d/11W6t4soUQrdfFoW0CV4deF8PqXh7HP1uzi2smpTyae
I/pub?start=false&loop=false&delayms=10000

Diposting 30th November 2015 oleh wulan agustina

0
Tambahkan komentar

7.

Oct

11

EPISTEMOLOGI ILMU DALAM


ISLAM

TUGAS ISLAM DAN IPTEK

EPISTEMOLOGI ILMU DALAM ISLAM

Disusun untuk melengakpi tugas mata kuliah Islam dan Iptek


DISUSUN OLEH :

WULAN AGUSTINA SETYOWATI J200140012

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “EPISTEMOLOGI ILMU DALAM ISLAM”. Dalam menulis makalah ini,
kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam
mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Azhar Alam, S.E.,Lc.,M.SEI. sebagai dosen mata kuliah Islam dan Iptek yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.

2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah yang kami susun.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. 1

Kata Pengantar............................................................................................. 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUA

A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan.............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian........................................................................................ 6
B. Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Islam.......................... 7
C. Keterkaitan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi......................... 8
D. Model Pemikiran Epistemologi dalam Islam................................... 12
BAB III PENTUP
Kesimpulan.................................................................................................. 14
Daftar Pustaka............................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal era modern, para pemikir modern dan pemimpin muslim,
mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan sebagai upaya memajukan umat,
terutama untuk menghadapi hegemoni sosial, ekonomi dan kebudayaan Barat. Tokoh-
tokoh seperti Sayyed Ahmad Khan di India dan Muhammad Abduh di Mesir, dua tokoh
reformis dan berpengaruh, tidak hanya menjadikan pendidikan sebagai cara yang paling
efektif untuk menghadapi persoalaan kejumudan dan kemunduran umat selama ini.
Mereka bahkan mengusahakan interpretasi ulang terhadap (pengetahuan) agama Islam
secara internal. Supaya umat Islam bisa mengakomodasikan perkembangan-
perkembangan baru di Barat.

Oleh karena itu, kebangkitan umat Islam tidak hanya dipahami dan diawali

dengan memberikan perhatian sepenuhnya terhadap pengadaan sarana pendidikan. Yang


lebih penting dari itu adalah bagaimana melakukan pembenahan tentang konsepsi ilmu
pengetahuan yang bselaras dengan nilai-nilai Islam. Maka konsep ilmu pengetahuan
dalam dunia pendidikan menjadi sangat urgen dan prinsipil. Karena ia tidak hanya
sebagai sarana pencapaian tujuan-tujuan sosial-ekonomi, lebih jauh dari itu ia berperan
penting untuk mencapai tujuan-tujuan spritualitas manusia. Hal ini, bukan berarti
perhatian Islam terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi, dan politik dinomorduakan, tetapi
semua itu difungsikan sebagai pendukung untuk mencapai spritualitas manusia.
Konsekuensinya kita mesti melakukan definisi ulang tentang konsep ilmu dalam
kaitannya dengan realitas spritualitas manusia.

Tulisan ini mencoba melakukan eksplorasi tentang epistemologi ilmu

pengetahuan dan legalitasnya dalam khazanah pemikiran Islam. Namun tulisan ini tidak
membahas secara terperinci mengenai konsep ilmu, pengertian dan sumber validitasnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ilmu dan epistemology?


2. Darimana saja sumber-sumber ilmu pengetahuan menurut Islam?
3. Bagaimana keterkaitan antara ontology, epistemology dan aksiologi?
4. Bagaimana model pemikiran epistemology ilmu dalam Islam?
5. Bagaimana epistemology ilmu dalam Islam secara menyeluruh?
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian ilmu dan epistemology


2. Mengetahui sumber-sumber ilmu pengetahuan menurut Islam
3. Mengetahui keterkaitan ontology, epistemology dan aksiologi
4. Mengetahui model pemikiran epistemology ilmu dalam Islam
5. Mengetahui epistemology ilmu dalam Islam secara keseluruhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang
ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu
tidak membedakan antara ilmu-ilmu alamdengan ilmu-ilmu sosial, namun karena
permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering
dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alamatau ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih
merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam atau
ilmu-ilmu sosial, dan tidakmencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom.
Epistemologi Menurut Harun Nasution, pengertian epistemologi; episteme berarti
pengetahuan dan epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang a). Apa pengetahuan,
b). Bagaimana memperoleh pengetahuan. Selanjutnya, Drs. R.B.S. Furdyartanto
memberikan pengertian epistemologi sebagai berikut Epistemologi berarti : ilmu filsafat
tentang pengetahuan atau dengan pendek kata, filsafat pengetahuan. Dari dua pengertian
di atas nampak bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi
:
1. Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.
2. Metode yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh
pengetahuan.
3. Sistem yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu pengetahuan, ‘ilm al ‘ilm. Mempelajari asal-usul, hakikat dan
metode sebuah ilmu pengetahuan dengan tujuan mendapatkan keyakinan. Epistemologi
Islam, nadhariyyat ma’rifiyyat Islamiyyat, didasarkan pada paradigma tauhid. Parameter
tetapnya adalah dari wahyu. Parameter tidak tetapnya disesuaikan oleh keadaan waktu-
tempat yang bervariasi. Sumbernya adalah wahyu (Al Qur’an dan As Sunnah), observasi
dan percobaan empiris, serta alasan kemanusiaan. (Omar & Kasule 2009)
B. SUMBER-SUMBER ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISLAM

1. AL QURAN adalah kitab Allah yang terakhir, sumber asasi Islam yang pertama dan
utama, kita kodifikasi Firman Allah SWT kepada manusia, diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW berisi petunjuk Ilahi yang abadi untuk manusia, untuk kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran Islam yang utama Al Quran diyakini
berasal dari Allah dan mutlak benar yang keberadaannya sangat dibutuhkan manusia
Sebagaimana Firman Allah SWT. :
ٍ ‫} َﻦﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟا ﱢ َﺑﺮ ُﻞﻳِﺰﻨَﺘَﻟ‬192{ ‫} ُﻦﻴِﻣَﺄْﻟا ُحﻮﱡﺮﻟا ِﻪِﺑ َ َلﺰَﻧ‬193{ ‫} َﻦﻳِ ِرﺬﻨُﻤْﻟا َﻦِﻣ َنﻮُﻜَﺘِﻟ َﻚِﺒْﻠَﻗ ﻰَﻠَﻋ‬194{ ‫نﺎَﺴِﻠِﺑ‬
ٍُ ‫} ﻦ ﻴِﺒﱡﻣ ﱟﻲِﺑَﺮَﻋ‬195{ ‫ﻪﱠﻧِإَو‬

[Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta


alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas]. (Q.S. As Syu’ara, 192-194).

}102{ ‫ُحﻮر ُﻪَﻟﱠﺰَﻧ ْﻞُﻗ‬


ُ ‫سﺪُﻘْﻟا‬
ُ ِ ‫ىﺮْﺸُﺑَو ىﺪُهَﻮ ْاﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬﱠﻟا َﺖﱢﺒَﺜُﻴِﻟ ﱢﻖَﺤْﻟ ﺎِﺑ َﻚﱢﺑﱠر ﻦِﻣ‬
َ ‫ﻦ َ ﻴِﻤِﻠْﺴُﻤْﻠِﻟ‬
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu
dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)". (Q.S. An Nahl : 102).

Sebagai sumber utama pengetahuan Al Quran mutiara pengetahuan yang tidak


terhingga jumlahnya yang pada garis besarnya Alquran mengandung bebebapa
pokok-pokok pikiran : Aqidah, Syariah, Ibadah dan Muamalah, Akhlak, Kisah-
kisah lampau, Berita-berita yang akan datang, Pengetahuan-pengetahuan Ilahi
lainnya.

2. AS SUNNAH merupakan sumber ajaran Islam ke dua, setelah Al Quran, As Sunnah


memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al Quran. Keberadaan As Sunnah
tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagian ayat Al Quran : Yang bersifat global (garis
besar) yang memerlukan perincian, Yang bersifat umum (menyeluruh) yang
menghendaki pengecualian, Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki
pembatasan, Isyarat Al Quran yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang
menghendaki penetapan makna yang akan dipakai; bahkan terdapat sesuatu yang secara
khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Alquran yang selanjutnya diserahkan
kepada hadis nabi. Selain itu ada pula yang dijelaskan dalam Al Quran, tetapi hadis
datang untuk memberikan keterangan sehingga masalah tersebut menjadi kuat. Dalam
kaitan ini, maka hadis berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat Al Quran yang bersifat
global, sebagai pengecualian terhadap isyarat Al Quran yang bersifat umum, sebagai
pembatas terhadap ayat Al Quran yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi informasi
terhadap sesuatu yang tidak dapat dijumpai di dalam Al Quran. Dengan posisinya yang
demikian itu, maka pemahaman Al Quran dan juga pemahaman ajaran Islam yang
seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa mengikutsertakan Nabi Muhammad SAW.

C. KETERKAITAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI


1. Ontologi
Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atauontos
yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu” Sedangkan secara terminologi
ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory
of being qua being). Sementara itu, Mulyadi Kartanegara
menyatakan bahwa ontologi diartikan sebagai ilmu tentang wujud sebagai wujud,
terkadangdisebut sebagai ilmu metafisiska. Adapun yang termasuk dalam
pembahasan ontologi adalah fisika,matematika dan Metafisika. Fisika sebagai
tingkatan yang paling rendah,matematika sebagai tingkatan tengah-tengah
sedangkan teologi sebagai tingkatanyang paling tinggi. Alasan pembagian
tersebut adalah karena ilmu itu ada
kalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat diindera, yaitu sesuatu yang ber
benda, yaitu fisika. Ada kalanya berhubungan dengan benda tetapi mempunyai
wujud tersendiri, yaitu matematika. Dan ada yang tidak berhubungan
dengan suatu benda yaitu metafisika Ontologi juga sering diidentikkan dengan
metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama atau
filsafat ketuhanan. Pembahasannya meliputi hakikat sesuatu, keesaan,
persekutuan, sebab dan akibat, substansi dan aksiden, yang tetap dan yang
berubah, eksistensi dan esensi, keniscayaan dan kerelatifan, kemungkinan dan
ketidakmungkinan, realita, malaikat, pahala, surga, neraka dan dosa.

2. Epistemologi

Seperti yang sudah di paparkan di bagian awal dimana eistemologi memeiliki


maksud filsafat pengetahuan atau bisa disebut dengan pengetahuan ilmiah seperti
halnaya 1+1=2 yang merupaka ilmu pasti dan membicarakan bagaimana ilmu itu
bisa diperoleh.

3. Aksiologi

Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi


adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nalai secara umum. Aksiologi
berkaitan dengan manfaat dari pada ilmu itu sendiri atau kaitan penerapan ilmu itu
dengan kaidah-kaidah moral.
Jadi bila disimpulkan keterkaitan ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan
suatu kesatuan yang utuh yang meliputi objek ilmu yang membahas tentang
bagaimana ilmu bisa diperoleh serta manfaat dari setiap ilmu yang ada.

D. MODEL PEMIKIRAN EPISTEMOLOGI ILMU DALAM ISLAM

Kajian pemikiran Islam terdapat juga beberapa aliran besar dalam kaitannya
dengan teori pengetahuan (epistemologi). Setidaknya ada tiga model sistem berfikir
dalam Islam, yakni bayani, burhani dan irfani, yang masing-masing mempunyai
pandangan yang sama sekali berbeda tentang pengetahuan. Metode berfikir dalam
paradigma ahkamy yang terdapat dalam ilmu tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu kalam oleh al-
Jabari disebut dalil al-Bayani. Sedangkan metode dalam filsafat Islam yang membahas
paradigma falsafy disebut dengan istilah dalil al-Burhany. Dan metode berfikir yang
membahas paradigma wijdany dalam ilmu tasawuf disebut al-‘irfany. Produk pikir yang
diperoleh oleh masing-masing metode berpikir juga berbeda. Jika dalil al-Bayani
menghasilkan al-‘Ilm al- Tauqify, maka dalil al-Burhani menghasilkan al-‘Ilm al-
Husuli dan dalil ‘irfani menghasilkan al-‘Ilm al-Hudury.

1. Model Berpikir Bayani


Secara bahasa, bayani bermakna sebagai penjelasan, pernyataan,
ketetapan. Sedangkan secara terminologis, bayani berarti pola pikir yang
bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad. Jika dikaitkan dengan epistemologi,
maka pengertiannya adalah studi filosofis terhadap struktur pengetahuan yang
menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak. Adapun akal hanya
menempati tingkat sekunder dan bertugas hanya untuk menjelaskan teks yang ada.
Corak berfikir yang diterapkan dalam epistemologi bayani ini cenderung deduktif,
yakni mencari (apa) isi dari teks (analisis content). Maka sumber epistemologi
bayani adalah teks. Sumber teks dalam studi Islam dapat dikelompokkan secara
umum menjadi dua, yakni: Teks nash ( Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad
SAW) dan Teks non nash berupa karya para ulama. Obyek kajian yang umum
dengan pendekatan bayani adalah : Gramatika dan sastra (nahwu dan balagah),
Hukum dan teori hukum (fiqh dan ushul fiqh), Filologi, Teologi, dan dalam
beberapa kasus di bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadist.

2. Model Berpikir Burhani

Kata burhani diambil dari bahasa Arab, al-burhan yang berarti argumentasi yang
kuat dan jelas. Sedangkan kata yang memiliki makna sama dengan al-
burhan dalam bahasa Inggris adalah demonstration. Arti dari kata
demonstration adalah berfikir sesuai dengan alur tertentu atau penalaran yang
dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pengetahuan demonstratif
merupakan pengetahuan yang integratif, sistemik, dan sistematis. Ciri daripada
pengetahuan demonstratif ada tiga. Pertama, pokok bahasannya jelas dan pasti
.Kedua, universal dan tidak partikular. Ketiga, memiliki peristilahan teknis
tertentu. Menurut Abid al-Jabiri, burhan dalam logika adalah aktivitas intelektual
untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi dengan cara konklusi atau deduksi.
Sedangkan dalam pengertian umum, burhan merupakan semua aktivitas
intelektual untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi.

3. Model Berpikir Irfani

Irfani adalah pendekatan yang bersumber pada intuisi (kasf/ilham). Dari irfani
muncul illuminasi. Prosedur penelitian irfaniah berdasarkan literatur tasawuf,
secara garis besar langkah-langkah penelitian irfaniah sebagai berikut:

a. Takhliyah : pada tahap ini, peneliti mengkosongkan (tajarrud) perhatiannya


dari makhluk dan memusatkan perhatian kepada (tawjih).
b. Tahliyah : pada tahap ini, peneliti memperbanyak amal sholeh dan
melazimkan hubungan dengan al-Khaliq lewat ritus-ritus tertentu.
c. Tahliyah : pada tahap ini, peneliti menemukan jawaban batiniah terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Paradigma irfaniyah juga mengenal teknik-teknik yang khusus. Ada tiga teknik
penelitian irfaniyah :
a. Riyadah : rangkaian latihan dan ritus dengan penahapan dan prosedur
tertentu.
b. Tariqah : di sini diartikan sebagai kehidupan jama’ah yang mengikuti aliran
tasawuf yang sama.
c. Ijazah : dalam penelitian irfaniah, kehadiran guru sangat penting. Guru
membimbing murid dari tahap yang satu ke tahap yang lain. Pada tahap tertentu,
guru memberikan wewenang (ijazah) kepada murid.
Epistemologi ‘irfani diharapkan menjembatani sekaligus menghindari kekakuan
(rigiditas) dalam berfikir keagamaan yang menggunakan teks sebagai sumber
utamanya. Dengan peran dan fungsinya, epistemologi ‘irfani dalam pemikiran
Islam menjadi mekanisme kontrol perimbangan pemikiran dari dalam. Memang,
perpaduan antara “teks” dengan “akal” ternyata tidak selamanya berjalan baik
den sesuai harapan. Dalam kondisi ini, perpaduan ini ternyata juga membawa
dampak yang kurang produktif, baik berupa ketegangan, konflik, dan bahkan
dalam batas-batas tertentu dalam bentuk kekerasan.

Berbeda dengan kedua epistemologi sebelumnya, sumber epistemologi ‘irfani


adalah intuisi. Karena menggunakan intuisi ini, maka status keabsahannya
acapkali digugat, baik oleh tradisi bayani maupun burhani. Epistemologi
mempertanyakan keabsahannya karena dianggap tidak mengindahkan pedoman-
pedoman yang diberikan teks. Sementara epistemologi burhani mempertanyakan
keabsahannya karena dianggap tidak mengikuti aturan dan analisa logika.

Sumber terpokok epistemologi ‘irfani adalah pengalaman (eksperince).


Pengalaman hidup sehari-hari yang otentik merupakan pelajaran yang tidak
ternilai harganya
E. EPISTEMOLOGI ILMU DALAM ISLAM SECARA MENYELURUH

Jika dilihat dari skema spider web (jaring laba-laba) merupakan peta konsep, di
mana dapat dimaknai bahwa setiap item yang terdapat dalam peta tersebut memiliki
hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, inilah yang disebut dengan keilmuan
integratif. Kemudian dari jaringan laba-laba tersebut bisa dipahami bahwa, keilmuan itu
berpusat pada Al Quran dan Sunah yang secara hirarkis berkaitan dengan sejumlah
pengetahuan sesuai dengan tingkat abstraksi dan aplikasinya. Item-item yang terdapat
satu lapis lingkaran menunjukan kesetaraan dilihat dari tingkat teoritisnya. Satu hal yang
sangat menarik dari teori spider web (jaringan laba-laba) keilmuan tersebut adalah
penempatan Alquran di tengah kompeksitas perkembangan keilmuan. Hal ini merupakan
penegasan yang sangat penting bagi setiap Muslim, karena bagi umat Islam Al Quran
diyakini sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, dan pengetahuan. Pendekatan
integratif-interkonektif merupakan usaha untuk menjadikan sebuah keter-hubungan
antara keilmuan agama dan keilmuan umum yang tergabung dalam ilmu alam, ilmu
sosial dan humaniora. Muara dari pendekatan integratif-interkonektif adalah menjadikan
keilmuan. Pendekatan keilmuan integratif-interkonektif menegaskan bahwa antara
keilmuan umum dan

agama (Islamic Studies) akan saling tegur sapa dalam hal materi, metodologi, dan
pendekatannya. Kedua keilmuan tersebut tidak akan merasa asing satu sama.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Epistemologi adalah ilmu pengetahuan sumber-sumber ilmu pengetahuan
menurut Islam ada 2 yaitu: Al Quran adalah kitab Allah yang terakhir, sumber asasi Islam
yang pertama dan utama, berisi petunjuk Ilahi yang abadi untuk manusia, untuk
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran Islam yang utama Al
Quran diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar yang keberadaannya sangat
dibutuhkan manusia. As Sunnah sebagai sumber ajaran Islam ke dua, setelah Al Quran.
Keterkaitan ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan suatu kesatuan yang utuh
yang meliputi objek ilmu yang membahas tentang bagaimana ilmu bisa diperoleh serta
manfaat dari setiap ilmu yang ada. Model pemikiran epistemologi ilmu dalam Islam di
bagi menjadi beberapa model seperti: model berpikir bayani secara bahasa, bayani
bermakna sebagai penjelasan, ketetapan, pernyataan. model berpikir burhani yang berarti
argumentasi yang kuat dan jelas. Model Berpikir Irfani adalah pendekatan yang
bersumber pada intuisi (kasf/ilham). Epistemologi ilmu dalam Islam secara keseluruhan
digambarkan seperti jaringan laba-laba tersebut bisa dipahami bahwa, keilmuan itu
berpusat pada Al Quran dan Sunah yang secara hirarkis berkaitan dengan sejumlah
pengetahuan sesuai dengan tingkat abstraksi dan aplikasinya. Item-item yang terdapat
satu lapis lingkaran menunjukan kesetaraan dilihat dari tingkat teoritisnya. Satu hal yang
sangat menarik dari teori spider web (jaringan laba-laba) keilmuan tersebut adalah
penempatan Al Quran di tengah kompeksitas perkembangan keilmuan.

DAFTAR PUSTAKA

Muslih, Muhammad. 2005. Filsafat Ilmu. Penerbit belukar: Yogyakarta.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam.


Jakarta: Ciputat Press.

Junaedi, Mahfud. 2010. Ilmu Pendidikan Islam: Filsafat dan Pengembangan. Semarang:
RaSAIL Media Group.

Kadir, Muslim A. 2003. Ilmu Islam Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.
Yogyakarta: Pustaka Progresif.

Syukur, Suparman. 2007. Epistermologi Islam Skolastik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Diposting 11th October 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

8.

Oct

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.P


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
NUTRISI DI RUANG DAHLIA KELAS
III RSUD BANYUDONO BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.P DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG DAHLIA KELAS III RSUD
BANYUDONO BOYOLALI
Disusun Oleh:

Hussin Nur Rahmad J200140007

Linda Kurniawati J200140008

Bayu Arieza Dharma J200140009

Meika Nunung Sukmawati J200140010

Alif Nurrohim J200140011

Wulan Agustina Setyowati J200140012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DII KELAS A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PENGKAJIAN

A. BIODATA

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Cerai Mati
Agama : Islma
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
No. Register : 00 11 07
Diagnosa Medik : DM tipe II
Tanggal Masuk : 31-05-2015
Tanggal Pengkajian : 01-06-2015
Alamat : Lawong, Sawit

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Sudalmi
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Hubungan dg Pasien : Anak
Alamat : Lawong, Sawit

B. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada tangan dengan skala 7 dan tangan terasa nyeri dan kaku, pasien kurang nafsu
makan, mual dan pasien susah tidur karena bising.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada tangan, nafsu makan berkurang, pusing dan
lemas setelah itu pasien dibawa ke RSUD Banyudono untuk mendapatkan pengobatan

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Pasien Mengatakan kebiasaan dahulu mengkonsumsi gula berlebih dalam 1hari bisa
menghabiskan 1/2Kg Gula pasir untuk di konsumsi.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Pasien mengatakan memiliki riwayat keturunan penyakit dari keluarga

F. DATA FISIK

a. Bentuk Tubuh Normal


b. Individu tampak sakit : Kulit pasien tampak kusam, sawo matang,
pasien tampak lemas
c. Kebersihan secara umum : Cukup bersih
1. Activity Daily Living (ADL)

1) Nutrisi
a. Makanan
Dirumah : Makan dirumah 3x/hari tidak ada pantangan
Di RS : Makan di RS 2x/hari dengan makanan diit bubur dan diit
glukosa hanya mau makan dengan porsi ¼ piring
b. Minuman
Dirumah : Minum 7gelas/hari tidak ada pantangan
Di RS : Minum 5 gelas/hari tidak dibantu
2) Istirahat dan Tidur
a. Malam
Dirumah : Pasien tidur 7-8 jam/hari dengan penerangan lampu
Di RS : Pasien susah tidur, hanya bisa tidur 2-3
jam/hari karena bising
b. Siang
Di rumah : Pasien jarang tidur siang
Di RS : Pasien jarang tidur siang
3) Eliminasi
a. BAK
Di rumah : Pasien BAK 2-3x/hari dengan warna kuning jernih tidak
ada kesulitan BAK
Di RS : Pasien BAK 2-3x/hari dengan warna kuning jernih BAK
di tempat tidur dg kateter
b. BAB
Di rumah : Pasien BAB 2-3x/hari tidak cair tidak ada konstipasi
Di RS : Pasien BAB 2-3x/hari tidak cair tidak ada konstipasi
4) Personal Hygine
a. Mandi
Di rumah : Pasien mandi 2x/hari menggunakan sabun menggosok
gigi
Di RS : Pasien mandi ditempat tidur hanya dibilas dengan air
hangat
b. Berpakaian
Di rumah : Pasien ganti pakaian 2x/hari setelah mandi
Di RS : Pasien ganti pakaian setelah mandi sibin ditempat tidur
5) Mobilitas dan Aktivitas tidur
Di rumah : Pasien mapu mengerjakan aktivitas sehari-hari
Di RS : Pasien terganggu aktivitasnya akibat nyeri pada
tangannya

PEMERIKSAAN FISIK.
a. Keaadan umum.
1) Tingkat kesadaran : Composmentis
2) Orientasi waktu : 10:00 wib
Cara masuk : Dengan kelurga
Tempat : Dahlia kelas III
3) Bahasa dan memori
Bahasa : Mudah dipahami
Memori : daya ingat masih bagus
4) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70mmHg
Nadi : 116x/menit
Respirasi : 48x/menit
Suhu : 38̊C
b. Berat badan dan tinngi badan
Berat badan : 45kg
Tinggi badan : 150cm
c. Kulit,rambut,kuku
1) Kulit
Inspeksi : warna coklat,tidak kusam
Palpasi : kulit hangat, kering,turgor ‹3detik

2) Rambut
Inspeksi : warna hitam,sedikit kotor.
Palpasi : mudah rontok.
3) Kuku
Inspeksi : bersih, pendek, normal
Palpasi : kuku sedikit kasar
G. DATA PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL.

1. Psikososial.

a. Non verbal
Ekspresi wajah : sedih
Sikap : gerakan tidak bermakna
b. Verbal : bicara terputus-putus
c. Emosi : stabil
d. Interaksi sosial : dapat berinteraksi secara normal.
2. Spiritual :pasien merasa tergangu ibadahnya selama sakit

H. DATA PENUNJANG

1. Laboratorium.
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hemoglobin 10,6 Gr/dl P 14-18
W 12-16
Eritrosit 3,8 X106/mm3 P 4,5-6
W 3,5-5
Leukosit 9.100 X103/mm3 4-10
Hematokrit 31 % P 40-50
W 36-47
Trombosit 502 X103/mm3 150-400
Retikulosit %0 8-20
Eosinofil mm3 50-350
M.Pembekuan menit <7
M.Pendarahan menit 1-3
Laju endap darah mm P 13-18
W 10-15
Golongan darah
Hitung jenis
Normal % Bas Eos Bat Seg Lim Mon
01 14 3 5 35 70 20 40 2 10
Hasil 0 0 0 77 23 0
Morfologi darah tepi

KIMIA
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Glukosa Puasa Mg/dl 70-110
Glukosa 2 Jpp <160
Glukosa sewaktu 167 70-150
Bilirubin total Mg/dl <1,10
Direk 0,25
Indirek <0,85
Protein total Gr/dl 0,7-8,7
Albumin 3,5-5,0
Globulin 2,3-3,5
SGOT 17 U/L P<37
W<31
SGPT 15 U/L P<42
W<32
Gamma GT U/L P 6-28
W 4-18
Alkali Fosfatase U/L 60-170
Acid Fosfatase U/L <10
Ureum 23 Mg/dl 10-50
Kreatinin 0,5 Mg/dl P 0,6-1,1
W 0,5-0,9
Asam urat 3,9 Mg/dl P 3,4-7,0
W 2,4-5,7
Kolesterol total 134 Mg/dl 150-220
Trig Lyserida 141 Mg/dl 220
HDL Mg/dl P>55
W>65
LDL 48 Mg/dl <150
Natrium Meq/dl 135-147
Kalium Meq/dl 3,6-5,4
Khlorida Mg/dl 334-394
Kalsium Mg/dl 8,1-10,4
Magnesium Mg/dl 1,9-2,5
Phospat Mg/dl 2,5-5,0

2. RADIOLOGI
Tanggal Pemeriksaan : 31-05-2015
Pemeriksaan : Thorax
Foto Thorax : AP, Simetris, Inspirasi dan kondisi cukup
Hasil :
 Tampak corakan vaskuler meningkat dan mengabur di kedua pulmo
 Kedua sinus c.f lancip
 Kedua diafragma licin
 Cor : CTR>0,5
 Sistema tulang yang tervisualisasi baik
Kesan
Cardiomegali dengan awal odem pulmonum
2. TERAPI OBAT

a. Tanggal 31-05-2015
 Inj. Ranitidin 1A/12jam
 Inj. Furosemid 1-0-0
 G G 3x1
b. Tanggal 01-06-2015
 Inj. Ranitidin 1A/12jam
 Inj. Furosemid 1-0-0
 G G 3x1
c. Tanggal 02-06-2015
 Cefotaxim 1gr/12jam
 Inj. Ranitidin 1A/12jam
 Methylprednisolonen 1x1,5

I. DATA FOKUS

Data Subjektif

 Pasien mengatakan tangannya nyeri dan kaku


 Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
 Pasien mengatakan susah tidur karena bising
Data objektif

 Pasien terlihat pucat


 Pasien mengalami nyeri pda tangannya dengan skala 7 seperti tersayat
 Pasien terlihat lemas
 Pasien terlihat gelisah karena tangannya kaku dan nyeri
 Nafsu makan menurun menyebabkan pasien hanya makan ¼ porsi
 Tekanan darah 110/70 mmHg
 Glukosa sewaktu :
 31 Mei 2015 = 167
 1 Juni 2015 = 148
 5 Juni 2015 = 146
 6 Juni 2015 = 135

J. ANALISIS DATA

NO Data Fokus Etiologi Masalah


keperawatan
1 DS : Pasien mengatakan tidak nafsu Mual Ketidakseimbangan
makan dan mual nutrisi kurang dari
DO : - Diit yang diberikan habis ¼ kebutuhan tubuh.
-Glucosa sewaktu tanggal 31 mei
2015=167
2 Nyeri Gangguan rasa
DS : Pasien mengatakan kedua tangannya nyaman
kram dan nyeri
DO : -Pasien terlihat gelisah
-Skala nyeri pasien masuk dalam skala
nyeri 7 dengan skala nyeri berat
P: Saat di gerakkan
Q: Seperti terpelintir
R: kedua tangan
S: Skala 7
3 Karena Gangguan istirahat
DS : Pasien mengatakan tidur malamnya lingkungan dan tidur
kurang bising
DO : -Pasien terlihat gelisah
-Pasien terlihat tidak nyaman
-Pasien terlihat mengantuk dan tidak
bersemangat

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual


Gangguan rasa nyaman b.d nyeri

Gangguan istirahat dan tidur b.d lingkungan bising

L. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1. Gangguan Setelah dilakukan1. Mengobservasi tanda-
kebutuhan nutrisi tindakan keperawatan tanda vital
berhubungan selama 1x24 jam, gula 2. Rutin pengecekan gula
dengan mual darah pasien berkurang darah sewaktu
dengan kriteria hasil: 3. Mendukung pasien untuk
-Tidak ada rasa mual menghabiskan porsi
kembali makannya
-Menghabiskan porsi
4. Kolaborasi dengan dokter
makannya

1. Mengobservasi tanda-
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tanda vital
nyaman tindakan keperawatan 1x82. Kaji nyeri pasien
berhubungan jam, nyeri pada tangan 3. Jelaskan penyebab nyeri
dengan nyeri pasien berkurang dengan 4. Ajarkan relaksasi distraksi
kriteria hasil: 5. Kolaborasi dengan dokter
-Nyeri dengan skala 3 tentang analgesik
-Pasien menjadi rileks
1. Mengobservasi tanda-
tanda vital
2. Memberikan pendekatan
lingkungan baru pada
3. Gangguan Setelah dilakukan pasien
istirahat dan tidur tindakan keperawatan3. Memberikan relaksasi
berhubungan 1x12 jam, pasien dapat guide imagury
dengan istirahat dengan kriteria
lingkungan bising hasil:
-Tidur malam kurang
lebih 8 jam
-Pasien merasa nyaman
M. IMPLEMENTASI

NO HARI/TGL IMPLEMENTASI RESPON TTD


1 Senin -Mengukur tanda-tanda vital DS: Pasien
1 juni 2015 -Mengecek gula darah mengatakan hanya
-Mengobservasi makanan makan sedikit
yang dimakan pasien DO:
-Memberikan makanan -Gula darah sewaktu
rendah gula 148
-Makan pasien
meningkat menjadi ½
porsi setiap kali
2. Selasa -Mengukur tanda-tanda vital makan
2 juni 2015 -Memberikan injeksi insulin
melalui Intra Muskulus DS: Pasien
mengatakan nyeri saat
diinjeksi
DO:Pasien
mendapatkan injeksi
3. Rabu -Mengukur tanda-tanda vital Intra Muskulus pada
3 juni 2015 -Mengkaji skala nyeri pasien bagian deltoid

DS: Pasien
mengatakan bersedia
untuk di kaji nyerinya
DO: Nyeri pasien
pada skala 7 yang
4. Rabu -Mengukur tanda-tanda vital masuk dalam nyeri
3 juni 2015 -Memberikan relaksasi berat pada tangan
distraksi
DS: Pasien
mengatakan bersedia
untuk melakukan
relaksasi distraksi
DO:
-Pasien terlihat
antusias untuk
melakukan tindakan
keperawatan
-setelah dilakukan
relaksasi distraksi
nyeri pasien
berkurang menjadi
skala nyeri 3

N. EVALUASI

1. Senin 1 juni 2015


S: Pasien mengatakan nafsu makannya sudah mulai kembali
O: Pasien masih sedikit pusing dengan glukosa sewaktu 146
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV
- Observasi glukosa sewaktu
- Berkolaborasi dengan dokter
2. Selasa 2 Juni 2015

S: Pasien mengatakan nyeri pada tangannya sudah berkurang

O: Mendapat relaksasi distraksi


A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

- Observasi TTV
- Relaksasi distraksi
- Berkolaborasi dengan dokter
3. Rabu 3 Juni 2015

S: Pasien mengatakan sudah bisa tidur 5 jam

O: memberikan lingkungan yang tenang untuk pasien

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan:

- Observasi TTV
- Melakukan tindakan relaksasi distraksi
- Berkolaborasi dengan dokter

Diposting 7th October 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

9.

Oct

7
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI
Disusun Oleh:

Hussin Nur Rahmad J200140007

Linda Kurniawati J200140008

Bayu Arieza Dharma J200140009

Meika Nunung Sukmawati J200140010

Alif Nurrohim J200140011

Wulan Agustina Setyowati J200140012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DII KELAS A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

A. PENGERTIAN

Nutrisi adalah zat zat dan zat lain yang berhubungandengan kesehatan dan
penyakit termasuk keseluruhanproses proses dalam tubuh manusia untuk makanan/bahan
bahanlain lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan bahan tersebut untuk aktifitas
penting dalam gizi dan zat lainnya terkandung aksi reaksi dan keseimbanganyang
berhubungan dengan kesehatan dan pemyakit.nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang akanan zat zat lain yg terkandung aksi dan keseimbangan yg berhubungan dg
kesehatan penyakit.

B. ETIOLOGI
1. Fsiologi

a. Intake nutrient
 Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
 Pengetahuan
 Gangguan penelan / menelan
 Perasaan tidak nyaman setelah makan
 Anoreksia
 Nausea & vomitus
 Intake kalori & lemak yg berlebihan
2. Kemampuan mencerna nutrient

 Obstruksi mencerna cairan,mal absorbsi nutrient,DM

3. Kebutuhan metabolisme

 Pertumbuhan,stres,kondisi yang meningkatkan bmr,kanker

4. Gaya hidup dan betrlebihan

a. Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia foddierlusia menginjak 1
thn b.Kebiasaan makanan lansia menghindari yg penting untuk dimakan

5. Jenis kelamin

Metabolisme basal pada laki laki lebih besar dibandingkan dengan wanita pada
laki laki dibutuhkan BMRIO Kkal /kg/bb/jam dan pada wanita oigkkal/kg/bb/jam

6. Tinggi bdan dan berat badan

Tinggi badan dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan


tubuh,semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluarn panas ,sehingga
kebutuhn metabolisme basal tubuh juga menjadi besar
7. Status kesehatan

Nafsu makan yg baik adalah tanda yg sehat

8. Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengruhi perubahan status gizi karena penyediaan


makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit

9. Alkohol & obat

Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberi konstribusi pada


defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelanjakan untuk alkohol daripada makanan .
Obat obataan yg menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial .Obat
obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi
inteostine

C. PATOFISIOLOGI

1. Produk saliva menurun: mempengaruhi proses perubahan kompleks karbohidat


menjadi disakarida

2. Fungsi ludah menurun: sukar menelan

3. Fungsi kelenjar pencernaan: perut terasa tidak enak / kembung

4. Dengn proses menua terjadi gngguan mobilitas otot polos esofagus.dari proses proses
perubahan pada proses penuaan pada lansia menyebabkan intake makanan pada lansia
berkurang yg nantinya akan mempengaruhi status gizi pada lansia berkurang yg
nantinya akan mempengaruhi status gizi pada lansia
Pathway nutrisi

kurang nutrisi
intake makanan tidak adekuat
Kondisi fisiollogis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktivitas
keadaan penyakit ,kemampuan dayaa beli dan menyiapkan makanan serta prosedur dan
pengobtan yg dilakukan bergantung pada tingkat aktivitas maka nutrisi dan
kilokaloridiperlukan untuk meningkatkan sehingga tingkat aktivitas akan meningkat
/menurun .sementara status penyakitdan prosedur /pengobatanyang dilakukan
mempunyai dampak pada asupan makanan ,pencernan absorbsi metabolisme dan ekskresi

Beberpa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zat makan tertentu


dan suatu saat akan meningkat.penyakit ginjal dapat menurunkan kebutuhan protein
karena protein dieskresi oleh ginjal.penyakit2 fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat
makanan.biasanya terjadi pada penyakit – penyakit saluran cerna .

Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran cerna yang menyebabkan


menurunnya asupan nutrisi..gangguan absorpsi ,ganggaun transportasi /penggunaan yang
tidak sepantasnya.lika pada mulut dapat mengakibatkan menurunnya asupan nutrisi
akibaat nyeri saat makan.diare dapat menurunkan absorpsi nutrisi karena didorong lebih
cepat terhadap penyakit pada kandung empedu,dimana kandung empedu tidak berfungsi
secara wajar,empedu yang berfungsi mencerna lemak menjadi tidak efektif.

 KLASIFIKASI GANGGUAN NUTRISI

1. Kwarshiorkor adalah gangguan yang disebabkan olrh kekurangan protein atau defisiensi
yg disertai nutrient lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak pra
sekolah (balita)

2. Marasmus adalah salah satu adalah salah satu benuk kekurangan gizi yang paling buruk
sering ditemui pada baliya penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang
sangat kuraang ,infeksi pembawa lahir prematunitas penyakit pada masa neonatus serta
kesehatan lingkungan
3. Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga
menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan dan meningkatkan masalah kesehatan

4. Under weight adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler /dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yg tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh

 RUMUS IMT

dengan satuan BB dalam Kg dan TB dalam Meter

Keterangan: <18,5=BB kurang

18,5 – 22,9=BB normal

≥23,0 =BB lebis

23,0-24,9=resiko obes

25,0-29,9=obes I

D. TANDA DAN GEJALA

1. SUBJEKTIF

a) Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit

b) Merasakan ketidak mampuan

c) Melaporkan perubahan sensasi rasa

d) Melaporkan kurangnya makan

e) Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan


2. OBJEKTIF

a) Tidak tertarik untuk makan

3. PENATA LAKSANAAN MEDIS

a) Memberikan makanan yang bergizi

b) Mengatur diet pasien

c) Menambahkan suplemen atau vitamin

d) Mengajarkan pola makan yang sehat

e) Menawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering

f) Berkolaborasi dengan dengan ahli gizi

4. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN

 Pengkajian
1. Riwayat keperawatan dan diet
a. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
b. Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
dietnya?
d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan
demam?
2. Faktormyang mempengaruhi diet
a. Kesehatan/Status kesehatan
b. Kultur dan kepercayaan
c. Status sosial ekonomi
d. Faktor psikologis

E. PEMERIKSAAN FISIK & DIAGNOSTIK

1.PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan fisik: apatis,lesu
b) Berat badan : obesitas,kurus
c) Otot :flaksia/lemah,tonus berkurng,tendernes,tidak mampu bekerja
d) Sistem saraf :bingung,rasa terbakar,paresthesia,refleks menurun
e) Fungsi gastrointesial : anoreksia,konstipasi,diare,flaktuslen,pembesaran
liver atau lien
f) Kardiovaskular : denyut nadi lebih dari 10x/menit,irama
abnormal,tekanan darah rendah/tinggi
2.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.

a) Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses.


b) USG.
c) SGOT & SGPT.
d) Sikologi : Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
e) Rontgen : Mengetahui kelemahan yang muncul ada yang dapat
menghambat tindakan oprasi.

F. TERAPI MEDIS

1. Terapi farmakologidengan pemberian obat /injeksi vitamin

2. Terapi non farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi untuk nafas
dalam dan memenuhi nutrisi cairan dengan minum sedikit-sedikit tapi sering. Serta
memenuhi nutrisi makanan dengan makan sedikit –sedikit tapi sering.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidak mampuan mengabsorbsi nutriet / intake nutrisi yang tidak adekuat.

NOC :

a) Nutritional status : Food & Fluid intake.


b) Nutritional status : Nutrient intake.
c) Kriteria hasil.
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan .
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
- Tidak terjadi penurunan BB yang berarti.

NIC :

Nutritional management.

- Kaji adanya alergi makanan.


- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori & nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung serat untuk mencegah konstipasi serta
melancarkan pencernaan.
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Kaji informasi tentang kesehatan & kebutuhan nutrisi.
- Berikan pendidikan tentang cara diet kebutuhan kalori &tindakan keperawatan
yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT.
Nutrition Monitoring
- Gerakan badan pasien dalam batas normal
- Monitor mual &muntah

Monitor kadar
 Albumin
 Total protein.
 Hb.
 Kadar Hz.
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor menekan kesukaan.
- Monitor pertumbuhan&perkembangan.
- Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva.

2. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhububngan dengan


kelebihan intake/ gaya hidup/ konsumsi terlalu tinggi kalori.
Tujuan :

- Peningkatan aktivitas dengan penurunan berat badan.


- Teridentifikasai kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
- Terjadi penurunan BB.
- Menahan diri untuk tidak makan terlalu banyak dalam waktu tertentu.
H.INTERVENSI KEPERAWATAN.

- Observasi aktivitas klien


- Tentukan faktor penyebab peningkatan

- Timbang BB klien
- Beri motivasi agar menurunkan BB

- Bantu klien menentukan pola makan tentang apa, kapan, dan dimana pasien makanan

- Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat dan bagaimana
dapat memenuhi kebutuhan tersebut

- Anjurkan pemilihan makanan yang sesuai

- Kurasi porsi makanan yang sesuai

- Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan yang manis dan
beralkohol

- Diskusikan dengan ahli gizi program penurunan BB yang meliputi pengolaan diit dan
pengeluaran energi

EVALUASI

Evaluasi terhadap masalah nutrisi dilakukan dengan menilai masalah keperawatan


yang muncul. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dan hasilnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap keperawatan yang diberikan.

Langkah-langkah pasien:

1. Daftar tujuan pasien

2. Melakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu

3. Dibandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien

4. Diskusikan kepada pasien apakah tujuan dapat tercapai/tidak. Jika tujuan tidak dapat
tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluar yang terbaik,
kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan
intervensi

I. DAFTAR PUSTAKA
Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9
Diagnosa Nanda, Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku
Kedoteran.
Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Interverention Classification (NIC). Edition 4
United States Of America: Masby Elsever Acadamic Press.
NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
Aksara Publisher.
Uliyah, Musfifatul.2006. Keterampilan Dasa Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Diposting 7th October 2015 oleh wulan agustina

Tambahkan komentar

10.

Oct

7
MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN
LUKA DEKUBITUS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN
MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN LUKA
DEKUBITUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun oleh:
Putri Dewi Suciningtyas (J200140004)
Linda Kurniawati P (J200140008)
Wulan Agustina S (J200140012)
Rizky Setiawati A (J200140016)
Marzuki Setyo W
Kamila Amaliya (J200140024)

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “KONSEP PERAWATAN LUKA DEKUBITUS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan.
Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan makalah
ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.

Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.

Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Irdawati, S.Kep,Ns,M.Kes,Med. sebagai dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar


Manusia II yang dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah
kami.

2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah yang kami susun.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................... 1

Kata Pengantar .............................................................................................. 2

Daftar Isi ....................................................................................................... 3

Pendahuluan .................................................................................................. 4

Pembahasan................................................................................................... 5

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................. 9

Penutup .........................................................................................................18

Daftar pustaka ...............................................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah


memepertahankan integriras kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan
konsisten merupakan intervensi penting untuk menjamin perawatan yang berkualitas
tinggi (Hoff, 1989). Gangguan integritas kulit terjadi akibat tekanan yang lama, iritasi
kulit atau imobilisasi, sehingga menyebabkan terjadi dekubitus. Oleh karena itu sebagai
perawat kita harus mengenal tentang dekubitus sehingga dapat mencegah dan mengenal
gejala awal dari dekubitus.

Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan


meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat program
rehabilitasi bagi penderita (Potter, Perry, 1993). Selain itu dekubitus juga dapat
menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman, tergangu dan frustasi yang
menghinggapi para pasien dan meningkatkan biaya dalam penaganan.

Dan angka kejadian Luka Dekubitus (ulkus) di Indonesia mencapai 33,3%. Angka
ini lebih tinggi dari Negara Asia lainnya. Langkah pertama dalam mencegah terjadinya
luka adalah mengidentifikasi faktor resiko luka dekubitus. Usia juga dapat mempengaruhi
terjadinya luka dekubitus. Usia lanjut atau lansia (>50th) mudah sekali untuk terjadi luka
dekubitus. Hal ini karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya
penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi darah pada dermis, Ketika pasien
berbaring atau duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan tulang. Semakin lama
tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit (Suriadi, 2004)
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari dekubitus?


2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi luka dekubitus?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya dekubitus?
4. Bagaimana proses terjadinya dekubitus?
5. Bagaimana cara melakukan perawatan luka dekubitus?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawtan luka dekubitus?
7. Bagaimana interverensi dan implementasi yang diberikan pada klien?

C. Tujuan

1. Mengetahuidefinisidari dekubitus
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi lukadekubitus
3. Mengetahui cara mencegah terjadinya dekubitus
4. Mengetahui proses terjadinya dekubitus
5. Mengetahui cara melakukan perawatan luka dekubitus
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan luka dekubitus
7. Mengetahui intervensi dan implementasi yang di berikan pada klien
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN DEKUBITUS
Dekubitus adalah suatu keadaan dimana timbul ulkus sebagai akibat penekanan
yang lama yang mengenai suatu tempat pada permukaan tubuh penderita (Bouwhuizen,
1986). Hal ini dapat terjadi karena terjepitnya pembuluh darah antara tulang penderita
dan papan tempat tidurnya. Akibat terjepitnya pembuluh darah tersebut, maka jaringan
yang terdapat pada daerah itu tidak bisa memperoleh bahan makanan dan oksigen,
akibatnya jaringan tersebut mengalami kematian.

Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal


akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi
pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada
inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan
sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis 1995)

Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi


ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan
eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel
[NPUAP], 1989a, 1989b).
Dekubitus adalah gangguan pada kemampuan untuk melakukan garakan,
maka kemungkinan over-kompresi dengan akibat kerusakan jaringan akan terjadi
(Nancyroper, 1986)

B. FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA DEKUBITUS


Berikut faktor dan penyebab terjadinya dekubitus meunurut(Bouwhuizen, 1986):

1. Faktor Dekubitus
a. Tekanan
b. Gesekan dan pergeseran
c. Kelembaban dan kebersihan tempat tidur

2. Penyebab tambahan yang dapat mengakibatkan timbulnya dekubitus adalah:


a. Peredaran darah yang jelek
b. Keadaan gizi penderita yang buruk
c. Akibat pengaruh cairan, misalnya keringat, air kemih dan tinja pada
kulit
d. Kerusakan yang terjadi pada kulit akibat lipatan, benda-benda kecil
atau karena kuku yang panjang.
Tempat-tempat yang sering terancam bahaya dekubitus adalah:

a. Pada penderita yang berbaring terlentang, pada daerah belakang


kepala, daerah tulang belikat, daerah bokong dan daerah tumit
b. Pada penderita yang berbaring miring, daerah pinggir kepala,
(terutama daun telinga), bahu, siku, daerah pangkal paha, lutut,
pergelangan kaki, dan bagian atas jari-jari kaki.
c. Daerah-daerah yang mendapat tekanan sebagai akibat pemakaian alat-
alat bantu, misalnya protesa, kantung air kemih, uritif dan sebagainya.

C. CARA PENCEGAHAN TERJADINYA DEKUBITUS


Beberapa petunjuk untuk mencegah timbulnya dekubintus menurut (Patricia
A.potter & Anne Griffin Perry,2006)

1. Perbaikan keaadaan umum penderita


Kita dapat ikut bekerjasama dalam usaha memperbaiki keadaan umum
penderita dengan mengikuti segala nasihat yang diberikan oleh dokter yang
merawat dan mengobati. Suatu susunan makanan yang baik, dimana terutama
harus terdapat cukup banyak protein an penting mengusahakan pula agar
pemasukan cairan mencukupi.
2. Pemeliharaan dan perawatan kulit yang baik
3. Kulit kita perlu dibasuh dan dibersihkan secara teratur. Disamping itu,kulit
harus pula kita keringkan dengan baik. Kalau perlu lindungilah kulit kita
dengan menggosoknya dengan krem cuci lanette atau suatu krem pelindung
yang lain. Dengan pembasuhan danpengosokan, maka peredaran darah kulit
merangsang pembuluh darh yang terdapat pada permukaaan tubuh kita.
4. Papan/ alas tempat tidur yang baik
Papan/alas tempat tidur, penderita harus berbaring,hendaknya keadaanya rata,
kering dan elastis
Elastisitas alas tempat tidur dapat kita perbaiki dengan:
a. Cincin udara(terutama rumah perawatan keberatan mempergunakan
alat tersebut)
b. Lempeng karet busa atau busa plastik
c. Kulit domba
d. Tempat tidur udara atau air
e. Kasur anti dekubitus
f. Tempat tidur khusus
g. Bantal gelatin
h. Bye-bye/bantal udara
i. Tumit dan siku penderita dapat kita bungkus dengan bahan yang
dapat memegas dengan baik
5. Pencegahan terjadi luka
Untuk mencegah terjadinya luka pada penderita,maka perawat yang bertugas
mearawat penderita tidak diperkenankan antara lain memakai perhiasan dan
memelihara kuku sampai panjang.
6. Berbaring yang berubah-ubah
Dengan seelang waktu tertentu, misalnya setiap 2-3 jam sekali, secara
bergantian penderita kita baringkan pada punggung, sisi kiri atau sisi kiri atau
sisi kanan tubuh mereka. Dalam melakukan tindakan ini anda hendaknya
selalu memperhatikan waktu berkunjung dan waktu makan. Pada keadaan-
keadaan tertentu,dapat juga diterapkan kedudukan berbaring pada perut atau
sikap tubu setengah miring,yang ditompang dengan sejumlah bantal atau
kantung pasir.Sebelum kita menerapkan sikap tubuh lain pda penderita,
mereka lebih dahulu kita gosok,setelah sebelumnya mereka kita basuh.
Berbaring berubah ubah hanya mempunyai arti kalau dapat kita terapkan
dengan baik. Oleh karena itu, kita perlu membuat sebuah daftar yang berisi
waktu pelaksanaan dan sikap tubuh yang harus diterapkan pada penderita pada
masing masing waktu tersebut. Kita mutlak perlu melaksanakan jumlah dan
sikap tubuh yang lelah ditetapkan setiap 24 jam .Pada pengobatan dan
perawatan dekubitus, pertama tama haru kita terapkan apa yang telah
diketengahkan pada waktu pembicaraan mengenai pencegahan terjadinya
dekubintus. Kalau keadaan penderita mengizinkan, pengeterapan skema
berbaring yang diubah ubah, yang dilaksanakan secara ketat, memang
merupakan tuntutan yang pertama tama harus dikerjakan. Bergantung kepada
penderita dan pandangan dan pendapat yang dianut di masing masing tempat
perawatan tersebut, maka dipergunakan salep yang bekerjanya
menyembuhkan, mendesinfektan, atau yang mempunyai daya kerja yang lain.
Dengan permufakatan dan atas nasehat dokter yang merawat,maka kita
berusaha memperbaiki keadaan umu dan peredaran darah penderita1n

D. PROSES TERJADINYA DEKUBITUS

Salah satu cara yang paling dini untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah
dengan menggunakan system nilai atau tahapan menurut (Patricia A.potter &
Anne Griffin Perry,2006)

1. Tahap I
Eritema tidak pucat pada kulit utuh,lesi ulkus kulit yang di perbesar.kulit tidak
berwarna,hangat,atau keras juga dapat menjadi indikator.
2. Tahap II
Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis atau dermis.ulkus
superfisial dan secara klinis terlihat seperti abrasi,lecet,atau lobang yang
dangkal.
3. Tahap III
Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan yang rusak atau
nekrotik yang mungkin akan melebar ke bawah,tapi tidak melampaui fascia
yang berada di bawahnya.ulkus secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4. Tahap IV
Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destrubsi ekstensif;nekrosis
jaringan;atau kerusakan otot,tulang,atau struktur penyangga(misal
tendon,kapsul sendi).

E. PENGOBATAN LUKA DEKUBITUS

Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun dengan
tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi lebih cepat.
Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatkan antara
lain sebagai berikut menurut (Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006):
1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan
tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan
sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang
berlebihan dan terus menerus.
2. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut
akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal
tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan
pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan
NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
3. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan
menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga
menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu
pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat proses penyembuhan ulkus.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis perawatan luka dekubitus (Doengoes,2000),

1. Perawatan luka dekubitus.


2. Terapi fisik dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan
jaringan yang mati.
3. Terapi obat:
a. Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
b. Antibiotic prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
4. Terapi diet. Agar terjadi penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus
adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status

b. Riwayat keperawatan sekarang


Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan,
lokasi keluhan, intensitas, lama nya atau frekuensi, faktor yang
memperberat atau memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain
yang menyertai dan upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini
harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal,
panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati(
Carpenito , L.J , 1998)
c. Riwayat Personal dan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka
dapat dipengaruhi oleh penyakit – penyakit yang diturunkan seperti :
DM, alergi, Hipertensi ( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur
medis yang pernah dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi
apakah perubahan pada kulit merupakan manifestasi dari penyakit
sistemik seperti : infeksi kronis, kanker, DM(Asmadi, 2008).

d. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji
perawat yaitu: Kapan pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi,Waktu
berakhirnya minum obat(Asmadi, 2008).
e. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan
makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka
yang lama(Asmadi, 2008).
f. Status Sosial Ekonomi
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat perekonomian
yang dapat mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini
memungkinkan dapat menyebabkan penyakit kulit(Asmadi, 2008).
g. Status nutrisi
Kondisi malnutrisi atau kakesia dan berat badan kurang dari 90 %
berat badan ideal lebih eresiko terjadinya dekubitus(Asmadi, 2008).
h. Aktivitas Sehari- Hari
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi
ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada
daerah kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan
kerusakan kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang
gerak dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka
akan terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas bawah),
penurunan peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu makan menurun
dan defisit sensori pada daerah yang paraplegi(Asmadi, 2008).
i. Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien
yaitu: Perasaan depresi , Frustasi , Ansietas/kecemasan ,Keputusasaan
(Asmadi, 2008)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien menurut


(NANDA, 2012-2014) sebagai berikut:

PROBLEM: KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

1. Batasan karakteristik (Symtom)


a. Kerusakan lapisan kulit

b. Gangguan permukaan kulit

c. Invasi struktur tubuh


2. Factor yang berhubungan (Etiologi)
a. Eksternal
i. Zat kimia

ii. Usia yang ekstrem

iii. Kelembaban

iv. Hipertermia

v. Hipotermia

vi. Faktor mekanik (mis., gaya gunting[shearing forces],


tekanan, pengekangan)

vii. Medikasi

viii. Lembap

ix. Imobilisasi fisik

x. Radiasi

b. Internal
i. Perubahan status cairan

ii. Perubahan pigmentasi

iii. Perubahan turgor

iv. Factor perkembangan

v. Kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis., obesitas,


emasiasi)

vi. Penurunan imunologis

vii. Penurunan sirkulasi

viii. Kondisi gangguan metabolic

ix. Gangguan sensasi

x. Tonjolan tulang
I. INTERVERENSI KEPERAWATAN

Fokus interverensi keperawatan dan rasional merujuk pada (NIC,

Intervensi untuk diagnosis ini belum dikembangkan; akan tetapi, intervensi


di bawah ini mungkin bermanfaat:

1. Manajemen lingkungan: memanipulasi lingkungan di sekitar pasien


untuk manfaat terapiutik, stimulasi sensorik, dan kesejahteraan
psikologis
2. Promosi latihan fisik: memfasilitasi aktivitas fisik rutin untuk
mempertahankan atau meningkatkan kebugaran dan kesehatan
3. Fasilitasi meditasi: memfasilitasi individu untuk mengubah tingkat
kewaspadaannya dengan berfokus pada gambaran atau pemikiran secara
spesifik
4. Masase sederhana: menstimulasi kulit dan jaringan dibawahnya dengan
berbagai derajat tekanan tangan untuk meredakan nyeri, prosedur
relaksasi dan/atau memperbaiki sirkulasi
5. Terapi relaksasi sederhana: menggunakan teknik untuk mendorong dan
memperoleh relaksasi dengan tujuan menurunkan tanda dan gejala yang
tidak diharapkan, seperti nyeri, ketegangan otot, atau ansietas
6. Sentuhan terapeutik: membiasakan diri dengan bidang penyembuhan
yang universal, keinginan untuk bertindak sebagai instrument bagi
pengaruh penyembuhan, dan menggunakan sensitivitas alamiah tangan
untuk secara lembut berfokus dan mengarah pada proses intervensi

J. TUJUAN/KRITERIA HASIL PERAWATAN LUKA DEKUBITUS

Tujuan / criteria hasil(Menurut NOC,

Memperlihatkan tingkat kenyamanan, yamg dibuktikan oleh indicator sebagai


berikut (sebutkan 1-5: tidak memuaskan, kurang memuaskan, cukup
memuaskan, memuaskan, atau sangat memuaskan):

1. Kesejahteraan fisik

2. Pengendalian gejala

3. Hubungan sosial

4. Tingkat kemandirian
5. Pengendalian nyeri

6. Melaporkan perbaikan kenyamanan fisik dan/atau psikososial-emosional

7. Melaporkan peningkatan kemampuan untuk relaks

8. Melaporkan atau memperlihatkan perbaikan kemampuan


kopingMelaporkan perasaan lebih puas dan bahagia

K. EVALUASI
Berikut evaluasi menurut (Anthony, 1985)

1. Mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien


2. Mengembalikan kondisi kulit klien secara anatomis
3. Mencegah terjadi kembali dekubitus

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal


akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi
pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada
inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan
sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis 1995)

Jadi dapat disimpulkan bahwa dekubitus adalah luka yang terjadi karena
adanya tekanan eksternal pada penonjolan tulang.
DAFTAR PUSTAKA

Bouwhuizen, M. 1986. Ilmu Keperawatan (verpleegkunde zv). EGC: Jakarta.

Dongeos, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta

Herdman, Heather. 2012-2014.Nanda International Diagnosa Keperawatan.

EGC: Jakarta.

https://rudizr.wordpress.com/2012/05/20/angkakejadian-dekubitus/

Judith M.Wilkinson & Nancy R.Ahern.2012 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan

Edisi 9. EGC: Jakarta.

Patricia A.potter & Anne Griffin Perry.2006. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan Edisi 4 Volume 2. EGC: Jakarta.

Rooper, Nancy. 1986. Prinsip-Prinsip Keperawatan Edisi 1. Asan Essentia

Medica dan Penerbit Andi: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai